KAJIAN PENGARUH JUMLAH DAN LEBAR PERKUATAN GEOTEKSTIL TERHADAP DAYA DUKUNG TANAH GAMBUT

dokumen-dokumen yang mirip
PENGARUH VARIASI PANJANG LEMBARAN GEOTEKSTIL DAN TEBAL LIPATAN GEOTEKSTIL TERHADAP DAYA DUKUNG PONDASI PADA PEMODELAN FISIK LERENG PASIR KEPADATAN 74%

PENGARUH GEOTEKSTIL PADA KUAT DUKUNG PONDASI TELAPAK DI ATAS TANAH GAMBUT

Pengaruh Ukuran dan Kedalaman Geotekstil Teranyam Tipe HRX 200 terhadap Daya Dukung Ultimit dan Penurunan Tanah Lempung Lunak

PENINGKATAN DAYA DUKUNG TANAH GAMBUT SEBAGAI SUBGRADE JALAN DENGAN MENGGUNAKAN PERKUATAN ANYAMAN DAN GRID BAMBU

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PENGARUH VARIASI JUMLAH LAPIS DAN JARAK ANTARLAPIS VERTIKAL GEOTEKSTIL TERHADAP DAYA DUKUNG PONDASI PADA PEMODELAN LERENG PASIR KEPADATAN 74%

PENGARUH VARIASI DIAMETER SOIL CEMENT COLUMN SKALA LABORATORIUM UNTUK STABILISASI TANAH LEMPUNG PLASTISITAS TINGGI PADA INDEKS LIKUIDITAS 1 DAN 1.

BAB III LANDASAN TEORI

STUDI KAPASITAS DUKUNG PONDASI LANGSUNG DENGAN ALAS PASIR PADA TANAH KELEMPUNGAN YANG DIPERKUAT LAPISAN GEOTEKSTIL

PENGARUH JUMLAH LAPIS GEOGRID DAN KEDALAMAN DENGAN LEBAR B = 10 CM TERHADAP DAYA DUKUNG TANAH PASIR PADA PONDASI MENERUS DENGAN KEPADATAN RC 70%

Pengaruh Penambahan Bahan Stabilisasi Merk X Terhadap Nilai California Bearing Ratio (CBR)

STUDI PENURUNAN PONDASI TELAPAK DIPERKUAT KOLOM KAPUR DI ATAS PASIR

STUDI SIFAT FISIK TANAH ORGANIK YANG DISTABILISASI MENGGUNAKAN CORNICE ADHESIVE. Iswan 1) Muhammad Jafri 1) Adi Lesmana Putra 2)

PENGARUH PERKUATAN ANYAMAN BAMBU TERHADAP PENINGKATAN DAYA DUKUNG TANAH LEMPUNG

DAFTAR ISI. TUGAS AKHIR... i. LEMBAR PENGESAHAN... ii. LEMBAR PENGESAHAN PENDADARAN... iii. PERNYATAAN... iv. PERSEMBAHAN... v. MOTTO...

ABSTRAK. Kata kunci : Daya dukung, pondasi menerus, geotekstil, anyaman bambu, pasir, BCI

PERKUATAN TANAH LUNAK PADA PONDASI DANGKAL DI BANTUL DENGAN BAN BEKAS

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PEMANFAATAN KAPUR SEBAGAI BAHAN STABILISASI TERHADAP PENURUNAN KONSOLIDASI TANAH LEMPUNG TANON DENGAN VARIASI UKURAN BUTIRAN TANAH

PERBAIKAN TANAH DENGAN MENGGUNAKAN GEOTEKSTIL

BAB I PENDAHULUAN. bangunan. Tanah yang terdiri dari campuran butiran-butiran mineral dengan atau

PENGARUH MUKA AIR TANAH TERHADAP DAYA DUKUNG TANAH YANG DIPERKUAT DENGAN GEOTEXTILE

PENGARUH PERKUATAN KOLOM PASIR TERHADAP PENURUNAN PONDASI TELAPAK BUJUR SANGKAR

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian sifat fisik tanah adalah sebagai pertimbangan untuk merencanakan dan

PERMODELAN TIMBUNAN PADA TANAH LUNAK DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM PLAXIS. Rosmiyati A. Bella *) ABSTRACT

PENDAHULUAN TUJUAN TINJAUAN PUSTAKA Geogrid sebagai Material Perkuatan pada Tanah Gambar 1. Gambar 1. Gambar

PENGARUH PENAMBAHAN LIMBAH GYPSUM TERHADAP NILAI KUAT GESER TANAH LEMPUNG

ALTERNATIF PERKUATAN TANAH PASIR MENGGUNAKAN LAPIS ANYAMAN BAMBU DENGAN VARIASI JARAK DAN JUMLAH LAPIS

PENGARUH CAMPURAN KAPUR DAN ABU JERAMI GUNA MENINGKATKAN KUAT GESER TANAH LEMPUNG

Anas Puri, dan Yolly Adriati Jurusan Teknik Sipil Universitas Islam Riau Jl. Kaharuddin Nasution 113 Pekanbaru-28284

PENURUNAN PONDASI TELAPAK YANG DIPERKUAT KOLOM KAPUR

PENGARUH KADAR LEMPUNG DENGAN KADAR AIR DIATAS OMC TERHADAP NILAI CBR DENGAN DAN TANPA RENDAMAN PADA TANAH LEMPUNG ORGANIK

