BAB 4 HASIL PENELITIAN. Penelitian telah dilaksanakan selama bulan Oktober 2010 sampai dengan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 3 METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian adalah ilmu penyakit saraf dan radiologi.

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan kausanya digolongkan nyeri kepala primer dan nyeri kepala

BAB IV METODE PENILITIAN. Ilmu Penyakit Dalam, Ilmu Penyakit Saraf, dan Ilmu Penyakit Jiwa.

BAB V HASIL PENELITIAN. Universitas Diponegoro / RSUP Dr. Kariadi Semarang dan RSUD Kota

sebanyak 23 subyek (50%). Tampak pada tabel 5 dibawah ini rerata usia subyek

BAB IV METODE PENELITIAN. Bidang Ilmu Kedokteran khususnya Ilmu Penyakit Dalam. Semarang Jawa Tengah. Data diambil dari hasil rekam medik dan waktu

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN. Penelitian ini melibatkan 61 orang subyek penelitian yang secara klinis diduga

BAB 1 PENDAHULUAN. Stroke yang disebut juga sebagai serangan otak atau brain attack ditandai

BAB 5 PEMBAHASAN. Telah dilakukan penelitian observasional belah lintang (cross sectional)

BAB V HASIL PENELITIAN. Selama periode penelitian dijumpai 35 anak yang dirawat di bangsal

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian di bidang Ilmu Kesehatan Anak Sub bagian

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah neurologi dan psikiatri.

BAB III METODE PENELITIAN. Tempat penelitian ini dilakukan adalah RSUP Dr. Kariadi Semarang.

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. belah lintang (cross sectional) untuk mengetahui korelasi antara faktor-faktor

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian adalah Bagian Ilmu Kesehatan Anak, khususnya

CHECKLIST ANAMNESIS KASUS NYERI KEPALA

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini mencakup bidang Ilmu Penyakit Saraf.

BAB 4 HASIL PENELITIAN. neurologi RSUP Dr. Kariadi Semarang, yang memenuhi kriteria penelitian. Dalam

BAB 4 HASIL PENELITIAN. 2010, didapatkan jumlah keseluruhan penderita dengan bangkitan kejang demam

BAB 4 HASIL PENELITIAN. Penelitian telah dilaksanakan selama kurun waktu 6 bulan, yaitu antara bulan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Penyakit Saraf dan Ilmu Penyakit

BAB IV METODE PENELITIAN. Dilaksanakan pada bulan Maret Juni 2015 di klinik VCT RSUP Dr.

BAB 3 METODA PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian adalah Ilmu Penyakit Syaraf. RSUP Dr. Kariadi Semarang pada periode Desember 2006 Juli 2007

BAB 4 ANALISA HASIL. Tabel 4.1 Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis Kelamin Frekuensi Persentase.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Penyakit Dalam khususnya Ilmu

BAB 1. PENDAHULUAN. Nyeri kepala mungkin merupakan bagian terbesar dari penderitaan manusia,

BAB 2 NYERI KEPALA. B. Pertanyaan dan persiapan dokter muda

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN. Pengambilan data primer dari pasien cedera kepala tertutup derajat sedang berat

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup keilmuan pada penelitian ini mencakup bidang Ilmu Penyakit

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN. Bidang Ilmu Kedokteran khususnya Ilmu Penyakit Dalam, Sub-bagian

BAB IV METODE PENELITIAN. khususnya nefrologi dan endokrinologi.

BAB V HASIL PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah penelitian di bidang Ilmu Kedokteran Jiwa.

BAB IV METODE PENELITIAN. Dalam, Sub Bagian Gastroenterohepatologi.

BAB 5 HASIL PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di klinik dan bangsal THT-KL dan laboratorium

BAB III METODE PENELITIAN. clearance disetujui sampai jumlah subjek penelitian terpenuhi. Populasi target penelitian ini adalah pasien kanker paru.

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah ilmu anestesi dan terapi intensif.

