ANALISIS PENDAPATAN DAN POLA KELEMBAGAAN PEMASARAN USAHATANI CABAI RAWIT DI DESA SUNJU KECAMATAN MARAWOLA KABUPATEN SIGI

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS PENDAPATAN DAN KELAYAKAN USAHATANI PADI SAWAH DI DESA KARAWANA KECAMATAN DOLO KABUPATEN SIGI

ANALISIS KELAYAKAN USAHA TAMBAK BANDENG DI DESA DOLAGO KECAMATAN PARIGI SELATAN KABUPATEN PARIGI MOUTONG

ANALISIS PENDAPATAN DAN PEMASARAN USAHATANI SEMANGKA DI DESA MARANATHA KECAMATAN SIGI BIROMARU KABUPATEN SIGI

ANALISIS PEMASARAN BAWANG MERAH DI DESA OLOBOJU KECAMATAN SIGI BIROMARU KABUPATEN SIGI

ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG DI DESA LABUAN TOPOSO KECAMATAN LABUAN KABUPATEN DONGGALA

ANALISIS PENDAPATAN DAN KELAYAKAN USAHATANI CABAI RAWIT DI DESA SUNJU KECAMATAN MARAWOLA KABUPATEN SIGI

ANALISIS PENDAPATAN DAN KELAYAKAN USAHATANI PADI SAWAH DI DESA LAANTULA JAYA KECAMATAN WITAPONDA KABUPATEN MOROWALI

ANALISIS KELAYAKAN USAHATANI NANAS DI DESA DODA KECAMATAN KINOVARO KABUPATEN SIGI

e-j. Agrotekbis 2 (2) : , April 2014 ISSN :

ANALISIS PENDAPATAN DAN KELAYAKAN USAHATANI PADI SAWAH DI DESA SIDERA KECAMATAN SIGI BIROMARU KABUPATEN SIGI

Herman Subagio dan Conny N. Manoppo Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Tengah ABSTRAK

ANALISIS PENDAPATAN DAN KELAYAKAN USAHATANI PADI SAWAH DI DESA SIDONDO 1 KECAMATAN SIGI BIROMARU KABUPATEN SIGI

ANALISIS PENDAPATAN DAN KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN AYAM PETELUR HJ. SARI INTAN DI DESA POTOYA KECAMATAN DOLO KABUPATEN SIGI

ANALISIS KEUNTUNGAN USAHA TANI CENGKEH (STUDI KASUS DESA SULUUN RAYA) Heince A. A. Lolowang Vicky V. J. Palenewen Arie D. P. Mirah

ANALISIS PENDAPATAN PETANI PENGGARAP PADA USAHATANI PADI SAWAH DI DESA KALEKE KECAMATAN DOLO BARAT KABUPATEN SIGI

ANALISIS TITIK PULANG POKOK USAHATANI BAWANG MERAH (Allium ascolinicum L) VARIETAS LEMBAH PALU DI KELURAHAN TAIPA KECAMATAN PALU UTARA KOTA PALU

ANALISIS PEMASARAN BERAS DI DESA SIDONDO I KECAMATAN SIGI BIROMARU KABUPATEN SIGI

RANTAI NILAI BERAS IR64 DI KECAMATAN WANAREJA KABUPATEN CILACAP

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL USAHATANI CENGKEH DI DESA BOUKECAMATAN SOJOL KABUPATEN DONGGALA PROVINSI SULAWESI TENGAH

KONTRIBUSI USAHATANI PADI SAWAH TERHADAP PENDAPATAN USAHATANI KELUARGA DI DESA OGOAMAS II KECAMATAN SOJOL UTARA KABUPATEN DONGGALA

ANALISIS TITIK IMPAS SEBAGAI ALAT PERENCANAAN LABA PEDAGANG CABAI RAWIT DI WILAYAH KOTA GORONTALO* )

ANALISIS PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHATANI PADI SAWAH DI DESA SIDONDO 1 KECAMATAN SIGI BIROMARU KABUPATEN SIGI

Analisis Pemasaran Sawi Hijau di Desa Balun Ijuk Kecamatan Merawang Kabupaten Bangka ( Studi Kasus Kelompok Tani Sepakat Maju)

Gambar 2. Tingkat Produktivitas Tanaman Unggulan Kab. Garut Tahun

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian di Indonesia masih memegang peranan penting dari

ANALISIS PENPAPATAN DAN KELAYAKAN USAHA INDUSTRI TAHU DANI DI KOTA PALU. Income and Worthiness Analysis of Industrial Enterprises Tofu Dani in Palu

ANALISIS PEMASARAN KOPRADI DESA TAMBU KECAMATAN BALAESANG KABUPATEN DONGGALA

ANALISIS PROFITABILITAS USAHA KACANG GOYANG PADA INDUSTRI PRIMA RASA DI KOTA PALU

ANALISIS PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHATANI BAWANG MERAH LOKAL PALU DI DESA OLOBOJU KECAMATAN SIGI BIROMARU KABUPATEN SIGI

ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG MANIS PADA KELOMPOK TANI SUKAMAJU I DI DESA BULUPONTU JAYA KECAMATAN SIGI BIROMARU KABUPATEN SIGI