PENGARUH PENAMBAHAN PASIR PADA TANAH LEMPUNG TERHADAP KUAT GESER TANAH

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian sampel tanah asli di laboratorium didapatkan hasil :

TINJAUAN SIFAT PLASTISITAS TANAH LEMPUNG YANG DISTABILISASI DENGAN KAPUR ABSTRAKSI

TINJAUAN PUSTAKA Pola Keruntuhan Akibat Pondasi Dangkal di Tanah Datar

Esti Patri Wulandari ABSTRAK

PENGARUH SUDUT KEMIRINGAN DAN JARAK PONDASI MENERUS DARI TEPI LERENG PADA PEMODELAN FISIK LERENG PASIR DENGAN PERKUATAN GEOGRID MAKALAH JURNAL

PENGARUH KEDALAMAN ELEKTRODA METODE ELEKTROKINETIK TERHADAP PENGEMBANGAN TANAH LEMPUNG EKSPANSIF Rizla Sheila 1, Agus Setyo Muntohar 2

PENGARUH JARAK LAPIS GEOGRID TERATAS DAN RASIO D/B TERHADAP DAYA DUKUNG TANAH PASIR PADA PONDASI MENERUS DENGAN PERKUATAN GEOGRID TIPE BIAKSIAL

HASIL DAN PEMBAHASAN. (undisturb) dan sampel tanah terganggu (disturb), untuk sampel tanah tidak

Angelina Usman ABSTRAK

PENGARUH WAKTU PEMERAMAN TERHADAP NILAI CBR TANAH LEMPUNG YANG DISTABILISASI DENGAN ABU SERBUK KAYU

PENGARUH PENGGUNAAN CERUCUK DAN ANYAMAN BAMBU PADA DAYA DUKUNG TANAH LEMPUNG LUNAK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

STUDI PEMAMPATAN KONSOLIDASI SEKUNDER TANAH GAMBUT DI KOTA PONTIANAK

PENAMBAHAN LAPISAN PASIR PADAT SEBAGAI SOLUSI MASALAH PENURUNAN FONDASI DI ATAS LAPISAN LEMPUNG LUNAK : SUATU STUDI MODEL

PENGARUH KADAR LEMPUNG DAN KADAR AIR PADA SISI BASAH TERHADAP NILAI CBR PADA TANAH LEMPUNG KEPASIRAN (SANDY CLAY)

PENGARUH PENAMBAHAN BAHAN CAMPURAN DENGAN KOMPOSISI 75% FLY ASH DAN 25% SLAG BAJA PADA TANAH LEMPUNG EKSPANSIF TERHADAP NILAI CBR DAN SWELLING

Vol.16 No.1. Februari 2014 Jurnal Momentum ISSN : X

FADEL MUHAMMAD H. NIM.

AMRU KHIKMI IGAM NIM.

STUDI KARAKTERISTIK TANAH LEMPUNG LUNAK AKIBAT ADANYA PENAMBAHAN MATERIAL LIMBAH

PENGARUH CAMPURAN ABU SABUT KELAPA DENGAN TANAH LEMPUNG TERHADAP NILAI CBR TERENDAM (SOAKED) DAN CBR TIDAK TERENDAM (UNSOAKED)

PENGARUH PENAMBAHAN AIR DIATAS KADAR AIR OPTIMUM TERHADAP NILAI CBR DENGAN DAN TANPA RENDAMAN PADA TANAH LEMPUNG YANG DICAMPUR ABU TERBANG

Pengaruh Jumlah Lapisan dan Spasi Perkuatan Geosintetik terhadap Kuat Dukung dan Penurunan Tanah Lempung Lunak

STABILISASI TANAH LEMPUNG MENGGUNAKAN KERIKIL UNTUK MENINGKATKAN DAYA DUKUNG (CBR) DI LABORATORIUM SEBAGAI BAHAN TIMBUNAN

MODUL 4,5. Klasifikasi Tanah

PENGARUH JARAK PONDASI DARI TEPI LERENG DAN PANJANG GEOTEKSTIL TERHADAP DAYA DUKUNG PONDASI MENERUS PADA PEMODELAN LERENG PASIR

Seminar Nasional : Peran Teknologi di Era Globalisasi ISBN No. :

Bab 1. Pendahuluan Pengaruh variasi kepadatan awal terhadap perilaku kembang susut tanah lempung ekspansif di Godong -Purwodadi

LAMPIRAN 1 HASIL PENGUJIAN TRIAKSIAL UNCOSOLIDATED UNDRAINED (UU)

Pengaruh Subtitusi Pasir Pada Tanah Organik Terhadap Kuat Tekan dan Kuat Geser. Rizky Dwi Putra 1) Iswan 2) Lusmeilia Afriani 2)

KAJIAN PENINGKATAN NILAI CBR MATERIAL LAPISAN PONDASI BAWAH AKIBAT PENAMBAHAN PASIR

Jalan Ir.Sutami No.36A Surakarta Telp.(0271)

EFEK WAKTU PEMERAMAN TERHADAP KARAKTERISTIK SIFAT FISIKTANAH GAMBUT DENGAN BAHAN STABILISASI SERBUK KAYU

PENAMBAHAN LEMPUNG UNTUK MENINGKATKAN NILAI CBR TANAH PASIR PADANG ABSTRAK

PENGARUH LEBAR PONDASI DAN JARAK LAPIS GEOGRID TERATAS DENGAN RASIO d/b = 1 DAN n = 3 TERHADAP DAYA DUKUNG TANAH PASIR PADA PONDASI MENERUS

Analisis Daya Dukung dan Penurunan Fondasi Rakit dan Tiang Rakit pada Timbunan di Atas Tanah Lunak

PENGARUH SIKLUS BASAH KERING PADA SAMPEL TANAH TERHADAP NILAI ATTERBERG LIMIT

PENGARUH PENAMBAHAN PASIR DAN SEMEN PADA STABILISASI TANAH LEMPUNG BUKIT RAWI. Anwar Muda

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III LANDASAN TEORI

PENGGUNAAN SIRTU MALANGO SEBAGAI BAHAN LAPIS PONDASI BAWAH DITINJAU DARI SPESIFIKASI UMUM 2007 DAN 2010

Keywords: bearing capacity, sand slope, geogridreinforcement, slope angles, footing width.

