Peraturan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 59 tahun 2012 tentang Pedoman Pelaksanaan Sistem Rujukan Pelayanan Kesehatan

dokumen-dokumen yang mirip
PERATURAN GUBERNUR BANTEN NOMOR 50 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN SISTEM RUJUKAN PELAYANAN KESEHATAN PERORANGAN DI PROVINSI BANTEN

Menetapkan : PERATURAN WALIKOTA BENGKULU TENTANG SISTEM RUJUKAN PELAYANAN KESEHATAN PERORANGAN.

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 59 TAHUN 2012 TENTANG

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

- 1 - GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 20 TAHUN 2014 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

UPATI TANJUNG JABUNG BARAT, NIP PROVINSI JAMBI PERATURAN BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 21 TAHUN 2015

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 41 TAHUN 2016 TENTANG SISTEM RUJUKAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PANDUAN RUJUKAN PASIEN DI RUMAH SAKIT

WALIKOTA PONTIANAK PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN WALIKOTA PONTIANAK NOMOR 39 TAHUN 2015 TENTANG

panduan praktis Sistem Rujukan Berjenjang

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BUPATI PENAJAM PASER UTARA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN BUPATI PENAJAM PASER UTRA NOMOR 44 TAHUN 2014 TENTANG

TENTANG GUBERNUR BENGKULU,

7. Peraturan Pemerintah...

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BUPATI JEMBER PROVINSI JAWA TIMUR

PANDUAN RUJUKAN PASIEN DI RUMAH SAKIT PUPUK KALTIM BONTANG

S A L I N A N DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PROBOLINGGO,

BUPATI SUMBAWA BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2017 TENTANG WAJIB KERJA DOKTER SPESIALIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Dinas Kesehatan Prov. Sulsel Tahun 2018

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

panduan praktis Penjaminan di Wilayah Tidak Ada Faskes Penuhi Syarat

2017, No Nomor 153, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5072); 4. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi (Lem

PROSEDUR DAN TATA LAKSANA PELAYANAN KESEHATAN BAGI PESERTA JAMINAN KESEHATAN NASIONAL

BUPATI LOMBOK BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 43 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN FASILITASI AKREDITASI FASILITAS KESEHATAN TINGKAT PERTAMA

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT

PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG IZIN PRAKTIK DOKTER DAN DOKTER GIGI

2011, No Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lem

BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : SERI : E LIPERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 34 TAHUN 2012

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2052/MENKES/PER/X/2011 TENTANG IZIN PRAKTIK DAN PELAKSANAAN PRAKTIK KEDOKTERAN

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL

BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG

WALIKOTA PAREPARE PERATURAN WALIKOTA PAREPARE NOMOR 31 TAHUN 2014 TENTANG

panduan praktis Pelayanan Ambulan

BUPATI MAJENE PROVINSI SULAWESI BARAT

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2018 TENTANG BANTUAN BIAYA PENDIDIKAN PROGRAM DOKTER LAYANAN PRIMER

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA TANGERANG SELATAN. Menimbang : a. bahwa pembangunan di bidang kesehatan pada. dasarnya ditujukan untuk peningkatan

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

IMPLEMENTAS I PERAWAT PRAKTEK MANDIRI. Ns. SIM SAYUTI, S.Kep NIRA : Beprofessional nurse Knowledge, skill, & attitude

BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL

WALIKOTA PAREPARE PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN WALIKOTA PAREPARE NOMOR 35 TAHUN 2015 TENTANG

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

GUBERNUR SULAWESI BARAT

WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN WALIKOTA MATARAM NOMOR : 9 TAHUN 2017 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 9 TAHUN 2013 SERI D NOMOR 9 TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BAB I PENDAHULUAN. kekurangan nafkah, yang berada di luar kekuasaannya (Kemenkes RI, 2012).

