BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Profil Madrasah Tsanawiyah Kifayatul Achyar

2/9/2014 MATA KULIAH PERBANDINGAN SISTEM PENDIDIKAN MANAJEMEN SISTEM PENDIDIKAN PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS GALUH. Oleh: Pipin Piniman

BAB I PENDAH ULUAN 1.1 Ga G mb m a b ra r n n Umu m m m Obj b ek k Pene n lit e ian a. Pro r fil Org r anis n a is sis

SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DI INDONESIA. Imam Gunawan

BAB I PENDAHULUAN. Pentingnya peranan pendidikan telah dicantumkan oleh pemerintah secara

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG

Pendidikan Dasar Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan yang melandasi jenjang pendidikan menengah.

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN WAJIB BELAJAR 12 TAHUN DI KABUPATEN BADUNG

Oleh : Sri Handayani NIM K

BAB I PENDAHULUAN. penerus suatu bangsa terlahir dari kaum terpelajar. Apabila suatu negara memiliki

BAB I PENDAHULUAN. serta tempat menerima dan memberi pelajaran. Sekolah dibagi menjadi 3 tingkat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

D S A A S R A R & & FU F N U G N S G I S PE P N E D N I D DI D KA K N A N NA N S A I S ON O A N L A

BAB I PENDAHULUAN. untuk menciptakan bangsa yang cerdas dan intelek. Pendidikan yang bermutu

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 223/PMK.011/2014 TENTANG

SIMULASI TENTANG CARA PENGISIAN SKP DOSEN TETAP YAYASAN. KOPERTIS WILAYAH I SUMATERA UTARA 29.d 30 JANUARI 2018

BAB I PENDAHULUAN. maupun dari luar diri (eksternal) individu. Faktor internal sangat mempengaruhi

BAB 1 PENDAHULUAN. Penataan sumber daya manusia perlu diupayakan secara bertahap dan

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR.. TAHUN 2014 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. satu cita-cita dan tujuan dari Bangsa Indonesia adalah mencerdaskan kehidupan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengetahuan dan teknologi serta mampu bersaing pada era global ini.

BUPATI GARUT PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 735 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2016 NOMOR 19

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan pendidikan nasional ditujukan untuk mewujudkan cita-cita

BAB I PENDAHULUAN. atau anak didik sesuai dengan kebutuhan dan perkembangannya.

BAB I PENDAHULUAN. membekali diri dengan ilmu pengetahuan agar dapat bersaing dan

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

BUPATI LUWU PROPINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU NOMOR : TENTANG PENDALAMAN MATERI PENDIDIKAN AGAMA

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BAB I PENDAHULUAN. hidup yang lebih baik. Hal ini sesuai dengan Undang-Undang Nomor 20

BUPATI MADIUN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 25 TAHUN 2009 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Berbicara tentang pendidikan tidak lepas dari berbicara tentang hasil

BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT PROVINSI JAMBI PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG

GUBERNUR JAWA BARAT PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 16 TAHUN TENTANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUA N. pernah tuntas dimanapun, termasuk di Negara yang sudah maju sekalipun.

BUPATI PURBALINGGA PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 25 TAHUN 2013 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. yang tangguh, mandiri, berkarakter dan berdaya saing. Sebagai fondasi,

-23- BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT PROVINSI JAMBI PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. sekolah-sekolah sampai sekarang merupakan lembaga pendidikan utama yang. merupakan pusat pengembangan sumber daya manusia.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan formal yang menyelenggarakan pendidikan kejuruan pada jenjang

BAB I PENDAHULUAN. Upaya pembangunan pendidikan di Indonesia dilaksanakan dalam berbagai

BUPATI NGAWI PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGAWI NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG JAM BELAJAR BAGI PELAJAR DI LINGKUNGAN MASYARAKAT

BAB I PENDAHULUAN PENGARUH KOMITMEN DAN MOTIVASI BERPRESTASI TERHADAP KINERJA GURU DI SMK KENCANA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dalam mewujudkan tujuan pendidikan nasional melalui

memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

I. PENDAHULUAN. ini karena tanpa pendidikan manusia akan sulit berkembang dan akan

BAB I PENDAHULUAN. Nasional Nomor 20 Tahun 2003 yang menyatakan bahwa: Pendidikan adalah

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan, ilmu pengetahuan dan teknologi pun berdampak pada pendidikan.