Pengaruh Perkuatan Sheetpile terhadap Deformasi Area Sekitar Timbunan pada Tanah Lunak Menggunakan Metode Partial Floating Sheetpile (PFS)

Analisis Perilaku Timbunan Tanah Pasir Menggunakan Uji Model Fisik

ANALISIS DAYA DUKUNG TANAH PONDASI DANGKAL DENGAN BEBERAPA METODE

PENGARUH PENAMBAHAN PASIR DAN SEMEN PADA STABILISASI TANAH LEMPUNG BUKIT RAWI. Anwar Muda

PENINGKATAN DAYA DUKUNG TANAH GEDE BAGE BANDUNG DENGAN ENZIM DARI MOLASE TERFERMENTASI

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. beban lainnya yang turut diperhitungkan, kemudian dapat meneruskannya ke

ANALISIS TINGGI MUKA AIR PADA PERKUATAN TANAH DAS NIMANGA

PENGARUH PENAMBAHAN KAPUR TERHADAP NILAI PLASTISITAS TANAH LEMPUNG DI KABUPATEN FAKFAK PROVINSI PAPUA BARAT

PERENCANAAN STABILITAS LERENG DENGAN SHEET PILE DAN PERKUATAN GEOGRID MENGGUNAKAN METODE ELEMEN HINGGA. Erin Sebayang 1 dan Rudi Iskandar 2

Jl. MT. Haryono No. 167 Malang, 65145, Jawa Timur. Universitas Brawijaya Korespondensi : ABSTRAK

NASKAH PUBLIKASI. Untuk Memenuhi Pesyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Teknik. Disusun Oleh: Lestari

PENGARUH PENAMBAHAN BAHAN CAMPURAN (DENGAN SLAG BAJA DAN FLY ASH) PADA TANAH LEMPUNG EKSPANSIF TERHADAP NILAI CBR DAN SWELLING

POTENSI BEBAN AWAL DALAM MENINGKATKAN KUAT GESER TANAH GAMBUT

INVESTIGASI SIFAT FISIS, KUAT GESER DAN NILAI CBR TANAH MIRI SEBAGAI PENGGANTI SUBGRADE JALAN ( Studi Kasus Tanah Miri, Sragen )

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH WAKTU PENGERASAN PADA KEKUATAN PAVING BLOCK YANG MENGGUNAKAN CLAY, SEMEN, DAN PASIR. Andius Dasa Putra 1) Setyanto 1) Noor Syarifah Hasan 2)

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat rendah dan mempunyai sifat mudah mampat jika terdapat beban yang

ALTERNATIF PERKUATAN TANAH LEMPUNG LUNAK (SOFT CLAY), MENGGUNAKAN CERUCUK DENGAN VARIASI PANJANG DAN DIAMETER CERUCUK

PENGARUH LEBAR DAN JUMLAH LAPISAN GEOTEKSTIL DENGAN JARAK PONDASI DARI TEPI LERENG 6 CM TERHADAP DAYA DUKUNG PONDASI MENERUS PADA PEMODELAN LERENG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Koener (1988) geosintetik terdiri dari 2 suku kata, geo yang

Jurusan Teknik Sipil, Universitas Riau, Jl. HR Subrantas Km 12 Pekanbaru Riau 2

KAJIAN PEMANFAATAN SIRTU BUMELA SEBAGAI MATERIAL LAPIS PONDASI BAWAH DITINJAU DARI SPESIFIKASI UMUM 2007 DAN 2010

STABILISASI TANAH LEMPUNG DENGAN CAMPURAN PASIR DAN SEMEN UNTUK LAPIS PONDASI JALAN RAYA. Anwar Muda

PENURUNAN KONSOLIDASI PONDASI TELAPAK PADA TANAH LEMPUNG MENGANDUNG AIR LIMBAH INDUSTRI. Roski R.I. Legrans ABSTRAK

Transkripsi:

INFRASTRUKTUR KAJIAN PENGARUH JUMLAH DAN LEBAR PERKUATAN GEOTEKSTIL TERHADAP DAYA DUKUNG TANAH GAMBUT Study on the Influence of the Number and Width of the Geotextile Reinforcement to the Bearing Capacity of Peat Soil Martini Fathuddin Al-Anshori Jurusan Teknik Sipil Universitas Tadulako-Jalan Soekarno Hatta Km 8 94118 Email : martini_geotech@yahoo.com ABSTRACT Peat soils have a high compressibily and low bearing capacity. These unfavorable characteristics can cause differential settlement and the construction failure, so that the appropriate improvement methods are required to solve the problems. Peat soil improvement methods that commonly used are mechanical and chemical improvement methods. In this research, the peat soil reinforced with geotextile was conducted in order to find the influence of the reinforcement in increasing the bearing capacity. Reinforcement was applied to the construction model with variation in the number of reinforcement which were N=1, N=2, N=3, and reinforcement width which were 2B, 3B and 4B (B is foundation width in scale). The results show that the insertion of geotextile sheets in peat soil can increase the bearing capacity of the soil foundation. The increasing of the bearing capacity is proportional to the increasing of the number and width of the geotextile. Variation in reinforcement width is given more influence in increasing the ultimate bearing capacity (q u ) compare to variation in the number of reinforcement. Compare to the modeled construction without reinforcement, the maximum bearing capacity increase as much as 232.3 and BCR as of 3.32 with reinforcement width of 4B and N=3. Key words: peat, reinforcement, bearing capacity ABSTRAK Tanah gambut memiliki kompresibilitas tinggi serta daya dukung yang relatif rendah. Sifat teknik yang tidak menguntungkan ini dapat menyebabkan pemampatan yang tidak merata dan keruntuhan pada konstruksi, sehingga diperlukan metode perbaikan yang tepat untuk mengatasi hal tersebut. Metode perbaikan tanah gambut yang umum digunakan adalah perbaikan tanah secara mekanis dan kimia. Pada penelitian ini tanah gambut diberi perkuatan geotekstil dengan tujuan mengetahui pengaruhnya dalam meningkatkan daya dukung. Variasi perkuatan yang dimodelkan yaitu variasi jumlah N=1, N=2 dan N=3 serta variasi lebar 2B, 3B dan 4B, dengan B adalah lebar pondasi. Hasil pemodelan memperlihatkan bahwa penyisipan lembar geotekstil dalam massa tanah gambut dapat meningkatkan daya dukung tanah itu sendiri.peningkatan ini sebanding dengan penambahan jumlah dan lebar geotekstil. Peningkatan daya dukung batas (q u ) lebih dipengaruhi oleh variasi lebar perkuatan jika dibandingkan terhadap variasi jumlah.prosesntase peningkatan daya dukung maksimum diperoleh sebesar 232,3 dan BCR sebesar 3,32 terhadap kondisi tanpa perkuatan pada pemodelan lebar 4B dan jumlah N=3. Kata kunci: gambut, perkuatan,daya dukung

Kajian Pengaruh Jumlah dan lebar Geotekstil Terhadap Daya Dukung Tanah Gambut (Martini, Fathuddin Al-Anshori) PENDAHULUAN a).latar belakang Tanah gambut adalah salah satu jenis tanah yang memiliki sifat yang kurang baik, khususnya bila tanah tersebut digunakan sebagai tanah dasar pondasi atau sebagai material timbunan. Beberapa penelitian menyatakan bahwa tanah gambut memiliki tingkat kompresibilitas (compressibility) yang tinggi serta memiliki daya dukung (bearing capacity) yang relatif rendah. Jelisic dan Leppanen (1992, dalam Yulianto dan Harwadi, 2013) mengungkapkan bahwa berbagai penyelidikan terhadap daya dukung tanah gambut menunjukkan bahwa daya dukungnya bahkan lebih rendah dari soft clay. Selain itu, kadar air juga mempengaruhi daya dukung tanah itu sendiri. Vautrain (1976, dalam Yulianto dan Harwadi, 2013) menyatakan bahwa kemampuan tanah gambut yang tinggi untuk menyerap dan menyimpan air akan berpengaruh pada sifat teknik tanah gambut. Yulianto dan Harwadi (2013) menyatakan bahwa apabila kemampuan untuk mendukung beban lebih rendah dari pada berat konstruksi yang harus dipikulnya maka akan terjadi kelongsoran (bearing capacity failure). Begitu juga dengan pemampatan yang tidak merata (differential settlement) akan menyebabkan terjadinya retak-retak struktur atau miringnya konstruksi yang ada. Untuk mengatasi hal tesebut diperlukan suatu metode perbaikan yang tepat untuk tanah gambut. Metode perbaikan tanah bertujuan meningkatkan daya dukung serta menurunkan sifat kompresibiltas tanah, dapat dilakukan dengan cara kimiawi dan mekanis. Secara kimia adalah dengan menambahkan bahan-bahan seperti kapur, semen dan bahan kimia lainnya. Sedangkan secara mekanis dengan cara menyisipkan lembaran/batang perkuatan dari bahan geosistetik. Pada penelitian ini permasalahan yang akan dikaji mengenai pengaruh lembar perkuatan terhadap nilai daya dukung tanah dengan menyisipkan lembar perkuatan pada lebar perkuatan 2B, 3B dan 4B serta jumlah perkuatan N = 1 lembar, 2 lembar dan 3 lembar, dengan B adalah lebar pondasi yang akan dimodelkan yaitu 10 cm. b. Tinjauan Pustaka 1). Gambut Adi dan Suhardjo (1976, dalam Muhaimin, 2009) menjelaskan bahwa gambut terbentuk dari bahan asal yang terdiri atas sisa tanaman yang telah mati dan dilingkupi oleh keadaan lingkungan yang selalu terendam air, karena pelapukan tidak berlangsung normal dan sempurna, akan membentuk profil yang seluruhnya tersusun atas timbunan bahan organic. Meene (1982, dalam Yulianto dan Harwadi, 2013) menyatakan bahwa tanah gambut terbentuk sebagai hasil proses penumpukan sisa tumbuhan rawa seperti berbagai macam jenis rumput, paku-pakuan, bakau, pandan, pinang, serta tumbuhan rawa lainnya. Moore (1977, dalam Muhaimin, 2009), tanah gambut sebagai zat seratan (fibrous) berwarna coklat atau kehitaman yang dihasilkan dari pelapukan vegetasi dan ditemukan dalam rawa. London (1984, dalam Muhaimin, 2009), mengungkapkan bahwa daerah gambut pada umumnya berupa rawa-rawa, dimana pada bagian atas lahan gambut biasanya terdapat tanaman hidup sehingga bagian atas lahan gambut tersebut banyak mengandung akar-akar kecil tumbuhan. Mankinen dkk. (1982, dalam Muhaimin, 2009), tanah organik disebut tanah gambut apabila kandungan unsur organiknya 50. Sedangkan menurut Landva dkk. (1982, dalam Muhaimin, 2009), menyatakan bahwa kandungan organik tanah gambut adalah 75. Berdasarkan kandungan abu pada tanah gambut, Farnham (1957, dalam Pihlainen, 1963) menyatakan bahwa kadar abu dari tanah gambut adalah 4.5 (moss peat) - 66.6 (amorphous peat). Mickleborough (1961, dalam Pihlainen, 1963), menyatakan bahwa berat isi basah tanah gambut 0.96 gr/cm 3 1.28 gr/cm 3, sedangkan berat isi keringnya 0.04 gr/cm 3 0.34 gr/cm 3. Begitu juga menurut Kazemian dkk (2009, dalam Huat dkk. 2011), menyatakan bahwa berat isi gambut dipengaruhi oleh kadar air tanah gambut itu sendiri, yaitu 10 13 kn/m 3. Menurut klasifikasi Unified dalam Das (1988), bahwa tanah dengan batas cair LL<50 dikategorikan tanah plastisitas rendah, sedangkan LL>50 dikelompokan sebagai tanah dengan plastisitas tinggi. 2). Geotekstil Macam-macam geosintetik yang telah banyak digunakan dalam rekayasa geoteknik, adalah geotekstil, geomembran, geogrid, geokomposit, geonet, geosynthetic clay liner, dan lain-lain.salah satu bahan geosintetik yang banyak digunakan adalah geotekstil. Geotekstil merupakan material lolos air atau material tekstil buatan pabrik yang dibuat dari bahan-bahan sintetis, seperti : polypropylene, polyester, polyethylene, nylon, polyvinylchloride dan campuran dari bahan-bahan tersebut. Seluruh material ini adalah thermoplastic. 96