KAJIAN USAHATANI TANAMAN TOMAT TERHADAP PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETANI,

ANALISIS SENSITIVITAS PENDAPATAN USAHATANI KAKAO DI DESA BURANGA KECAMATAN AMPIBABO KABUPATEN PARIGI MOUTONG

PENGARUH IRIGASI TERHADAP PRODUKSI USAHATANI PADI SAWAH DI DESA SIDERA KECAMATAN SIGI BIROMARU

ANALISIS PENDAPATAN DAN KELAYAKAN USAHATANI BAWANG MERAH DI KECAMATAN ANGGERAJA KABUPATEN ENREKANG

IV METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian

KAJIAN PRODUKSI DAN PENDAPATAN PADA PROGRAM GERNAS KAKAO DI SULAWESI TENGGARA

MAKSIMISASI KEUNTUNGAN USAHA BUDIDAYA RUMPUT LAUT DI DESA LALOMBI KECAMATAN BANAWA SELATAN KABUPATEN DONGGALA

ANALISIS PRODUKSI USAHATANI JAGUNG DI DESA OLOBOJU KECAMATAN SIGI BIROMARU KABUPATEN SIGI

ANALISIS PEMASARAN CABAI MERAH (Capsicum annum) DI DESA GOMBONG KECAMATAN BELIK KABUPATEN PEMALANG ABSTRAK

ANALISIS MARKETING BILL KOMODTI CABAI MERAH DI KOTA MEDAN. Staff Pengajar Program Studi Agribisnis Fakultas PertanianUniversitas Sumatera Utara

ANALISIS PEMASARAN USAHATANI CABAI MERAH KERITING DI DESA MAKU KECAMATAN DOLO KABUPATEN SIGI

STUDI PEMASARAN WORTEL (Daucus carota L.) DI DESA CITEKO KECAMATAN CISARUA KABUPATEN BOGOR JAWA BARAT

ANALISIS FINANSIAL USAHATANI SAWI

BESARNYA KONTRIBUSI CABE BESAR (Capsicum annum L) TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI (Oryza sativa L) DI KELURAHAN BINUANG

IV. METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data

ANALISIS USAHATANI JAGUNG (Zea Mays L) (Suatu kasus di Desa Pancawangi Kecamatan Pancatengah Kabupaten Tasikmalaya)

PENDAPATAN USAHATANI KACANG TANAH DI DESA TAGAWITI KECAMATAN ILE APE KABUPATEN LEMBATA

PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan PDB Hortikultura Tahun Komoditas

ANALISIS PENDAPATAN DAN PEMASARAN USAHA PEMBUATAN GARAM DI KELURAHAN TALISE KECAMATAN MANTIKULORE KOTA PALU

ANALISIS PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHATANI PADI SAWAH DI DESA BONEMARAWA KECAMATAN RIOPAKAVA KABUPATEN DONGGALA

I. PENDAHULUAN. datang adalah hortikultura. Hortikultura merupakan komoditas pertanian yang

ANALISIS EFISIENSI SALURAN PEMASARAN BAHAN OLAHAN KARET RAKYAT (BOKAR) LUMP MANGKOK DARI DESA KOMPAS RAYA KECAMATAN PINOH UTARA KABUPATEN MELAWI

AGRIPLUS, Volume 22 Nomor : 01Januari 2012, ISSN

e-j. Agrotekbis 1 (3) : , Agustus 2013 ISSN :

ANALISIS KERAGAAN PERMINTAAN DAN PENAWARAN CABAI RAWIT DI KOTA GORONTALO JURNAL ILMIAH MEIKO SAIDI

ANALISIS USAHATANI DAN PEMASARAN KEDELAI DI KECAMATAN KETAPANG KABUPATEN SAMPANG

ANALISIS PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHATANI BAWANG MERAH LOKAL TINOMBO DI DESA LOMBOK KECAMATAN TINOMBO KABUPATEN PARIGI MOUTONG

22 Siti Masithoh et al Pemanfaatan lahan pekarangan

III KERANGKA PEMIKIRAN

ANALISIS PENDAPATAN DAN KELAYAKAN USAHATANI SEMANGKA DI DESA MARANATHA KECAMATAN SIGI BIROMARU KABUPATEN SIGI

ANALISA PERBANDINGAN SOSIAL EKONOMI PETANI JAGUNG SEBELUM DAN SETELAH ADANYA PROGRAM PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLITAN MUNGKA KABUPATEN LIMA PULUH KOTA

ANALYSIS OF COST EFFICIENCY AND CONRTIBUTION OF INCOME FROM KASTURI TOBACCO, RICE AND CORN TO THE TOTAL FARM HOUSEHOLD INCOME

ANALISIS PEMASARAN TEMPE PADA INDUSTRI RUMAH TANGGA MULTI BAROKAH DI KOTA PALU

ANALISIS MARGIN DAN EFISIENSI SALURAN PEMASARAN KAKAO DI KABUPATEN KONAWE

DISTRIBUSI DAN PENANGANAN PASCAPANEN KACANG PANJANG

ANALISIS PENDAPATAN DAN KELAYAKAN USAHA BAWANG PUTIH GORENG PADA INDUSTRI RUMAH TANGGA SOFIE DI KOTA PALU

Penggunaan Tenaga Kerja Keluarga Petani Peternak Itik pada Pola Usahatani Tanaman Padi Sawah di Kecamatan Air Hangat Kabupaten Kerinci

III. METODE PENELITIAN. Usahatani dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari bagaimana. produksi danpendapatanyang diinginkan pada waktu tertentu.

