PENDAFTARAN HAK MILIK ATAS TANAH ADAT (KONVERSI) DALAM MEWUJUDKAN KEPASTIAN HUKUM MELALUI PROGRAM LARASITA DI KECAMATAN DEPOK KABUPATEN SLEMAN

dokumen-dokumen yang mirip
PENDAFTARAN HAK MILIK ATAS TANAH ADAT (KONVERSI) DALAM MEWUJUDKAN KEPASTIAN HUKUM MELALUI PROGRAM LARASITA DI KECAMATAN DEPOK KABUPATEN SLEMAN

Bab I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tanah merupakan salah satu sumber daya alam yang penting untuk

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan tanah. Tanah mempunyai kedudukan dan fungsi yang amat penting

BAB I PENDAHULUAN. diberlakukan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar

BAB I PENDAHULUAN. berlindung dan melanjutkan kehidupannya. Sejalan dengan bertambahnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Tanah merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa yang menjadi salah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Tanah merupakan salah satu modal pokok bagi bangsa Indonesia dan suatu

JURNAL PELAKSANAAN PEMBERIAN HAK MILIK DARI TANAH NEGARA DAN PERLINDUNGAN HUKUMNYA DI KABUPATEN KUTAI TIMUR PROVINSI KALIMANTAN TIMUR.

BAB 1 PENDAHULUAN. hukum adat. Setelah Indonesia merdeka Indonesia merupakan negara hukum yang

MEWUJUDKAN KEPASTIAN HUKUM DAN PERLINDUNGAN HUKUM DI KABUPATEN BANTUL

JURNAL PELAKSANAAN PERALIHAN HAK MILIK ATAS TANAH KARENA PEWARISAN DALAM MEWUJUDKAN KEPASTIAN HUKUM DI KABUPATEN GUNUNG KIDUL

JURNAL PELAKSANAAN KONVERSI HAK ATAS TANAH ADAT (LETTER C) MENJADI HAK MILIK DI KABUPATEN MAGELANG

BAB I PENDAHULUAN. Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menentukan bahwa :

JURNAL PELAKSANAAN PERALIHAN DAN PENDAFTARAN PERALIHAN HAK MILIK ATAS TANAH (JUAL BELI) DALAM MEWUJUDKAN TERTIB ADMINISTRASI PERTANAHAN

JURNAL. Diajukan oleh : GIOVANI AGNELLI SUSANTI. NPM : Program Studi : Ilmu Hukum Program Kekhususan : Hukum Pertanahan dan Lingkungan Hidup

JURNAL NASKAH PUBLIKASI PELAKSANAAN PERALIHAN HAK MILIK ADAT KARENA JUAL BELI SETELAH PEMEKARAN WILAYAH KABUPATEN SARMI PROVINSI PAPUA

BAB I PENDAHULUAN. Tanah merupakan salah satu sumber daya alam yang penting untuk. kelangsungan hidup umat manusia, hubungan manusia dengan tanah

JURNAL PEROLEHAN SERTIPIKAT HAK MILIK ATAS TANAH KARENA PERALIHAN (JUAL BELI) DALAM MEWUJUDKAN PERLINDUNGAN HUKUM DI KOTA SAMARINDA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Kehidupan manusia tidak dapat dipisahkan dari tanah. Tanah

JURNAL. Diajukan oleh: Britha Mahanani Dian Utami. Program Kekhususan: Hukum Pertanahan dan Lingkungan Hidup UNIVERSITAS ATMA JAYA YOGYAKARTA

PELAKSANAAN PRONA (TANAH HAK MILIK) DALAM RANGKA MEWUJUDKAN TERTIB ADMINISTRASI PERTANAHAN DI KABUPATEN GUNUNGKIDUL

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tanah merupakan penunjang kesejahteraan dan kemakmuran diseluruh

BAB I PENDAHULUAN. masih bercorak agraris. Seluruh bumi, air dan ruang angkasa, termasuk kekayaan

Bab I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Tanah mempunyai hubungan yang sangat erat dengan manusia karena