INFRASTRUKTUR Vol. 4 No. 2 Desember 2014: 95-102 (a) (b) Gambar 3. Geosintetik Sebagai Separator pada Pondasi Jalan (a) Tanpa Geosintetik; (b) Menggunakan Geosintetik ( Sumber : Direktorat Bina Teknik, 2009) (c) Gambar 1. Jenis Serat atau Benang Geotekstil (a) woven monofilament; (b) woven multifilament; (c) woven slit-film; (d) non woven needle-punched (d) Direktorat Bina Teknik (2009) menerangkan geosintetik dalam 6 (enam) fungsi sebagai berikut: 1). Proteksi: bahan geosintetik digunakan sebagai lapisan yang memperkecil tegangan lokal untuk mencegah atau mengurangi kerusakan pada permukaan atau lapisan tersebut. Sebagai contoh, tikar geotekstil (mat) digunakan untuk mencegah erosi tanah akibat hujan dan aliran air. Gambar 4. Geosintetik Sebagai Gambar 5. Geosintetik Sebagai Filter Gambar 2. Geosintetik Sebagai Proteksi 4). Drainase: bahan geosintetik digunakan untuk mengalirkan air dari dalam tanah. Bahan ini contohnya digunakan sebagai drainase di belakang abutmen atau dinding penahan tanah. 2).Separator: geosintetik digunakan di antara dua material tanah yang tidak sejenis untuk mencegah terjadi pencampuran material. Sebagai contoh, bahan ini digunakan untuk mencegah bercampurnya lapis pondasi jalan dengan tanah dasar yang lunak. 3). Filter: bahan geosintetik digunakan untuk mengalirkan air ke dalam sistem drainase dan mencegah terjadinya migrasi partikel tanahmelalui filter. Contoh penggunaan geosintetik sebagai filter adalah pada sistem drainase porous. Gambar 6. Geosintetik Sebagai Drainase 97