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PENDIDIKAN DINIYAH DI KOTA TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

I. PENDAHULUAN. Bagian pertama ini membahas beberapa hal mengenai latar belakang masalah,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 22 TAHUN 2017 TENTANG PERCEPATAN REVITALISASI SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN DI PROVINSI JAWA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. Unsur sumber daya manusia memegang peranan sangat penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan nasional yang diatur secara sistematis. Pendidikan nasional berfungsi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dengan proses peningkatan layanan pendidikan yang diberikan, untuk

I. PENDAHULUAN. sumber daya suatu Negara dapat ditingkatkan. Dewasa ini sudah menjadi. kebutuhan di setiap Negara untuk terus berusaha meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang Masalah. Indonesia merupakan negara yang kaya akan hasil alam dan juga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI TANAH BUMBU NOMOR 29 TAHUN 2015 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Proses untuk mengembangkan potensi dirinya agar memiliki kekuatan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 31 TAHUN 2016 TENTANG

I. PENDAHULUAN. identifikasi masalah, pembatasan masalah dan rumusan masalah. Untuk

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan menengah (UU RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan suatu bangsa, pendidikan memiliki peranan yang sangat

BAB I PENDAHULUHUAN. A. Latar Belakang Masalah. UU No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan di dalam negeri maupun di luar negeri. Tentunya perubahan

BAB I PENDAHULUAN. dengan keterampilan yang dimilikinya. Pendidikan yang berkualitas akan

BUPATI KEBUMEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 58 TAHUN 2014 TENTANG DEWAN PENDIDIKAN DAERAH DAN KOMITE SEKOLAH/MADRASAH

BAB I PENDAHULUAN. yang harus dipenuhi sepanjang hayat. Pendidikan adalah investasi masa

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal diharapkan mampu. menghasilkan manusia yang berjiwa kreatif, inovatif,mandiri, mempunyai

GUBERNUR JAWA BARAT, PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 16 TAHUN 2017 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. menyeluruh. Menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang SISDIKNAS,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Press, Jakarta, 2007, Hlm. 4. Daya Saing Lembaga Pendidikan Islam, Ar-Ruzz Media, Jogjakarta, 2013, Hlm. 189

1. PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan suatu

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah investasi jangka panjang yang memerlukan usaha dan dana

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. terpenting dalam bidang pendidikan. Pendidikan yang berkualitas adalah yang. Pasal 3 tentang fungsi dan tujuan pendidikan adalah:

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

I. PENDAHULUAN. Perkembangan zaman yang semakin maju mengakibatkan pesatnya. perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Perkembangan itu terjadi

BAB I PENDAHULUAN. Bab I ketentuan umum pada pasal 1 dalam UU ini dinyatakan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. perlu dilaksanakan, sebab dengan proses pendidikan manusia akan dapat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indrayogi, 2014

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 42 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI TANAH DATAR PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN BUPATI TANAH DATAR NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PENDIRIAN SEKOLAH SWASTA

BAB I PENDAHULUAN. Efektivitas proses..., Hani Khotijah Susilowati, FISIP UI, Universitas Indonesia

I. PENDAHULUAN. demikian akan menimbulkan perubahan dalam dirinya yang. memungkinkannya untuk berfungsi secara menyeluruh dalam kehidupan

I. PENDAHULUAN. intelektual, spiritual, dan mandiri sehingga pada akhirnya diharapkan masyarakat kita

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. depan. Pendidikan yang baik adalah pendidikan yang tidak hanya mempersiapkan peserta

BAB 1 PENDAHULUAN. tersebut dapat memenuhi keutuhan atau tujuan yang dimilikinya.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan salah satu investasi untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan sebagai modal utama dalam pembangunan bangsa. Menurut Undang-Undang No.20 Tahun 2003 pasal 1 ayat 1 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Kebijakan pendidikan nasional seperti yang diatur dalam Undang Undang No. 20 Tahun 2003, dibedakan antara pengelolaan pendidikan dasar, menengah dan pengelolaan pendidikan tinggi. Peraturan Pemerintah No. 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan menjelaskan bahwa pendidikan menengah adalah jenjang pendidikan pada jalur pendidikan formal yang merupakan lanjutan pendidikan dasar, berbentuk Sekolah Menengah Atas, Madrasah Aliyah, Sekolah Menengah Kejuruan, dan Madrasah Aliyah Kejuruan atau bentuk lain yang sederajat. Sekolah Menengah Atas, yang selanjutnya disingkat SMA, adalah salah satu bentuk satuan pendidikan formal yang menyelenggarakan pendidikan umum pada jenjang pendidikan menengah sebagai lanjutan dari SMP, MTs, atau bentuk 1