1.PENDAHULUAN. masih memerlukan tanah ( K. Wantjik Saleh, 1977:50). sumber penghidupan maupun sebagai tempat berpijak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Salah satu tujuan pembentukan UUPA adalah untuk memberikan

JURNAL PELAKSANAAN PENDAFTARAN HAK MILIK ADAT MELALUI PROYEK OPERASI NASIONAL AGRARIA (PRONA) DI KABUPATEN JAYAWIJAYA PROVINSI PAPUA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebutuhan tanah dewasa ini semakin meningkat sejalan dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. Tanah memiliki peranan yang sangat penting bagi kehidupan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. peruntukan, penggunaan dan pemeliharaan.

BAB I PENDAHULUAN. peruntukkan dan dipergunakan sebesar-besar kemakmuran rakyat, baik secara

JURNAL. Diajukan oleh: PRISKA LARAS DAMASWARI ZEBUA. Program Kekhususan : Hukum Pertanahan dan Lingkungan Hidup UNIVERSITAS ATMA JAYA YOGYAKARTA

JURNAL SKRIPSI. Disusun oleh: CLAUDIA TIARA YULINDA. Program Kekhususan : Hukum Pertanahan dan Lingkungan hidup UNIVERSITAS ATMA JAYA YOGYAKARTA

LETER. Disusun oleh : NPM. Hukum. : Ilmu. Program Studi. Hidup

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Tanah sangat penting bagi kehidupan manusia, dikarenakan tanah adalah

BAB III PELAKSANAAN KONVERSI TANAH ATAS HAK BARAT OLEH BADAN PERTANAHAN NASIONAL

II. TINJAUAN PUSTAKA. menurut ketentuan yang diatur dengan peraturan pemerintah. Peraturan

JUAL-BELI TANAH HAK MILIK YANG BERTANDA BUKTI PETUK PAJAK BUMI (KUTIPAN LETTER C)

BAB I PENDAHULUAN. tanah sebagai sarana utama dalam proses pembangunan. 1 Pembangunan. dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

Disusun oleh: ADE KURNIADY NOOR NPM : Program Kekhususan : Hukum Pertanahan Dan Lingkungan Hidup

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan negara bercorak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tanah merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa mempunyai fungsi yang

BAB I PENDAHULUAN. tanah.tanah sendiri merupakan modal utama bagi pelaksanaan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tanah dalam kehidupan sehari-hari manusia mempunyai peranan yang

ini menjadikan kebutuhan akan tanah bertambah besar. Tanah mempunyai kemakmuran, dan kehidupan. Hal ini memberikan pengertian bahwa

JURNAL ILMIAH. Diajukan oleh : NI PUTU EKA ARINI. NPM : Program Studi : Ilmu Hukum Program Kekhususan : Hukum Pertanahan dan Lingkungan Hidup

BAB I PENDAHULUAN. Tanah merupakan salah satu kekayaan alam yang ada dibumi yang

PENYIMPANGAN DALAM PENERBITAN SERTIPIKAT HAK ATAS TANAH. Urip Santoso Fakultas Hukum Universitas Airlangga Surabaya

BAB I PENDAHULUAN. tempat tinggal yang turun temurun untuk melanjutkan kelangsungan generasi. sangat erat antara manusia dengan tanah.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA No. 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria

JURNAL SKRIPSI. Disusun Oleh : AGNES APRILIA SARI

Skripsi. Diajukan oleh : LUKITO WIBISONO. NPM : Program Studi : Ilmu Hukum Program Kekhususan : Hukum Pertanahan dan Lingkungan Hidup

Lex Privatum Vol. VI/No. 1/Jan-Mar/2018

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini karena hampir sebagian besar aktivitas dan kehidupan manusia

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan berkembangnya jumlah penduduk, kebutuhan akan tanah terus

Lex et Societatis, Vol. V/No. 5/Jul/2017

JURNAL. Diajukan oleh : Lusius Maria Bram Bintang Ferdinanta. Program Kekhususan : Hukum Pertanahan dan LingkunganHidup

