bahwa penyelenggaraan pelayanan publik oleh

dokumen-dokumen yang mirip
PEMERINTAH KABUPATEN SUMENEP

BUPATI ACEH JAYA PERATURAN BUPATI ACEH JAYA NOMOR 18 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN PUBLIK DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA

BERITA NEGARA PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN DAERAH PROVINSI BANTEN NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG PELAYANAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANTEN,

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA BARAT

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BARRU TAHUN 2011 NOMOR 5 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARRU NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG PELAYANAN PUBLIK

4. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Re

GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN PUBLIK

Menetapkan 5. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas, dan Fungsi Kementerian Negara serta Susunan Organisasi, Tugas, dan Fung

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATANG HARI NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN PUBLIK

PEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN PUBLIK DI KABUPATEN BELITUNG

BERITA DAERAH KABUPATEN KARAWANG PERATURAN BUPATI KARAWANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAROS NOMOR 01 TAHUN 2014

WALIKOTA SALATIGA PERATURAN DAERAH KOTA SALATIGA NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PELAYANAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI LUMAJANG PROPINSI JAWA TIMUR

LAMPIRAN KEPUTUSAN. MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR : 63/KEP/M.PAN/7/2003, TANGGAL : 10 Juli 2003

WALIKOTA BALIKPAPAN, PROVINSI KALIMANTANN TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANTUL

BUPATI JEMBRANA PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG PELAYANAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN PUBLIK

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2009 TENTANG PELAYANAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARAWANG NOMOR 15 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2012 NOMOR 32 SERI E PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 78 TAHUN 2012 TENTANG

- 1 - PEMERINTAH KOTA PONTIANAK PERATURAN DAERAH KOTA PONTIANAK NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG PELAYANAN PUBLIK PEMERINTAH KOTA PONTIANAK

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG

, No Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 15 tahun 2014 tentang Pedoman Standar Pelayanan (Be

BUPATI BONE PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONE NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PELAYANAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR... TAHUN.. TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA MADIUN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PELAYANAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MADIUN,

TENTANG BUPATI WONOSOBO, Pelaksana Pelayanan Publik di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Wonosobo;

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN PUBLIK

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

BUPATI TANA TORAJA PROVINSI SULAWESI SELATAN

MENTERI RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG

SALINAN WALIKOTA LANGSA,

LEMBARAN DAERAH KOTA SAMARINDA SALINAN

PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KOTA BANJARMASIN NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN PUBLIK DI KOTA BANJARMASIN

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 23 Tahun : 2013

BUPATI WONOGIRI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN PUBLIK

- 1 - BUPATI BOYOLALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOYOLALI NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PELAYANAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR JAMBI PERATURAN DAERAH PROVINSI JAMBI NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN PUBLIK

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PAKPAK BHARAT NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI BADUNG PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN PUBLIK

WALIKOTA PANGKALPINANG

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN PERIZINAN TERPADU

MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 27 TAHUN 2011 T E N T A N G PENYELENGGARAAN PELAYANAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEPARA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2009 TENTANG PELAYANAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PEMERINTAH KABUPATEN JENEPONTO

PROVINSI JAWA TENGAH

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BUPATI BANTAENG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTAENG NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN PUBLIK KABUPATEN BANTAENG

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PELAYANAN PUBLIK

PENGADUAN PELAYANAN SALAH SATU BENTUK PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PELAYANAN PUBLIK

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2009 TENTANG PELAYANAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN BUPATI BOYOLALI NOMOR TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA YOGYAKARTA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2009 TENTANG PELAYANAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU

WALIKOTA SURAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG PELAYANAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURAKARTA,

BATAN PERATURAN KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL NOMOR : 212/KA/XII/2011 TENTANG STANDAR PELAYANAN BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 14 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUNINGAN,

BERITA DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA PERATURAN BUPATI PURWAKARTA NOMOR 17 TAHUN 2007 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA CIREBON

PEDOMAN UMUM PENYELENGARAAN PELAYANAN PUBLIK

PERMENRISTEKDIKTI NOMOR 59 TAHUN 2016

PEMERINTAH KOTA PASURUAN

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN TIMUR NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI BONDOWOSO PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONDOWOSO NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG PELAYANAN PUBLIK DI KABUPATEN BONDOWOSO