2 lain yang sederajat atau lanjutan dari hasil belajar yang diakui sama atau setara SMP atau MTs. Dalam dunia pendidikan, khususnya sekolah, guru merupakan elemen paling penting. Semua hal yang berkaitan dengan pendidikan, mulai dari kurikulum pendidikan, biaya pendidikan, sarana dan prasarana pendidikan, serta beberapa hal lain akan menjadi tidak berarti jika interaksi guru dan peserta didik tidak berjalan dengan baik. Bagaimanapun juga, interaksi yang baik antara guru dan peserta didik ini merupakan esensi dari sebuah pendidikan. Pengertian Guru menurut Undang-Undang No 14 Tahun 2005: guru adalah pendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Peran dan tugas guru dalam dunia pendidikan sangatlah vital, sehingga banyak diantara pakar pendidikan yang menilai bahwa perubahan kualitas pendidikan hanya akan dapat tercapai apabila kualitas gurunya ditingkatkan. Berdasarkan survey pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 30 Maret- 31 Maret 2015, penulis melihat ada sebagian guru yang belum menunjukkan kinerja yang baik seperti: guru mengajar tanpa persiapan yang baik, guru ada yang datang terlambat masuk kelas, guru tidak bisa mengendalikan situasi kelas sehingga suasana kelas ribut. Adapun data yang penulis peroleh mengenai absensi guru SMA X Bandung, seperti terlihat dalam Gambar berikut ini:

3 Gambar 1.1 Presensi Guru Semester Ganjil Tahun 2014-2015 SMA X Bandung Sumber: Tata Usaha SMA X Berdasarkan gambar 1.1 diatas, presensi guru di SMA X Bandung, mulai dari sakit sampai dengan ijin sangat berpengaruh terhadap proses pembelajaran di kelas. Tingginya absensi ketidakhadiran guru sangat mempengaruhi kinerja guru. Karena semakin banyak jumlah ketidakhadiran guru di kelas maka akan semakin banyak kelas yang tidak dapat mengikuti proses pembelajaran dengan baik. Ketidakhadiran guru di kelas sudah menunjukkan kinerja guru tidak baik karena tidak bertanggung jawab terhadap profesi yang dimiliki. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Mulyasa (2010:9), beberapa hal yang menyebabkan lemahnya kinerja guru, antara lain yaitu: 1) rendahnya pemahaman tentang strategi pembelajaran, 2) kurangnya kemahiran dalam mengelola kelas, 3) rendahnya kemampuan melakukan dan memanfaatkan penelitian tindakan kelas, 4) rendahnya motivasi berprestasi, 5) kurang disiplin, 6) rendahnya komitmen profesi, dan 7) serta rendahnya kemampuan manajemen waktu. Menurut Mangkunegara (2004:67), kinerja adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang telah dicapai oleh seseorang karyawan dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Sedangkan menurut Rivai dan Basri (2005:14), kinerja adalah hasil

4 atau tingkat keberhasilan seseorang secara keseluruhan selama periode tertentu di dalam melaksanakan tugas dibandingkan dengan berbagai kemungkinan, seperti standar hasil kerja target atau sasaran atau kriteria yang telah ditentukan terlebih dahulu dan telah disepakati bersama. Berbagai cara terlah dilakukan oleh pemerintah melalui kementrian pendidikan dan kebudayaan maupun yayasan X untuk meningkatkan kualitas tenaga pendidik (guru), salah satunya dengan memberikan pelatihan kepada guru. Kegiatan pelatihan bagi guru pada dasarnya merupakan suatu bagian yang integral dari manajemen dalam bidang ketenagaan di sekolah dan merupakan upaya untuk mengembangkan pengetahuan dan keterampilan guru sehingga pada gilirannya diharapkan para guru dapat memperoleh keunggulan kompetitif dan dapat memberikan pelayanan yang sebaik -baiknya. (https://akhmadsudrajat.wordpress.com) Menurut Gomez-Mejia, Balkin, dan Cardi dalam Ismenia Boe (2014), training is usually conducted when employees have a skill deficit or when an organization changes a system and employees need to learn new skill. Ini berarti bahwa pelatihan biasanya dilaksanakan pada saat para pekerja memiliki keahlian yang kurang-atau pada saat suatu organisasi mengubah suatu sistem dan perlu belajar tentang keahlian baru. Sedangkan menurut Simamora (2004:273), pelatihan merupakan proses pembelajaran yang melibatkan perolehan keahlian, konsep, peraturan, atau sikap, untuk meningkatkan kinerja karyawan. Dengan demikian melalui kegiatan pelatihan tersebut, diharapkan dapat meningkatkan kemampuan dan keterampilan karyawan dalam melakukan pekerjaannya. Adapun

