BAB I PENDAHULUAN. 1 Zakiyah Darajat, Ilmu Fiqih, PT Dana Bhakti Wakaf, Yogyakarta, 1995, hlm 2.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Menyambung yang Terputus dan Menyatukan yang Tercerai), Alfabeta, Bandung, 2009, hlm. 2.

BAB I PENDAHULUAN. mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek).

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Suwarto, Pengembangan Tes Diagnosis dalam Pembelajaran, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2013, hal. 3-4.

BAB I PENDAHULUAN. peranan yang sangat penting. Guru tidak hanya dituntut untuk memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Bandung, 2013, hlm Ismail, Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM, Rasail Media Group, Semarang, 2008, hlm.

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1 Sudarwan Danim, Pengantar Kependidikan Landasan, Teori, dan 234 Metafora

BAB I PENDAHULUAN. Binti Maunah, Landasan Pendidikan, Sukses Offset, Yogyakarta, 2009, hlm. 3 2

BAB I PENDAHULUAN. guru, isi atau materi pelajaran, dan siswa. 1

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mendorong berbagai upaya dan perhatian seluruh lapisan masyarakat terhadap

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan pondasi utama dalam mengelola, mencetak dan. daya manusia yang handal dan berwawasan yang

BAB I PENDAHULUAN. manusia Indonesia, yaitu manusia yang mampu berfikir tinggi dan kreatif,

BAB I PENDAHULUAN. Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2002, hlm. 4. 2

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada era globalisasai saat ini suatu bangsa dituntut bersaing dan selalu

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran merupakan kata khusus dari kata umum pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan satu sektor yang paling penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dikatakan berjalan baik apabila mampu berperan secara proporsif,

I. PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan penting dalam kehidupan suatu bangsa guna

BAB I PENDAHULUAN. Jakarta, 1997, hlm Engkoswara & Aan komariah, Administrasi Pendidikan, Alfabeta: Bandung, 2012, hlm. 92.

BAB I PENDAHULUAN. ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia yang dimiliki oleh bangsa tersebut. UU No. 20 Tahun 2003 menjelaskan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta, 2009, hlm Arif Rohman, Memahami Pendidikan & Ilmu Pendidikan, LaksBang Media Tama,

BAB I PENDAHULUAN. manusia, supaya anak didik menjadi manusia yang berkualitas, profesional,

BAB I PENDAHULUAN. melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan latihan bagi peranannya dimasa

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2006, hlm. 3.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Penyelenggaraan. pendidikan diharapkan mampu mencetak manusia yang berkualitas yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB.I. PENDAHULUAN. landasan moral, dan etika dalam proses pembentukan jati diri bangsa. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan dengan peningkatan kualitas pendidikan. Pemerintah pun berperan aktif

BAB I PENDAHULUAN. bangsa yang bermartabat dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Secara spesifik

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dalam kehidupan suatu negara memegang peranan yang. sangat penting untuk menjamin kelangsungan hidup negara dan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,

BAB I PENDAHULUAN. manusia untuk mengembangkan pengetahuan dan kepribadiannya. merupakan satu usaha yang sangat penting dan dianggap pokok dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menjadi tuntutan wajib bagi setiap negara, pendidikan memegang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Dunia pendidikan saat ini telah menjadi perhatian yang sangat besar

Arif Rohman, Memahami Pendidikan & Ilmu Pendidikan, LaksBang Mediatama, Surabaya, 2009, hlm

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Saat ini pembangunan bidang pendidikan merupakan bagian yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan, manusia dapat mengembangkan diri untuk menghadapi tantangan

BAB I PENDAHULUAN. Media Group, Jakarta, 2010, hlm Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Prenada

I. PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan sangat penting dalam kehidupan karena

BAB I PENDAHULUAN. M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2009, hlm

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi peserta didik supaya mampu menyesuaikan diri sebaik

BAB I PENDAHULUAN. Cindy Noor Indah putri, 2014

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ivo Aulia Putri Yatni, 2013

BAB 1 PENDAHULUAN. berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Cet VIII, 2001, hlm M. Arifin, M. Ed, Filsafat Pendidikan Islam, Bumi Aksara, Jakarta, 1993, hlm. 17.

