Mengapa Partai Islam Gagal di Pentas Nasional?

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V SIMPULAN DAN SARAN

2014 PEMILIHAN UMUM DAN MEDIA MASSA

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Responden dalam penelitian ini adalah masyarakat Kabupaten Way Kanan

KARAKTERISTIK STRUKTUR PERCAKAPAN DAN KONTEKS PADA RUBRIK KARTUN OPINI DALAM HARIAN KOMPAS

2015 STRATEGI PARTAI ISLAM D ALAM PANGGUNG PEMILIHAN PRESID EN DI INDONESIA TAHUN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. (Kompas, Republika, dan Rakyat Merdeka) yang diamati dalam penelitian

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Peran Berita Politik Dalam Surat Kabar Pikiran Rakyat Terhadap Pengetahuan Politik Mahasiswa Ilmu Sosial se-kota Bandung

BAB I PENDAHULUAN. Pemilihan umum sebagai sarana demokrasi telah digunakan di sebagian besar

BAB 6 KESIMPULAN, REFLEKSI, DAN REKOMENDASI. Bab ini akan mendiskusikan kesimpulan atas temuan, refleksi, dan juga

Pemilu 2014, Partai Islam Bakal 'Keok'

BAB VI KESIMPULAN. kemasyarakatan yang bercorak Islam Modernis. Meskipun bukan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. sendiri. Dengan sendirinya perkembangan usaha penerbitan pers mulai

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Dunia perpolitikan di Indonesia mengalami perkembangan pesat bila ditinjau dari segi

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah setelah runtuhnya Orde Baru, di era reformasi saat ini, media dengan

KOMUNIKASI POLITIK DALAM MEDIA MASSA

BAB I PENDAHULUAN. politik yang dimediasikan media telah masuk keberbagai tempat dan kalangan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pemilihan Umum (Pemilu) adalah salah satu cara dalam sistem

BAB IV PENUTUP. Rais sebagai figur pemimpin, politikus, akademisi, tokoh Muhammadiyah,

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

SEJARAH PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. diperbincangkan, baik dalam hal perpindahan kekuasaan atau kualitas

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi memegang peran penting menurut porsinya masing-masing.

BAB 2 DATA DAN ANALISA. Metode yang digunakan untuk mendapatkan data antara lain: - Tinjauan Pustaka : Buku Mengapa Kami Memilih Golput.

Muhammad Ismail Yusanto, Jubir HTI

BAB I PENDAHULUAN. putra-putri terbaik untuk menduduki jabatan-jabatan politik dan pejabatpejabat

Standar Kompetensi Profesi Humas. Edited by: Sumartono, S.Sos., MSI

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu media komunikasi yang efektif untuk menyebarkan. bagi mahasiswa IAIN Sunan Ampel Surabaya.

GAMBARAN UMUM. Bergesernya paradigma penyelenggaraan pemerintahan dari government ke

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang No 40 tahun 1999 Tentang Pers, telah ditetapkan dalam

MENDENGARKAN HATI NURANI

Oleh Dra. Hj. Siti Masrifah, MA (Ketua Umum DPP Perempuan Bangsa) Anggota Komisi IX DPR RI Fraksi PKB 1

BAB I PENDAHULUAN. Darma, (2009: 91) mengatakan, bahasa politik adalah bahasa yang digunakan

BAB I PENDAHULUAN. pesan secara massal, dengan menggunakan alat media massa. Media. massa, menurut De Vito (Nurudin, 2006) merupakan komunikasi yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Islam merupakan agama dakwah, artinya agama yang selalu mendorong

PARTAI POLITIK ISLAM Teori dan Praktik di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. yang menyanjung-nyanjung kekuatan sebagaimana pada masa Orde Baru, tetapi secara

I. PENDAHULUAN. basis agama Islam di Indonesia Perolehan suara PKS pada pemilu tahun 2004

BAB I PENDAHULUAN. Muhammadiyah sebagai ormas keagamaan menyatakan tidak berpolitik

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan dukungan teknik-teknik marketing, dalam pasar politik pun diperlukan

BAB I PENDAHULUAN. dikatakan pencitraan menjadi point penting dalam penunjang karir perpolitikan.

