FOTOVOLTAIK PASANGAN ELEKTRODA CUO/CU DAN CUO/STAINLESS STEEL MENGGUNAKAN METODE PEMBAKARAN DALAM BENTUK TUNGGAL DAN SERABUT DENGAN ELEKTROLIT NA2SO4

dokumen-dokumen yang mirip
PEMBUATAN SEL FOTOVOLTAIK PASANGAN CuO/Cu DAN CuO/STAINLESS STEEL DALAM BENTUK TUNGGAL DAN SERABUT MELALUI METODA PERENDAMAN DENGAN NaOH

SELs FOTOVOLTAIK PASANGAN CuO/Cu DAN CuO/STAINLESS STEEL DALAM BENTUK TUNGGAL DAN SERABUT DENGAN ELEKTROLIT NaCl. Skripsi Sarjana Kimia.

LARUTAN AIR MELALUI PROSES ELEKTROLISIS SECARA FOTOVOLTAIK DENGAN SEMIKONDUKTOR LAPISAN OKSIDA

PEMECAHAN (SPLITTING) MOLEKUL AIR MENJADI GAS H 2 DAN O 2 MELALUI PROSES FOTOVOLTAIK

BAB I PENDAHULUAN. Energi listrik adalah energi yang mudah dikonversikan ke dalam bentuk

HASIL KELUARAN SEL SURYA DENGAN MENGGUNAKAN SUMBER CAHAYA LIGHT EMITTING DIODE

PENGARUH FILTER WARNA KUNING TERHADAP EFESIENSI SEL SURYA ABSTRAK

LAPORAN PRAKTIKUM ENERGI PERTANIAN PENGUKURAN TEGANGAN DAN ARUS DC PADA SOLAR CELL

Logo SEMINAR TUGAS AKHIR. Henni Eka Wulandari Pembimbing : Drs. Gontjang Prajitno, M.Si

BAB I PENDAHULUAN. I.I Latar Belakang

LAMPU TENAGA SINAR MATAHARI. Tugas Projek Fisika Lingkungan. Drs. Agus Danawan, M. Si. M. Gina Nugraha, M. Pd, M. Si

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Kebutuhan akan energi semakin berkembang seiring dengan

PERBEDAAN EFISIENSI DAYA SEL SURYA ANTARA FILTER WARNA MERAH, KUNING DAN BIRU DENGAN TANPA FILTER

BAB II TINJAUAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN. menipis. Konsumsi energi di Indonesia sangat banyak yang membutuhkan

Analisis Kelistrikan Sel Volta Memanfaatkan Logam Bekas

Logo SEMINAR TUGAS AKHIR. Ana Thoyyibatun Nasukhah Pembimbing : Drs. Gontjang Prajitno, M.Si

BAHAN BAKAR KIMIA. Ramadoni Syahputra

BAB I PENDAHULUAN. Minyak, gas serta batu bara telah menjadi bagian tak terpisahkan dari

Analisis Kelistrikan Sel Volta Memanfaatkan Logam Bekas

NASKAH PUBLIKASI EVALUASI PENGGUNAAN SEL SURYA DAN INTENSITAS CAHAYA MATAHARI PADA AREA GEDUNG K.H. MAS MANSYUR SURAKARTA

III. METODE PENELITIAN. IImu Pengetahuan Alam Universitas Lampung pada bulan Maret 2015 sampai

pusat tata surya pusat peredaran sumber energi untuk kehidupan berkelanjutan menghangatkan bumi dan membentuk iklim

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai negara berkembang yang kaya akan radiasi matahari yang tinggi,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Adapun alat dan bahan yang digunakan adalah sebagai berikut:

PENGUKURAN KARAKTERISTIK SEL SURYA

MODUL 7 FUEL CELL DAN SEL SURYA

JOBSHEET SENSOR CAHAYA (SOLAR CELL)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

STUDI AWAL FABRIKASI DYE SENSITIZED SOLAR CELL (DSSC) DENGAN EKSTRAKSI DAUN BAYAM SEBAGAI DYE SENSITIZER DENGAN VARIASI JARAK SUMBER CAHAYA PADA DSSC

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Wida Lidiawati, 2014

BAB I PENDAHULUAN. Krisis energi saat ini yang melanda dunia masih dapat dirasakan terutama di

Pembuatan Larutan CuSO 4. Widya Kusumaningrum ( ), Ipa Ida Rosita, Nurul Mu nisah Awaliyah, Ummu Kalsum A.L, Amelia Rachmawati.