BAB I PENDAHULUAN. Barnawi M Arifin, Strategi dan Kebijakan Pembelajaran Pendidikan Karakter, Jogjakarta : Ar-Ruzz Media, 2013, hlm. 45.

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan dan kelangsungan hidup Bangsa dan Negara di segala bidang. dan mengembangkan kualitas sumber daya manusia.

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia yang Latar Belakang Masalah. berkualitas. Sumber daya manusia yang berkualitas akan memajukan

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan pendidikan, sampai kapanpun dan dimanapun ia berada.

BAB I PENDAHULUAN. Bab I ketentuan umum pada pasal 1 dalam UU ini dinyatakan bahwa :

BAB I PEDAHULUAN. pendidikan nasional di Indonesia menyatakan bahwa: Pendidikan nasional

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana dirumuskan dalam tujuan pendidikan Nasional dalam UU Sisdiknas

BAB I PENDAHULUAN. kedudukan yang sangat strategis dalam seluruh aspek kegiatan pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi seperti sekarang ini, segala sesuatu berkembang secara pesat dan sangat cepat.

pembelajaran yang bersifat monoton, yakni selalu itu-itu saja atau tidak ada

PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN PENGGUNAAN KOSAKATA BAHASA INGGRIS Fitri Fajar SMA Negeri 1 Makassar

BAB I PENDAHULUAN. berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta

BAB I PENDAHULUAN. Sistem Pendidikan Nasional Bab II Pasal 3 yang menyatakan bahwa : Proses pembelajaran pada umumnya memiliki komponen-komponen

BAB I PENDAHULUAN. Sekretaris Jenderal MPR-RI, Undang-Undang Dasar 1945, Sekjen MPR-RI, Jakarta, hlm. 5 2

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. tingkah laku pada diri pribadinya. Perubahan tingkah laku inilah yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan. mengemban fungsi tersebut pemerintah menyelenggarakan Sistem

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kedudukan guru mempunyai arti penting dalam pendidikan. Arti penting itu bertolak

BAB I PENDAHULUAN. tertentu termasuk pendidikan yang ada di Indonesia. Tujuan pendidikan di

BAB I PENDAHULUAN. hlm U. Saefullah, Psikologi Perkembangan dan Pendidikan, CV Pustaka Setia, Bandung, 2012,

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu bagian terpenting dalam suatu pembangunan,

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang. Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 berfungsi untuk:

BAB I PENDAHULUAN. diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang. diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara.

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan. Ditegaskan dalam UUD 1945 pasal 31 ayat 1 bahwa Tiap-tiap. perubahan yaitu memajukan dan mencerdaskan kehidupan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah suatu sistem simbol lisan arbitrer yang dipakai oleh anggota

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Sejarah suatu bangsa dapat dilihat dari perkembangan pendidikan yang diperoleh

BAB I PENDAHULUAN. yang diharapkan. Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

umum yang muncul adalah rendahnya mutu kegiatan belajar siswa seperti adanya siswa yang ingin mencapai target hanya sekedar lulus dalam sekolah,

BAB I PENDAHULUAN. aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pendidikan menentukan kualitas sumber daya manusia di suatu negara,

BAB I PENDAHULUAN. yang dijalankan oleh seseorang atau kelompok orang lain agar menjadi dewasa atau

I. PENDAHULUAN. pendidikan adalah agar anak tersebut bertambah pengetahuan dan keterampilan

BAB I PENDAHULUAN. 2005, Hlm, 28

BAB I PENDAHULUAN. sampai kapanpun, sepanjang ada kehidupan manusia di dunia ini.