BAB I PENDAHULUAN. terakhirnya. Selain mempunyai arti penting bagi manusia, tanah juga mempunyai kedudukan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia hidup serta melakukan aktivitas di atas tanah sehingga setiap saat

BAB I PENDAHULUAN. karena tanah merupakan sumber kesejahteraan, kemakmuran, dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Berbicara masalah hidup manusia, berarti juga berbicara masalah tanah

JURNAL KEPASTIAN HUKUM TERHADAP PELAKSANAAN KEGIATAN REDISTRIBUSI TANAH PERTANIAN YANG BERASAL DARI TANAH ABSENTEE DI KABUPATEN BANTUL

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tanah merupakan sesuatu yang mempunyai peran penting bagi umat

BAB I PENDAHULUAN menyebutkan bahwa tujuan bernegara adalah melindungi segenap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Tanah merupakan salah satu faktor penting yang sangat erat

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat adalah persoalan hak atas tanah. Banyaknya permasalahan-permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. Konstitusional Undang-Undang Dasar Pasal 33 ayat (3) Undang-

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tanah mempunyai peranan penting dalam kehidupan manusia. Tanah

BAB I PENDAHULUAN. kemakmuran seluruh rakyat Indonesia. Secara konstitusional Undang-undang Dasar 1945 dalam Pasal 33 ayat

PENULISAN HUKUM/SKRIPSI

Jurnal Cepalo Volume 1, Nomor 1, Desember 2017 LEGALISASI ASET PEMERINTAH DAERAH MELALUI PENDAFTARAN TANAH DI KABUPATEN PRINGSEWU. Oleh.

JURNAL PELAKSANAAN PENDAFTARAN TANAH PERTAMA KALI (KONVERSI HAK MILIK ATAS TANAH ADAT) DALAM RANGKA MEMBERIKAN JAMINAN KEPASTIAN HUKUM

SKRIPSI KEPASTIAN HUKUM BAGI PEMILIK TANAH DI WILAYAH PENGEMBANGAN DAN LOKASI PEMUKIMAN TRANSMIGRASI DI KABUPATEN SORONG PROVINSI PAPUA BARAT

PELAKSANAAN ASAS CONTRADICTOIRE DELIMITATIE DALAM PENDAFTARAN TANAH PERTAMA KALI SECARA SPORADIK DI KANTOR PERTANAHAN KABUPATEN BANGLI

JURNAL PELAKSANAAN PERALIHAN HAK MILIK ATAS TANAH KARENA JUAL BELI DI HADAPAN CAMAT SEBAGAI PPAT SEMENTARA SETELAH BERLAKUNYA

BAB I PENDAHULUAN. sebagai salah satu sumber kesejahteraan rakyat dan tempat manusia melakukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peningkatan pembangunan nasional yang berkelanjutan

BAB I PENDAHULUAN. bangsa dalam mencapai sebesar-besarnya kemakmuran rakyat secara adil dan

PENDAFTARAN TANAH PERTAMA KALI SECARA SPORADIK MELALUI PENGAKUAN HAK. Oleh Bambang Eko Muljono Dosen Fakultas Hukum Universitas Islam Lamongan ABSTRAK

PENDAFTARAN TANAH. Dosen: Dr. Suryanti T. Arief, SH., MKn., MBA

BAB I PENDAHULUAN. dengan tanah, dapat dikatakan hampir semua kegiatan hidup manusia baik secara

UNIVERSITAS ATMA JAYA YOGYAKARTA PROGRAM PASCA SARJANA PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU HUKUM

HAK MILIK DAN HAK GUNA USAHA (Menurut UUPA)

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PEMEGANG SAH HAK ATAS TANAH DENGAN ADANYA SERTIFIKAT GANDA HAK ATAS TANAH

KEPASTIAN HUKUM SERTIFIKAT HAK MILIK ATAS TANAH SEBAGAI BUKTI KEPEMILIKAN BIDANG TANAH

UNIVERSISTAS ATMA JAYA YOGYAKARTA FAKULTAS HUKUM

Prosiding Ilmu Hukum ISSN: X

BAB I PENDAHULUAN. Bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya begitu pula

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Manusia dalam kehidupannya tidak dapat dipisahkan dari tanah.