MODUL I SIFAT KOLIGATIF LARUTAN Penurunan Titik Beku Larutan

BAB I PENDAHULUAN. Krisis energi yang dialami hampir oleh seluruh negara di dunia

PENGUJIAN SISTEM SIRKULASI AIR UNTUK TANAMAN HIDROPONIK MENGGUNAKAN LISTRIK DARI PANEL SURYA

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

Simulasi Sel Surya Model Dioda dengan Hambatan Seri dan Hambatan Shunt Berdasarkan Variasi Intensitas Radiasi, Temperatur, dan Susunan Modul

STUDI ORIENTASI PEMASANGAN PANEL SURYA POLY CRYSTALLINE SILICON DI AREA UNIVERSITAS RIAU DENGAN RANGKAIAN SERI-PARALEL

BAB III METODE PENELITIAN. elektrokoagulasi sistem batch dan sistem flow (alir) dengan aluminium sebagai

PENERANGAN JALAN UMUM MENGGUNAKAN PHOTOVOLTAIC ( PV)

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR II SEL GALVANI

4 FABRIKASI DAN KARAKTERISASI SEL SURYA HIBRID ZnO-KLOROFIL

BAHAN BAKAR KIMIA (Continued) Ramadoni Syahputra

Pembuatan Sel Surya Film Tipis dengan DC Magnetron Sputtering

Makalah Seminar Kerja Praktek PROSES PENYIMPANAN ENERGI PADA PLTS 1000 Wp SITTING GROUND TEKNIK ELEKTRO-UNDIP

PENINGKATAN DAYA KELUARAN SEL SURYA DENGAN PENAMBAHAN INTENSITAS BERKAS CAHAYA MATAHARI

MODEL PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA ANGIN DAN SURYA SKALA KECIL UNTUK DAERAH PERBUKITAN

PRODUKSI GAS HIDROGEN MELALUI PROSES ELEKTROLISIS SEBAGAI SUMBER ENERGI

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan tingkat kehidupan dan perkembangan teknologi, kebutuhan

STUDI KELAYAKAN PENGGUNAAN SEL SILIKON SEBAGAI PENGUBAH ENERGI MATAHARI MENJADI ENERGI LISTRIK

Analisis Performa Modul Solar Cell Dengan Penambahan Reflector Cermin Datar

DAYA KELUARAN PANEL SURYA SILIKON POLI KRISTALIN PADA CUACA NORMAL DAN CUACA BERASAP DENGAN SUSUNAN ARRAY PARALEL

F- 1. PENGARUH PENYISIPAN LOGAM Fe PADA LAPISAN TiO 2 TERHADAP PERFORMANSI SEL SURYA BERBASIS TITANIA

ABSTRAK. yang disebabkan oleh terjadinya reaksi redoks yang spontan. sebesar 46,14 volt.

BAB I PENDAHULUAN. sebuah konstruksi didirikan diatasnya. Hal ini disebabkan karena tingginya kadar

BAB I PENDAHULUAN. Listrik merupakan kebutuhan esensial yang sangat dominan kegunaannya

PENGEMBANGAN SISTEM PENGUKUR KARAKTERISTIK I-V SEL SURYA DALAM KEADAAN PENYINARAN DAN TANPA PENYINARAN

ENERGI SURYA DAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SURYA. TUGAS ke 5. Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Managemen Energi dan Teknologi

STUDI KELAYAKAN PENGGUNAAN SEL SILIKON SEBAGAI PENGUBAH ENERGI MATAHARI MENJADI ENERGI LISTRIK

SINTESIS LAPISAN TIPIS SEMIKONDUKTOR DENGAN BAHAN DASAR TEMBAGA (Cu) MENGGUNAKAN CHEMICAL BATH DEPOSITION

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada Mei hingga Juli 2012, dan Maret 2013 di