Kajian Pengaruh Jumlah dan lebar Geotekstil Terhadap Daya Dukung Tanah Gambut (Martini, Fathuddin Al-Anshori) 5). Penghalang: bahan geosintetik digunakan untuk mencegah perpindahan zat cair atau gas. Sebagai contoh, geomembran pada kolam penampung limbah berfungsi untuk mencegah pencemaran limbah cair pada tanah. Gambar 7. Geosintetik Sebagai Penghalang 3). Daya DukungTanah Dengan Menurut Mitchell dan Villet (1987, dalam Zaika dan Kombino, 2010), dalam suatu perkuatan tanah kombinasi antara material tanah dan perkuatan harus sedemikian rupa sehingga interaksi antara keduanya menghasilkan material komposit yang perilakunya jauh lebih baik. Tanah yang umumnya memiliki kekuatan tekan yang baik dan kemampuan tarik yang sangat lemah dapat diperbaiki perilakunya dengan menambahkan perkuatan yang memiliki kekuatan tarik. Kerjasama kedua material ini dapat menghasilkan material koheren dan memperbaiki perilaku teknis tanah asli. Perbaikan perilaku teknis tanah asli ini terjadi karena adanya transfer beban antara perkuatan dan tanah. Koerner (1990), menjelaskan bahwa umumnya kerusakan geosintesis, dalam hal ini adalah geotekstil terjadi pada saat pemasangan dan konstruksi. Penempatan agregat dan pelaksanaan pemadatan dengan alat berat mengakibatkan tegangan yang tinggi pada geotekstil. Beberapa mode keruntuhan yang terjadi pada pondasi dangkal dengan beberapa lapis geotekstil seperti yang ditunjukan pada gambar 8. Gambar 8. Tipe Keruntuhan Tanah Pada Pondasi Dangkal dengan a. Keruntuhan daya dukung di atas lapisan perkuatan geogrid b. Keruntuhan tekan atau patah pada lapisan perkuatan geogrid c. Keruntuhan rangkak atau creep pada lapisan perkuatan geogrid d. Keruntuhan tarik pada lapisan perkuatan geogrid Sumber:Koerner, 1990 dalam Munawir dkk., 2009 4. Interpretasi Daya Dukung Ultimit dari Pengujian Pembebanan Nugroho (2011) menyatakan bahwa penentuan daya dukung ultimit merupakan keharusan dalam menganalisa data pembebanan. Pengujian pembebanan memberikan hasil berupa grafik hubungan q ult vs penurunan. Dari grafik tersebut kemudian dilakukan interpretasi untuk mendapatkan nilai daya dukung aksial pondasi yang diuji. Munawir dkk. (2009) menuliskan bahwa nilai daya dukungbatas diperoleh dengan pendekatan Tangent Intersection Method. Pendekatan tersebut dilakukan dengan menarik dua buah garis singgung (linear line) pada kurva hubungan daya dukung dan 98

INFRASTRUKTUR Vol. 4 No. 2 Desember 2014: 95-102 penurunan yaitu di awal dan akhir data sampai bertemu di satu titik kemudian ditentukan nilainya. Untuk menentukan nilai titik pertemuan atau yang disebut sebagai daya dukung batas adalah dengan mensubstitusikan kedua persamaan garis singgung tersebut. Penu runan (mm) Gambar 9. Metode Penentuan q ult dari data penelitian Sumber:Absolon, 1993 dalam Nugroho, 2011 METODE PENELITIAN a). Lokasi dan Metode Pengambilan Sampel Sampel tanah gambut berasal dari Desa Lembasada, Kecamatan Banawa Selatan, Kabupaten Donggala, tepatnya pada titik kilometer 57 dari kota Palu. Sampel tanah diambil berkisar pada kedalaman kira-kira 0,5-1,0m, hal ini dikarenakan tanah gambut yang berada pada 0-0,5m merupakan lapisan berupa batang-batang serta daun-daun kayu yang belum lapuk secara sempurna atau sering disebut lapisan top soil. b). Bahan yang Digunakan Bahan perkuatan geosintetik yang digunakan adalah jenis geotekstil teranyam (wovengeotextile UW-150). c). Pengujian Sifat Fisik Tanah Gambut Pengujian sifat fisik tanah gambut meliputi :Pengujian Kadar Air, Berat Isi, Berat jenis, Gs, dan pengujian plastisitas tanah, yaitu batas cair, LL batas plastis, PL dan indeks plastisitas, IPdan kadar organik. Nilai berat isi basah digunakan sebagai kondisi kepadatan tanah pada pemodelan daya dukung. d). Pengujian Pemodelan Daya Dukung pada Tanah Gambut Pengujian daya dukung pada tanah dilakukan dalam bak uji berukuran 80cm 80cm 80cm dengan model pondasi telapak berbahan kayubentuk bujursangkar ukuran 10cm 10cm x 2cm. Menurut Pfeifle dan Das (1979, dalam Sitanggang, 2005), kedalaman tanah pasir yang disusun pada setiap uji pembebanan adalah tidak kurang dari 2 (dua) kali lebar pondasi, hal ini dilakukan untuk menghindari distorsi daya dukung tanah pasir akibat berperannya dinding lapisan bawah dari kolam pasir. Yetimoglu dkk. (1994, dalam Sitanggang, 2005), dalam penelitiannya menyatakan bahwa lebar kolam pasir adalah 6B (lebar pondasi) 80 cm 75 cm 15 cm 15 cm 15 cm 15 cm 15 cm 80 cm dial penurunan dial beban model pondasi 10cm x 10cm x 2 cm bak pengujian 80cm x 80cm x 80 cm Gambar 11. Setting Pengujian Daya Dukung Tanpa e). Prosedur Pengujian Pengujian dibagi menjadi tiga 2 tahap yaitu 99

