BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Merupakan suatu gangguan terhadap pemeriksa, bila sikap kebebasan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Dari tema judul tesis tersebut diatas yaitu : Faktor-faktor yang mempengaruhi

Kompetensi Auditor Independensi Pemeriksan Dan Organisasi Auditor Pelaksanaan Kemahiran Profesional secara Cermat Dan Seksama Pengendalian Mutu

Kompetensi Pemeriksa Independensi Pemeriksan Dan Organisasi Pemeriksa Pelaksanaan Kemahiran Profesional secara Cermat Dan Seksama Pengendalian Mutu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sebagai acuan dari penelitian ini dapat disebutkan salah satu hasil penelitian

MENTERI NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. dan bertanggungjawab dengan taat pada peraturan dan perundang-undangan yang

LAMPIRAN 1 DAFTAR PERTANYAAN : FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INDEPENDENSI PEMERIKSA (AUDITOR) DI INSPEKTORAT KOTA BINJAI PROVINSI SUMATERA UTARA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Fenomena mengenai kualifikasi personel pemeriksaan ini memang

BAB I PENDAHULUAN. Nepotisme). Banyaknya kasus korupsi yang terjadi akhir-akhir ini menjadikan

BERITA DAERAH KOTA SAMARINDA SALINAN

2017, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Perencanaan Pemb

Setyanta Nugraha Inspektur Utama Sekretariat Jenderal DPR RI. Irtama

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Auditor merupakan profesi yang mendapat kepercayaan dari publik untuk

BUPATI LEBAK PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI LEBAK NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PIAGAM PENGAWASAN INTERNAL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN LEBAK

BAB I PENDAHULUAN. karena beberapa penelitian menunjukkan bahwa terjadinya krisis ekonomi di

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah.

2 Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan. Mengingat : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelengga

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 21 TAHUN 2O16 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN PATI

BAB I PENDAHULUAN. Tuntutan dalam perwujudan good government governance di Indonesia

PEMERINTAH KABUPATEN PANDEGLANG I N S P E K T O R A T Jalan Mayor Widagdo No. 2 Telepon (0253) PANDEGLANG PIAGAM AUDIT INTERN

BAB I PENDAHULUAN. Sistematika penulisan menjelaskan mengenai tahapan-tahapan penulisan laporan

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang bersih dan bebas KKN menghendaki adanya. mendukung terciptanya kepemerintahan yang baik (good governance),

- 1 - PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 62 TAHUN 2017 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT

PERATURAN DEPARTEMEN AUDIT INTERNAL. Bab I KETENTUAN UMUM. Pasal 1 Tujuan

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam penyelenggaraan pemerintahan. Melalui pengawasan intern dapat diketahui

BAB I PENDAHULUAN. Paradigma pengawasan atas penyelenggaran pemerintah daerah di era

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BAB I PENDAHULUAN. Auditor dalam Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) Tahun 2008 disebut

WALIKOTA PROBOLINGG0 PROVINSI JAWA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. Guna menunjang profesionalisme sebagai akuntan publik, maka auditor dalam

BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sebuah organisasi baik swasta maupun pemerintah dapat didukung

PIAGAM AUDIT INTERN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA BARAT

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Dalam rangka mewujudkan good governance di lingkungan pemerintahan

PIAGAM INTERNAL AUDIT

BAB II AUDIT INTERNAL PEMERINTAH KABUPATEN GROBOGAN. memeriksa dan mengevaluasi laporan keuangan yang disajikan oleh objek

LEMBARAN NEGARA PERATURAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG KODE ETIK BADAN PEMERIKSA KEUANGAN

BAB I PENDAHULUAN. mencoba mengatasi masalah ini dengan melakukan reformasi di segala bidang.

2016, No Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3852); 2. Undang-Undang Nomor 43 Tahun 200

BAB I PENDAHULUAN. governance dan penyelenggaraan organisasi sektor publik yang efektif, efisien,

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2017 NOMOR 30

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada saat sekarang ini, keberadaan dan peran profesi auditor mengalami

REPUBLIK INDONESIA TENTANG REPUBLIK INDONESIA.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam waktu yang relatif singkat akuntansi sektor publik telah mengalami

I. PENDAHULUAN. 1. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan;

PERATURAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG KODE ETIK BADAN PEMERIKSA KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pemerintah dalam menyelenggarakan sistem pemerintahannya telah bergeser

BAB I PENDAHULUAN. Jenderal Departemen, Satuan Pengawas Intern (SPI) di lingkungan lembaga

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya krisis ekonomi di Indonesia ternyata disebabkan oleh buruknya