Ini Alasan Partai Islam Terseok-Seok

BAB I PENDAHULUAN. Bali dikenal sebagai daerah dengan ragam budaya masyarakatnya yang

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Kebijakan otonomi daerah yang digulirkan dalam era reformasi dengan. dikeluarkannya ketetapan MPR Nomor XV/MPR/1998 adalah tentang

I. PENDAHULUAN. aspirasi dan memilih pemimpin dengan diadakannya pemilihan umum.

I. PENDAHULUAN. pengaruh yang ditimbulkan oleh media massa (Effendy, 2003: 407).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Penelitian. Kota berasal dari kata urban yang mengandung pengertian kekotaan dan

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia adalah negara yang menganut sistem demokrasi.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pemilu 2014 merupakan kali ketiga rakyat Indonesia memilih

Standar Kompetensi Profesi Humas

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VI. Penutup. pengangkatan seseorang atau sekelompok orang untuk melaksanakan sejumlah

BAB I PENDAHULUAN. relatif independen dan juga disertai dengan kebebasan pers. Keadaan ini

BAB I PENDAHULUAN. diwujudkan dengan adanya pemilihan umum yang telah diselenggarakan pada

isu kebijakan dan dinamikanya. Kemudian pada bagian kedua kita akan Isu kebijakan publik sangat penting dibahas untuk membedakan istilah

PERANAN MEDIA MASSA TERHADAP KESADARAN POLITIK MASYARAKAT DI DUSUN WIJILAN WIJIMULYO NANGGULAN KULON PROGO DALAM PEMILIHAN UMUM 9 APRIL 2014 ARTIKEL

VARIASI GAYA BAHASA SLOGAN DALAM ATRIBUT CALEG PEMILU 2009 DI SURAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Severin & Takard (2001:295) menyatakan bahwa media massa menjadi

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P.5/Menhut-II/2012 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB III METODE PENELITIAN

Biografi Presiden Megawati Soekarnoputri. Oleh Otto Ismail Rabu, 05 Desember :20

I. PENDAHULUAN. sangat penting dalam kehidupan bernegara. Pemilihan umum, rakyat berperan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dudih Sutrisman, 2015

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. politiknya bekerja secara efektif. Prabowo Effect atau ketokohan mantan

BAB I PENDAHULUAN. Pada era keterbukaan dan demokrasi sekarang ini dalam pemilihan umum

BAB 5 KESIMPULAN. kebutuhan untuk menghasilkan rekomendasi yang lebih spesifik bagi para aktor

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan sebagai alat negara. Negara dapat dipandang sebagai

REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL

BAB II SIKAP POLITIK MEDIA PADA TRIBUN NEWS, JAWA POS, DAN SUARA MERDEKA. Objek penelitian ini adalah bagaimana perbandingan pemberitaan Ganjar

Presiden Seumur Hidup

BAB I PENDAHULUAN. keluarga dalam kehidupannya sehari hari.banyak masyarakat yang mencari

I. PENDAHULUAN. wilayah dan tataran kehidupan publik, terutama dalam posisi-posisi pengambilan

BAB I PENDAHULUAN. warga tertentu. Strategi komunikasi politik juga merupakan

I. PENDAHULUAN. dilakukan dengan keikutsertaan partai politik dalam pemilihan umum yang

BAB I PENDAHULUAN. perubahan dalam segala bidang, tidak terkecuali dalam bidang politik. Keputusan

BAB V PENUTUP. disimpulkan bahwa KAMMI telah melakukan beberapa hal terkait dengan strategi

KARTELISASI POLITIK PILKADA LANGSUNG

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. media yang didesain secara khusus mampu menyebarkan informasi kepada

PERANAN KPU DAERAH DALAM MENCIPTAKAN PEMILU YANG DEMOKRATIS

BAB I PENDAHULUAN. lagi, ternyata dalam prakteknya partai politik ini kurang mampu menjawab