ANALISIS TEGANGAN ELEMEN FOTO VOLTAIK DENGAN VARIASI DAYA DAN JARAK SUMBER CAHAYA

JURNAL PRAKTIKUM KIMIA DASAR II Elektrolisis Disusun Oleh:

KIMIA ELEKTROLISIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dilihat dari teknologi yang terus berkembang [1]. seperti halnya teknologi mobil

LAPORAN PENELITIAN PROSES PENYEPUHAN EMAS

PROTOTIPE UNIT PENGOLAHAN AIR LIMBAH DENGAN REAKTOR ELEKTROKIMIA (UPAL-RE) UNTUK MELAYANI HOME INDUSTRY BATIK (259L) ABSTRAK

BAB III METODE PENELITIAN

(Energi Listrik dan Konversi Energi Listrik) Dra. Shrie Laksmi Saraswati,M.Pd

Ribuan tahun yang silam radiasi surya dapat menghasilkan bahan bakar fosil yang dikenal dengan sekarang sebagai minyak bumi dan sangat bermanfaat bagi

ANALISIS KARAKTERISTIK ELECTRICAL MODUL PHOTOVOLTAIC UNTUK PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SURYA SKALA LABORATORIUM

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboraturium Daya dan Alat Mesin Pertanian (Lab

STUDI KELAYAKAN PENGGUNAAN SEL SILIKON SEBAGAI PENGUBAH ENERGI MATAHARI MENJADI ENERGI LISTRIK

BAB 4 HASL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Kaca merupakan salah satu produk industri kimia yang banyak digunakan dalam

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA SEL VOLTA SEDERHANA

Jurnal Ilmiah TEKNIKA ISSN: STUDI PENGARUH PENGGUNAAN BATERAI PADA KARAKTERISTIK PEMBANGKITAN DAYA SOLAR CELL 50 WP

TINJAUAN PUSTAKA. Efek photovoltaic pertama kali ditemukan oleh ahli Fisika berkebangsaan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Proses akhir logam (metal finishing) merupakan bidang yang sangat luas,

BAB. 3 METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian eksperimental laboratorium, yaitu

OPTIMALISASI TEGANGAN KELUARAN DARI SOLAR CELL MENGGUNAKAN LENSA PEMFOKUS CAHAYA MATAHARI

SEL FOTOVOLTAIK ALIRAN KONTINU DARI SISTEM KI/KI3 DENGAN MEMBRAN KERAMIK SEBAGAI PEMISAH

KONVERSI ENERGI CAHAYA MATAHARI MENJADI ENERGI LISTRIK MENGGUNAKAN DIODA SILIKON 6A10 MIC. Retno Wulandari*, Maksi Ginting, Antonius Surbakti

Peningkatan Kualitas Air Tanah Gambut dengan Menggunakan Metode Elektrokoagulasi Rasidah a, Boni P. Lapanporo* a, Nurhasanah a

BAB I PENDAHULUAN. untuk pembangkitan energi listrik. Upaya-upaya eksplorasi untuk. mengatasi krisis energi listrik yang sedang melanda negara kita.

PEMANFAATAN AIR LAUT SEBAGAI MEDIA PENYUPLAI KEBUTUHAN LISTRIK KAPAL

PROTOTIPE PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MATAHARI. Asep Najmurrokhman, Een Taryana, Kiki Mayasari, M Fajrin.

Tenaga Surya sebagai Sumber Energi. Oleh: DR. Hartono Siswono

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. portable tersebut biasanya menggunakan baterai litium yang dapat diisi ulang.