Kajian Pengaruh Jumlah dan Lebar Geotekstil Terhadap Daya Dukung Tanah Gambut (Martini, Fathuddin Al-Anshori) pengujian pendahuluan dan pengujian utama. Uji pendahuluan meliputi pengujian sifat fisik dan sifat mekanik, tujuannya untuk mengetahui jenis dan karakteristik tanah gambut. Selanjutnya dilakukan setup pengujian utama yaitu pengujian pembebanan pada model. a. Pengujian sifat fisik pada tanah gambut meliputi pengujian kadar air, pengujian berat isi, pengujian berat jenis, pengujian batas-batas Atterberg, pengujian kadar organik. b. Pengujian daya dukung pada tanah gambut dilakukan pada variasi jumlah N=1, N=2, N=3 dan variasi lebar 2B, 3B, 4B pada kedalaman 0,5B dan spasi 0,25B dimana B adalah lebar pondasi. 75 cm 7.5 cm Gambar 12.Setting Pengujian Daya Dukung Pada 1 Lembar Tabel 2. Matriks pengujian pemodelan daya dukung No Variasi Lebar 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 15 cm 15 cm 15 cm 15 cm 0.5B 34 kg 80 cm A (tanpa perkuatan) B C D E F G H I J Geotekstil 17 kg spasi 51,5 kg 0.25B - 2B 2B 2B 3B 3B 3B 4B 4B 4B dial penurunan dial beban model pondasi 10cm x 10cm x 2 cm bak pengujian 80cm x 80cm x 80 cm Jumlah Lembar - 1 2 3 1 2 3 1 2 3 HASIL DAN PEMBAHASAN a). Karakteristik Tanah Gambut Lembasada Tanah gambut desa Lembasada berada pada daerah pantai. Secara visual di lapangan, tanah gambut desa Lembasada berwarna coklat kemerahan dan mengalami pembusukan sedang dengan kandungan serat serta sisa akar tumbuhan yang belum terdekomposisi secara sempurna. Struktur dari sisa-sisa tumbuhan sedikit sukar untuk dikenali. Tabel 3. Hasil Pengujian Sifat Fisik Tanah Gambut Parameter sifat-sifat fisik Satuan Hasil Kadar air (w) Berat Jenis Tanah (Gs) Berat isi basah (γ w ) - gr/cm 3 179.09 1.78 1.07 Berat isi kering (γ d ) gr/cm 3 0.383 Batas cair (LL) 33.37 Batas plastis (PL) - Indeks Plastisitas (PI) 33.37 Kadar Abu 63.49 Kadar Organik 36.50 b). Hasil Pemodelan Daya Dukung Secara umum hasil uji daya dukung menunjukkan bahwa pemberian atau penyisipan lembar perkuatan geotekstil pada tanah gambut mempengaruhi daya dukung pada tanah gambut. Hal ini dapat dilihat dari nilai daya dukung yang semakin meningkat denganbertambahnya lebar dan jumlah geotekstil pada setiap variasi pembebanan. Nilai daya dukung batas (q u ) tanpa perkuatan diperoleh(q u ) sebesar 3,1 kn/m 2 pada penurunan ultimate 5,5mmSecara keseluruhan hasil pengujian daya dukung menggunakan perkuatan untuk variasi lebar 2B, 3B dan 4B menunjukkan adanya peningkatan daya dukung tanah. Peningkatan daya dukung tersebut berbanding lurus dengan penurunan yang terjadi pada kondisi pemodelan dengan variasi lebar dengan jumlah perkuatan konstan. Penambahan lebar perkuatan pada jumlah yang sama dapat meningkatkan daya dukung, namun penurunan yang terjadi juga cenderung semakin besar. Peningkatan daya dukung yang signifikan terjadi pada penggunaan geotekstil dari lebar 2B ke 3B jika dibandingkan dengan lebar 3B ke 4B. Peningkatan yang tidak signifikan pada penggunaan geotekstil pada rasio 3B ke 4B kemungkinan lebih disebabkan karena bahan geotekstil yang digunakan dalam menahan beban atau tegangan pada struktur tanah sudah tidak memberikan pengaruh yang berarti lagi. 100