PENDIDIKAN POLITIK BAGI PEMILIH PEMULA. Oleh RANGGA Kamis, 19 Juni :56

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. sekolah dengan keefektifan Sekolah Menengah Pertama di Kota Medan. Hal

BAB I PENDAHULUAN. dalam satu dasawarsa terakhir ini, telah melahirkan karakteristik tertentu dalam

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dewasa ini untuk menciptakan kerja sama, dimana orang-orangnya

BAB I PENDAHULUAN. mengungkapkan kebenaran secara fairness. Yaitu salah satu syarat objektivitas

BAB I PENDAHULUAN. adalah parameter pelaksanaan pemilu yang demokratis :

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

DEMOKRASI & POLITIK DESENTRALISASI

BAB 5 KESIMPULAN. Faktor-faktor kemenangan..., Nilam Nirmala Anggraini, FISIP UI, Universitas 2010 Indonesia

OPOSISI SUATU KENYATAAN 1

I. PENDAHULUAN. akuntabilitas bagi mereka yang menjalankan kekuasaan. Hal ini juga

Transkripsi:

BOOK REVIEW Mengapa Partai Islam Gagal di Pentas Nasional? Judul : Catatan Kritis Politik Islam Era Reformasi Penulis : Muhammad Sirozi Penerbit : Ak Group Yogyakarta Terbit : 2004 Cetakan : Pertama, Januari 2004 Tebal : xii dan 114 halaman. Bergulirnya gerakan reformasi seiring dengan lengsernya Soeharto telah memberikan harapan baru bagi semua kelompok politik di tanah air, termasuk kelompok agama. Dengan nilai-nilai kebebasan, keterbukaan dan keadilan yang dibawanya, gerakan reformasi telah memberikan peluang bagi kelompok agama untuk kembali tampil, ikut bermain di pentas politik nasional. Tokoh-tokoh agama kritis yang pada masa Orde Baru hanya dapat bermain di belakang layar, banyak yang menjadi pelaku utama. Mereka tersebar di beberapa partai yang berasas dan berorientasi Islam. Misalnya, Deliar Noer di Partai Umat Islam (PUI), Soemargono dan beberapa kolega ideologisnya di Partai Bulan Bintang (PBB), Husein Umar di Partai Persatuan Pembangunan (PPP), A.M. Fatwa di Partai Amanat Nasional (PAN), dan lain-lain. Mereka telah mendapatkan kembali hak-hak mereka untuk ikut bertarung secara adil di pentas politik nasional. Partai Islam adalah partai yang memakai label Islam (nama, asas, dan tanda gambar); atau partai yang tidak memakai label Islam tetapi hakekat perjuangannya adalah terutama untuk kepentingan umat Islam tanpa harus mengabaikan kepentingan umat agama lainnya; atau partai yang tidak memakai label Islam dan tujuan/programnya untuk kepentingan Al-Mawarid Edisi XIII Tahun 2005 149