I. PENDAHULUAN. Sumber: Badan Pusat Statistik (2009)

Oleh : DEDI DJULIANSAH DOSEN PRODI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SILIWANGI

Analisis Efisiensi Pemasaran Pisang Produksi Petani di Kecamatan Lengkiti Kabupaten Ogan Komering Ulu. Oleh: Henny Rosmawati.

STEVIA ISSN No Vol. II No. 01-Januari 2012

Analisis Risiko Usahatani Kedelai Di Kecamatan Jawai Selatan Kabupaten Sambas. Abstract

ANALISIS PERBANDINGAN KELAYAKAN USAHATANI CABAI MERAH

Analisis Pemasaran Kakao Pola Swadaya di Desa Talontam Kecamatan Benai Kabupaten Kuantan Singingi

Oleh: 1 Haris Hermawan, 2 Soetoro, 3 Cecep Pardani

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BPS. 2012

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dengan sektor pertanian sebagai sumber. penduduknya menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian.

PENDAHULUAN. Nurmedika 1, Marhawati M 2, Max Nur Alam 2 ABSTRACT

ANALISIS PENDAPATAN DAN EFISIENSI USAHATANI PADI SAWAH DI DESA KOTA BANGUN KECAMATAN KOTA BANGUN

ANALISIS PENDAPATAN DAN KELAYAKAN USAHA BAWANG GORENG PADA UMKM USAHA BERSAMADI DESA BOLUPOUNTU JAYA KECAMATAN SIGI BIROMARU KABUPATEN SIGI

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian di Indonesia masih memegang peranan penting dari keseluruhan

ANALISIS TITIK IMPAS USAHATANI KEDELAI

Saluran dan Marjin Pemasaran cabai merah (Capsicum annum L)

ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI CABAI DI DESA ANTAPAN (Studi Kasus Di Desa Antapan, Kecamatan Baturiti, Kabupaten Tabanan)

Reza Raditya, Putri Suci Asriani, dan Sriyoto Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu ABSTRACT

PERBEDAAN PENDAPATAN USAHATANI PADI (Oryza Sativa L) KULTIVAR PADI HITAM LOKAL CIBEUSI DENGAN PADI CIHERANG

ANALISIS PENDAPATAN DAN EFISIENSI BIAYA USAHATANI TEMBAKAU MAESAN 2 DI KABUPATEN BONDOWOSO

ANALISIS PROFITABILITAS USAHA TAHU PADA INDUSTRI TAHU AFIFAH DI KOTA PALU

I. PENDAHULUAN. pangan, tanaman hias, hortikultura, perkebunan dan kehutanan. Potensi ekonomi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

ANALISIS PEMASARAN TOMAT DIDESA LABUAN TOPOSO KECAMATAN LABUAN KABUPATEN DONGGALA

SEPA : Vol. 8 No.1 September 2011 : 9 13 ISSN : ANALISIS BIAYA DAN PENDAPATAN USAHATANI KEDELAI DI KABUPATEN SUKOHARJO

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor penting dalam menunjang

ANALISIS PENDAPATAN PETANI TOMAT PADA LAHAN SAWAH DI DESA TOSURAYA SELATAN KECAMATAN RATAHAN KABUPATEN MINAHASA TENGGARA. Welson Wangke Benu Olfie L.

HUBUNGAN KARAKTERISTIK PETANI DENGAN KOMPETENSI AGRIBISNIS PADA

I. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Sebaran Struktur PDB Indonesia Menurut Lapangan Usahanya Tahun

ANALISIS PENDAPATAN DAN NILAI TUKAR PETANI KARET RAKYAT DI DESA AIR SEKAMANAK KECAMATAN KETAHUN KABUPATEN BENGKULU UTARA

Transkripsi:

e-j. Agrotekbis 2 (3) : 317-324, Juni 2014 ISSN : 2338-3011 ANALISIS PENDAPATAN DAN POLA KELEMBAGAAN PEMASARAN USAHATANI CABAI RAWIT DI DESA SUNJU KECAMATAN MARAWOLA KABUPATEN SIGI Income Analysis and Marketing Institutional System of Cayenne Pepper Farming System in Sunju Village Marawola Sub District Sigi District Fitriani Mahasiswa Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Tadulako, Palu Email : fitrianitian@ymail.com ABSTRACT This study aimed to determine: (i) income of cayenne pepper farming system and (ii) the institutional system of cayenne pepper marketing in Sunju Village, Marawola Sub District, Sigi District. Respondents were determined using disproportional Stratified Random Sampling Technique including 16 respondents (51.61%) out of 24 farmers who were unbounded with the marketing institution and 15 respondents (48.39%) out of 23 farmers who were bounded with the marketing institution. Traders samples selected were through tracing sampling based on information obtained from the cayenne pepper farmers. The selected traders were two collectors, three retailers and oneinter-island trader. The research results indicated that (i) the income of the unbounded farmers in was IDR 11,071,033 ha -1, while that of the bounded farmers was IDR 9,797,596 ha -1; (ii)the existence of marketing institution in Siunju Village has been very helpful to the farmers in providing capital for their farming, however, the farmers cannot unreservedly sell their whole products for higher prices. Keywords: Cayenne pepper, income, Institutional Marketing System, ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : (i) Pendapatan usahatani cabai rawit dan (ii) pola kelembagaan pemasaran usahatani cabai rawit di Desa Sunju Kecamatan Marawola Kabupaten Sigi. Penentuan responden dilakukan dengan metode sampel acak stratifikasi tidak seimbang (Unpropotional Stratified Random Sampling) yaitu dengan mengambil 16 petani responden (51,61%) yang tidak terikat lembaga pemasaran dari 24 orang petani dan 15 petani responden (48,39%)yang terikat lembaga pemasaran dari 23 orang petani. Pemilihan sampel pedagang digunakan melalui metode tracing sampling atau penjajakan, yakni pengambilan sampel berdasarkan informasi dari petani cabai rawit. Dari hasil penjajakan diambil sebanyak 6 orang yang terdiri atas 2 orang pedagang pengumpul, 3 orang pedagang pengecer dan 1 orang pedagang antar pulau. Hasil Penelitian menunjukan bahwa (i) Pendapatan petani responden di Desa Sunju Kecamatan Marawola Kabupaten Sigi yang tidak terikat dengan lembaga pemasaran sebesar Rp 11.071.033/Ha, sedangkan pendapatan petani responden di Desa Sunju yang terikat dengan lembaga pemasaran sebesar Rp 9.797.596/Ha. (ii) Pola kelembagaan pemasaran di Desa Sunju Kecamatan Marawola Kabupaten Sigi menunjukan bahwa dengan adanya lembaga pemasaran di desa tersebut membantu petani dalam mengatasi masalah modal untuk usahataninya, namun petani tidak memiliki kebebasan untuk menjual keseluruhan hasil usahataninya dengan harga yang lebih tinggi. Kata Kunci : Pendapatan, Pola Kelembagaan Pemasaran, Cabai Rawit 317