BAB I PENDAHULUAN. Pertanahan Nasional juga mengacu kepada Pasal 33 ayat (3) UUD 1945

BAB I PENDAHULUAN. negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat.

dikuatkan oleh camat yang membenarkan tentang hak seseorang tersebut.

Pendaftaran Hak-Hak Atas Tanah Adat Menurut Ketentuan Konversi Dan PP No. 24/1997

HIBAH TANAH PEMERINTAHAN KABUPATEN/KOTA KEPADA WARGA NEGARA INDONESIA

PENDAFTARAN PERALIHAN HAK MILIK ATAS TANAH KARENA JUAL BELI DI KABUPTEN BANGLI (STUDY KASUS DI BPN KABUPATEN BANGLI)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia dikenal sebagai Negara Agraris, bahwa tanah-tanah di

JURNAL HUKUM. Diajukan oleh: Novi Diana Silitonga

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Wiwit Khairunisa Pratiwi, 2015

BAB I PENDAHULUAN. meninggal dunia. Kebutuhan akan tanah semakin hari semakin meningkat,

Transkripsi:

NASKAH PUBLIKASI PENDAFTARAN HAK MILIK ATAS TANAH ADAT (KONVERSI) DALAM MEWUJUDKAN KEPASTIAN HUKUM MELALUI PROGRAM LARASITA DI KECAMATAN DEPOK KABUPATEN SLEMAN Diajukan oleh : WULAN NOPITANINGSIH NPM : 08 05 09856 Program Studi Program Kekhususan : Ilmu Hukum : Hukum Pertanahan dan Lingkungan Hidup UNIVERSITAS ATMA JAYA YOGYAKARTA FAKULTAS HUKUM 2014

1 PENDAFTARAN HAK MILIK ATAS TANAH ADAT (KONVERSI) DALAM MEWUJUDKAN KEPASTIAN HUKUM MELALUI PROGRAM LARASITA DI KECAMATAN DEPOK KABUPATEN SLEMAN Wulan Nopitaningsih SW. Endah Cahyowati Program studi Ilmu Hukum, Fakultas Hukum, Universitas Atma Jaya Yogyakarta ABSTRACT The title of this research is THE REGISTRATION OF PROPERTY RIGHTS ON CUSTOMARY LAW LAND (CONVERSION) TO ENFORCE THE LEGAL SECURITY THROUGH THE PROGRAM OF LARASITA AT THE DISTRICT OF DEPOK IN THE REGENCY OF SLEMAN. The problem formulation of this research is whether the registration of property rights on customary law land (conversion) at the district of Depok in the Regency of Sleman through the Program of Larasita has enforced the legal security? This research is purposed to understand whether the registration of property rights on customary law land (conversion) at the district of Depok in the Regency of Sleman through the Program of Larasita has enforced the legal security.

2 This research is a type of empirical legal research; the obtained data are analyzed qualitatively. Based on the results of research analysis then it can be concluded using an inductive method. The research results show that the applicant in registering of property rights on customary law land (conversion) through the Program of Larasita has enforced the legal security. The suggestion from researcher is in order to keep the Program of Larasita which is implemented at the district of Depok in the Regency of Sleman through, because until now there is still a lot of ground customary law land that has not been converted. Keywords: Registration, Property Rights, Customary Law Land, Conversion, LARASITA