semua warga Negara RI, tetapi konstituen utamanya berasal dari umat Islam (halaman 75-76). Tidaklah sulit memahami mengapa pimpinan partai-partai Islam menonjolkan label Islam pada nama, asas dan tanda gambar mereka. Mereka tentu berharap bahwa dengan cara itu mereka dapat meyakinkan umat Islam di negeri ini bahwa partai mereka memperjuangkan aspirasi umat. Mereka sepertinya berasumsi bahwa semakin kental identitas keislaman pada partai mereka, semakin besar dukungan yang akan mereka dapatkan dari konstituen Muslim. Akan tetapi ternyata asumsi seperti itu tidak terbukti. Hasil akhir perhitungan suara menunjukkan bahwa yang paling banyak mendapat simpati rakyat adalah PDI Perjuangan pimpinan Megawati Soekarno Putri. Hasil tersebut tidak hanya mengagetkan para pimpinan partaipartai Islam itu sendiri, tetapi juga telah menangkis analisis sebagian besar pengamat politik. Hanya beberapa pengamat politik saja yang sejak semula bersikap skeptic terhadap kemampuan partai-partai Islam menarik simpati rakyat. Misalnya, Nurcholish Madjid, pernah memperkirakan sebelum pemilu bahwa akan ada partai politik yang terlanjur besar, tetapi hanya mendapat dukungan kecil dari rakyat. Demikian pula, Hermawan Sulistiyo dan Indira Samego dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia(LIPI), dalam salah satu nasional Forum Rektor di Bandung, pada pertengahan April 1999 mengatakan bahwa ada partai-partai yang besar di Koran, tetapi kecil dalam pemilu. Semua orang tahu bahwa yang dimaksud oleh para pengamat politik tersebut adalah partai-partai Islam khususnya Partai Amant Nasional (PAN) dan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB). Di negeri Muslim terbesar di dunia, kekalahan PAN, PKB, PPP dan partai-partai Islam lainnya dari partai-partai non-agama seperti PDI- Perjuangan pimpinan Megawati Soekarno Putri adalah suatu hal yang patut direnungkan dan dipertanyakan. Mengapa rakyat Indonesia yang mayoritas Muslim tidak tertarik dengan partai-partai Islam? Buku yang berjudul Catatan Kritis Politik Islam Era Reformasi yang ditulis oleh Muhammad Sirozi patut diberi apresiasi. Buku ini terdiri dari lima bagian, yaitu bagian ke-1 membahas globalisasi, otonomisasi dan agenda kepemimpinan partai politik Islam, bagian ke-2 memahami ketegangan kelompok agama dan sekuler, bagian ke-3 politik libur sekolah di bulan ramadhan sebagai manuver politik, bagian ke-4 kilas balik kegagalan partai-partai politik Islam dalam pemilu 1999, dan bagian ke-5 tentang argument dan retorika agama di pentas politik kilas balik siding tahunan MPR 2000. 150 Al-Mawarid Edisi XIII Tahun 2005

Fokus utama, kalau tidak malah inti buku ini sesuai dengan judulnya adalah mencoba memetakan dan menganalisis secara kritis tentang fenomena dan faktor penyebab mengapa partai-partai Islam (selalu) kalah dalam pentas politik nasional, terutama dalam pemilu 1999. Dalam buku ini dideskripsikan setidaknya ada lima hal yang menjadi penyebab kekalahan partai-partai Islam dalam pemilu 1999. Lima hal tersebut adalah:. Pertama, metode dan materi kampanye yang kurang tepat. Kampanye adalah upaya terorganisasi untuk mendapatkan dukungan publik. Kampanye politik bertujuan meyakinkan publik bahwa aspirasi mereka akan diperjuangkan. Untuk mencapai tujuan tersebut, kegiatan kampanye membutuhkan metode dan materi yang tepat. Jika dicermati, kampanye partai-partai Islam menjelang pemilu 1999 umumnya bersifat verbalisnormatif, hanya dalam bentuk ceramah-ceramah yang sarat dengan pesanpesan normatif agama. Pada saat umat sangat membutuhkan programprogram konkrit untuk dapat keluar dari krisis ekonomi yang berkepanjangan, metode dan materi kampanye tersebut tentu saja tidak efektif. Kedua, rendahnya kredibilitas tokoh-tokoh partai di mata umat. Credibility is a precondition for getting your message heard ( kredibilitas adalah prasyarat agar agar pesan-pesan anda didengar orang). Bahkan dikemukakan lebih lanjut bahwa you are known by your good name and integrity ( anda dikenal karena nama baik dan itegritas anda). Sebagian tokoh-tokoh partai Islam, seperti Amien Rais, Abdurrahman Wahid dan Deliar Noer, memang cukup lama malang melintang di pentas politik nasional dan integritas mereka sudah cukup teruji. Akan tetapi mereka adalah kaum intelektual yang banyak berteori, tetapi kurang praktek. Ucapan-ucapan mereka kurang membumi dan gaya hidup mereka sehari-hari tak ubahnya gaya hidup para selebritis ibu kota, berpindah dari satu studio rekaman ke studio rekaman lainnya untuk wawancara, dialog atau debat dan dari satu jumpa pers ke jumpa pers lainnya. Sebagiannya lagi adalah debutan baru tokoh-tokoh lokal yang namanya begitu akrab di telinga masyarakat dan belum begitu teruji integritasnya. Pimpinan-pimpinan partai-partai Islam di atas sama-sama sulit menyatu dengan umat di tingkat akar rumput (grassroots). Umat mungkin saja mengenal wajah mereka karena setiap hari muncul di media cetak dan elektronik, tetapi umat kurang mengenal isi hati mereka. Hubungan umat dengan mereka lebih bersifat long distance (jarak jauh), tanpa jabat tangan, tanpa tutur salam dan tanpa bicara dari hati ke hati. Bagaimana mungkin hubungan seperti itu dapat menimbulkan rasa hormat, cinta dan kesetiaan, Al-Mawarid Edisi XIII Tahun 2005 151