PENDAHULUAN Salah satu bagian pembangunan pertanian di Indonesia yang mempunyai kedudukan strategis adalah kegiatan yang berbasis pada tanaman pangan dan hortikultura. Sektor ini selain melibatkan tenaga kerja terbesar dalam kegiatan proses produksinya juga merupakan bahan pangan pokok pada konsumsi nasional. Ditinjau dari sisi bisnis kegiatan ekonomi yang berbasis tanaman pangan dan hortikultura merupakan kegiatan bisnis terbesar dan tersebar luas di seluruh Indonesia (Saragih, 2001). Sektor pertanian di Indonesia meliputi subsektor tanaman bahan makanan, subsektor hortikultura, subsektor perikanan, subsektor peternakan dan subsektor kehutanan. Sejak Tahun 2004 hingga Tahun 2008 subsektor tanaman pangan mempunyai kontribusi yang paling banyak dibandingkan dengan subsector yang lainnya. Sub sektor hortikultura biasanya diusahakan oleh rakyat kecil, diantaranya yaitu cabai rawit. Cabai rawit termasuk dari sekian banyak komoditas pertanian yang menjadi fokus perhatian. Hal ini dikarenakan cabai rawit merupakan komoditas unggulan yang mempunyai nilai ekonomi, sehingga banyak dibudidayakan di Indonesia. Cabai rawit merupakan salah satu komoditi sayuran yang banyak dibudidayakan oleh petani di Sulawesi Tengah karena memiliki harga jual yang tinggi dan memiliki beberapa manfaat kesehatan yang salah satunya adalahzat capsaicin yang berfungsi dalam mengendalikan penyakit kanker. Selain itu kandungan vitamin C yang cukup tinggi pada cabai rawit dapat memenuhi kebutuhan harian setiap orang, namun harus dikonsumsi secukupnya untuk menghindari nyeri lambung (Ihsan, 2007). Di Sulawesi Tengah tanaman cabai rawit sangat mudah beradaptasi. Hal ini disebabkan kondisi lingkungan yang sangat mendukung, selain itu Sulawesi Tengah merupakan daerah beriklim tropis. Kebutuhan akan Komoditi cabai rawit terus meningkat seiring dengan pertambahan jumlah penduduk. Demi mencukupi kebutuhan tersebut diperlukan program peningkatan produksi, perbaikan kualitas dan pengolahan hasil panen.produksi tanaman cabai rawit di Provinsi Sulawesi Tengah yang diusahakan pada Tahun 2007-2011 mengalami kenaikan dari 5.392-160.387, dilihat dari luas panen pada Tahun 2007-2011 tanaman cabai rawit juga mengalami kenaikan dari 1.328-20.001, sedangkan dilihat dari produktivitasnya tanamancabai rawit pada Tahun 2007-2011 mengalami fluktuasi antara 4,060; 2,985 dan 8,018 (BPS, 2012 a). Fluktuasi tersebut disebabkan oleh banyaknya tanaman cabai rawit terkena hama dan penyakit, pengaruh iklim maupun adanya peranan petani yang mengolah tanamannya dengan baik. Kabupaten Sigi merupakan salah satu penghasil cabai rawit di Sulawesi Tengah. Sub sektor hortikultura khususnya cabai rawit yang ada di Kabupaten Sigi dapat diusahakan pada lahan tanaman pangan misalnya padi dan jagung, namun dengan adanya pengolahan serta pemeliharaan yang baik tanaman cabai rawit dapat memberikan hasil produksi yang maksimal, pada Tahun 2010-2011 terus meningkat dimana perkembangan luas lahan sebesar 134-137, produksi sebesar 873-903,50 serta produktivitas tanaman cabai rawit di Kabupaten Sigi sebesar 6,51-6,59 (BPS, 2012 b). Hal ini dipengaruhi adanya peranan sumberdaya manusia dalam mengelola usahatani yang baik, dalam hal ini petani cabai rawit. Hampir semua wilayah kecamatan di Kabupaten Sigi mengembangkan usahatani cabai rawit, termasuk Kecamatan Marawola yang turut menyumbang produksi cabai rawit. Kecamatan Marawola menempati urutan ketiga penghasil cabai rawit di Kabupaten Sigi. Produksi cabai rawit di Kecamatan Marawola pada Tahun 2011 sebanyak 157,00 Ton. Desa Sunju memiliki luas panen dan produksi yang tinggi yaitu 5 Ha dan 41 Ton dibandingkan dengan desa lain yang berada di Kecamatan Marawola (BP3K Sigi, 2012). Hal ini dipengaruhi oleh peranan petani dalam mengelola usahataninya. Cabai rawit dalam produksinya membutuhkan banyak modal.petani yang berusahatani cabai rawit merupakan petani kecil sehingga modal merupakan salah satu 318