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN. 5.1 Data Demografi Responden Dalam penelitian ini yang datanya diambil pada bulan Agustus

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian adalah Ilmu Penyakit Saraf. Penelitian dilakukan di Bangsal Rawat Inap Penyakit Saraf RS Dr.

BAB 3 METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian adalah Ilmu Kesehatan Anak

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 5 HASIL PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN. Desain penelitian : prospektif dengan pembanding internal. U1n. U2n

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini berlokasi di RSUP Dr. Kariadi Semarang bagian saraf dan rehabilitasi medik

BAB. 3. METODE PENELITIAN. : Cross sectional (belah lintang)

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilaksanakan di Puskesmas Wonosari Kabupaten. Gunungkidul DIY pada bulan September-Oktober 2016.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini termasuk jenis penelitian kuantitatif dengan metode

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. pasien penyakit ginjal kronik ini mencakup ilmu penyakit dalam.

BAB IV METODE PENELITIAN. kandungan khususnya berhubungan dengan kedokteran ginekologi.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Kesehatan Anak, khususnya

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Fakultas Kedokteran U K M Bandung

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di RSUP Dr.Kariadi Semarang setelah ethical

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di ruang rekam medik RSUP Dr.Kariadi Semarang

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian belah lintang (Cross Sectional) dimana

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup keilmuan penelitian ini meliputi Ilmu Penyakit Gigi dan

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini meliputi bidang ilmu kesehatan jiwa.

BAB IV METODE PENELITIAN. khususnya berhubungan dengan kedokteran fetomaternal dan ilmu kesehatan jiwa.

BAB I PENDAHULUAN. selama berabad-abad. Bagaimanapun, kemajuan tehnik anestesi modern. memungkinkan operasi menjadi lebih aman. Ahli anestesi yang

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian adalah bidang oftalmologi. Penelitian dilakukan pada bulan Maret 2015 sampai bulan April 2015.

METODE. n = Z 2 P (1- P)

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi noneksperimental

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB 4 METODE PENELITIAN

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN. Telinga, Hidung, dan Tenggorok Bedah Kepala dan Leher, dan bagian. Semarang pada bulan Maret sampai Mei 2013.

1.1. Perbandingan Rata-Rata Skor Pengetahuan Berdasarkan Penghasilan Orang Tua

Efektiitas Terapi Musik Klasik Untuk Mengurangi Kecemasan Pada Ibu Bersalin Seksio Sesarea Di RSUD dr.pirngadi Medan

BAB V HASIL PENELITIAN

BAB V HASIL PENELITIAN. Pengumpulan data dilakukan di Poliklinik RSSN Bukittinggi pada tanggal

BAB IV METODE PENELITIAN. Infeksi dan Penyakit Tropis dan Mikrobiologi Klinik. RSUP Dr. Kariadi Semarang telah dilaksanakan mulai bulan Mei 2014

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. terminal yang menjalani hemodialisa rutin di unit hemodialisa RS

BAB IV METODE PENELITIAN. khususnya sub bidang geriatri dan ilmu manajemen rumah sakit. Kariadi Semarang, Jawa Tengah. sampai jumlah sampel terpenuhi.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Gambaran Umum Tempat Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

Nyeri. dr. Samuel Sembiring 1

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN. ditetapkan di Ruang Pemulihan RSUP Dr. Kariadi Semarang. Penelitian ini dilaksanakan di RSUP Dr.

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. Ruang lingkup keilmuan adalah penyakit Tuberkulosis Ekstra Paru di. bagian Ilmu Penyakit Dalam sub bagian Pulmologi

BAB IV METODE PENELITIAN. Ilmu Kesehatan Anak dan Farmakologi. dari instansi yang berwenang.