yang sangat dibutuhkan untuk meramu komitmen politik. Ketiga, rendahnya tingkat pendidikan umat. Pendidikan membuat seseorang mampu mengembangkan dan menggunakan hati nurani, kemampuan mental, moral dan fisiknya untuk melaksanakan sesuatu dengan baik, berfikir secara rasional dan bersikap independen membuat pilihan-pilihan yang rasional, termasuk pilihan politik. Harus diakui bahwa tingkat pendidikan sebagian besar umat Islam di negeri ini masih rendah. Adalah wajar jika mereka belum mampu bersikap independen dan membuat pertimbangan-pertimbangan rasional dalam menentukan pilihan-pilihan politik mereka. Mereka lebih tidak mampu lagi memperhitungkan implikasi jangka panjang dari pilihan politik mereka tersebut. Bisa jadi dalam pemilu 1999 sebagian besar umat menentukan pilihan mereka tidak berdasarkan pertimbangan rasional, tetapi berdasarkan pertimbangan-pertimbangan emosional. Keempat, peran media. Peran mass media, termasuk buku, film, surat kabar, televisi dan majalah memainkan peranan penting dalam politik. Media adalah information base karena sangat berpengaruh dalam rangka membangun opini publik dan mentransmisi informasi. Oleh sebab itu, peran media massa sama pentingnya dengan peran pemerintah dalam membentuk serajat respek dan kepercayaan publik pada sistem dan tokohtokoh politik. Dengan demikian, media berperan penting dalam menetukan agenda setting karena media dapat menciptakan isu, mendramatisir, menarik perhatian, dan menekan pemerintah untuk merespons isu tersebut. Media adalah sarana vital bagi sebuah partai politik untuk menyampaikan pesanpesannya pada masyarakat. Sebagian besar partai Islam kontestan pemilu 1999 belum memiliki sarana media massa yang memadai. Image mereka dalam masyarakat dibentuk oleh media massa yang belum tentu bersikap fair dan memahami misi politik mereka sehingga sangat mungkin bahwa kurangnya simpati masyarakat terhadap partai-partai Islam dalam pemilu 1999 karena masyarakat menerima informasi tidak utuh tentang mereka. Kelima, sebagian umat bingung memilih. Memilih satu dari 20 bukanlah pekerjaan yang mudah. Apalagi jika pilihan-pilihan tersebut tidak jelas bedanya satu sama lain dan si pemilih tidak punya independensi dan kemampuan rasional untuk menentukan pilihannya (halaman 77-82). Demikianlah lima sebab kegagalan partai-partai Islam dalam pemilu 1999 yang lalu. Tentu saja masih banyak sebab-sebab lain yang turut 152 Al-Mawarid Edisi XIII Tahun 2005