kendala yang dihadapi dalam pengembangan usahatani komoditi ini.sistem pemasaran yang ada selama ini belum memberikan insentif yang besar bagi peningkatan kesejahteraan petani. Hal ini disebabkan harga yang tidak menentu karena perubahan harga yang terjadi setiap saat, sehingga pendapatan petani pun mengalami perbedaan yang mencolok pada setiap musim tanam. Mengembangkan system pemasaran akan mendorong kelancaran arusproduksi cabai rawit dari produsen ke konsumen yang pada akhirnya akan menggairahkan petani untuk berproduksi, karena selama ini yang terjadi dilapangan adalah pasar ditentukan oleh pedagang perantara maupun pedagang pengumpul dengan harga yang mereka tentukan sendiri, dan petani menjual produknya dengan harga tersebut. Jadi, usaha peningkatan produktivitas dan pengembangan cabai rawit dipengaruhi oleh perbaikan dalam sistem pemasaran. Pemasaran cabai rawit yang dilakukan oleh petani di Kecamatan Marawola Desa Sunju melalui dua orang pedagang pengumpul yang ada di desa. Harga yang berlaku diantara kedua pedagang pengumpul ditentukan oleh pasar daerah, apabila harga yang ditawarkan oleh pasar luar pulau lebih tinggi, maka kedua pedagang pengumpul akan menjual produknya kepada pedagang antar pulau dengan harga yang tinggi dibandingkan harga pasar di daerah, karena pada prinsipnya kedua pedagang pengumpul tersebut mengikuti harga pasar yang menawarkan dengan harga yang tinggi. Modal merupakan kendala yang dihadapi oleh petani di Desa Sunju dalam berusahatani. Namun dengan adanya pinjaman yang diberikan oleh lembaga pemasaran dalam hal ini pedagang pengumpul, dapat meringankan masalah yang tersebut.pemberian pinjaman tersebut disertai dengan kesepakatan tertentu yang berlaku antara petani dan lembaga pemasaran pemberi pinjaman. Berdasarkan latar belakang dan permasalahaan yang telah dikemukakan, maka penelitian ini secara umum bertujuan untuk menganalisis (i) berapa besar pendapatan usahatani cabai rawit,dan (ii) bagaimana pola kelembagaan pemasaran usahatani cabai rawit di Desa Sunju Kecamatan Marawola Kabupaten Sigi. METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu. Penelitian dilaksanakan di Desa Sunju Kecamatan Marawola Kabupaten Sigi. Lokasi penelitian ini dipilih secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa Desa Sunju merupakan salah satu daerah penghasil cabai rawit di Kecamatan Marawola Kabupaten Sigi. Penelitian ini dilaksanakan pada Bulan Maret sampai dengan Bulan Mei 2013. Pengumpulan Data. Data yang digunakan dalam penelitian ini bersumber dari data primer dan data sekunder. Pengumpulan data primer dilakukan dengan cara observasi dan wawancara langsung dengan menggunakan daftar pertanyaan (quessionaire), sedangkan data sekunder diperoleh dari literatur-literatur dan instansi yang ada kaitannya dengan penelitian ini. Penentuan Responden. Penentuan responden dilakukan dengan metode sampel acak stratifikasi tidak seimbang (Unpropotional Stratified Random Sampling) yaitu dengan mengambil 16 (51,61%) petani responden yang tidak terikat lembaga pemasaran dari 24 orang petani dan 15 (48,39%) petani responden yang terikat lembaga pemasaran dari 23 orang petani. Pemilihan sampel pedagang digunakan melalui metode tracing sampling atau penjajakan, yakni pengambilan sampel berdasarkan informasi dari petani cabai rawit. Dari hasil penjajakan diambil sebanyak 6 orang yang terdiri 2 orang pedagang pengumpul, 3 orang pedagang pengecer dan 1 orang pedagang antar pulau. Analisis Data. Model analisis yang digunakan untuk menjawab rumusan masalah pada butir pertama adalah analisis pendapatan. Penerimaan menggunakan rumus (Soedarsono, 1995), sebagai berikut : TR = P. Q Keterangan : TR = Total Penerimaan (Rp) P = Harga (Rp) Q = Produksi (Rp) Pendapatan usahatani cabai rawit dihitung dengan menggunakan rumus 319