Solar Energy Conversion Technologies

BAB II LANDASAN TEORI. Gas HHO merupakan hasil dari pemecahan air murni ( H 2 O (l) ) dengan proses

PANEL SURYA dan APLIKASINYA

1. PUTRI RAGIL N ( ) 2. ADITH PRIYO P ( ) 3. DISTYAN PUTRA A S ( )

Transkripsi:

FOTOVOLTAIK PASANGAN ELEKTRODA CUO/CU DAN CUO/STAINLESS STEEL MENGGUNAKAN METODE PEMBAKARAN DALAM BENTUK TUNGGAL DAN SERABUT DENGAN ELEKTROLIT NA2SO4 Olly Norita Tetra*, Admin Alif dan Riana Marta Laboratorium Elektro/Fotokimia, Jurusan Kimia, FMIPA, Universitas Andalas Padang Email: olly512@yahoo.com ABSTRAK Sel fotovoltaik pasangan elektroda CuO/Cu dan CuO/Stainless Steel dibuat melalui metode pembakaran dalam bentuk tunggal dan serabut, dengan menggunakan Na 2SO 4 sebagai larutan elektrolit. Pengukuran kuat arus dan tegangan dilakukan pada berbagai waktu mulai dari jam 08.00-16.00 WIB. Besarnya arus dipengaruhi oleh konsentrasi elektrolit dan waktu penyinaran. Konsentrasi optimum Na 2SO 4 yang digunakan sebagai elektrolit adalah 0,06 M dan waktu penyinaran (saat penyinaran) adalah pada jam 11.00 WIB dengan arus dan tegangan masing-masing adalah 0,448 ma dan 0,239 V untuk untuk pasangan elektroda CuO serabut/stainless steel. Efisiensi tertinggi diperoleh untuk pasangan elektroda CuO tunggal/stainless steel yaitu sebesar 7,66 x 10-6 watt/cm 2. Kata Kunci : Elektroda, kuat arus, sel fotovoltaik dan tegangan 1. PENDAHULUAN Energi surya adalah energi yang didapat dengan mengubah energi panas surya (matahari) melalui peralatan tertentu menjadi sumber daya dalam bentuk lain. Energi surya menjadi salah satu sumber pembangkit daya selain air, uap, angin, biogas, batu bara, dan minyak bumi. Sel surya atau sel fotovoltaik merupakan suatu alat yang dapat mengubah energi radiasi matahari secara langsung menjadi energi listrik. [1,2] Pada dasarnya sel tersebut berjenis diode yang tersusun atas P N junction. Sel surya fotovoltaik dibuat dari bahan semi konduktor yang diproses sedemikian rupa, sehingga dapat menghasilkan listrik arus searah (DC). Dalam penggunaannya, sel-sel surya itu dihubungkan satu sama lain, sejajar atau seri, tergantung dari penggunaannya, yaitu menghasilkan daya dengan kombinasi tegangan dan arus yang dikehendaki. [3,4] Sel fotovoltaik yang sering dibicarakan adalah fotovoltaik padat namun dalam penelitian ini akan digunakan sel fotovoltaik cair [5,6,7]. Sel fotovoltaik cair pada dasarnya menggunakan prinsip sel galvani. Pada penelitian ini dicoba menggunakan sel surya untuk mengeksitasi elektron dari pasangan elektroda dalam larutan elektrolit. Elektroda CuO/Cu merupakan pasangan elektroda yang memiliki bandgap 1,9-1,3 ev. Jika bandgap tersebut dikonversikan ke bentuk panjang gelombang, maka nilainya menjadi 610 954 nm. Hal ini menunjukkan bahwa pasangan elektroda ini dapat menyerap energi foton dari cahaya matahari pada range cahaya tampak (visible) dan infra merah (IR). Oleh karena itu maka pada penelitian ini dilakukan optimasi terhadap konsentrasi elektrolit dan elektroda sehingga dapat digunakan untuk menghasilkan arus yang relatif besar. JURNAL ILMU FISIKA (JIF), VOL 6 NO 1, MARET 2014 1