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan pembelajaran dalam mencapai tujuan pendidikan telah diatur

BAB I PENDAHULUAN. secara jelas dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003, tentang Sistem

BAB I PENDAHULUAN. lebih besar, karena kedudukannya sebagai orang yang lebih dewasa, lebih

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap manusia pasti mengalami peristiwa kelahiran dan kematian. Peristiwa kelahiran seseorang tentu menimbulkan hukum dengan masyarakat sekitarnya, demikian pula dengan kematianpun akan menimbulkan akibat hukum kepada orang lain, terutama keluarga dan pihak tertentu yang ada hubungannya dengan orang tersebut semasa hidupnya. Dalam hal kematian seseorang, pada prinsipnya menyangkut harta kekayaan dari yang meninggal tersebut akan beralih kepada orang lain yang masih hidup, yaitu orang-orang yang sudah ditentukan sebagai pihak penerima (ahli waris). Proses peralihan harta kekayaan dari orang yang meninggal kepada yang masih hidup inilah yang diatur dalam hukum waris. Ilmu Faraidl dapat didefinisikan sebagai ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang ketentuan-ketentuan harta pusakan bagi ahli waris. Definisi inipun berlaku juga bagi ilmu mawaris, sebab ilmu mawaris, tidak lain adalah nama lain bagi ilmu faraidl. 1. Ilmu Faraidl termasuk ilmu pasti yang harus dihafalkan, hal itulah yang dirasa cukup sulit untuk dipelajari oleh siswa, apalagi dalam mengaplikasikan teori-teori yang ada di dalamnya untuk menyelesaikan studi kasus mengenai pembagian harta warisan. Ilmu Faraidl tidak hanya memuat teori pembagian harta warisan, dalam ilmu Faraidl juga mengandung rincian matematis pembagian ahli waris yang berhak mendapatkan warisan. Ilmu Mawaris adalah ilmu yang sangat penting dalam Islam karena dengan ilmu mawaris harta peninggalan seseorang dapat disalurkan kepada yang berhak, sekaligus dapat mencegah adanya perselisihan karena memperebutkan bagian dari harta peninggalan tersebut. Dengan ilmu ini, 1 Zakiyah Darajat, Ilmu Fiqih, PT Dana Bhakti Wakaf, Yogyakarta, 1995, hlm 2. 1

2 maka tidak akan ada yang merasa dirugikan. Karena pembagian harta warisan ini adalah cara yang terbaik dalam pandangan Islam, jadi ilmu tersebut harus benar-benar dipahami. Hal ini senada dengan sabda Rasulullah SAW yang artinya Pelajarilah Faraidl dan ajarkanlah kepada manusia karena Faraidl itu separuh dari ilmu dan akan dilupakan, dan Faraidl merupakan ilmu pertama yang akan dicabut dari umatku (HR Ibnu Majah dan Daruquthni). 2 Namun realitanya di zaman sekarang ini sudah sangat jarang ditemukan ahli ilmu Faraidl, bahkan di sejumlah toko buku pun sudah sangat jarang ditemui buku-buku atau kitab yang membahas mengenai ilmu Faraidl. Ini menjadi salah satu problem dalam dunia pendidikan Islam yang harus dicari jawaban atau solusinya. Dengan adanya kurikulum muatan lokal pada jenjang pendidikan dasar dan menengah, menjadi kesempatan bagi setiap sekolah untuk memilih dan melaksanakan pembelajaran muatan lokal yang sesuai dengan karakteristik peserta didik, kondisi masyarakat, serta kemampuan dan kondisi sekolah maupun daerah masing-masing. 3 oleh sebab itu sekolah mempunyai kewenangan untuk menentukan isi serta mengembangkan pembelajaran muatan lokal. Dengan adanya mata pelajaran muatan lokal ilmu faraidl diharapkan mampu memberikan kontribusi besar dalam menciptakan generasi yang sesuai dengan ajaran Islam, dalam mata pelajaran ini diharapkan siswa mampu memberikan pemikiran tentang bagaimana cara menyelesaikan permasalahan yang sering dihadapi oleh umat Islam. Selama ini masih banyak guru-guru yang menyampaikan materi pelajaran dengan metode konvensional, sehingga peserta didik tidak aktif, tidak kreatif bahkan kadang peserta didik menjadi bosan. Rutinitas yang dilakukan para guru tersebut meliputi penggunaan metode pembelajaran yang cenderung monoton yaitu kapur dan tutur (chalk and talk) atau 2 Ahmad Falah, Materi Pembelajaran Fiqih MTs-MA, STAIN Kudus, 2009, hlm 224. 3 E Mulyasa, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, PT Remaja Rosydakarya, Bandung, 2009, hlm 276.