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN PUBLIK

MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA

PEDOMAN PENYELENGGARAAN PELAYAN PUBLIK

BUPATI LAMANDAU PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2012 NOMOR 45 SERI E

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 31 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN PELAYANAN PUBLIK DI KABUPATEN SITUBONDO

PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN PUBLIK DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI LAMPUNG

BUPATI KOTABARU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 03 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN PUBLIK PERIZINAN DAN NON PERIZINAN

BUPATI LOMBOK BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

2012, No Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 67, Tambahan Lembaran

BUPATI SIAK PROVINSI RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 13 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN PUBLIK

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 76 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN PENGADUAN PELAYANAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI PULANG PISAU PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PULANG PISAU NOMOR 12 TAHUN 2015

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

PERATURAN OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG KODE ETIK INSAN OMBUDSMAN KETUA OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA,

QANUN KOTA BANDA ACEH NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN PERIZINAN DAN NONPERIZINAN

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 064 TAHUN 2014 TENTANG PELAKSANAAN PELAYANAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PENYELENGGARAAN PELAYANAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA,

GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 08 TAHUN 2015 TENTANG PELAYANAN PUBLIK

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARAWANG

BUPATI BANYUMAS PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 29 TAHUN 2016 TENTANG PELAYANAN PUBLIK

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN PERIZINAN TERPADU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2009 TENTANG PELAYANAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Bab BUPATI LOMBOK BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 01 TAHUN 2008

LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2011 NOMOR : 16

GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN PUBLIK

RINGKASAN UU 25/2009 tentang PELAYANAN PUBLIK

Transkripsi:

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUARA ENIM NOMOR ] TAHUN 2Oi3 TENTANG STANDARISASI PENYELENGGARAAN PELAYANAN PUBLIK KABUPATEN MUARA ENIM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MUARA ENIM, Menimbang. cl.. b. c. Mengingat : 1. 2. 3. bahwa penyelenggaraan pelayanan publik oleh Pemerintah Kabupaten Muara Enim merupakan perwujudan peiayanan bagi masyarakat, baik berupa pelayanan administrasi, pelayanan barang maupun peiayanan jasa untuk meningkatkan kesejahteraan bagi masyarakat; bahwa untuk meningkatkan kualitas dan menjamin penyediaan pelayanan publik sesuai dengan asas-asas umum pemerintahan yang baik serta untuk memberi perlindungan bagi setiap warga negara dan penduduk dari penyalahgunaan pelayanan publik; bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Daerah tentang standarisasi Penyelenggaraan Pelayanan Publik Kabupaten Muara Enim; pasal 18 ayat (6) Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1959 tentang Pembentukan Daerah tingkat II dan Kotapraja di Sumatera Selatan ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1959 Nomor 73; Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1821 ); Indonesia Nomor 3821); Unclang-Undang Nomor 32 Tahun 2OO4 tentang pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2oo4 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 44371 sebagaimana

2 telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang- Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2OO4 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor a8afl; 4. 5. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan trublik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2OO9 Nomor ll2; Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5O38); Peraturan Pemerintah Nomor 96 Tahun 2Ol2 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2OOg tentang Pelayanan Publik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2Ol2 Nomor 215, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5357); Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH MUARA ENIM dan BUPATI MUARA ENIM MEMUTUSKAN Menetapkan : PBRATURAN DAERAH TENTANG STANDARISASI PEI\TYELENGGARAAN PELAYANAN PUBLIK KABUPATEN MUARA ENIM BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan : 1. Daerah adalah Kabupaten Muara Enim. 2. Pemerintah Kabupaten adalah Pemerintah Kabupaten Muara Enim. 3. Dewan Perwakilan Ralryat Daerah yang selanjutnya disingkat DPRD, adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Muara Enim.