BAB IV METODE PENELITIAN. Ilmu Kesehatan Anak, imunologi, dan mikrobiologi RSUP dr.kariadi Semarang

Transkripsi:

59 BAB 4 HASIL PENELITIAN Penelitian telah dilaksanakan selama bulan Oktober sampai dengan bulan Februari di bangsal saraf dan bangsal bedah saraf RSUP Dr. Kariadi Semarang. Subyek penelitian ditentukan secara consecutive sampling yaitu dengan mendata pasien neoplasma intrakranial yang sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi sehingga memenuhi jumlah yang memenuhi syarat analisis. Akhirnya didapatkan jumlah 47 subyek neoplasma intrakranial. Sebanyak 4 subyek penelitian memenuhi kriteria penelitian dan 7 subyek dieksklusikan dari penelitian oleh berbagai sebab yaitu karena pasien dengan afasia motorik (4 subyek) dan pasien dengan penurunan kesadaran ( subyek). 4. Karakteristik Subyek Penelitian Tabel menunjukkan karakteristik umum subjek. Empat puluh subyek penelitian, terdiri dari laki-laki (55%) dan 8 perempuan (45%) dengan usia termuda 4 tahun, usia tertua 67 tahun. Pasien neoplasma intrakranial berpendidikan rendah-menengah (tidak sekolah, SD, SMP, SMA) sebanyak 7 orang (9,5%), sedangkan yang berpendidikan tinggi orang (%). Pasien tidak bekerja, ibu rumah tangga, ataupun petani sebanyak 8 orang (7%) dan yang bekerja sebagai wiraswasta, karyawan swasta, dan PNS orang (%). Pasien berpenghasilan Rp 6.,/orang/bulan sebanyak 8 orang (7%) dan penghasilan > Rp 6.,/orang/bulan sebanyak (%).

6 Tabel. Karakteristik umum subyek penelitian Karakteristik n Rerata + SB Min-maks f % Usia Jenis Kelamin - Laki laki - Perempuan Tingkat pendidikan - Tidak sekolah-sd- SMP-SMA - Perguruan Tinggi Pekerjaan - Tidak bekerja/ibu rumah tangga/ petani - Wiraswasta/karyawan swasta/pns Penghasilan - <Rp.6.,/orang/bln - >Rp.6.,/orang/bln 4 4 4 4 4 9,45 +,6 4-67 8 7 8 8 55, 45, 9,5 7,5 7,, 7,,

6 4.. Gambaran klinis neoplasma intrakranial Gambaran klinis umum neoplasma intrakranial, seperti yang tercantum pada tabel, terdiri dari nyeri kepala, muntah, kejang, perubahan status mental, oedema papil nervus optikus ataupun atrofi papil sekunder. Nyeri kepala merupakan gejala klinis yang paling sering muncul yaitu sebanyak 9 orang (97,5%). Satu orang (,5%) tidak nyeri kepala yaitu pasien neoplasma supratentorial. Pasien neoplasma supratentorial maupun infratentorial terdapat oedema papil nervus optikus (57,5%), namun tidak terjadi muntah (67,%%), kejang (7%), perubahan status mental (7%), serta atrofi papil nervus optikus (9%). Tidak ada perbedaan bermakna pada gambaran-gambaran klinis tersebut pada neoplasma supratentorial maupun infratentorial (p>,5). Tabel. Distribusi gambaran klinis neoplasma intrakranial Karakteristik Supratentorial Infratentorial p* n = 4 n = 6 Nyeri kepala - Ya 6, - Tidak Muntah - Ya,7 - Tidak 4 Kejang - Ya,5 - Tidak 6 Perubahan status mental - Ya,5 - Tidak 6 Papil Oedema - Ya 9 4, - Tidak 5 Atrofi Papil Sekunder - Ya 4, - Tidak 6 * uji fisher exact