BAB I PENDAHULUAN. Peran Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) semakin lama

BAB I PENDAHULUAN. menolak hasil dengan memberikan rekomendasi tentang tindakan-tindakan

BAB I PENDAHULUAN. akuntabilitas sektor publik terhadap terwujudnya good governance di

BAB I PENDAHULUAN. terhadap pasar global, tetapi juga merugikan negara serta dalam jangka panjang dapat

BAB I PENDAHULUAN. tujuan organisasi dan sesuai dengan kode etik auditor. Tuntutan

PENJELASAN PIAGAM PENGAWASAN INTERNAL

BAB I PENDAHULUAN. tugas dan fungsinya secara efektif dan efisien, serta sesuai dengan rencana,

BAB I PENDAHULUAN. baik di instansi pemerintah maupun di sektor swasta di Indonesia. Auditor di instansi

BAB I PENDAHULUAN. keterpurukan karena buruknya pengelolaan keuangan (Ariyantini dkk,2014).

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. melakukan audit terhadap pemerintah. Sedangkan undang-undang No 15 tahun

PIAGAM AUDIT INTERNAL

BERITA DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 20 TAHUN 2016 WALIKOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA DEPOK

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan sesuai dengan tugas dan fungsinya secara efektif dan efisien

PEMERINTAH KABUPATEN KEBUMEN I N S P E K T O R A T Jl. Arungbinang Nomor 16 Telp: (0287) , Kebumen 54311

BAB I PENDAHULUAN. penggunaan dana yang dapat dipertanggungjawabkan. Pengawasan bersifat

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB I PENDAHULUAN. meyakini kualitas pekerjaannya. Dalam penyelenggaraanya good governance

Pemerintah Kota Pagar Alam Jalan Laskar Wanita Mentarjo Komplek Perkantoran Gunung Gare

BAB I PENDAHULUAN. besar jumlahnya. Pertanggungjawaban atas penggunaan dana untuk. penyelenggaraan pemerintahan seharusnya didukung dengan suatu

BUPATI BENER MERIAH PERATURAN BUPATI BENER MERIAH NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERNAL DI LINGKUNGAN INSPEKTORAT KABUPATEN BENER MERIAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bab ini merupakan tinjauan atas berbagai referensi, literatur, jurnal-jurnal

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian dari Ivan dan Nurul ini mengenai Faktor-faktor yang

BUPATI BLORA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BLORA,

BAB I PENDAHULUAN. kinerja aparat birokrasi menurun. Terungkapnya banyak kasus-kasus korupsi baik

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan suatu pengawas intern untuk meminimalisir penyimpangan

2.4 KODE ETIK AKUNTAN INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Praktek penyelenggaraan pemerintah dewasa ini menjadi potret. buram kekecewaan masyarakat yang terjadi di semua tempat dan di

PIAGAM AUDIT INTERNAL

BAB I PENDAHULUAN. korupsi baik di level pusat maupun daerah menjadi penyebab utama hilangnya

BAB I PENDAHULUAN. mengatasi masalah tersebut melalui berbagai cara, salah satunya dengan

BAB I PENDAHULUAN. penting bagi perusahaan dalam mengungkapkan fakta-fakta yang terjadi

PERSEPSI MAHASISWA AKUNTANSI TERHADAP FAKTOR- FAKTOR YANG DAPAT MEMPENGARUHI INDEPENDENSI AKUNTAN PUBLIK

BAB I PENDAHULUAN. pengelolaan yang baik (good governance), yaitu pemerintahan yang dapat

VI. KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dijabarkan pada bab

BAB I PENDAHULUAN. Tuntutan pelaksanaan akuntabilitas sektor publik terhadap terwujudnya

Ketua Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia SAMBUTAN

VALUE FOR MONEY AUDIT DAN PROSES AUDIT KINERJA

BAB I PENDAHULUAN. Institusi keuangan telah menjadi financial supermarket dengan jaringan

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Profesi akuntan publik merupakan profesi yang dipercaya oleh masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. dalam pengunaan dana sehingga efektivitas dan efisien penggunaan dana

BAB I PENDAHULUAN. Profesi akuntan publik merupakan salah satu profesi yang dipercayai oleh

PERTEMUAN 1: AUDIT DAN STANDAR AUDIT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian auditing menurut Arens (2012:4) yaitu : harus dilakukan oleh orang yang kompeten dan independen.

BAB I PENDAHULUAN. Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP). untuk menjamin bahwa tujuan tercapai secara hemat, efisien, dan efektif.