J 4. Bupati adalah Bupati Muara Enim. 5. Pelayanan publik adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan perundang-undangan bagi setiap warga negara dan penduduk atas barang, jasa dan / atau pelayanan administratif yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik. 6. Penyelenggara pelayanan publik yang selanjutnya disebut penyelenggara adalah Satuan Kerja Perangkat Daerah atau pejabat/petugas pelayanan publik, baik Pemerintah Kabupaten maupun Badan Usaha Milik Daerah yang menyelenggarakan pelayanan publik. 7. Pemberi pelayanan publik adalah pejabat/pegawai instansi pemerintah Kabupaten atau Badan Usaha Milik Daerah yang melaksanakan tugas dan fungsi pelayanan publik sesuai dengan peraturan perundang-undangan. 8. Penerima pelayanan publik adalah orang, masyarakat, kelompok masyarakat, instansi pemerintah, dan badan hukum. 9. Biaya pelayanan publik adalah segala biaya dengan nama atau sebutan apapun sebagai imbal jasa atas pemberian pelayanan publik yang besaran dan tata cara pembayaran ditetapkan oleh pejabat yang berwenang sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. 1O. Indeks Kepuasan Masyarakat yang selanjutnya disingkat IKM adaiah tingkat kepuasan masyarakat dalam memperoleh pelayanan yang diperoleh dari penyelenggara atau pemberi pelayanan sesuai harapan dan kebutuhan masyarakat. 1 1. Pelayanan barang publik adalah pelayanan penyelenggara yang menghasilkan berbagai bentuk jenis barang yang digunakan oleh publik. 12. Pelayanan jasa publik adalah pelayanan penyelenggara yang menghasilkan berbagai bentuk yang dibutuhkan oleh publik. 13. Pelayanan adminitratif adalah pelayanan oleh penyeienggara yang menghasilkan berbagai bentuk dokumen resmi yang dibutuhkan oleh publik. oleh atau oleh jasa

4 14. Ombudsman Republik Indonesia yang selanjutnya disebut Ombudsman adaiah lembaga negara yang mempunyai kewenangan mengawasi penyelenggaraan pelayanan publik baik yang diselenggarakan oleh penyelenggara negara dan Pemerintahan termasuk yang diselenggarakan oleh Badan Usaha Milik Negara, Badan Usaha Milik Daerah dan Badan Hukum Milik Negara serta badan swasta atau perseorangan yang diberi tugas menyelenggarakan pelayanan publik tertentu yang sebagian atau seluruh dananya bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Beianja Negara danl atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah. Pasal 2 T\rjuan Peraturan Daerah ini adalah : a. terwr:judnya batasan dan hubungan yang jelas tentang hak, tanggung jawab, kewajiban dan kewenangan seluruh pihak yang terkait dengan penyelenggaraaan pelayanan publik; b. terwujudnya sistem penyelenggaraan pelayanan publik yang layak sesuai dengan asas-asas umum pemerintahan dan korporasi yang baik; c. terpenuhinya penyelenggaraan pelayanan publik sesuai dengan peraturan perundang-undangan; dan d. terwujudnya perlindungan dan kepastian hukum bagi masyarakat dalam penyelenggaraan pelayanan publik. Pasal 3 Asas peiayanan publik : a. kepentingan umum, pemberian pelayanan tidak boleh mengutamakan kepentingan pribadi dan / atau golongan; b. kepastian hukum, jaminan terwujudnya hak dan kewajiban dalam penyelenggaraan pelayanan; c. kesamaan hak, pemberian pelayanan tidak membedakan suku, ras, agama, golongan, gender, dan status ekonomi; d. keseimbangan hak dan kewajiban, pemenuhan hak harus sebanding dengan kewajiban yang harus dilaksanakan, baik oleh pemberi maupun penerima pelayanan;