2. METODE PENELITIAN 2.1 Alat dan Bahan Alat- alat yang digunakan: neraca analitis, alat-alat gelas, multitester merk Aiwa, dan sel surya yang dirakit. Bahan yang digunakan yaitu kabel merk eterna dan prima, lem isarplast, Na 2SO 4, dan aquabides. 2.2 Prosedur Penyiapan elektroda Elektroda yang digunakan yaitu elektroda CuO/Cu tunggal dan serabut. Elektroda CuO/Cu tunggal diperoleh dari kabel standar PLN dengan merk Prima dan elektroda CuO/Cu serabut dari kabel standar PLN dengan merk Eterna. Pembuatan elektroda Cu tunggal dan serabut, yaitu dengan memotong kabel sepanjang ±25cm dan dibuka bagian kulitnya sampai terlihat bagian tembaganya, kemudian dilem bagian ujungnya. CuO tunggal dan serabut juga dibuat dengan cara mengoksidasi Cu melalui proses pembakaran kabel tembaga tersebut. Masing-masing elektroda Cu dan CuO tunggal dan serabut kemudian dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang telah dilubangi bagian bawahnya dan diitutup sampai tidak ada rongga lagi. Untuk elektroda stainless steel digunakan sendok stainless steel sebagai katoda, sementara anoda yang digunakan tetap CuO tunggal dan serabut. Penentuan konsentrasi optimum elektrolit Na2SO4 pada setiap pasangan elektroda Larutan Na2SO4 masing masing dengan konsentrasi 0,02; 0,04; 0,06; 0,08 dan 0,1 M disiapkan sebagai larutan elektrolit. Masing-masing Elektroda CuO/Cu tunggal, CuO/Cu serabut, CuO tunggal /Stainless Steel dan CuO serabut/stainless Steel kemudian direndam kedalam wadah gelas yang berisi elektrolit Na2SO4 dengan berbagai variasi konsentrasi. Sistem fotovoltaik yang sudah dirangkai kemudian disinari di bawah cahaya matahari ± 5 menit dan diukur besar arus dan tegangan yang dihasilkan. Penentuan kuat arus dan tegangan sel fotovoltaik pasangan elektroda pada berbagai waktu penyinaran (saat penyinaran) Larutan Na 2SO 4 yang merupakan hasil kondisi optimum sebelumnya dituangkan ke dalam gelas wadah unit sel. Setelah masing-masing wadah unit sel dan tabung elektroda pada setiap masing-masing pasangan elektroda (Elektroda CuO/Cu tunggal, CuO/Cu serabut, CuO tunggal /Stainless Steel dan CuO serabut/stainless Steel) diisi dengan larutan Na 2SO 4, maka dilakukan pengukuran arus dan tegangan yaitu sebelum penyinaran dengan sinar matahari (di dalam ruangan). Setelah itu, larutan tersebut disinari dengan sinar matahari selama ± 5 menit. Arus dan tegangan kemudian diukur dari masing-masing larutan. Selanjutnya pengukuran dilanjutkan dengan selang waktu 60 menit yaitu dari pukul 08.00 sampai 16.00 WIB. 3. HASIL DAN DISKUSI 3.1 Penentuan konsentrasi optimum larutan elektrolit Na 2SO 4 terhadap kuat arus dan tegangan yang dihasilkan dalam sel fotovoltaik pasangan elektroda CuO/Cu serabut Penyinaran dengan matahari menyebabkan terjadinya peningkatan eksitasi elektron pada semikonduktor CuO, sehingga kuat arus dan tegangan yang dihasilkan lebih besar pada saat sel fotovoltaik disinari. Bandgap yang dimiliki CuO yaitu sekitar 1,3-1,7 ev menyebabkan semikonduktor ini sangat bagus untuk digunakan dalam sel fotovoltaik. 2 JURNAL ILMU FISIKA (JIF), VOL 4 NO 1, MARET 2012