3 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tanah merupakan salah satu sumber daya alam yang penting untuk kelangsungan hidup umat manusia, hubungan manusia dengan tanah bukan hanya sekedar tempat hidup. Bagi bangsa Indonesia tanah adalah karunia Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan kekayaan nasional, hubungan antara bangsa Indonesia dengan tanah bersifat abadi. Pasal 33 ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945 menentukan bahwa: Bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya bagi kemakmuran rakyat. Berdasarkan ketentuan Pasal 33 ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945 bahwa sumber daya alam diberikan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat. Realisasi dari ketentuan Pasal 33 ayat (3) Undang-Undang 1945 tersebut maka diberlakukan Undang-Undang No 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria atau disebut dengan singkatan resmi UUPA (Undang-Undang Pokok Agraria). Salah satu tujuan UUPA yaitu untuk memberikan kepastian hukum diatur lebih lanjut di dalam Pasal 19 ayat (1) dan ayat (2) UUPA. Pasal 19 ayat UUPA menentukan bahwa : (1) Untuk menjamin kepastian hukum oleh Pemerintah diadakan pendaftaran tanah di seluruh wilayah Republik Indonesia menururt ketentuan-ketentuan yang diatur dengan Peraturan Pemerintah (2) Pendaftaran tersebut dalam ayat (1) meliputi : a. Pengukuran, perpetaan dan pembukuan tanah; b. Pendaftaran hak-hak atas tanah dan peralihan hak-hak tersebut; c. Pemberian surat-surat tanda bukti hak, yang berlaku sebagai alat pembuktian yang kuat.

4 Ketentuan Pasal 19 tersebut ditujukan kepada Pemerintah yang bertujuan untuk memberikan kepastian hukum dalam pendaftaran tanah di seluruh wilayah Indonesia. Pendaftaran tanah tersebut meliputi pengukuran, perpetaan, pembukuan tanah pendaftaran hak-hak atas tanah dan peralihan hak tersebut dan pemberian surat-surat tanda bukti yang berlaku sebagai alat pembuktian yang kuat. Ketentuan tersebut juga diatur lebih lanjut dalam Peraturan Pemerintah. Peraturan Pemerintah yang dimaksud adalah PP Nomor 24 tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah dan dengan ketentuan peraturan pelaksanaannya Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala BPN Nomor 3 Tahun 1997. Menurut Pasal 1 Angka 1 PP Nomor 24 Tahun 1997 menentukan bahwa : Pendaftaran tanah adalah rangkaian kegiatan yang yang dilakukan oleh Pemerintah secara terus menerus, berkesinambungan dan teratur, meliputi pengumpulan, pengolahan, pembukuan dan penyajian serta pemilaharaan data fisik dan data yuridis, dalam bentuk peta dan daftar, mengenai bidang-bidang tanah dan satuan-satuan rumah susun, termasuk pemberian surat tanda bukti haknya bagi bidang-bidang tanah yang sudah ada haknya dan hak milik atas satuan rumah susun serta hak-hak tertentu yang membebaninya. Maksud dari Pasal 1 Angka 1 PP Nomor 24 Tahun 1997 yaitu mengenai yang wajib didaftarkan adalah bidang-bidang tanah hak dan satuan-satuan rumah susun, termasuk pemberian surat tanda bukti haknya bagi bidangbidang tanah yang sudah ada haknya dan hak milik atas satuan rumah susun serta hak-hak tertentu yang membebaninya. Menurut Pasal 3 PP Nomor 24 Tahun 1997 Pendaftaran Tanah bertujuan : a. Untuk memberikan kepastian hukum dan perlindungan hukum kepada pemegang hak atas suatu bidang tanah, suatu rumah susun dan hak-