e. f. o b' h. j. k. t. 5 keprofesionalan, pelaksana pelayanan harus memiliki kompetensi yang sesuai dengan bidang tugas; partisipatif, peningkatan peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan pelayanan dengan memperhatikan aspirasi, kebutuhan, dan harapan masyarakat; persarnaan perlakuan / tidak diskriminatif, setiap warga negara berhak memperoleh pelayanan yang adil; keterbukaan, setiap penerima pelayanan dapat dengan mudah mengakses dan memperoleh informasi mengenai pelayanan yang diinginkan; akuntabilitas, proses penyelenggaraan pelayanan harus dapat dipertanggungiawabkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan ; fasilitas dan perlakuan khusus bagi kelompok rentan, pemberian kemudahan terhadap kelompok rentan sehingga tercipta keadilan dalam pelayanan; ketepatan waktu, penyelesaian setiap jenis pelayanan dilakukan tepat waktu sesuai dengan standar pelayanan; dan kecepatan, kemudahan dan keterjangkauan, setiap jenis pelayanan dilakukan secara tepat, mudah, dan terjangkau. Pasal 4 Prinsip pelayanan publik meliputi : a. kesederhanaan, prosedur pelayanan publik tidak berbelitbelit, mudah dipahami, dan mudah dilaksanakan; b. kejelasan, persyaratan teknis dan administratif unit kerja/pejabat yang berwenang dan bertanggung jawab dalam memberikan pelayanan dan penyelesaian keluhan / persoalan / sen gketa dalam pelaksanaan pelayanan publik serta rincian biaya pelayanan publik dan tata cara pembayaran harus jelas; c. kepastian waktu, pelaksanaan pelayanan publik harus dapat diselesaikan dalam kurun waktu yang telah ditentukan dengan memperhatikan aspek efisiensi pemanfaatan waktu; d. akurasi, produk.pelayanan publik diterima dengan benar, tepat dan cepat serta proses dan produk pelayanan publik

6 harus memperhatikan aspek nilai tambah bagi pengguna pelayanan publik; e. keamanan, proses dan produk pelayanan publik memberikan rasa arnan dan kepastian hukum; tanggung jawab, pimpinan penyelenggara atau pejabat yang ditunjuk bertanggung jawab atas penyelenggaraarl pelayanan dan penyelesaian keluhan/persoalan dalam pelaksanaan pelayanan publik; o b' h. j. kelengkapan sarana dan prasarana, tersedianya sarana dan prasarana kerja, peralatan kerja dan pendukung iainnya yang memadai termasuk penyediaan sarana teknologi telekomunikasi dan informatika (telematika); kemudahan akses, tempat dan lokasi serta sarana pelayanan yang memadai, mudah dijangkau oleh masyarakat dan dapat memanfaatkan teknologi telekomunikasi dan informatika; kedisiplinan, kesopanan, dan keramahan, Pemberi pelayanan harus bersikap disiplin, sopan dan santun, ramah, memberikan pelayanan dengan ikhlas, serta menunjukkan sikap empati terhadap kepentingan pengguna pelayanan; dan kenyamanan, lingkungan peiayanan harus tertib, teratur, disediakan rllang tunggu yang nyaman, bersih, rapi, lingkungan yang indah dan sehat serta dilengkapi dengan fasilitas pendukung pelayanan, seperti parkir, toilet, tempat ibadah, dan lain-lain. BAB II RUANG LINGKUP Pasal 5 (1) Ruang lingkup pelayanan publik meliputi pelayanan barang pubiik, pelayanan jasa publik dan pelayanan administratif. (2) Pelayanan barang publik sebagaimana dimaksud pada ayat (1), meliputi : a. pengadaan dan penyaluran barang publik yang dilakukan oleh instansi Pemerintah Kabupaten yang

7 sebagian atau seluruh dananya bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dan I atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah; b. pengadaan dan penyaluran barang publik yang dilakukan oleh badan usaha yang modal pendiriannya sebagian atau seluruhnya bersumber dari kekayaan daerah dan/atau kekayaan daerah yang dipisahkan; dan c. pengadaan dan penyaluran barang publik yang pembiayaannya tidak bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah atau Badan Usaha yang modal pendiriannya sebagian atau seluruhnya bersumber dari kekayaan daerah darrr I atau kekayaan daerah yang dipisahkan, tetapi ketersediaanya menjadi misi daerah yang ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan. (3) Pelayanan jasa publik sebagaimana dimaksud pada ayat (1), meliputi: a. penyediaan jasa publik oleh instansi Pemerintah Kabupaten yang sebagian atau seluruh dananya bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dan I atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah; b. penyediaan jasa publik oleh suatu badan usaha yang modal pendiriannya sebagian atau seluruhnya bersumber dari kekayaan daerah dan I atau kekayaan daerah yang dipisahkan; dan c. penyediaan jasa publik yang pembiayaannya tidak bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah atau badan usaha yang modal pendiriannya sebagian atau seluruhnya bersumber dari kekayaan daerah dan I atau kekayaan daerah yang dipisahkan, tetapi ketersediannya menjadi misi daerah yang ditetapkan dalam peraturan perundangan-undangan. (4) Pelayanan administratif sebagaimana dimaksud pada ayat