tegangan (V) Kuat arus dan tegangan terus meningkat seiring dengan meningkatnya konsentrasi larutan Na2SO4 sampai kepada kestabilan Cu. Pada saat penyinaran dengan konsentrasi Na2SO4 0,1 M didapatkan kuat arus dan tegangan yang terbesar, yaitu 2 ma dan 0,029 V tetapi sebelum penyinaran larutan Na2SO4 0,06 M memiliki kuat arus dan tegangan terbesar, yaitu 0,045 ma dan 0,013 V dan setelah itu terjadi penurunan kuat arus dan tegangan. Elektroda Cu serabut yang digunakan pada Na2SO4 0,1 M tersebut teroksidasi menjadi CuO. Hal ini dibuktikan dengan terjadinya perubahan warna elektroda dari kuning kemerahan menjadi kuning kehitam-hitaman. Untuk pengukuran lebih lanjut, diambil konsentrasi 0,06 M sebagai konsentrasi optimum. 0,2 0,2 0,18 0,18 0,16 0,16 0,14 0,14 0,12 0,12 0,1 0,1 0,08 0,08 0,06 0,06 0,04 0,04 0,02 0,02 0 0 0,02 0,04 0,06 0,08 0,12 Konsentrasi (M) I tidak disinari V tidak disinari I saat disinari V saat disinari Gambar 1. Pengaruh konsentrasi larutan Na 2SO 4 terhadap kuat arus (I) dan tegangan (V) dari sel fotovoltaik pasangan elektroda CuO/Cu serabut. 3.2 Penentuan konsentrasi optimum larutan elektrolit Na 2SO 4 terhadap kuat arus dan tegangan yang dihasilkan dalam sel fotovoltaik pasangan elektroda CuO serabut/ stainless Steel Gambar 2 menunjukkan bahwa pasangan elektroda CuO serabut dan stainless steel menghasilkan kuat arus dan tegangan yang meningkat seiring dengan meningkatnya konsentrasi Na 2SO 4. Hal ini membuktikan bahwa stainless steel dapat digunakan sebagai elektroda pada sel fotovoltaik meskipun kuat arus dan tegangan yang dihasilkan tidak sebesar kuat arus dan tegangan yang dihasilkan oleh pasangan CuO/Cu serabut. Hal ini disebabkan oleh senyawa penyusun stainless steel yang terdiri atas kromium, besi, tembaga dan lain-lain. Pada konsentrasi Na 2SO 4 0,08 M terjadi penurunan kuat arus dan tegangan yang disebabkan karena sudah mulai teroksidasinya Cu menjadi CuO sehingga Cu tidak dapat berfungsi dengan baik. Penurunan kuat arus dan tegangan juga terjadi untuk pasangan CuO/stainless steel tunggal pada konsentrasi Na 2SO 40,08 M, sehingga konsentrasi optimum elektrolit Na 2SO 4 yang digunakan adalah 0,06 M. JURNAL ILMU FISIKA (JIF), VOL 6 NO 1, MARET 2014 3

Tegangan (volt) 0,02 0,04 0,06 0,08 0,12 Konsentrasi (M) I tidak disinari I saat disinari V tidak disinari V saat disinari Gambar 2. Pengaruh konsentrasi larutan Na 2SO 4 terhadap kuat arus (I) dan tegangan (V) dari sel fotovoltaik pasangan elektroda CuO serabut/stainless steel 3.3 Pengaruh variasi waktu (saat pengukuran) terhadap kuat arus dan tegangan dari sel fotovoltaik pasangan elektroda CuO/Cu serabut Besarnya arus yang dihasilkan juga dipengaruhi oleh besarnya intensitas cahaya matahari pada waktu itu dan juga umur dari sel surya (Cahyono Putra, 2000). Hasil pengukuran menunjukkan bahwa semakin siang, kuat arus yang dihasilkan semakin besar, tetapi semakin sore maka kuat arus yang dihasilkan akan semakin menurun. Kuat arus yang dihasilkan lebih besar dibandingkan pasangan elektroda CuO/Cu tunggal karena luas permukaan serabut lebih besar dibandingkan elektroda tunggal (Gambar 3). Kuat arus yang terbesar terdapat pada pengukuran pada pukul 11.00 WIB yaitu sebesar 2 ma (sebelum disinari) dan 0,220 ma (saat disinari) karena intensitas cahaya matahari terbesar didapatkan pada jam 11.00 12.00 WIB. Hal ini menunjukkan bahwa intensitas cahaya yang digunakan oleh sel fotovoltaik sangat bergantung pada waktu (saat pengukuran). 3.4 Pengaruh variasi waktu (saat pengukuran) terhadap kuat arus dan tegangan dari sel fotovoltaik pasangan elektroda CuO serabut/stainless steel Hasil yang didapatkan pada pengukuran kuat arus dan tegangan pada pasangan elektroda CuO serabut/stainless steel lebih besar pada saat penyinaran dibandingkan dengan pada saat sebelum penyinaran. Semakin sore kuat arus dan tegangan yang dihasilkan semakin kecil. Hal ini disebabkan oleh semakin berkurangnya intensitas cahaya matahari, sehingga elektron yang tereksitasi menjadi lebih sedikit (Gambar 4). 4 JURNAL ILMU FISIKA (JIF), VOL 4 NO 1, MARET 2012