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan berisikan data yang menggambarkan keadaan. keuangan suatu perusahaan dalam suatu periode tertentu sehingga pihak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu entitas usaha berdasarkan standar yang telah ditentukan.

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Gangguan Pribadi Merupakan suatu gangguan terhadap pemeriksa, bila sikap kebebasan (independen) dalam pemeriksaan dalam melaksanakan tugasnya tidak ada sistem pengendalian mutu intern, dan suatu tantangan berat tugas pengawasan di masa depan serta sangat ditentukan oleh komitmen dan profesionalisme aparat pengawasan fungsional pemerintah. Komitmen dari pemerintah untuk memberantas korupsi, kolusi dan nepotisme pada berbagai aspek dalam pelaksanaan tugas umum pemerintahan dan pembangunan yang dimandatkan oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) dalam ketetapan No. XI/MPR/1998 dan Undang-undang No. 28 Tahun 1999 tentang penyelenggaraan negara yang bersih dan bebas dari KKN sudah menjadi agenda yang harus dilaksanakan guna tercapainya transparansi dan akuntabilitas publik. Untuk mencapai tujuan di atas bagi pemeriksa (auditor) harus bersikap independen yaitu sikap tidak berpihak, bebas dari pengaruh, bebas dari kepentingan, jujur, objektif dan integritas tinggi. Dalam menjalankan tugasnya sebagai pemeriksa sering mengalami gangguan-gangguan ataupun berupa kendala sebagai gangguan pribadi, sehingga pemeriksa kurang termotivasi dalam melaksanakan tugasnya.

Peraturan BPK RI Nomor 01 Tahun 2007 tentang Standar Pemeriksaan Keuangan Negara, Lampiran II pada Standar Pemeriksaan Pernyataan Nomor 01 Standar Umum menyebutkan gangguan pribadi dari pemeriksa secara individu meliputi antara lain : a. Memiliki hubungan pertalian darah ke atas, ke bawah atau semenda sampai dengan derajat kedua dengan jajaran manajemen entitas atau program yang diperiksa atau sebagai pegawai dari entitas yang diperiksa, dalam posisi yang dapat memberikan pengaruh langsung dan signifikan terhadap entitas atau program yang diperiksa. b. Memiliki kepentingan keuangan baik secara langsung maupun tidak langsung pada entitas atau program yang diperiksa. c. Pernah bekerja atau memberikan jasa kepada entitas atau program yang diperiksa dalam kurun waktu dua tahun terakhir. d. Mempunyai hubungan kerjasama dengan entitas atau program yang diperiksa. e. Terlibat baik secara langsung maupun tidak langsung dalam kegiatan obyek pemeriksaan, seperti memberikan asistensi, jasa konsultasi, pengembangan sistem, menyusun dan/atau mereview laporan keuangan entitas atau program yang diperiksa. f. Adanya prasangka terhadap perorangan, kelompok, organisasi atau tujuan suatu program, yang dapat membuat pelaksanaan pemeriksaan menjadi berat sebelah. g. Pada masa sebelumnya mempunyai tanggung jawab dalam pengambilan keputusan atau pengelolaan suatu entitas, yang berdampak pada pelaksanaan kegiatan atau program entitas yang sedang berjalan atau sedang diperiksa. h. Memiliki tanggung jawab untuk mengatur suatu entitas atau kapasitas yang dapat mempengaruhi keputusan entitas atau program yang diperiksa, misalnya sebagai seorang direktur, pejabat atau posisi senior lainnya dari entitas, aktivitas atau program yang diperiksa atau sebagai anggota manajemen dalam setiap pengambilan keputusan, pengawasan atau fungsi monitoring terhadap entitas, aktivitas atau program yang diperiksa. i. Adanya kecenderungan untuk memihak, karena keyakinan politik ata sosial, sebagai akiabt hubungan antar pegawai, kesetiaan kelompok, organisasi atau tingkat pemerintahan tertentu. j. Pelaksanaan pemeriksaan oleh seorang pemeriksa, yang sebelumnya pernah sebagai pejabat yang menyetujui faktur, daftar gaji, klaim dan pembayaran yang diusulkan oleh suatu entitas atau program yang diperiksa. k. Pelaksanaan pemeriksaan oleh seorang pemeriksa, yang sebelumnya pernah menyelenggarakan catatan akuntansi resmi atas entitas/unit kerja atau program yang diperiksa. l. Mencari pekerjaan pada entitas yang diperiksa selama pelaksanaan pemeriksaan.