8 (1), meliputi : a. tind.akan administratif Pemerintah yang diwajibkan oleh negara dan diatur dalam peraturan perundangundangan dalam rangka mewujudkan perlindungan pribad.i, keluarga, kehormatan, martabat, dan harta benda wa-rga negara; dan b. tihdakan administratif oleh instansi Non Pemerintah yang diwajibkan oleh negara dan diatur dalam peraturan perundang-undangan serta diterapkan berdasarkan perj anj ian dengan penerima pelayanan. BAB III PEI{YELENGGARAAN PELAYANAN PUBLIK Bagian Kesatu Penyelenggara Pasal 6 Penyelenggara dalam melaksanakan mengutamakan kepentingan umum pribadi dan golongan. pelayanannya harls di atas kepentingan Bagian Kedua Pengelolaan Sumber DaYa Manusia Pasal 7 ( 1) Pengelolaan Sumber Daya Manusia meliputi: a. pemahaman dengan baik dan benar atas pelayanan serta melaksanakannya dalam hari; b. peningkatan komitmen dan konsistensi dan misi pelayanan; dan c. menciptakan sistem yang mendukung komitmen dan konsistensi visi, misi, pelayanan. penyelenggara, visi dan misi tugas sehariterhadap visi peningkatan dan tujuan (2) Setiap penyelenggara berhak mendapatkan penghargaan atas prestasinya. (3) Tata cara penilaian dan pemberian penghargaan atas

9 prestasi penyelenggara sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur lebih lanjut oleh Bupati. Bagian Ketiga Hubungan Antar Penyelenggara Pasal B Untuk mewujuckan pelayanan publik yang efektif dan efisien maka hubungan antar penyelenggara harus memenuhi halhal sebagai berikut: a. komitmen dari Bupati dan pimpinan Satuan Kerja Perangkat Daerah serta petugas penyelenggara; b. nilai-niiai dasar pembentuk sikap dan perilaku positif dan produktif yang diterapkan, dapat dimengerti dan dipahami dengan baik antar penyelenggara; c. saling percaya antara pimpinan dan staf, bersikap terbuka dan bisa menerima perubahan kebijakan serta metode baru yang iebih efisien; d. budaya kerja harus terkait langsung dengan kepentingan pelaksanaan tugas, pekerjaan, dan masalah-masalah yang dihadapi bersama oleh institusi penyelenggara; e. adanya tindak lanjut atas hasil-hasil yang dicapai dan dilaksanakan secara teratur serta berkelanjutan. Bagian Keempat Pelayanan Pubiik Pasal 9 Penyelenggaraan pelayanan publik harus memperhatikan dan menerapkan prinsip, standar, pola penyelenggaraan, biaya pelayanan bagi penyandang cacat, lanjut usia, wanita hamil dan balita, pelayanan khusus, biro jasa pelayanan, tingkat kepuasan masyarakat, pengawasan penyelenggaraan, penyelesaian pengaduan dan sengketa, serta evaluasi kinerja penyelenggaraan pelayanan publik. Bagian Kelima Standar Pelayanan Publik