Tegangan (volt) Kuat Arus (ma) Tegangan (V) 8,00 9,00 1 11,00 12,00 13,00 14,00 15,00 16,00 Waktu Pengukuran (WIB) ) I tidak disinari V tidak disinari I saat disinari V saat disinari Gambar 3. Pengaruh variasi waktu (saat pengukuran) terhadap kuat arus (i) dan tegangan (v) yang dihasilkan sel fotovoltaik pasangan elektroda CuO/Cu serabut. 8,00 9,00 1 11,00 12,00 13,00 14,00 15,00 16,00 Waktu Pengukuran (WIB) I tidak disinari v tidak disinari I saat disinari v saat disinari Gambar 4. Pengaruh variasi waktu (saat pengukuran) terhadap kuat arus (I) dan tegangan (V) yang dihasilkan sel fotovoltaik pasangan elektroda CuO serabut/stainless steel. Pasangan CuO serabut/stainless steel merupakan pasangan elektroda yang cukup baik untuk digunakan pada sel fotovoltaik dibandingakan pasangan elektroda CuO/stainless steel tunggal. Hal ini dikarenakan disamping luasnya permukaan elektroda, stainless steel juga mengandung silikon yang dapat berfungsi sebagai konduktor yang baik. JURNAL ILMU FISIKA (JIF), VOL 6 NO 1, MARET 2014 5

Tegangan ( V) 3.5 Kestabilan pasangan elektroda CuO/Cu serabut (saat disinari) terhadap kuat arus dan tegangan dari sel fotovoltaik menggunakan konsentrasi optimum elektrolit Na 2SO 4 Pada Gambar 5 memperlihatkan pengaruh kestabilan pasangan elektroda CuO/Cu serabut pada hari pertama dan hari kedua. Kuat arus dan tegangan pasangan elektroda CuO/Cu mengalami penurunan pada hari kedua (Cu teroksidasi menjadi CuO). Pada pengukuran pada hari pertama, kuat arus dan tegangan yang dihasilkan meningkat sampai pukul 11.00 WIB dan selanjutnya mengalami penurunan (elektroda masih dalam keadaan baik). Tetapi pada pengukuran pada hari kedua yang dilakukan sehari setelah pengukuran pertama, kuat arus dan tegangan yang didapatkan mengalami penurunan. Hal ini menunjukkan bahwa pada elektroda Cu telah teroksidasi menjadi CuO pada saat pengukuran pada hari kedua, sehingga kuat arus dan tegangan yang dihasilkan pada hari kedua menjadi lebih kecil dibandingkan dengan pengukuran pada hari pertama. Jadi pasangan elektroda CuO/Cu serabut hanya dapat digunakan selama 2 hari begitu juga pada pasangan elektroda yang lain. 8,00 9,00 1 11,00 12,00 13,00 14,00 15,00 16,00 Waktu Pengukuran (WIB) I hari pertama (1) V hari pertama (1) I hari kedua (2) V hari kedua (2) Gambar 5. Kestabilan pasangan elektroda CuO/Cu serabut terhadap kuat arus (I) dan tegangan (V) dari sel fotovoltaik 3.6 Penentuan nilai efisiensi sel fotovoltaik pasangan elektroda CuO/Cu dan CuO/stainless steel dalam bentuk serabut dan tunggal Nilai efisiensi menunjukkan banyak energi yang dihasilkan elektroda per satuan luas permukaan elektroda. Semakin besar luas permukaan maka semakin besar nilai efisiensi. Nilai efisiensi yang dihitung berdasarkan luas permukaan sendok stainless steel diperoleh sebesar 2,48 x 10-6 watt/cm 2 sedangkan nilai efisiensi yang diperoleh berdasarkan luas permukaan CuO serabut sebesar 0,71 x 10-6 watt/cm 2. Pada pasangan elektroda CuO/Cu serabut, nilai efisiensi yang diperoleh sebesar 0,83 x 10-7 watt/cm 2, sedangkan pada pasangan elektroda CuO/Cu tunggal nilai efisiensi yang diperoleh sebesar 1,28 x 10-7 watt/cm 2. Nilai efisiensi pasangan elektroda CuO/Cu tunggal lebih besar daripada nilai efisiensi pasangan elektroda CuO/Cu serabut karena elektroda CuO/Cu tunggal lebih tahan dibanding elektroda CuO/Cu serabut. 6 JURNAL ILMU FISIKA (JIF), VOL 4 NO 1, MARET 2012