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG JAMINAN KESEHATAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BENGKAYANG,

2012, No.1156

Instrumen 1: Pelayanan Jejaring Sistem Rujukan Vanguard Kegawat daruratan Ibu dan BBL (neonatal)

BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL

PEMERINTAH KABUPATEN KAPUAS HULU

JEJARING PROGRAM NASIONAL PENGENDALIAN TUBERKULOSIS DI INDONESIA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2014 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2016, No Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Neg

PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 43 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN FASILITASI AKREDITASI FASILITAS TINGKAT PERTAMA

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 116,

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

-1- GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 141 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA RUMAH SAKIT JIWA

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BUPATI MAJENE PROVINSI SULAWESI BARAT

SK AKREDITASI BAB I EP NAMA DOKUMEN ADA TDK ADA SK Ka Puskesmas ttg jenis pelayanan yang

RUJUKAN. Ditetapkan Oleh Ka.Puskesmas SOP. Sambungmacan II. Kab. Sragen. Puskesmas. dr.udayanti Proborini,M.Kes NIP

WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 14 TAHUN 2017 TENTANG

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG

PERATURAN DAERAH KOTA BONTANG NOMOR 2 TAHUN 2002 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BONTANG,

BUPATI LUWU TIMUR PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI LUWU TIMUR NOMOR 12 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN DANA KAPITASI DAN NON KAPITASI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

KONSEP PELAYANAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL DI PELAYANAN KESEHATAN

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2013 TENTANG PELAYANAN KESEHATAN PADA JAMINAN KESEHATAN NASIONAL

BUPATI NGAWI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI NGAWI,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG IZIN PRAKTEK DOKTER, PRAKTEK PERAWAT, PRAKTEK BIDAN DAN PRAKTEK APOTEKER

BAB 1 PENDAHULUAN. ketika berobat ke rumah sakit. Apalagi, jika sakit yang dideritanya merupakan

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BUPATI BINTAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN BUPATI BINTAN NOMOR : 39 TAHUN

BUPATI BANYUWANGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUWANGI,

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 59 TAHUN 2016 TENTANG PEMBEBASAN BIAYA PASIEN PENYAKIT INFEKSI EMERGING TERTENTU

WALIKOTA PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR

- 1 - BUPATI BOYOLALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOYOLALI NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG

dr. H R Dedi Kuswenda, MKes Direktur Bina Upaya Kesehatan Dasar Ditjen Bina Upaya Kesehatan

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN ILIR NOMOR : 7 TAHUN 2009 TENTANG

PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR 69 TAHUN 2015

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2016, No Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2003 tentang Pengesahan ILO Convention Nomor 81 Concerning Labour Inspection in Industry and Commerce

BAB VIII. Manajemen Penunjang Layanan Klinis

BUPATI BANYUWANGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUWANGI,

Gubernur Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta

SALINAN PERATURAN KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2014 TENTANG

PETUNJUK TEKNIS ADMINISTRASI KLAIM DAN VERIFIKASI PROGRAM JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT 2008 PADA PEMBERI PELAYANAN KESEHATAN TINGKAT LANJUTAN

PENERAPAN STRATEGI DOTS DI RUMAH SAKIT HBS MODUL F HDL 1

Transkripsi:

Peraturan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 59 tahun 2012 tentang Pedoman Pelaksanaan Sistem Rujukan Pelayanan Kesehatan Dinas Kesehatan DIY tgl 19 29 November 2012

Latar Belakang Masyarakat Provider/fasyankes Pelayanan di fasyankes (kamar penuh, pelayanan kurang) Jaminan kesehatan (pembayaran klaim sesuai kewenangan RS) Tidak ada pedoman pelaksanaan sistem rujukan Tarif jamkes belum sesuai tarif RS Pemerintah Pedoman sistem rujukan (1972, 2012 rujukan perorangan)

9 Bab 26 Pasal Pergub no. 59/2012 Pedoman Pelaksanaan Sistem Rujukan

Bab 1 Ketentuan Umum Pasal 1 Memuat tentang definisi Bab 1 pasal 1.docx

Bab 2 Kegiatan Sistem Rujukan 7 Pasal (psl 2 psl 8) Psl 2 Kegiatan Rujukan meliputi pengiriman : a. Rujukan pasien ke fasyankes yang lebih lengkap; b. Rujukan berupa spesimen atau penunjang diagnostik lainnya; c. Rujukan bahan pemeriksaan laboratorium; dan atau d. Rujukan pengetahuan dan ketrampilan