pendapatan yang dikemukakan oleh Mosher (1991), sebagai berikut : П = TR TC Keterangan : П = Pendapatan (Rp) TR = Total Penerimaan (Rp) TC = Total Biaya Produksi (Rp) Analisis Deskriptif. Menjawab rumusan masalah pada butir kedua menggunakan analisis deskriptif. Analisis deskriptif akanmenggambarkan bagaimana hubungan lembagapemasaran dengan petani cabai rawit di Desa Sunju Kecamatan Marawola Kabupaten Sigi. HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Responden. Keadaan usahatani cabai rawit di Desa Sunju sangat berkaitan dengan karakteristik petani.karakteristik petani responden merupakan ciri-ciri yang dimiliki oleh setiap responden yang berhubungan dengan usahatani yang dikelolanya meliputi umur, tingkat pendidikan, pengalaman berusahatani dan berdagang, serta jumlah tanggungan keluarga. Umur.Rata-rata umur petani responden cabai rawitdi Desa Sunjua, rata-rata berusia49 tahun ini menunjukkan kisaran umur petani dalam usia produktif 15-64 tahun (BPS, 2011). Tingkat pendidikan. Rata-rata tingkat pendidikan responden yaitu SMA. Hal ini membuktikan bahwa tingkat pendidikan responden mempengaruhi kemampuan dan keterampilan petani dalam hal penyerapan informasi yang berkaitan dengan usahataninya. Semakin tinggi tingkat pendidikan petani pemikirannya akan semakin bertambah luas terhadap suatu inovasi baru, petani berpendidikan tinggi akan lebih mudah menerima, menerapkan dan bahkan mengembangkannya dibandingkan petani yang berpendidikan rendah. Jumlah tanggungan keluarga. Rata-rata Jumlah tanggungan keluarga responden yaitu 3 jiwa. Hal tersebut merupakan tanggungjawab kepala keluarga yang terdiri atas istri, anak dan famili yang tinggal bersama dalam satu rumah tangga. Jumlah tanggungan merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi usahatani. Pengalaman berusahatani. Rata-rata pengalaman berusahatani responden yaitu 21 tahun. Pengalaman yang dimiliki respondeni dapat berdampak terhadap adopsi petani akan inovasi baru. Pengalaman dalam berusahatani merupakan faktor yang dapat menunjang petani dalam meningkatkan kemampuan kerjanya dalam berusahatani. Analisis Pendapatan Usahatani Cabai Rawit. Analisis pendapatan dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui besarnya pendapatan petani responden pada usahatani cabai rawit di Desa Sunju selama musim panen pada periode Februari dan Maret 2013, dengan cara menghitung selisih antara total penerimaan dan total biaya yang digunakan dalam berusahatani. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa di Desa Sunju terdapat petani cabai rawit yang tidak terikat lembaga pemasaran dan ada pula petani yang terikat lembaga pemasaran. Tabel 1 menunjukan bahwa petani responden cabai rawit yang tidak terikat lembaga pemasaran memiliki rata-rata produksi sebesar 232 Kg/0,41 Ha atau 571 Kg/Ha dengan harga jual Rp 30.000/Kg, jadi rata-rata penerimaan petani sebesar Rp 6.956.250/ 0,41 Ha atau Rp 17.123.077/Ha. Sedangkan rata-rata biaya tetap sebesar Rp 93.802/0,41 Ha atau Rp 230.897/Ha dan total biaya variabel Rp 2.364.841/0,41 Ha atau Rp 5.821.146/Ha. Jadi, rata-rata total biaya produksi sebesar Rp 2.458.643/0,41 Ha atau Rp 6.052.043/Ha, Setelah dilakukan pengurangan antara ratarata biaya total dan rata-rata penerimaan, diketahui bahwa rata-rata pendapatan yang di peroleh petani cabai rawit yang tidak terikat lembaga pemasaran sebesar Rp 4.497.607/0,41 Ha atau Rp 11.071.033/Ha. Tabel 2 menunjukan bahwa petani responden cabai rawit yang terikat lembaga pemasaran memiliki rata-rata produksi 214 Kg/0,38 Ha atau 558 Kg/Ha dengan harga jual Rp 27.000/Kg, jadi rata-rata penerimaan petani sebesar Rp 5.774.400/0,38 Ha atau Rp 15.063.652/Ha. Sedangkan rata-rata 320