3 mencatat dan berbicara (ceramah) sehingga peserta didik hanya pasif mendengarkan atau hanya mencatat jika diperintah guru. Proses pembelajaran yang demikian membuat peserta didik menjadi bosan, dan tidak tertarik mengikuti pelajaran sehingga banyak peserta didik yang bercerita dengan temannya, atau menggambar/mencoret-coret bukunya tanpa memperdulikan penjelasan guru, akibatnya peserta didik tidak memahami materi pelajaran dan mendapatkan hasil belajar yang rendah. Seperti pada mata pelajaran muatan lokal ilmu faraidl, banyak guru yang memilih sumber belajar ilmu faraidl dengan menggunakan kitab, apalagi untuk sekolah-sekolah salafiyah. Faktanya guru-guru salaf cenderung memberikan pembelajaran ilmu faraidl ini hanya sekedar mendektekan makna kitab tersebut kepada siswa dan kemudian siswa mencatat. Model pembelajaran demikian terkesan monoton. Menurut Wina Sanjaya, kelemahan proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru adalah kurang adanya usaha untuk mengembangkan kemampuan berpikir siswa. 4 Ini artinya model pembelajaran yang digunakan guru tidak membawa dampak perubahan yang besar bagi peserta didiknya. Peserta didik menjadi pasif karena hanya mengikuti alur pembelajaran yang monoton tanpa pemikirannya atau keterampilan berpikirnya (kognitif) tidak diasah. Sehingga peserta didik secara tidak langsung untuk jangka panjangnya akan menjadi konsumen bukan menjadi produsen, akan menjadi pengikut bukannya pencipta. Menurut UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 3, dinyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi siswa agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang 4 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Kencana, Jakarta, hlm. 226.

4 demokratis serta bertanggung jawab. Untuk mencapai tujuan tersebut, salah satu bidang studi yang harus dipelajari oleh peserta didik di sekolah adalah Pendidikan Agama Islam, yang dimaksudkan untuk meningkatkan keimanan, pemahaman, penghayatan dan pengamalan peserta didik terhadap ajaran agama islam sehingga menjadi manusia muslim yang bertaqwa kepada Allah SWT serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, bangsa dan bernegara. 5 Oleh karena itu, diperlukan metode pembelajaran yang relevan dengan karakteristik mata pelajaran PAI. Metode pembelajaran memegang peranan penting dalam transfer ilmu pengetahuan dan transfer nilai yang terkandung di dalamnya. Betapapun aktual dan menariknya materi yang dipelajari tanpa metode yang tepat akan menjadi tidak menarik dan tidak efektif dalam proses belajar mengajar. Ada kalanya seorang guru itu hebat dan mampu dari segi keilmuan, tetapi tidak menarik dihadapan peserta didik karena metode yang disampaikan kurang tepat dengan kondisi, situasi dan karakteristik peserta didik. 6 MA NU Nurul Ulum merupakan salah satu sekolah yang menerapkan pembelajaran ilmu faraidl untuk mengembangkan kurikulum muatan lokalnya. Dalam kegiatan KBMnya sudah mulai tumbuh kesadaran dari guru untuk mengemas pembelajaran itu menjadi lebih efektif dimana siswa ikut aktif berpartisipasi dalam proses pembelajaran. Process Oriented Guided Inquiry Learning (POGIL) merupakan salah satu teknik pembelajaran yang dipilih oleh guru dalam pembelajaran ilmu faraidl. POGIL merupakan teknik pembelajaran dimana siswa belajar secara berkelompok dalam aktivitas yang dirancang untuk meningkatkan penguasaan isi dari mata pelajaran dan mengembangkan kemampuan 5 Nazarudin, Manajemen Pembelajaran : Implementasi Konsep, Karakteristik dan Metodologi Pendidikan Agama Islam di Sekolah Umum, Teras, Yogyakarta, 2007, hlm. 16 6 Syaiful Bahri Djamarah, dkk, Strategi Belajar Mengajar, PT, Asdi Mahasatya, Jakarta, 2002, hlm. 83