5 hak lain yang terdaftar agar dengan mudah dapat membuktikan dirinya sebagai pemegang hak yang bersangkutan b. Untuk menyediakan informasi kepada pihak-pihak yang berkepentingan termasuk Pemerintah agar dengan mudah dapat memperoleh data yang diperlukan dalam mengadakan perbuatan hukum mengenai bidang-bidang tanah dan satuan-satuan rumah susun yang sudah didaftar c. Untuk terselenggaranya tertib administrasi pertanahan Maksud ketentuan Pasal 3 PP Nomor 24 Tahun 1997 yaitu tujuan pendaftaran tanah tercantum pada huruf a merupakan tujuan utama pendaftaran tanah seperti yang diperintahkan Pasal 19 UUPA. Di samping itu pendaftaran tanah dimaksudkan agar tercipta suatu pusat informasi mengenai bidang-bidang tanah, sehingga pihak yang berkepentingan termasuk pemerintah dengan mudah dapat memperoleh data yang diperlukan dalam mengadakan perbuatan hukum mengenai bidang-bidang tanah dan satuan-satuan rumah susun yang sudah didaftar. Terselenggaranya pendaftaran tanah secara baik merupakan dasar dan perwujudan tertib administrasi di bidang pertanahan. Salah satu bidang tanah hak yang di berikan oleh pemegang hak adalah hak milik. Pengertian hak milik diatur dalam Pasal 20 UUPA yaitu: (1) Hak Milik adalah adalah hak turun-temurun, terkuat dan terpenuh yang dapat dipunyai orang atas tanah, dengan mengingat ketentuan Pasal 6. (2) Hak milik dapat beralih dan dialihkan kepada pihak lain. Maksud dari ketentuan Pasal 20 UUPA ini disebutkan sifat-sifat dari pada hak milik yang membedakan dari hak-hak lainnya. Turun temurun artinya bahwa hak milik tidak hanya berlangsung selama hidup pemegang hak tetapi apabila pemegang hak sudah meninggal dunia maka hak tersebut

6 dapat dilanjutkan oleh ahli waris. Hak milik adalah hak yang terkuat artinya bahwa hak milik merupakan induk dari hak atas lainnya dan wajib didaftarkan. Terpenuh artinya bahwa Hak Milik atas tanah memberi wewenang kepada pemiliknya lebih luas apabila dibandingkan dengan hak atas tanah yang lain, dalam hal penggunaannya misalnya dapat didirikan bangunan atau ditanami tanaman 1. Berdasarkan sifat-sifat hak milik tersebut hak milik mempunyai fungsi sosial. Hak milik dapat beralih artinya berpindahnya hak milik atas tanah dari pemiliknya kepada pihak lain dikarenakn suatu peristiwa hukum dan hak milik dapat dialihkan artinya berpindahnya hak milik atas tanah dari pemiliknya kepada pihak lain dikarenakan suatu perbuatan hukum. Pasal 22 UUPA menentukan bahwa : (1) Terjadinya hak milik menurut hukum adat diatur dengan Peraturan Pemerintah. (2) Selain menurut cara sebagai yang dimaksud dalam ayat 1 pasal ini hak milik terjadi karena: a. Penetapan pemerintah menurut cara dan syarat-syarat yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah; b. Ketentuan undang-undang. Maksud dari ketentuan Pasal 22 UUPA bahwa terjadinya hak milik menurut hukum adat diatur dengan peraturan pemerintah dan dapat terjadi karena ketetapan pemerintah. Selain itu juga dapat terjadi berdasarkan ketentuan undang-undang. Menurut ketentuan undang-undang terjadinya hak milik atas tanah berdasarkan konversi hak atas tanah. Konversi hak 1 Urip Santoso, 2005, Hukum Agraria dan Hak-hak Atas Tanah, Kencana Prenada Media Group, Jakarta, hlm 90