6 Gambaran klinis terlokalisir sebenarnya muncul berdasarkan gangguan fungsi area otak yang ditempati neoplasma intrakranial dimana pada penelitian ini paling banyak didapatkan gangguan motorik 9 orang (47,5%). Gambaran klinis neoplasma intrakranial terlokalisir palsu, yaitu gambaran klinis yang tidak sesuai dengan fungsi area otak yang ditempati neoplasma intrakranial, berupa paresis nervus kraniales sebanyak 5 orang (87,5%). Pasien neoplasma supratentorial maupun infratentorial pada penelitian ini tidak terdapat gangguan motorik (5,5%), gangguan sensorik (67,5%), gangguan buang air kecil (9%), dan buang air besar (9,5%). Tidak ada perbedaan bermakna gambaran klinis tersebut pada neoplasma supratentorial maupun infratentorial (p>,5) (tabel 4). Tabel 4. Distribusi gambaran klinis neoplasma intrakranial terlokalisir palsu dan terlokalisir sebenarnya Karakter Supratentorial Infratentorial P* n = 4 n = 6 Gambaran klinis neoplasma intrakranial terlokalisir palsu : Paresis nervus kraniales Ya 9 6, Tidak 5 Gambaran klinis neoplasma intrakranial terlokalisir sebenarnya : Gangguan motorik Ya 5 4,98 Tidak 9 Gangguan sensorik Ya, Tidak 4 Gangguan buang air kecil Ya,49 Tidak 5 Gangguan buang air besar Ya,98 Tidak 5 * uji fisher exact

6 Penelitian ini, seperti yang tercantum pada tabel 5, didapatkan frekuensi nyeri kepala semakin sering (6%), durasi nyeri kepala semakin bertambah lama (9%), intensitas nyeri kepala semakin berat (9,5%), serta nyeri kepala disertai defisit neurologis lain (87,5%). Dari karakter nyeri kepala pada tabel 5 tersebut, terdapat perbedaan bermakna antara neoplasma supratentorial dengan infratentorial hanya pada variabel nyeri kepala lebih dari tiga bulan (p=,5). Nyeri kepala lebih dari tiga bulan paling banyak terjadi pada neoplasma supratentorial (75%) daripada infratentorial (7,5%). Tabel 5. Distribusi karakter nyeri kepala yang kronis progresif Karakter Supratentorial Infratentorial p* N = 4 n = 6 Nyeri Kepala > bulan - Ya,5 - Tidak 4 Frekuensi nyeri kepala makin sering - Ya 8 6,64 - Tidak 6 Durasi nyeri kepala makin bertambah lama - Ya 6, - Tidak 4 Intensitas nyeri kepala semakin berat - Ya 6, - Tidak Nyeri Kepala disertai defisit neurologis lain - Ya 9 6,648 - Tidak 5 * uji fisher exact

64 Tabel 6 menunjukkan distribusi karakter nyeri kepala pada neoplasma intrakranial. Nyeri kepala pada penelitian ini bersifat intermiten pada semua subyek penelitian (%). Frekuensi nyeri kepala <5x/hari (65%), durasi nyeri kepala >5menit (6%), intensitas nyeri kepala sedang berat (87,5%), kualitas nyeri kepala berdenyut (8%), aktivitas sehari-hari dibantu keluarga (67,5%), faktor memperberat nyeri kepala adalah kombinasi antara pagi hari, batuk, bersin, mengejan, manuver valsava, serta perubahan posisi atau gerakan kepala mendadak (%), faktor memperingan nyeri kepala dengan minum obat penghilang rasa sakit (55%), serta nyeri kepala tidak disertai faktor pencetus (9,5%). Data tabel 6 juga menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan bermakna pada neoplasma supratentorial maupun infratentorial dalam hal karakter nyeri kepala tersebut (p>,5).