INFRASTRUKTUR Vol. 4 No. 2 Desember 2014: 95-102 Tabel 4. Hasil Uji Daya Dukung Variasi Lebar Variasi Variasi Jumlah Sampel Lebar 2B, Jumlah N=1 Lebar 3B, Jumlah N=1 Lebar 4B, Jumlah N=1 Lebar 2B, Jumlah N=2 Lebar 3B, Jumlah N=2 Lebar 4B, Jumlah N=2 Lebar 2B, Jumlah N=3 Lebar 3B, Jumlah N=3 Lebar 4B, Jumlah N=3 Daya Dukung (qu) (kn/m 2 ) 3.7 7.9 8.4 6.4 9.2 9.5 9.0 9.8 10.3 Penurunan (mm) 3.0 6.0 6.4 2.4 8.4 5.2 2.8 4.8 5.2 Persentase Kenaikan Daya Dukung () 19.4 154.8 171.0 106.5 196.8 206.5 190.3 216.1 232.3 Hal ini berkaitan dengan sifat bahan geotekstil itu sendiri, yaitu kekuatan/kuat tarik geotekstil dan kekakuan (massa per satuan luas). Sehingga untuk memperoleh peningkatan yang signifikan pada variasi lebar sebaiknya menggunakan geotekstil dengan spesifikasi bahan yang lebih tinggi. Untuk variasi jumlah perkuatan hasil pengujian daya dukung menggunakan perkuatan untuk variasi jumlah N=1, 2 dan 3 lembar geotekstil menunjukkan adanya peningkatan daya dukung tanah. Tabel 5. Hasil Uji Daya Dukung Variasi Jumlah Variasi Variasi Jumlah Sampel Jumlah N=1, Lebar 2B Jumlah N=2, Lebar 2B Jumlah N=3, Lebar 2B Jumlah N=1, Lebar 3B Jumlah N=2, Lebar 3B Jumlah N=3, Lebar 3B Jumlah N=1, Lebar 4B Jumlah N=2, Lebar 4B Jumlah N=3, Lebar 4B Daya Dukung (qu) (kn/m 2 ) 3.7 6.4 9.0 7.9 9.2 9.8 8.4 9.5 10.3 Penurunan (mm) 3.0 2.4 2.8 6.0 8.4 4.8 6.4 5.2 5.2 Persentase Kenaikan Daya Dukung () 19.4 106.5 190.3 154.8 196.8 216.1 171.0 206.5 232.3 Peningkatan daya dukung tersebut berbanding terbalik dengan penurunan yang terjadi pada kondisi pemodelan dengan variasi jumlah dengan lebar perkuatan konstan. Penambahan jumlah perkuatan pada dimensi yang sama dapat meningkatkan daya dukung, serta penurunan yang terjadi cenderung semakin kecil. Peningkatan daya dukung tidak signifikan dengan dilakukannya penambahan jumlah perkuatan yang digunakan pada lebar geotekstil yang sama. Hal ini kemungkinan disebabkan karena penambahan jumlah geotekstil telah berada di bawah bidang runtuh, sehingga fungsi geotekstil menjadi kurang maksimal. Hasil penelitian ini sejalan dengan yang dihasilkan oleh Nugroho dan Rachman (2009), hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa penambahan perkuatan geotekstil dapat meningkatkan daya dukung tanah hingga 3 kali dibandingkan dengan tanah tanpa perkuatan. Peningkatan ini sebanding dengan penambahan dimensi perkuatan geotekstil dan berkurang seiring dengan penambahan kedalaman lapisan perkuatan geotekstil. Pada penelitian diperoleh nilai daya dukung batas (q u ) maksimal yaitu sebesar 43,10 kpa atau dengan persentase kenaikan daya dukung tanah sebesar 326,52. KESIMPULAN DAN SARAN Hasil pengujian daya dukung menunjukan bahwa nilai daya dukung batas (q u ) mengalami peningkatan seiring dengan pertambahan lebar dan jumlah geotekstil. Rasio perkuatan 3B ke 4B peningkatan yang terjadi tidak terlalu signifikan. Peningkatan daya dukung batas (q u ) lebih dipengaruhi oleh variasi lebar perkuatan dibandingkan terhadap variasi jumlah. Penurunan yang terjadi semakin besar seiring dengan penambahan lebar perkuatan tetapi semakin kecil jikajumlah perkuata bertambah. Kenaikan daya dukung mencapai 232,3 terhadap kondisi daya dukung tanpa perkuatan dengan lebar 4B dan jumlah (N)=3. DAFTAR PUSTAKA Al-Ani, H., Erwin Oh, Chai, G., (2013), Engineering Properties of Peat in Estuarine Environment, Foundation and Soft Ground Engineering Conference Thu Dau Mot University, Binh Duong, 5 6 Juni. (http://www.researchgate.net/profile/haider_ Al- Ani/publication/259186668_Engineering_pro perties_of_peat_in_estuarine_environment/fil e/9c96052a3e905bda56.pdf). (Diakses 05 Maret 2014). American Society for Testing Materials., (2002), Standard Classification of Peat Samples by Laboratory Testing. ASTM Designation : D 4427-92. Chikyala, S. R., (2008), Effects of Calcium-Based Treatment on Organic Soil Behavior, The University Of Texas at Arlington. Craig, R. F., (1986), Mekanika Tanah Edisi Keempat. Terjemahan Oleh Budi Susilo Soepandji 1989, Penerbit Erlangga, Jakarta. 101

Das, B. M., (1999), Shallow Foundations : Bearing Capacity and Settlement, CRC Press U.S.A. Das, B. M., (2007), Principles of Foundation Engineering (Sixth Edition), Thomson Canada Limited, Kanada. Direktorat Bina Teknik., (2009), Modul Pelatihan Geosintetik Volume 1 (Klasifikasi dan Fungsi Geosintetik), Kementrian Pekerjaan Umum. Jakarta. Hardiyatmo, H. C., (1996), Teknik Fondasi 1, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Hardiyatmo, H. C., (2008), Geosintetik untuk Rekayasa Jalan Raya (Aplikasi dan Perancangan) Edisi Pertama, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Huat, B. B. K., Kazemian, S., Prasad, A., Barghchi, M., (2011), State of an art review of peat: General perspective, International Journal of the Physical Sciences Vol. 6(8), pp. 1988-1996 (http://academicjournals.org/article/article138 0729210_Huat20et20al.pdf). (Diakses 01 Maret 2014). Kalantari, B., (2013), Civil Engineering Significant of Peat, Global Journals, Volume 13 Issue 2 Version 1.0. U.S.A. Muhaimin, M. I., (2009), Analisis Perubahan Kadar Air dan Kuat Geser Tanah Gambut Lalombi Akibat Pengaruh Temperatur dan Waktu Pemanasan, Universitas Tadulako, Palu. Pihlainen, J. A., (1963), A Review of Muskeg and its Associated Engineering Problems, U.S. Army Materiel Command Cold Regions Research And Engineering Laboratory, New Hampshire (http://www.dtic.mil/dtic/tr/fulltext/u2/43407 7.pdf). (Diakses 01 Maret 2014). Yulianto, F. E. dan Harwadi, F., (2013), Menentukan Metode Perbaikan untuk Tanah Gambut,(http://ft.unira.ac.id/wpcontent/uploads/2012/07/met.perbaikangambut.pdf). (Diakses 09 September 2013). Kajian Pengaruh Jumlah dan Lebar Geotekstil Terhadap Daya Dukung Tanah Gambut (Martini, Fathuddin Al-Anshori) 102