Gangguan pribadi yang disebabkan oleh suatu hubungan dan pandangan pribadi mungkin mengakibatkan pemeriksa membatasi lingkup pertanyaan dan pengungkapan atau melemahkan temuan dalam segala hal/bentuk. Jika pemeriksa (auditor) mendapat gangguan pribadi yang berakibat pemeriksa membatasi pertanyaan ataupun membuat lemahnya Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) sesuai dengan standar pemeriksaan, sebagai gangguan pribadi/individu sebaiknya yang bersangkutan tidak diikutkan dalam tugas pemeriksaan oleh instansi yang menugaskan untuk pemeriksa (auditor), untuk menjaga agar laporan dapat berdaya guna dan berhasil guna untuk kemurnian dari hasil pemeriksaan karena adanya gangguan pribadi/individu. Di lain hal gangguan pribadi dapat juga disebabkan oleh karena hubungan kekeluargaan ataupun pertalian darah, pemeriksa (auditor) mempunyai hubungan keluarga dapat juga melemahkan pemeriksaan terhadap objek yang diperiksa, sehingga pemeriksa karena segan tidak melaksanakan tugas sepenuhnya, agar tidak lemah/kurang sempurnanya hasil pemeriksaan sebaiknya pemeriksa yang bersangkutan membatalkan surat yang diberikan kepadanya dengan melaporkan kepada pemberi tugas pemeriksaan dengan alasan adanya hubungan family/kekeluargaan dengan obrik/objek yang diperiksa, sehingga yang bersangkutan terhindar dari gangguan pribadi.

2.1.2. Gangguan Ekstern Gangguan ekstern dapat menyebabkan penerapan prosedur pemeriksaan tidak berjalan sesuai peraturan/tidak sesuai dengan harapan, karena ikutnya campur tangan pihak ekstern / pihak lain ataupun berupa pembatasan terhadap obyek yang diperiksa ataupun pembatasan terhadap sumber daya. Disamping hal tersebut bisa juga mempengaruhi pertimbangan pemeriksa terhadap laporan hasil pemeriksaan. Menurut Peraturan BPK RI Nomor 01 tahun 2007 tentang standar Pemeriksaan Keuangan Negara, Lampiran II pada Standar Pemeriksaan Pernyataan Nomor 01 Standar Umum menyebutkan, independensi dan obyektifitas pelaksanaan suatu pemeriksaan dapat dipengaruhi gangguan ekstern, apabila terdapat : a. Campur tangan atau pengaruh pihak ekstern yang membatasi atau mengubah lingkup pemeriksaan secara tidak semestinya. b. Campur tangan pihak ekstern terhadap pemilihan dan penerapan prosedur pemeriksaan atau pemilihan sampel pemeriksaan. c. Pembatasan waktu yang tidak wajar untuk penyelesaian suatu pemeriksaan. d. Campur tangan pihak ekstern mengenai penugasan, penunjukan dan promosi pemeriksa. e. Pembatasan terhadap sumber daya yang disediakan bagi organisasi pemeriksa, yang dapat berdampak negatif terhadap kemampuan organisasi pemeriksa tersebut dalam pelaksanaan pemeriksaaan. f. Wewenang untuk menolak atau mempengaruhi pertimbangan pemeriksa terhadap isi suatu laporan terhadap hasil pemeriksaan. g. Ancaman penggantian petugas pemeriksa atas ketidaksetujuan dengan isi laporan hasil pemeriksaan, simpulan pemeriksa atau penerapan suatu prinsip akuntansi. h. Pengaruh yang membahayakan kelangsungan pemeriksa sebagai pegawai, selain sebab-sebab yang berkaitan dengan kecakapan pemeriksa atau kebutuhan pemeriksa. Guna mencapai tujuan di atas adalah agar auditor (pemeriksa) tidak terpengaruh dengan campur tangan pihak lain, untuk mencapai tingkat profesionalisme sebagai

aparat pengawasan. Auditor yang kompoten adalah auditor yang mempunyai hak atau kewenangan untuk melakukan audit menurut hukum dan memiliki keterampilan yang cukup untuk melakukan tugas audit. Auditor sebagai institusi mempunyai hak atau kewenangan melakukan audit berdasarkan dasar hukum pendirian organisasi atau penugasan. 2.1.3. Gangguan Organisasi Gangguan organisasi terhadap independensi pemeriksa sering terjadi apabila suatu organisasi/instansi pemerintah melaksanakan tekanan terhadap auditor sehingga pemeriksa tidak dapat melaksanakan tugas sepenuhnya. Apabila kondisi sebagaimana disebutkan diatas dapat dipenuhi maksudnya bebas dari pengaruh, bebas dari kepentingan, obyektif dan tidak ada gangguan organisasi terhadap independensi, pemeriksa secara organisasi harus dipandang independen untuk melakukan pemeriksaan internal dan bebas untuk melaporkan secara obyektif kepada pimpinan tertinggi entitas pemerintah yang diaudit. Audit atau pemeriksaan dalam arti luas bermakna evaluasi terhadap suatu organisasi, sistem, proses atau produk. Audit dilaksanakan oleh pihak yang kompeten, obyektif dan tidak memihak, yang disebut auditor. Tujuannya adalah untuk melakukan verifikasi bahwa subjek dari audit telah diselesaikan atau berjalan sesuai dengan standar, regulasi dan praktek yang telah disetujui dan diterima.