65 Tabel 6. Gambaran distribusi karakter nyeri kepala pada neoplasma intrakranial Karakteristik Supratentorial Infratentorial p* N = 4 N = 6 Sifat nyeri kepala - Intermiten - Kontinyu Frekuensi nyeri kepala - <5x/hari - >5x/hari Durasi nyeri kepala - < 5 menit - > 5 menit Intensitas nyeri kepala -, - (ringan) - 4-6 (sedang) - 7- (berat) Kualitas nyeri kepala - berdenyut - seperti diikat kencang - nyeri kepala tajam, seperti ditusuk-tusuk - kombinasi (berdenyut dan diikat kencang) Kuantitas nyeri kepala - aktivitas sehari-hari mandiri - aktivitas sehari-hari dengan dibantu Faktor yang memperberat nyeri kepala - pagi hari - malam hari - batuk,bersin,mengejan,manuver valsava - perubahan posisi, gerak kepala mendadak - stress psikis - kombinasi - tidak ada Faktor yang memperingan nyeri kepala - berbaring, pejamkan mata, tidur - mematikan lampu ruangan - minum obat penghilang rasa sakit - kombinasi - tidak ada Faktor pencetus nyeri kepala - cahaya silau - tidak ada * uji fisher exact 6 8 7 9 4 8 7 7 5 6 5 6 5 4 4 4 6,,99,64,,

66 4.. Hubungan topis neoplasma intrakranial dengan lokasi nyeri kepala Lokasi nyeri kepala paling banyak pada penelitian ini adalah pada frontotemporal anterior dan parietal anterior sebanyak pasien (5,5%) seperti ditunjukkan pada tabel 7. Namun tidak ada perbedaan bermakna antara lokasi nyeri kepala dengan topis neoplasma supratentorial maupun infratentorial (p=,8). Tabel 7. Hubungan lokasi nyeri kepala terhadap topis neoplasma intrakranial Variabel Supratentorial n = 4 Infratentorial n = 6 p* Letak nyeri kepala - Frontotemporal anterior dan parietal anterior - Oksipital, sub oksipital, servikal atas - Kombinasi * Uji Mantel Haenszel 7 7,8.7

67 4.4. Hubungan topis neoplasma intrakranial dengan intensitas nyeri kepala Tabel 8. Hubungan intensitas nyeri kepala (NPS) berdasarkan topis neoplasma intrakranial Variabel Supratentorial n= 4 Infratentorial n=6 p* Intensitas Nyeri Kepala (NPS) - Ringan (, ) - Sedang (4 6) - Berat (7 ) * Uji Mantel Haenszel,76,576 Data tabel 8 menunjukkan tidak ada hubungan bermakna intensitas nyeri kepala (NPS) dengan topis neoplasma supratentorial maupun infratentorial (p=,76). 4.5. Hubungan volume neoplasma dengan intensitas nyeri kepala Volume neoplasma intrakranial yang didapat pada penelitian ini adalah minimum,5 cc dan maksimum 74,9 cc dengan rerata 8,4±, cc. Tabel 9. Hubungan volume neoplasma intrakranial dengan intensitas nyeri kepala berdasarkan NPS Variabel Intensitas nyeri kepala p* ringan sedang-berat Volume neoplasma 5cc intrakranial 8,89 > 5cc 7 * uji fisher exact Tabel 9 menunjukkan tidak ada hubungan antara volume neoplasma intrakranial kecil ( 5 cc) maupun volume neoplasma intrakranial besar (>5 cc) dengan intensitas nyeri kepala ringan maupun sedang-berat (p=,89).

68. Mean +- SD Ukuran neoplasma intrakranial 75. 5. 5.. -5. - *Uji Kruskal Wallis, p =,679. 4-6 7- Intensitas Nyeri Kepala (NPS) saat pemeriksaan Gambar. Perbedaan volume neoplasma intrakranial berdasarkan intensitas nyeri kepala (NPS) Gambar menunjukkan bahwa volume neoplasma intrakranial berdasarkan intensitas nyeri kepala berdasarkan NPS, dengan intensitas nyeri kepala ringan (n=5), nyeri kepala sedang (n=) dan nyeri kepala berat (n=), didapatkan tidak terdapat perbedaan volume neoplasma intrakranial berdasarkan intensitas nyeri kepala (p=,679).