l0 Pasal 10 (1) Setiap penyelenggara pelayanan publik wajib men5rusun, menetapkan dan menerapkan standar pelayanan serta dipublikasikan sebagai jaminan adanya kepastian bagi penerima pelayanan. (2) Standar pelayanan publik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan ukuran yang dibakukan dalam penyelenggaraan pelayanan publik yang wajib ditaati oleh pemberi dan/atau penerima pelayanan. (3) Standar pelayanan publik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sekurang-kurangnya meliputi : a. dasar hukum; b. persyaratan; c. sistem, mekanisme, dan Prosedur; d. jangka waktu penyelesaian; e. biaya I tarif; f. produk pelayanan; g. sarana, prasarana, danf atau fasilitas; h. kompetensi pelaksana; i. pengawasaninternal; j. penanganan pengaduan, saran, dan masukan; k. jumlah pelaksana; 1. jaminan pelayanan yang memberikan kepastian pelayanan dilaksanakan sesuai dengan standar pelayanan; m. jaminan keamanan dan keselamatan pelayanan dalam bentuk komitmen untuk memberikan rasa aman, bebas dari bahaya, dan risiko keragu-raguan; dan n. evaluasi kinerja pelaksana. Bagian Keenam Sistem Informasi Pelayanan Publik Pasal 1 1 (1) Sistem informasi pelayanan publik berisi semua informasi pelayanan publik yang berasal dari penyelenggara pada setiap tingkatan. (2) Penyelenggara berkewajiban mengelola sistem informasi yang terdiri atas sistem informasi elektronik dan non elektronik, sekurang-kurangnya berisi :

ll a. prolil penyelenggara; b. profil pelaksana; c. standar pelayanan; d. maklumat pelayanan; e. pengelolaan ;dan f. penilaian kinerja. (3) Penyelenggara berkewajiban menyediakan informasi (1) (2) sebagaimana dimaksud pada ayat (21 kepada masyarakat secara terbuka dan mudah diakses. Bagian Ketujuh Pelayanan Khusus Pasal 12 Penyelenggara berkewajiban memberikan pelayanan dengan perlakuan khusus kepada anggota masyarakat tertentu sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Sarana, prasarana danl atau fasilitas pelayanan publik dengan perlakuan khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilarang digunakan oleh orang yang tidak berhak. Bagian Kedelapan Biaya Pelayanan Publik Pasal 13 Penetapan besaran biaya pelayanan publik memperhatikan hai-hal : a. tingkat kemampuan masyarakat; b. rincian biaya harus jelas untuk jenis pelayanan publik yang memerlukan tindakan seperti penelitian, pemeriksaan, pengukuran, dan pengujian; dan c. ditetapkan dengan persetujuan DPRD. Bagian Kesembilan Perilaku Pemberi Pelayanan Publik Pasal 14 Perilaku layanan meliputi pemberi pelayanan publik dalam penyampaian berdasarkan nilai-nilai dasar budaya kerja yang

t2 a. adil dan tidak diskriminatif; b. cermat; c. santun dan ramah; d. tegas, andal, dan tidak memberikan putusan yang berlarut-larut; e. profesional; f. tidak mempersulit; g. patuh pada perintah atasan yang sah dan wajar; h. menjunjung tinggi nilai-nilai akuntabilitas dan integritas institusi penyelenggara; i. tidak membocorkan informasi atau dokumen yang wajib dirahasiakan sesuai dengan peraturan perundangundangan; j. terbuka dan mengambil langkah yang tepat untuk menghindari benturan kepentingan; k. tidak menyalahgunakan sarana dan prasarana serta fasilitas pelayanan Publik; 1. tidak memberikan informasi yang salah atau menyesatkan dalam menanggapi permintaan informasi serta proaktif dalam memenuhi kepentingan masyarakat; m. tidak menyalahgunakan informasi, jabatan, dan/atau kewenangannya Yang dimiliki; n. sesuai dengan kepantasan; dan o. tidak menyimpang dari prosedur. Bagian KesePuluh Pengawasan Penyelenggaraan Pelayanan Publik Pasal 15 (1) Pengawasan penyelenggaraan pelayanan publik terdiri dari pengawasan internal dan pengawasan eksternal. (2) Pengawasan internal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi : a. pengawasan yang dilakukan oleh atasan langsung sesuai dengan peraturan perundang-undangan; dan b. pengawas yang dilakukan oleh pengawas fungsional sesuai dengan peraturan perundang-undangan. (3) Pengawasan eksternal sebagaimana dimaksud pada ayat (2) meliputi :