Lanjutan bab II Pasal 3 pemberi pelayanan kesehatan/petugas kesehatan wajib terlebih dahulu memeriksa pasien yang dirujuk Pasal 4 pelaksanaan rujukan harus memenuhi prosedur standar a. merujuk pasien; SOP merujuk px.docx b. menerima rujukan pasien; SOP menerima rujukan.docx c. memberi rujukan balik pasien; memberi rujukan balik.docx d. menerima rujukan balik pasien; SOP menerima balik pc.docx e. rujukan lintas batas; SOP lintas batas.docx f. pengelolaan pasien di ambulans; dan SOP Ambulance.docx g. rujukan maternal perinatal

Lanjutan bab II Pasal 5 Rujukan pasien dilakukan dalam hal : a. Fasyankes memastikan tidak mampu memberikan pelayanan yang dibutuhkan pasien b. Setelah memperoleh perawatan & pengobatan ternyata pasien memerlukan pemeriksaan, pengobatan dan perawatan di fasyankes yg lebih mampu Pasal 6 Fasyankes yang menerima rujukan harus merujuk kembali pasien ke fasyankes asal rujukan sebagaimana dimaksud psl 5 setelah memberi pelayanan kesehatan bagi pasien rujukan

Pasal 7 (1) Pemberi pelayanan kesehatan wajib mengirimkan rujukan spesimen atau penunjang medis jika memerlukan pemeriksaan lab yang lebih tepat, mampu & lengkap (2) Spesimen atau penunjang medis dapat dikirim & diperiksa dengan atau tidak disertai pasien (3) Jika sebagian spesimen telah diperiksa di lab fayankes asal lab rujukan dapat memeriksa & memberikan validasi hasil pemeriksaan pertama (4) Fasyankes yang menerima rujukan, wajib mengirim laporan hasil pemeriksaan ke fasyankes asal

Pasal 8 (1) Fasyankes dapat mengajukan permintaan rujukan pengetahuan & ketrampilan kepada Dinas atau Dinas Kab/Kota (2) Rujukan pengetahuan sebagaimana dimaksud pada ayat(1) meliputi pemberian : a. Bimbingan klinis; b. Bimbingan teknis/alih ketrampilan; dan/atau c. Bimbingan kesehatan masyarakat

(3) Rujukan pengetahuan & ketrampilan sebagaimana dimaksud pd ayat (1) dapat dilakukan dengan cara : a. Dokter spesialis yang dibutuhkan melakukan bimbingan secara berkala ke puskesmas; b. Residen senior ditugaskan di rumah sakit kab/kota yang belum mempunyai dokter spesialis; c. Magang atau pelatihan di rumah sakit umum yang lebih lengkap bagi dokter umum, bidan atau perawat dari puskesmas atau rumah sakit umum kabupaten/kota

(4) Dinas memfasiliasi kerja sama tentang rujukan pengetahuan dan tenaga ahli/dokter spesialis antar fasilitas pelayanan kesehatan

Bab III Jenjang Rujukan 4 pasal (pasal 9-12) Pasal 9 Pelayanan kesehatan dilaksanakan secara berjenjang sesuai kebutuhan medis dan dimulai dari pemberi pelayanan kesehatan tingkat pertama

Pasal 10 Pengiriman rujukan harus dilakukan secara berjenjang dg ketentuan : a. Rujukan dari PPK pertama harus dikirim ke PPK setara atau PPK kedua; dan b. Rujukan dari PPK kedua harus dikirimkan ke PPK yang setara atau ke PPK ketiga alur rujukan.docx

Pasal 11 Pengiriman rujukan sebagaimana psl 10 harus diutamakan ke fasyankes terdekat sesuai jenjang rujukan Pasal 12 PPK, pasien peserta jaminan, dan penjamin pembiayaan kesehatan wajib mengikuti jenjang rujukan sebagaimana psl 9 & psl 10 kecuali dalam keadaan darurat, bencana dan kekhususan permasalahan kesehatan pasien alur rujukan.docx