menentukan kegagalan tersebut. Sebab-sebab tersebut saling terkait, sehingga menjadi beban berat yang telah membuat partai-partai Islam terpuruk. Namun apapun penyebabnya, partai-partai Islam harus dapat mengambil hikmah dari kegagalan tersebut. Pengalaman adalah guru yang paling baik, kata pepatah. Jadikanlah kegagalan dalam pemilu 1999 sebagai bahan untuk berbenah diri, agar dapat tampil lebih baik pada pemilu yang akan dating. Partai-partai Islam perlu mengembangkan metode dan materi kampanye yang berorientasi pada situasi dan kebutuhan riil masyarakat (sicety-centered. Masyarakat jangan hanya diberikan wejangan normatif, jani-jani kosong dan eksibisi simbol keagamaan. Masyarakat membutuhkan program-program konkrit. Tokoh-tokoh Islam perlu meluangkan waktu lebih banyak untuk melakukan introspeksi dan auto-kritik, mengevaluai kesan elitis-selebritis pada diri mereka dan berupaya tampil populis. Untuk bisa diajak berfikir rasional, bersikap kritis dan independen serta membuat pilihan-pilihan cerdas, umat harus dididik, diberi pemahaman tentang tanggung jawab mereka pada agama, nusa dan bangsa.masingmasing partai Islam perlu mengembangkan programn pendidikan politik berkelanjutan untuk membina cara berfikir dan bersikap konstituen mereka, agar tetap berada dalam koridor keindonesiaan dan keislaman. Selain itu, partai-partai Islam perlu secara serius memikirkan sarana informasi bagi aktivitas politik mereka. Mereka tidak boleh pasrah dalam lautan informasi yang dikemas oleh media massa yang belum tentu memahami visi dan misi politik mereka. Mereka perlu memiliki media independen yang dapat menyampaikan pesan-pesan mereka pada masyarakat luas secara jelas, objektif, utuh dan seimbang. Last but not least, partai-partai Islam harus tampil solid, bersatu menjadi satu kekuatan politik yang kuat dan utuh. Tokoh-tokoh Islam harus mengurangi fanatisme ideologis, ambisi politik dan egoisme kekuasaan dalam diri mereka, demi terbinanya ukhuwah Islamiyah, menuju kerjasama dan persatuan. Mungkin benar suatu pernyataan mengatakan bahwa salah satu kunci keberhasilan PDI-Perjuangan pimpinan Megawati Soekarno Putri adalah kemampuan tokoh-tokoh partai ini melakukan artikulasi politik yang assertive dan bulat tidak ada suara yang berbeda-beda atau discordant. Tokoh-tokoh Islam dapat tampil lebih assertive dan lebih bulat jika mereka bersatu. Persatuan hanya efektif jika disertai kesediaan untuk melakukan introspeksi dan auto-kritik, berkompromi dan bekerjasama dalam berbenah dan mengantisipasi tantangan ke depan. Buku ini secara keseluruhan memuat beberapa catatan kritis penulis Al-Mawarid Edisi XIII Tahun 2005 153

terhadap beberapa peristiwa politik di tanah air, khususnya berkaitan dengan kiprah tokoh-tokoh dan partai-partai Islam. Catatan-catatan tersebut menyangkut konsep, retorika, argumentasi, dinamika, problem dan tantangan yang muncul dalam pengalaman politik umat Islam di era reformasi. Catatan dan analisis kritis penulis melalui buku ini secara argumentatif memperkuat anggapan bahwa partai yang bernuansa Islam selalu dan pasti kalah bertarung di arena politik nasional karena tidak punya dukungan konstituen yang jelas sekalipun mayoritas penduduk Indonesia berstatus muslim. Inilah fakta dan sebuah ironi yang tidak bisa ditolak. Beberapa pengalaman tersebut mengandung pelajaran penting bagi umat Islam di negeri ini. Buku ini berasal dari beberapa artikel penulis yang berserakan di berbagai media massa. Karena itu, hubungan antara satu bab dengan bab lainnya kurang sistematis bahkan terjadi tumpang tindih, dan inilah titik lemah buku yang ditulis sebagai antologi atau bunga rampai. Karena memang buku demikian tidak didesain dari awal untuk diterbitkan sebagai sebuah buku sehingga bahasa yang dipergunakanpun masih didominasi bahasa artikel media massa. Di samping itu, juga alur logika penulis tidak runtut dan sulit dipahami. Terlepas dari beberapa kelemahan di atas, buku ini penting dan menarik dibaca oleh para mahasiswa, dan akademisi, terutama bagi mereka yang terlibat langsung di pentas politik nasional baik sebagai representasi partai politik Islam maupun partai politik lainnya. Yusdani 154 Al-Mawarid Edisi XIII Tahun 2005