l3 a. pengawasan yang dilakukan oleh masyarakat, berupa laporan atau pengaduan masyarakat dalam penyelenggaraan pelayanan publik; dan b. pengawasan oleh ombudsman sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Bagian Kesebelas Indeks Kepuasan Masyarakat Pasal 16 (1) IKM merupakan ukuran keberhasilan penyelenggaraan pelayanan yang ditentukan oleh tingkat kepuasan penerima pelayanan. (2) Kepuasan penerima pelayanan dicapai apabila penerima pelayanan memperoleh pelayanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sesuai dengan yang dibutuhkan dan diharapkan. (3) Setiap penyelenggara pelayanan secara berkala melakukan survei IKM. (4) Apabila ditemukan ketidaksesuaian nilai antara IKM dengan standar pelayanan publik, maka akan dilakukan pembinaan dan pengembangan kapasitas penyelenggaraan pelayanan publik. BAB IV HAK, KEWAJIBAN DAN LARANGAN PENERIMA PELAYANAN PUBLIK DAN PENYELENGGARA Bagian Kesatu Hak Penerima Pelayanan Publik Pasal 17 Penerima pelayanan pubiik mempunyai hak : a. mengetahui kebenaran isi standar pelayanan; b. mengawasi pelaksanaan standar pelayanan; c. mendapat tanggapan terhadap pengaduan yang diajukan; d. mendapat advokasi, perlindungan, dan/atau pemenuhan pelayanan;

l4 e. memberitahukan kepada pimpinan penyelenggara untuk memperbaiki pelayanan apabila pelayanan yang diberikan tidak sesuai dengan standar pelayanan; f. memberitahukan kepada pelaksana untuk memperbaiki pelayanan apabila pelayanan yang diberikan tidak sesuai dengan standar pelayanan; g. membd-ritahukan kepada pelaksana yang melakukan penyimpangan standar pelayanan dan I atau tidak memperbaiki pelayanan kepada penyelenggara dan ombudsman; h. mengadukan penyelenggara yang melakukan penyimpangan standar pelayanan dan/atau tidak memperbaiki pelayanan kepada pembina penyelenggara dan ombudsman; dan i. mendapat pelayanan yang berkualitas sesuai dengan asas dan tujuan pelayanan. Bagian Kedua Kewajiban Penerima Pelayanan Publik Pasal 18 Penerima pelayanan publik berkewajiban : a. mematuhi dan memenuhi ketentuan sebagaimana dipersyaratkan daiam standar pelayanan. b. ikut menjaga terpeliharanya sarana, prasarana dan/atau fasilitas pelayanan publik. c. berpartisipasi aktif dan mematuhi peraturan yang terkait dengan penyelenggara pelayanan publik. Bagian Ketiga Hak Penyelenggara Pasal 19 Penyelen ggara mempunyai hak : a. memberikan pelayanan tanpa dihambat pihak lain yang tidak berwenang; b. melakukan kerja sama; c. mengelola anggaran biaya penyelenggaraan pelayanan publik;

l5 d. melakukan pembelaan terhadap pengaduan, tuntutan dan gugatan yang tidak sesuai dengan kenyataan dalam penyelenggaraan pelayanan publik; dan e. menolak permintaan pelayanan yang bertentangan dengan ketentuan peraturan perltndang-undangan. Bagian Keempat Kewaj iban Penyelenggara Pasal 2O (1) Penyelenggara berkewajiban : a. men),rusun dan menetapkgn standar pelayanan; b. men)rusun, menetapkan, dan mempublikasikan maklumat pelayanan; c. menempatkan pelaksana yang kompeten; d. menyediakan sarana, prasarana, danl atau fasilitas pelayanan publik yang mendukung terciptanya iklim pblayanan yang memadai; e. memberikan pelayanan yang berkuaiitas sesuai dengan asas penyelenggaraan pelayanan publik; f. melaksanakan pelayanan sesuai dengan standar pelayanan; g. berpartisipasi aktif dan mematuhi peraturan perundang-undangan yang terkait dengan penyelenggaraan pelayanan publik; (21 Ketentuan mengenai konsekuensi terhadap pelayanan yang tidak sesuai dengan standar pelayanan publik diatur dengan Peraturan Bupati. Bagian Kelima Larangan Penyelenggara Pasal 2 1 Penyelenggara dilarang : a. melakukan perbuatan Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme; b. meiaksanakan pelayanan dengan membeda-bedakan Suku, Agama, Ras dan Golongan; c. melakukan pelayanan di luar Standar Operasional Prosedur yang teiah ditetapkan;