5 dalam proses belajar, berfikir, menyelesaikan masalah, berkomunikasi, kerja kelompok, managemen dan evaluasi. 7 Teknik POGIL didesain dengan kelompok kecil yang berinteraksi dengan guru sebagai fasilitator. teknik ini membimbing siswa melalui kegiatan eksplorasi agar siswa membangun pemahamannya sendiri tentang konsep (materi pembelajaran), POGIL diartikan sebagai pembelajaran dengan proses interaktif tentang berfikir secara hati-hati, mendiskusikan ide, mencerahkan pemahaman, melatih kemampuan, dan mampu mengevaluasi. Dalam aplikasinya siswa difasilitasi untuk mengembangkan kemampuan berfikir tingkat tinggi dan kemampuan mengaplikasikan pengetahuannya pada situasi yang berbeda. 8 Dengan penerapan teknik POGIL pada mata pelajaran ilmu faraidl diharapkan siswa dapat meningkatkan pemahamannya tentang konsep-konsep dalam ilmu faraidl sehingga mampu mengaplikasikannya dalam penyelesaian masalah mawaris. Dipilihnya MA NU Nurul Ulum Jekulo Kudus untuk penelitian tentang implementasi teknik process oriented guided inquiry learning untuk meningkatkan kemampuan ranah kognitif siswa, memiliki beberapa alasan, diantaranya: pertama, teknik pembelajaran yang dipilih cukup menarik untuk diteliti, karena teknik POGIL biasa digunakan guru dalam mata pelajaran sains, seperti kimia, matematika dan fisika, namun di MA NU Nurul Ulum pembelajaran ilmu faraidl pun juga dapat disampaikan dengan menggunakan teknik POGIL. Kedua, penulis tertarik untuk meneliti bagaimana implementasi teknik POGIL pada mata pelajaran ilmu faraidl yang sumber belajar utamanya dengan menggunakan kitab yaitu kitab matan arrohabiyyah. Ketiga karena MA NU Nurul Ulum termasuk Madrasah Aliyah unggulan di Kudus bagian timur. 7 Hanson, Instructor s Guide to Process Oriented Guided Inquiry Learning, Lisle Pacific Crest, 2006, hlm 3. 8 Rosyidah, Keefektifan Model Pembelajaran POGIL berbentu lembar kegiatan peserta didik (LKPD) terhadap kemampuan pemecahan masalah, Skripsi, UNNES, 2013, hlm 28.