69 4. 6. Hubungan topis dan volume neoplasma intrakranial dengan lokasi nyeri kepala Tabel. Hubungan volume neoplasma intrakranial dengan lokasi nyeri kepala Variabel <=5 >5 p* Lokasi nyeri kepala - Frontotemporal anterior dan parietal anterior - Oksipital, sub oksipital, servikal atas - Kombinasi lokasi * uji Mantel Haenszel 4 8 8 7,6, Setelah dilakukan stratifikasi pada uji hubungan tersebut, hasilnya adalah hubungan topis neoplasma intrakranial dengan lokasi nyeri kepala, yang terdapat pada tabel 7, menunjukkan tidak ada hubungan antara lokasi nyeri kepala dengan topis neoplasma intrakranial (p=.8). Hubungan volume neoplasma intrakranial dengan lokasi nyeri kepala, seperti yang tercantum pada tabel, menunjukkan tidak ada hubungan antara lokasi nyeri kepala dengan volume neoplasma (p=,)

7 4. 7. Hubungan topis dan volume neoplasma intrakranial dengan intensitas nyeri kepala Tabel. Hubungan topis neoplasma intrakranial dan volume neoplasma intrakranial dengan intensitas nyeri kepala berdasarkan NPS 95% IK untuk Exp(B) Variabel Sig. Exp(B) Minimum Maksimum Topis neoplasma intrakranial.78.8.769 6.6 Volume neoplasma intrakranial.57.97.9.69 * Uji regresi logistik Tidak ada hubungan antara topis neoplasma intrakranial dan volume neoplasma intrakranial dengan intensitas nyeri kepala berdasarkan NPS (p>,5) seperti yang terdapat pada tabel.

7 4.8. Hubungan antar faktor-faktor yang mempengaruhi nyeri kepala Tabel. Hubungan faktor-faktor yang mempengaruhi nyeri kepala dengan intensitas nyeri kepala Variabel P Exp (B) 95% IK minimum maksimum Usia Jenis kelamin Tingkat pendidikan Tingkat penghasilan Tingkat depresi Hidrosefalus,999*,*,955*,86*,8*,56* 856.8,,97,798,64,467,,9,67,64,74,44,,87 9,995 9,995 4,9 Oedema perifokal,999*,, * uji regresi logistik Berdasarkan tabel menunjukkan tidak ada hubungan antara usia dengan intensitas nyeri kepala (p=,999), tidak ada hubungan antara jenis kelamin dengan intensitas nyeri kepala (p=,), tidak ada hubungan antara tingkat penghasilan dengan intensitas nyeri kepala (p=,86), tidak ada hubungan antara tingkat depresi dengan nyeri kepala (p=,8). Selain itu, pada penelitian ini juga didapatkan tidak ada hubungan antara hidrosefalus dengan intensitas nyeri kepala (p=,56) dan tidak ada hubungan antara oedema perifokal dengan intensitas nyeri kepala (p=,999).

7 4.9. Hubungan faktor-faktor yang mempengaruhi nyeri kepala dengan topis neoplasma intrakranial Tabel. Hubungan faktor-faktor yang mempengaruhi nyeri kepala dengan topis neoplasma intrakranial Karakteristik Supratentorial Infratentorial p n = 4 N = 6 Usia Jenis Kelamin - Laki laki - Perempuan Pendidikan - Tidak sekolah-sd-smp-sma - Perguruan Tinggi Penghasilan - < Rp. 6.,/orang/bulan - > Rp. 6.,/orang/bulan Tingkat Depresi - Ringan-Sedang - tidak depresi Hidrosefalus - Ya - Tidak Oedema Perifokal - Ya - Tidak a uji beda t test tidak berpasangan, 9 5 4 9 5 7 7 b uji fisher exact 6 4 5 5 6,756 a, b, b, b,648 b,7 b,567 b Penelitian ini didapatkan tidak ada perbedaan usia pada neoplasma supratentorial maupun infratentorial (p=,756). Selain itu, tidak ada hubungan antara jenis kelamin (p=,), pendidikan (p=,), penghasilan (p=,), tingkat depresi (p=,648), hidrosefalus (p=,7), dan oedema perifokal (p=,567) dengan topis neoplasma intrakranial, seperti yang terdapat pada tabel.