7 atas tanah adalah suatu perubahan hak atas tanah sehubungan dengan berlakunya UUPA Menurut Pasal II ayat (1) Ketentuan Konversi UUPA yaitu: Hak-hak atas tanah yang memberi wewenang sebagaimana atau mirip dengan hak yang dimaksud dalam pasal 20 ayat (1) seperti yang disebutkan dengan nama sebagai dibawah, yang ada pada mulai berlakunya undang-undang ini yaitu : hak agrarisch eigendom, milik, yasan, andarbeni, hak atas druwe, hak atas druwe desa, pesini, grant Sultan, landerinjbezitrecht, altijddurende, erfpacht, hak usaha atau bekas tanah partikelir, dan hak-hak lain dengan nama apapun juga yang ditegaskan lebih lanjut olen Menteri Agraria, sejak mulai berlakunya Undang-undang ini menjadi hak milik tersebut dalam pasal 20 ayat (1), kecuali jika yang mempunyainya tidak memenuhi syarat sebagai tersebut dalam pasal 21. Menurut Pasal II ayat (1) UUPA ini sejak berlakunya UUPA ditegaskan oleh Menteri Agraria hak-hak tersebut menjadi hak milik berdasarkan Ketentuan Konversi Pasal II ayat (1) UUPA. Hak atas tanah yang dikonversi menjadi hak milik adalah hak agrarisch eigendom, milik, yasan, andarbeni, hak atas tanah druwe, hak atas tanah druwe desa, pesini, grant sultan, landerinjbezitrecht, altijddurende, erfpacht, hak usaha bekas tanah partikelir dan hak-hak lain dengan nama apapun. Peraturan Menteri Pertanian Dan Agraria Nomor 2 Tahun 1962 tentang Penegasan Konversi Dan Pendaftaran Bekas Hak-Hak Indonesia Atas Tanah. Pasal 1 PMPA Nomor 2 Tahun 1962 menentukan : Atas permohonan yang berkepentingan, maka konversi hak-hak yang disebut dalam Pasal II dan VI Ketentuan-ketentuan Konversi Undangundang Pokok Agraria menjadi hak milik, hak guna bangunan, hak guna usaha atau hak pakai dapat ditegaskan menurut ketentuan-ketentuan. Peraturan ini dan didaftarkan menurut ketentuan-ketentuan Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1961 tentang Pendaftaran Tanah (LN Tahun

8 1961 No. 28), sepanjang Peraturan Pemerintah tersebut sudah mulai diselenggarakan di daerah yang bersangkutan. Maksud dari ketentuan Pasal 1 PMPA Nomor 2 Tahun 1962 adalah ketentuan konversi menurut UUPA yang menjadi hak milik, hak guna usaha dan hak guna bangunan atau hak pakai ditegaskan menurut Peraturan Menteri Agraria dam dapat didaftarkan menurut PP Nomor 10 Tahun 1961, selama peraturan pemerintah tersebut terselenggara di daerah masing-masing. Salah satu invonasi pelayanan pendaftaran tanah setelah dikeluarkannya PP Nomor 24 Tahun 1997 adalah LARASITA. Program LARASITA diatur lebih lanjut dalam Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 18 Tahun 2009 tentang LARASITA. LARASITA merupakan kebijakan inovatif yang beranjak dari pemenuhan rasa keadilan yang diperlukan, diharapkan, dan dipikirkan oleh masyarakat. Larasita dilaksanakan untuk memberikan keadilan bagi masyarakat dalam memudahkan pengurusan pertanahan, mempercepat proses pengurusan pertanahan, meningkatkan cakupan wilayah pengurusan pertanahan, dan untuk menjamin pengurusan pertanahan tanpa perantara di lingkungan Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia. Kenyataannya di Kecamatan Depok Kabupaten Sleman masih banyak tanah hak milik adat yang belum dikonversi. Tanah hak tersebut belum didaftarkan oleh pemegang haknya. Sebagian besar masyarakat Kecamatan Depok Sleman masih belum mengetahui prosedur atau tata cara pendaftaran tanah hak milik adat karena konversi apalagi mengenai program LARASITA.

9 B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah tersebut maka dapat dirumuskan masalah yaitu apakah pendaftaran hak milik atas tanah adat (KONVERSI) di Kecamatan Depok Kabupaten Sleman melalui program LARASITA telah mewujudkan kepastian hukum? C. Pelaksanaan Pendaftaran Hak Milik Atas Tanah Adat (Konversi) Dalam Mewujudkan Kepastian Hukum Melalui Program Larasita di Kecamatan Depok. Tanah Hak milik adat yang dimaksud dalam penelitian ini adalah tanah hak milik yang diperoleh oleh pemegang hak milik secara turun temurun sebelum berlakunya UUPA. Berdasarkan penelitian tanah hak milik adat yang belum dikonversikan di Kabupaten Sleman masih banyak, maka Kantor Pertanahan Kabupaten Sleman mengadakan Program LARASITA. Program LARASITA menurut Kepala Bidang Pendaftaran Tanah Kantor Pertanahan Kabupaten Sleman merupakan pelayanan percepatan dalam bidang pertanahan. Program Larasita pada tahun 2012 di Kabupaten Sleman dimulai sejak bulan Februari 2012. Permohonan pendaftaran hak milik atas tanah adat karena konversi di Kabupaten Sleman pada tahun 2012 berjumlah 307 pemohon yang terbagi dari 17 kecamatan. Salah satu kecamatan di Kabupaten Sleman yang menjadi prioritas tujuan program LARASITA yaitu Kecamatan Depok. Pemohon pendaftaran hak milik atas tanah adat karena konversi di kecamatan depok pada tahun 2012