d. e. 16 memberikan informasi yang tidak benar; dan menghambat akses informasi kepada penerima pelayanan publik. BAB V PERAN SERTA MASYARAI(AT Pasal 22 (1) Untuk menjamin pelayanan yang diberikan kepada masyarakat dengan berorientasi pada tingkat pelayanan yang diinginkan oleh masyarakat, maka penjrusunan standar pelayanan publik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1o ayat (1) wajib mengikutsertakan masyarakat. (2) Tata cara pengikutsertaan masyarakat dalam penjrusunan standar pelayanan publik diatur iebih lanjut dengan Peraturan Bupati. BAB VI PENGADUAN DAN PEI{YELESAIAN SENGKE-TA Bagian Kesatu Pengaduan Pasal 23 (1) (2) Pengaduan pelayanan publik diajukan kepada penyelenggara. Paling lama 74 (empat belas) hari setelah diterimanya pengaduan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), penyelenggara harus menindaklanjuti pengaduan tersebut sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Bagian Kedua Penyele saian Pengaduan Pasal 24 (1) (2) Penyelenggara wajib menyelesaikan setiap laporan atau pengaduan masyarakat mengenai ketidakpuasan dalam pemberian pelayanan sesuai kewenangannya. Untuk menampung pengaduan masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Penyelenggara menyediakan loket dan kotak pengaduan.

t7 (3) Penyelenggara wajib memutuskan hasil pemeriksaan pengaduan pelayanan publik paling lambat 60 (enam puluh) hari sejeil< berkas pengaduan dinyatakan lengkap. (4) Keputusan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) wajib disampaikan kepada pihak yang mengajukan pengaduan paling lambat 14 (empat belas) hari sejak diputuskan. (5) Dalam menyelesaikan pengaduan masyarakat, Penyelenggara wajib memperhatikan hal-hal sebagai berikut : a. prioritas penyelesaian pengaduan; b. penentuan pejabat yang menyelesaikan pengaduan; c. prosedur penyelesaian pengaduan; d. rekomendasi penyelesaian pengaduan; e. pemantauan dan eva-luasi penyelesaian pengaduan; f. pelaporan proses dan hasil penyelesaian pengaduan kepada pimpinan; g. dokumentasi penyelesaian pengaduan. BAB VII KETENTUAN SANKSI Pasal 25 (1) Pelanggaran yang dilakukan oleh pemberi pelayanan publik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 dan Pasal 22 dikenakan sanksi administratif. I (2).Jenis-jenis sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa: a. teguran; b. peringatan tertulis; c. pembebasan dari jabatan; d. penurllnan gaji sebesar satu kali kenaikan gaji berkala ; untuk paling lama 1 (satu) tahun; e. penurunan pangkat pada pangkat yang setingkat lebih rendah untuk paling lama 1 (satu) tahun; dan f. pemberhentian dengan hormat tidak atas permintaan sendiri. (3) Mekanisme pemberian sanksi administratif dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

18 BAB VIII KETENTUAN PERALIHAN Pasal 26 Pada saat Peraturan Daerah ini mulai berlaku, Satuan Kerja Perangkat Daerah yang telah memiliki Standar Operasional Prosedur dan/atau Standar Pelayanan Minimal dinyatakan masih tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan Peraturan Daerah ini. Peraturan Daerah diundangkan. Agar setiap pengundangan pada Lembaran BAB IX KETENTUAN PENUTUP Pasal 27 ini mulai berlaku pada tanggal orang mengetahuinya, memerintahkan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya Daerah Kabupaten Muara Enim. Diteta kan di Muara Enim pada nggal 'ii"'.*r.:,; 2013 BUPA MUARA ENIM, MUZAKIR SAI SOHAR Diundangkan di Muara Enim pada tanggal "i? ;ii r 2}rc SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN MUARA ENIM, 4TAUFIK RAHMAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MUARA ENIM TAHUN 2013 NOMOR i