6 Berangkat dari permasalahan diatas, penulis tertarik untuk mengkaji dan meneliti sekolah dengan judul Implementasi Teknik Process Oriented Guided Inquity Learning untuk Meningkatkan Kemampuan Ranah Kognitif Siswa pada Mata Pelajaran Muatan Lokal Ilmu Faraidl di MA NU Nurul Ulum Jekulo Kudus Tahun Pelajaran 2016/2017. B. Fokus Penelitian Fokus penelitian yang dimaksud dalam penelitian kualitatif adalah gejala suatu obyek itu bersifat holistic (menyeluruh, tidak dapat dipisahkan-pisahkan), sehingga peneliti kualitatif tidak akan menetapkan penelitinnya hanya berdasarkan variabel penelitian, tetapi keseluruhan situasi sosial dengan diteliti yang meliputi aspek tempat (place), pelaku (actor), dan aktifitas (activity) yang berinteraksi secara sinergis. 9 Masalah yang akan dibahas dalam skripsi ini diantaranya adalah untuk mengetahui implementasi teknik POGIL dalam pembelajaran ilmu faroidl kelas XII- IPS-1 yang diharapkan dengan teknik ini dapat meningkatkan kemampuan kognitif siswa, serta faktor pendukung dan penghambat pembelajaran ilmu faroidl dalam menggunakan teknkik POGIL di MA NU Nurul Ulum Jekulo Kudus. C. Rumusan Masalah Pada penelitian ini memfokuskan pada pembahasannya mengenai implementasi teknik Process Oriented Guided Inquiry Learning dalam meningkatkan kemampuan ranah kognitif siswa pada mata pelajaran muatan lokal ilmu faroidl di MA NU Nurul Ulum. Berdasarkan latar belakang dan penjelasan di atas, maka dapat dirumuskan masalahnya sebagai berikut : 9 Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif Dan Kualitatif R&D, cetakan ke-19, Alfabeta, Bandung, 2014, hlm, 285

7 1. Bagaimana implementasi teknik process oriented guided inquiry learning pada mata pelajaran muatan lokal ilmu Faraidl di MA NU Nurul Ulum Jekulo Kudus? 2. Bagaimana implementasi teknik process oriented guided inquiry learning dalam meningkatkan kemapuan ranah kognitif siswa pada mata pelajaran muatan lokal ilmu faroidl di MA NU Nurul Ulum Jekulo Kudus? 3. Apa faktor pendukung dan penghambat dalam penerapan teknik process oriented guided inquiry learning pada mata pelajaran ilmu faraidl di MA NU Nurul Ulum Jekulo Kudus? D. Tujuan Penelitian Adapun tujuan penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut: 1. Mengetahui impementasi teknik process oriented guided inquiry learning pada mata pelajaran muatan lokal ilmu faraidl di MA NU Nurul Ulum Jekulo Kudus. 2. Mengetahui implementasi teknik process oriented guided inquiry learning dalam meningkatkan kemapuan ranah kognitif siswa pada mata pelajaran muatan lokal ilmu faroidl di MA NU Nurul Ulum Jekulo Kudus. 3. Mengetahui faktor pendukung dan penghambat dalam penerapan teknik process oriented guided inquiry learning pada mata pelajaran ilmu faraidl di MA NU Nurul Ulum Jekulo Kudus. E. Manfaat penelitian 1. Manfaat Teoritis Diharapkan penelitian ini dapat memberi sumbangan bagi hasanah keilmuan. Disamping itu juga dapat dijadikan bahan pertimbangan lebih lanjut dalam penelitian lanjutan yang berkaitan dengan implementasi teknik process oriented guided inquiry learning dalam meningkatkan kemampuan ranah kognitif siswa pada mata pelajaran muatan lokal ilmu faroidl di MA NU Nurul Ulum tahun ajaran 2016/2017.

8 2. Manfaat Praktis a. Bagi Sekolah Sebagai sumber informasi bagi lembaga-lembaga pendidikan pada umumnya dan lembaga pendidikan di MA NU Nurul Ulum Jekulo Kudus tahun pelajaran 2016/2017. b. Bagi Guru Menambah referensi teknik pembelajaran baru yang dapat diaplikasikan dalam kegiatan belajar mengajar. c. Bagi Penulis Diharapkan dapat menjadi wahana pengetahuan untuk diri sendiri tentang implementasi teknik process oriented guided inquiry learning dalam meningkatkan kemampuan ranah kognitif siswa pada mata pelajaran muatan lokal ilmu faroidl di MA NU Nurul Ulum Jekulo Kudus.