10 berjumlah 40 pemohon, dari 40 pemohon ini peneliti mengambil sampel 20 responden. Pendaftaran hak milik atas tanah adat karena konversi di Kecamatan Depok, pemegang hak milik atas tanah adat dapat mengetahui status, batas-batas, letak, serta siapa pemilik yang sah atas tanah tersebut alasan ini dikemukakan oleh 11 orang responden. Sertipikat yang didapat tersebut merupakan tanda bukti yang sah, oleh karena itu sertipikat yang mereka peroleh dapat dimanfaatkan untuk dijadikan jaminan di bank, alasan tersebut dikemukakan oleh 4 orang responden. Sertipikat merupakan alat bukti yang kuat agar tidak terjadi permasalahan di lain hari, maka responden mendaftarkan tanah mereka memahami betapa pentingnya sertipikat tersebut hal ini dikemukakan oleh 5 orang responden. 20 (dua puluh) responden tersebut telah mengajukan permohonan pendaftaran tanah hak milik adat (konversi) melalui program LARASITA yang telah diprogramkan oleh Kantor Pertanahan Kabupaten Sleman. Dari 20 (dua puluh) pemohon tersebut semua telah mendapatkan sertipikat. Penerimaan Sertipikat yang diterima oleh pemohon tidak sama. Jangka waktu penerimaan sertipikat bagi pemohon Jangka waktu penerimaan sertipikat atas permohonan pendaftaran tanah hak milik atas tanah adat secara konversi melalui program LARASITA, para responden tidak sama dalam mendapatkan sertipikat tersebut. 11 orang responden mengaku mendapatkan sertipikat kurang lebih 120 hari sesuai dengan ketentuan penerbitan sertipikat melalui

11 program larasita, namun 9 orang responden mengaku bahwa mereka mendapatkan sertipikat lebih dari 120 hari. Keterlambatan penyerahan sertipikat tersebut dikarenakan obyek tanah dari 9 orang responden tersebut harus di cek ulang seperti di ukur ulang ataupun pemetaan ulang karena adanya ukuran yang berbeda dalam surat ukur atau letter C yang di pegang oleh pemegang hak. Adanya perbedaan jangka waktu penerimaan sertipikat tersebut tidak menjadi masalah bagi 9 responden yang waktunya penerimaan sertipikat lebih dari 120 hari. Berdasarkan hasil penelitian bahwa dari 20 responden di Kecamatan Depok. Sejak saat penerimaan sertipikat hak milik atas tanah kepada responden yang berjumlah 20 sampai dengan peneliti selesai melakukan penelitian, ternyata tidak ada pihak-pihak ke tiga yang mengajukan keberatan atas sertipikat yang diterima mengenai data yuridis maupun data fisik, sehingga telah mewujudkan kepastian hukum baik meliputi data yuridis dan data fisik. Data fisik adalah keterangan mengenai letak, batas, dan luas bidang tanah serta satuan rumah susun yang didaftar termasuk keterangan mengenai adanya bangunan atau bangunan diatasnya. Data yuridis adalah keterangan mengenai status hukum bidang tanah dan satuan rumah susun yang didaftar, pemegang haknya dan hak pihak lain serta beban-beban lain yang membebaninya. D. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan pendaftaran tanah hak milik adat karena konversi melalui program

12 LARASITA di Kecamatan Depok Kabupaten Sleman telah mendapatkan sertipikat dan mewujudkan kepastian hukum. Meskipun dalam penerimaan sertipikat tersebut 9 reponden tidak menerima dalam jangka waktu yang sama.