Bab IV Syarat Rujukan 6 Pasal (psl 13- psl 18) (psl 13) (1) Pembuat rujukan harus : a. Mempunyai kompetensi dan wewenang merujuk b. Mengetahui kompetensi dan wewenang sasaran/tujuan rujukan; dan c. Mengetahui kondisi serta kebutuhan objek rujukan

(2) Surat rujukan harus mencatumkan a. Unit yang mempunyai tanggungjawab dalam rujukan, baik yang merujuk atau menerima rujukan; b. Alasan tindakan rujukan; c. Pelayanan medis dan rujukan yang dibutuhkan ; dan d. Tanda tangan persetujuan pasien atau keluarga (3) Surat rujukan harus dilampiri : a. Formulir rujukan balik; b. Kartu jaminan kesehatan; dan c. Dokumen hasil pemeriksaan penunjang

(4) Rujukan pasien /spesimen harus dilakukan jika : a. dari hasil pemeriksaan medis, sudah teridentifikasi bahwa keadaan pasien tidak dapat ditangani; b. pasien memerlukan pelayanan medis spesialis dan atau sub spesialis yang tidak tersedia di fasilitas pelayanan kesehatan semula; dan/atau c. Pasien memerlukan pelayanan penunjang medis yang lebih lengkap yang tidak tersedia di fasilitas pelayannan kesehatan asal.

Psl 14 (1) Pemberian rujukan untuk pasien jaminan kesehatan harus disertai kejelasan tentang pembiayaan rujukan dan pembiayaan di fasilitas kesehatan tujuan rujukan (2) Pasien jaminan kesehatan harus dirujuk ke rumah sakit yang mengadakan kerjasama dengan penyelenggara jaminan kesehatan

Pasal 15 Pemberi pelayanan kesehatan/tenaga kesehatan dilarang merujuk atas dasar kompensasi/imbalan dari fasyankes Pasal 16 (1) penerima rujukan dapat merujuk balik atau mengarahkan ke fasilitas pelayanan kesehatan sesuai jenjang pelayanannya jika berdasarkan pelayanan kesehatan dimaksud dalam psl 6 atau analisa atas alasan tindakan rujukan, pelayanan medis dan rujukan medis di dalam surat rujukan sebagaimana dimaksud dalam pasal 13 ayat (2) huruf b dan c ternyata : a. dapat dilakukan oleh fasilitas pelayanan kesehatan perujuk; atau b. tidak sesuai dengan jenjang pelayanan penerima rujukan

(2) penerima rujukan wajib melaporkan rujukan yang tidak memenuhi syarat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) kepada Dinas Pemerintah Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta atau Dinas Kab/Kota atau lembaga yang menangani pengaduan pelayanan publik

Pasal 17 Dalam hal belum tersedianya fasilitas atau tempat bagi pasien rujukan, fasilitas pelayanan kesehatan wajib tetap memberikan perawatan dan menjaga stabilitas kesehatan hingga memperoleh tempat rujukan

Pasal 18 (1) Dalam hal diketahui adanya pengiriman rujukan yang melanggar syarat sebagaimana dimaksud dalam psl 12 sd psl 14, Dinas memberikan sanksi administrasi berupa teguran, pengumuman di media masa, penurunan kelas fasyankes, pencabutan izin, atau rekomendasi sanksi administrasi (2) Pemberian sanksi administrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan tahapan sebagai berikut : a. Dinas memberikan teguran tertulis setelah melakukan verifikasi terhadap pengirim rujukan; b. teguran tertulis sebagaimana dimaksud pada huruf a berisi rekomendasi tindakan harus dilakukan oleh pengirim teguran;

c. pengirim rujukan sebagaimana dimaksud pada huruf a wajib memperbaiki pelayanan dan memberi laporan kepada Dinas bahwa telah menindaklanjuti teguran; d. laporan sebagaimana dimaksud pada huruf c harus disampaikan Dinas paling lama 2 (dua) minggu sejak teguran tertulis diterima; e. jika dalam waktu 2 (dua) minggu sejak teguran pertama diterima pengirim rujukan tidak menindaklanjuti teguran pertama, Dinas memberi teguran kedua;

f. Jika dalam waktu 2 (dua) minggu sejak teguran kedua diterima pengirim rujukan tidak menindaklanjuti teguran kedua, Dinas memberikan sanksi berupa pengumuman kepada masyarakat perihal fasilitas pelayanan kesehatan yang melanggar atau tidak memenuhi standar pelayanan; g. Dalam hal pelanggaran mengakibatkan kematian atau kerugian yang besar, Dinas dapat melanjutkan proses penjatuhan sanksi menjadi pencabutan izin; dan; h. Dalam hal pihak yang melanggar adalah fasilitas pelayanan kesehatan kelas A, Dinas memberikan rekomendasi kepada Menteri tentang usul penjatuhan sanksi administrasi.