biaya tetap sebesar Rp 167.939/0,38 H atau Rp 438.101/Ha dan total biaya variabel Rp 1.850.716/0,38 Ha atau Rp 4.827.955/Ha. Jadi rata-rata biaya total produksi sebesar Rp 2.018.655/0,38 Ha atau Rp 5.266.056/Ha. Setelah dilakukan pengurangan antara ratarata biaya total dan rata-rata penerimaan, dapat diketahui bahwa rata-rata pendapatan yang di peroleh petani cabai rawit yang terikat lembaga pemasaran sebesar Rp 3.755.745/0,38 Ha atau Rp 9.797.596/Ha. Tabel 1.Analisis Pendapatan Responden Petani Cabai Rawit di Desa Sunju Kecamatan Marawola Yang Tidak Terikat Lembaga Pemasaran, 2013. No Uraian Nilai Aktual (Rp/0,41 Ha) Nilai (Rp/1,00 Ha) 1 Penerimaan Usahatani - Rata-Rata Produksi (Kg) 232 571 - Harga Jual (Rp/Kg) 30.000 30.000 Rata-Rata Penerimaan 6.956.250 17.123.077 2 Biaya Produksi 1. Total Biaya Tetap 93.802 230.897 a. Pajak Lahan 9.375 23.077 b. Penyusutan Alat 84.424 207.820 2. Total Biaya Variabel 2.364.841 5.821.146 a. Tenaga Kerja 470.391 1.157.885 b. Benih 22.500 55.385 c. Pupuk 354.169 871.800 d. Pestisida 547.469 1.347.615 e. Mulsa 970.313 2.388.462 Rata-Rata Biaya Total 2.458.643 6.052.043 Rata-Rata Pendapatan (1-2) 4.497.607 11.071.033 Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2013. Tabel 2.Analisis Pendapatan Responden Petani Cabai Rawit di Desa Sunju Kecamatan Marawola Yang Terikat Lembaga Pemasaran, 2013. No Uraian Nilai Aktual (Rp/0,38 Ha) Nilai (Rp/1,00 Ha) 1 Penerimaan Usahatani - Rata-Rata Produksi (Kg) 214 558 - Harga Jual (Rp/Kg) 27.000 27.000 Rata-Rata Penerimaan 5.774.400 15.063.652 2 Biaya Produksi 1. Total Biaya Tetap 167.939 438.101 a. Pajak Lahan 8.533 22.261 b. Penyusutan Alat 159.405 415.840 2. Total Biaya Variabel 1.850.716 4.827.955 a. Tenaga Kerja 422.433 1.102.000 b. Benih 16.000 41.739 c. Pupuk 294.640 768.626 d. Pestisida 542.643 1.415.590 e. Mulsa 575.000 1.500.000 Rata-Rata Biaya Total 2.018.655 5.266.056 Rata-Rata Pendapatan (1-2) 3.755.745 9.797.596 Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2013. 321

Pola Tabel 1 dan 2 menunjukan bahwa terdapat perbedaan pendapatan antara petani cabai rawit yang tidak terikat lembagapemasaran dan petani cabai rawit yang terikat lembaga pemasaran yaitu memiliki selisih Rp 1.273.437 Perbedaan tersebut disebabkan oleh harga yang diterima petani berbeda, petani yang terikat lembaga pemasaran menerima harga sebesar 90% dari harga pasar. Hal tersebut dilakukan untuk melunasi pinjaman petani baik berupa sarana produksi dalam hal ini mulsa dan pestisida serta uang yang menjadi kebutuhan petani. Pola Kelembagaan Pemasaran Usahatani Cabai Rawit. Petani cabai rawit di Desa Sunjutergolong banyak, adapun pembeli cabai rawit adalah pedagang pengumpul tingkat desa.di Desa Sunju terdapat dua pedagang pengumpul tingkat desa yang menjalin kerjasamadengan petani, selanjutnya pedagang pengumpul tingkat desa menjalin kerjasama dengan pedagang pengecer dan pedagang antar pulau.kerjasama yang terjadi antara pedagang pengumpul tingkat desa dengan petani yaitu dengan adanya pinjaman modal yang diberikan pedagang pengumpul kepada petani, baik berupa uang tunai maupun berupa barang yang digunakan untuk sarana produksi usahatani cabai rawit.selanjutnya kerjasama yang terjadi antara pedagang pengumpul tingkat desa dengan pedagang antar pulau, tidak begitu terikat seperti pedagang pengumpul dengan petani.adapun saluran pemasaran cabai rawit yang terjadi di Desa Sunju antara petani yang terikat lembaga pemasaran terlihat pada Gambar 1. Petani Yang Terikat Lembaga Pemasaran Harga Rendah Pedagang (Lembaga Pemasaran yang memberi Pinjaman) Harga Tinggi Pedagang Pengumpul (Lembaga pemasaran Yang Tidak Memberi Pinjaman Harga Tinggi Pedagang Antar Pulau Harga Rendah Pedagang Pengecer Konsumen Konsumen Gambar 1. Saluran Pemasaran Petani Yang Terikat Lembaga Pemasaran 322