5 pelatihan yang diberikan kepada guru di SMA X Bandung baik dari dinas pendidikan maupun yayasan, diantaranya pelatihan kurikulum 2013, In House Training (IHT), pelatihan komputer, dan pelatihan bahasa inggris. Dalam konteks pekerjaan, organisasi bukan saja mengharapkan karyawan yang memiliki kemampuan dan keterampilan yang baik, tetapi yang penting mereka mau bekerja dengan giat dan mempunyai keinginan untuk mencapai hasil kerja yang maksimal sebab kemampuan dan keterampilan tidak akan berarti jika karyawan tidak mau bekerja dengan giat. Oleh karena itu selain pemberian pelatihan, motivasi kerja merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kinerja. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Sedarmayanti (2008:233), bahwa motivasi adalah kesediaan mengeluarkan tingkat upaya tinggi ke arah tujuan organisasi yang dikondisikan oleh kemampuan upaya itu untuk memenuhi kebutuhan individual. Sedangkan menurut Manullang dalam Ismenia Boe (2014), motivasi adalah dorongan yang memberikan daya perangsang kepada pegawai yang bersangkutan agar pegawai tersebut bekerja dengan segala daya dan upaya. Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan pengawas yayasan dan beberapa murid pada tanggal 6 April 2015, masih ditemukan beberapa guru yang masih lemah kinerjanya, antara lain: beberapa guru masih tetap kesulitan menggunakan teknologi komputer (laptop) sebagai perubahan metode/media pembelajaran bagi siswa, beberapa guru baru masih kesulitan mengendalikan kondisi kelas agar kondusif, guru masih sering terlambat masuk kelas. Meskipun sudah ada program pelatihan bagi para guru, namun belum adanya perubahan,

6 menurut pengawas yayasan hal ini diduga disebabkaan adanya anggapan dari para guru bahwa kegiatan pelatihan hanya sebagai formalitas, mengikuti pelatihan hanya karena ditugaskan, sehingga program yang diberikan saat pelatihan tidak diikuti dengan baik oleh para peserta. Adapun berkaitan dengan absensi guru, pengawas yayasan menyatakan bahwa belum baiknya motivasi kerja guru diduga diakibatkan kurangnya penghargaan dari pihak yayasan terhadap guru-guru yang berprestasi. Selain itu bila dilihat dari Gambar 1.1, tingkat ketidakhadiran guru mulai dari sakit hingga ijin sangat tinggi, tentu akan bepengaruh terhadap proses belajar para siswa. Berdasarkan uraian-uraian yang telah disampaikan diatas tersebut, maka dalam penelitian ini penulis ingin melihat seberapa besar pengaruh pelatihan dan motivasi terhadap kinerja guru, maka penulis perlu untuk melakukan penelitian dengan judul: Pengaruh Pelatihan dan Motivasi terhadap Kinerja Guru di SMA X Bandung 1.2. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah, rumusan masalah yang dapat penulis identifikasi dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimana pelaksanaan pelatihan guru di SMA X Bandung? 2. Bagaimana motivasi kerja guru di SMA X Bandung? 3. Bagaimana kinerja guru di SMA X Bandung? 4. Seberapa besar pengaruh Pelatihan dan Motivasi secara parsial dan simultan terhadap Kinerja Guru di SMA X?

7 1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1 Maksud Penelitian Penelitian ini dimaksudkan untuk mengumpulkan data, mengolah data dan menganalisis data serta untuk mengetahui adanya pengaruh pelatihan dan motivasi terhadap kinerja guru pada SMA X Bandung. 1.3.2 Tujuan Penelitian Penelitian ini dibuat dengan maksud dan tujuan sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui tanggapan mengenai pelaksanaan pelatihan di SMA X Bandung. 2. Untuk mengetahui tanggapan mengenai motivasi yang diberikan di SMA X Bandung 3. Untuk mengetahui bagaimana kinerja guru di SMA X Bandung. 4. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh program Pelatihan dan Motivasi Kerja terhadap Kinerja Guru di SMA X Bandung. 1.4. Kegunaan Penelitian Dalam melaksanakan penelitian di SMA X Bandung, penulis berharap dapat memberikan manfaat bagi : 1. Bagi organisasi yang menjadi objek penelitian Penelitian ini diharapkan menjadi masukan dan pertimbangan dalam memberikan pelatihan dan motivasi kerja yang dapat meningkatkan kinerja guru.

8 2. Pihak pembaca Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan pembelajaran dan juga untuk menambah wawasan, juga sebagai bahan referensi untuk penelitian lanjutan. 3. Bagi peneliti Memberikan pengetahuan mengenai pentingnya pemberian pelatihan dan motivasi kerja untuk meningkatkan kinerja guru. 1.5. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di SMA X yang berada di Kota Bandung. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret 2015 sampai dengan selesainya penelitian ini.