Tabel 1. Nilai efisiensi rata-rata dari pasangan elektroda CuO/Cu serabut, CuO/Cu tunggal, CuO serabut/stainless steel, CuO tunggal/stainless steel. Jenis Pasangan Elektroda Nilai Efisiensi (watt/cm 2 ) CuO/Cu serabut 0,83 x 10-7 CuO/Cu tunggal 1,28 x 10-7 CuO serabut/stainless steel Berdasarkan luas permukaan sendok stainless steel Berdasarkan luas permukaan anoda CuO CuO tunggal/stainless steel Berdasarkan luas permukaan sendok stainless steel Berdasarkan luas permukaan anoda CuO 2,48 x 10-6 0,71 x 10-6 2,46 x 10-6 7,66 x 10-6 4. KESIMPULAN 1. Semakin tinggi konsentrasi larutan elektrolit Na 2SO 4 semakin besar kuat arus dan tegangan yang dihasilkan sampai batas kestabilan Cu. Konsentrasi optimum larutan elektrolit Na 2SO 4 yaitu pada 0,06 M dan waktu optimum (saat penyinaran) yaitu pada pukul 11.00 WIB dengan arus dan tegangan masing-masing adalah 0,448 ma dan 0,239 V untuk untuk pasangan elektroda CuO serabut/stainless steel. 2. Efisiensi tertinggi diperoleh untuk pasangan elektroda CuO tunggal/stainless steel yaitu sebesar 7,66 x 10-6 watt/cm 2 DAFTAR PUSTAKA 1. Wilson, Walery Wenas, 1996, Teknologi Sel Surya: Perkembangan Dewasa Ini dan yang akan Datang, Elektro Indonesia No. 12 2. Safana, Sultan. 2010. Energi Panas Surya Dipanaskan, ITB, Bandung 3. Publikasi Ilmiah, 1995, "Peranan energi dalam menunjang pembangunan berkelanjutan", Direktorat teknologi energi BPPT, Jakarta 4. Cahyono, Setiadi. 2000, Upaya Peningkatan Efisiensi Sel Surya Fotovoltaik Sebagai Konvertor Cahaya Matahari Menjadi Energi Listrik. Teknologi Kejuruan, Vol 23. Bandung 5. Fortin, E and D. Masson. 2002, Photovoltaic Effects In Cu 2O---Cu Solar Cells Grown By Anodic Oxidation. Department of Physics, University of Ottawa, Ottawa, Canada. Volume 25, Issue 4, Pages 281-283 6. Sears, W.M and E. Fortin. 2003, Preparation And Properties Of Cu 2O/Cu Photovoltaic Cells, Physics Department, University of Ottawa, Ottawa, Ontario K1N 9B4, Canada. Volume 10, Issue 1, Pages 93-103 7. McGehee, Michael D. 2006, Ordered Bulk Heterojunction Photovoltaic Cells, Materials Science and Engineering. JURNAL ILMU FISIKA (JIF), VOL 6 NO 1, MARET 2014 7