Gambar 1 menunjukan bahwa di DesaSunju terdapat dua orang pedagang pengumpul yang dikategorikan sebagai pedagang pengumpul tingkat desa, namun hanya ada satu pedagang pengumpul tingkat desa yangmemberikan pinjaman kepada petani. Kedua pedagang tingkat desa membeli cabai rawit baik dari petani yang ada di Desa Sunju maupun petani yang ada di desa lain, dan terjadi transaksi pasar dengan harga tertentu serta pembayaran yang dilakukan secara tunai sesuai kesepakatan antara dua belah pihak. Setelah cabai rawit terkumpul dalam sehari, pedagang pengumpul tingkat desa langsung menjualnya dengan harga yang berlaku di pasar. Penjualan dilakukan dengan melihat harga di pasaran, apabila harga yang ditawarkan oleh pasar luar daerah Sulawesi Tengah tinggi, maka sebagian cabai rawit akan dijual ke pedagang antar pulau. Namun apabila harga yang ditawarkan rendah, maka pedagang pengumpul tersebut hanya akan menjual cabai rawit ke pedagang pengecer. Hubungan ini dilakukan hanya untuk kerjasama antara pedagang pengumpul desa, pedagang pengecer dan pedagang antar pulau, bukan kerjasama dalam bentuk kesepakatan seperti yang terjadi antara petani dan pedagang pengumpul tingkat desa yang memberi pinjaman modal. Melalui pedagang pengumpul tingkat desa, petani dapat memperoleh pinjaman danayang terbatas, pedagang tersebut memberikan pinjaman dana kepada petani yang kemudian digunakan dalam meningkatkan produksi cabai rawit yaitu untuk membeli sarana produksi maupun kebutuhan lain-lain petani, dengan adanya pinjaman tersebut kendala yang dihadapi petani dapat teratasi. Kondisi seperti ini telah lama melembaga dikalangan sebagian petani cabai rawit di Desa Sunju. Melalui hubungan tersebut, maka perilaku petani tidak bebas melakukan penjualan ke pedagang mana saja, pada akhirnya penjualan dilakukan ke pedagang pengumpul tertentu, karena adanya kesepakatan antara meraka. Hubungan ini berbentuk kontrak yang tidak tertulis atas penjualan oleh petani setelah panen menjual cabai rawit ke pedagang pengumpul tingkat desa yang memberikan pinjaman. Namun berdasarkan hasil wawancara langsung dengan petani, bahwa terdapat petani responden yang melakukan peminjaman tidak menjual seluruh hasil produksinya ke pedagang pengumpul tingkat desa tersebut.hal ini dikarenakan bahwa harga yang ditawarkan oleh pedagang pengumpul desa yang memberi pinjaman adalah harga rendah, dibanding dengan harga yang ditawarkan oleh pedagang pengumpul yang tidak memberikan pinjaman.perbandingan harga tersebut berkisar antara Rp 1.000/Kg Rp 3.000/Kg. Namun karena telah terikat kesepakatan, petani harus menjual sebagian produksinya kepada pemberi modal dalam hal ini pedagang pengumpul tingkat desa. Petani yang terikat lembaga pemasaran membayar pinjamannya setiap panen melalui potongan 15 20 Kg untuk setiap transaksi pada saat produksi telah meningkat dengan harga yang rendah pula yaitu Rp 27.000 atau setara dengan 90% dari harga pasar. Kondisi tersebut di atas telah lama dilakukan oleh petani, pada saat panen raya dan terjadi perbedaan harga di antara kedua pedagang pengumpul tingkat desa.karena pada prinsipnya, petani mencari harga yang tinggi demi memperoleh keuntungan, selanjutnya kondisi seperti ini tidak diketahui oleh pemberi modal. Berdasarkan hasil wawancara langsung dengan pedagang pengumpul tingkat desa bahwa antara pelaku pasar, yaitu petani dan pedagang pengumpul terikat kesepakatan dalam sistem pemasaran.adapun harga yang berlaku dalam kesepakatan tersebut tidak menentu, namun tetap mengikuti harga yang berlaku di pasar. Penjualan dan pembelian oleh pedagang pedagang antar pulau, dilakukan pada saat cabai rawit tersedia banyak di tingkat pedagang pengumpul yang sebagai lembaga pemasaran dalam pendistribusian cabai rawit dan disertai dengan harga tinggi yang ditawarkan oleh pasar luar daerah Sulawesi Tengah. Proses pembelian oleh pedagang pedagang antar 323

pulau terhadap cabai rawit diperoleh dari pedagang pengumpul tingkat desa. Berdasarkan wawancara langsung dengan pedagang pedagang antar pulau bahwa pedagang tersebut melakukan penjualan apabila harga yang di tawarkan oleh pasar luar Sulawesi Tengah adalah harga tinggi, penjualan tersebut meliputi daerah Kalimantan. Selanjutnya biaya transportasi untuk pengiriman cabai rawit dan segala biaya yang dikeluarkan ditanggung sendiri oleh pedagang besar. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis maka kesimpulan dari penelitian ini adalah : Pendapatan petani responden di Desa Sunju Kecamatan Marawola Kabupaten Sigi yang tidak terikat dengan lembaga pemasaran sebesar Rp 11.071.033/Ha, sedangkan pendapatan petani responden di Desa Sunju yang terikat dengan lembaga pemasaran sebesar Rp 9.797.596/Ha.Pola kelembagaan pemasaran di Desa Sunju Kecamatan Marawola Kabupaten Sigi menunjukan bahwa dengan adanya lembaga pemasaran di desa tersebut membantu petani dalam mengatasi masalah modal untuk usahataninya, namun petani tidak memiliki kebebasan untuk menjual keseluruhan hasil usahataninya dengan harga yang lebih tinggi. Saran Melalui penelitian ini diharapkan adanya keseimbangan harga yang diberikan oleh lembaga pemasaran, sehingga adanya harga yang sama diterima oleh petani cabai rawit, khususnya yang terikat dengan lembaga pemasaran. BPS.2012b. Kabupaten Sigi Dalam Angka 2011. Badan Pusat Statistik Kabupaten Sigi BP3K Sigi. 2012. Laporan Tahunan Badan Penyuluhan Pertanian Kecamatan Marawola. Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Cabai Rawit di Desa Sunju Kecamatan Marawola Kabupaten Sigi Ihsan. 2007. Cabai Rawit. Penebar Swadaya. Jakarta Mosher, A.T. 1991.Mengerakkan dan Membangun Pertanian, CV. Yasaguna. Jakarta Saragih. 2001. Kumpulan Pemikiran Agribisnis Paradigma Baru Pembangunan Ekonomi Berbasis Pertanian. Pustaka Wirausaha Muda. Bogor Soedarsono. H. 1995. Pengantar Ekonomi Mikro. LP3ES. Jakarta. DAFTAR PUSTAKA BPS. 2011. Sulawesi Tengah Dalam Angka 2010. BPS-Statistics Sulawesi Tengah Provincial Office. Palu BPS.2012a. Sulawesi Tengah Dalam Angka 2011.Badan Pusat Statistik Provinsi Sulawesi Tengah. Palu 324