Bab V Kewajiban Pengirim & Penerima Rujukan Pasal 19 (1) Kewajiban pengirim rujukan a. Memberi penjelasan atau alasan kepada pasien atau keluarganya atas tindakan rujukan atau keputusan melakukan rujukan; b. Meminta konfirmasi dan memastikan kesiapan fasilitas pelayanan kesehatan tujuan rujukan; c. Membuat surat rujukan dengan melampirkan hasil diagnosis pasien dan resume catatan medis

Pasal 19 d. Mencatat pada register dan membuat laporan rujukan Tabel Lampiran.xlsx e. Menstabilkan keadaan umum pasien dan memastikan stabilitas pasien dipertahankan selama perjalanan menuju tempat rujukan f. Menyerahkan surat rujukan kepada pihak yang berwenang di fasyankes tempat rujukan melalui nakes yang mendampingi pasien g. Melaksanakan ketentuan yang ada pada jaminan kes dan badan penjamin kesehatan h. Memberi informasi mutakhir mengenai kapasitas sarana yang dimiliki seperti kapasitas kamar atau tempat tidur melalui situs jaringan yang dikelola Dinas

Pasal 19 (2) Pengirim rujukan harus memperhatikan a. Sarana transportasi b. Pasien didampingi oleh nakes yang trampil c. Sarana transportasi/petugas kesehatan pendamping memiliki sarana komunikasi (3) Bila pengirim rujukan melanggar, dinas memberikan sanksi administrasi sebagaimana psl 18 ayat (1) dan (2)

(1) penerima rujukan wajib: Pasal 20 (2 ayat) a. Menerima surat rujukan & membuat tanda terima pasien b. Mencatat kasus rujukan dan membuat laporan penerimaan rujukan c. Membuat diagnosis, melaksanakan tindakan medis, perawatan d. Melaksanakan catatan medis sesuai ketentuan e. Memberikan informasi media kepada fasyankes pengirim rujukan f. Membuat rujukan balik g. Memberikan informasi mutakhir kapasitas sarana yang dimiliki melalui situs jaringan dinas (2) Bila penerima rujukan melanggar ayat (1) dinas memberikan sanksi sebagaimana dimaksud psl 18 ayat (1)

Bab VI Informasi & Komunikasi Rujukan (2 pasal) Pasal 21 (1) Dinas & Insatansi yang mempunyai tugas di bid kes kab/kota hrs mengembangkan sistem informasi & komunikasi rujukan dinamis, dalam jaringan (online) serta tersedia di semua fasyankes (2) Sistem informasi & komunikasi rujukan a. Jenis & kemampuan fasyankes b. Jenis & kemampuan tenaga medis yang tersedia pd saat tsb c. Keberadaan tempat tidur yang kosong di semua kelas

(3) Aplikasi rujukan online sebagaimana media informasi dan komunikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) sebagaimana tercantum dalam lampiran II, merupakan bagian tidak terpisahkan dari pergub ini.

Pasal 22 Fasyankes di deaerah wajib : a. Memperbaharui data ketersediaan fasilitas kesehatan terkait dengan rujukan; dan b. Mengakses sistem informasi & komunikasi rujukan mengetahui kondisi fasilitas pelayanan kesehatan yang akan dirujuk

Bab VII Pembinaan, Pengawasan, Monitoring & Evaluasi pasal 23 cukup jelas Pasal 24 cukup jelas

Bab VIII Ketentuan Lain-lain Pasal 25 cukup jelas

Bab IX Ketentuan Penutup Pasal 26 cukup jelas psl 26.docx