Apabila tidak ada tekanan dari organisasi atau instansi pemerintah terhadap auditor baik kedudukan atau berupa penurunan jabatan atau pemutasian kepada pemeriksa (auditor), maka pemeriksa dapat menjalankan tugasnya bebas dari pengaruh organisasi/instansi pemerintah serta dapat melaksanakan akuntabilitas serta dapat melaporkan hasil auditnya kepada pejabat pemerintah yang bersangkutan. Agar pemeriksa (auditor) dapat melaksanakan audit secara objektif dan dapat melaporkan temuan audit, pendapat dan kesimpulan mereka secara objektif, tanpa rasa takut akibat tekanan orgnaisasi/instansi pemerintah maka auditor yang independen adalah auditor yang tidak memihak atau tidak dapat diduga memihak, sehingga tidak merugikan pihak manapun. Sehubungan dengan itu, auditor baik instansi maupun orang-orangnya dipersyaratkan harus memiliki sikap independen dalam perilakunya, tidak mempunyai kaitan apapun dengan pihak auditan dan tidak pula terkena pengaruh negatif dari pihak luar berupa gangguan organisasi. Apabila auditor dapat merasakan akan ada gangguan organisasi yang mungkin menduga bahwa auditor tersebut akan memihak atau tidak independen, maka sebaiknya auditor tersebut menolak penugasan itu, walaupun auditor tersebut yakin bahwa ia akan independen. 2.1.4. Independensi Pemeriksa Independensi pemeriksa (auditor) adalah salah satu cara untuk menjaga agar mutu hasil audit dapat dipercaya, maka seorang pemeriksa harus bersikap tidak

memihak, bebas dari pengaruh, bebas dari kepentingan pihak tertentu, jujur, objektif, integritas tinggi. Disamping hal tersebut, proses kegiatan yang bertujuan meyakinkan tingkat kesesuaian antara suatu kondisi yang menyangkut kegiatan dari satu entitas dengan kriterianya, dilakukan oleh auditor kompoten dan independen dengan mendapatkan dan mengevaluasi bukti-bukti pendukung secara sistematis, analitis, kritis dan selektif guna memberi pendapat atau simpulan dan rekomendasi kepada pihak yang berkepentingan. Dalam Audit Pemeriksaan Internal Pemerintah (APIP) pada prinsip audit internal antara lain : a. Organisasi audit internal harus independen b. Harus bertanggung jawab langsung kepada pimpinan c. Dukungan yang kuat dari pimpinan d. Wewenang tanggung jawab dan uraian tugas yang jelas Pemeriksaan yang dilakukan oleh pemeriksa Inspektorat Kota Binjai, karena secara organisasi Inspektorat Kota Binjai adalah pemeriksaan intern sesuai dengan ketentuan atau peraturan Daerah Kota Binjai dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kota Binjai bahwa Inspektorat Kota Binjai merupakan unsur pengawasan penyelenggaraan Pemerintah Daerah yang dipimpin langsung oleh Inspektur yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Walikota Binjai dan secara administrasi mendapat pembinaan dari Sekretaris Daerah Kota Binjai.

Independensi pada Inspektorat Kota Binjai sangat berbeda dengan independensi yang dimiliki oleh BPK, BPKP dan Akuntan Publik dikarenakan secara organisasi, BPK, BPKP dan Akuntan Publik berada di luar Pemerintah Kota Binjai. Supriyono (1988 : 34) mengungkapkan salah satu faktor yang mempengaruhi independensi akuntan publik adalah jasa-jasa lain selain audit yang dilakukan oleh auditor bagi klien. Oleh sebab itu pemeriksa harus menghindar dari situasi yang menyebabkan pihak ketiga yang mengetahui fakta dan keadaan yang relevan menyimpulkan bahwa pemeriksa tidak dapat mempertahankan independensinya sehingga tidak mampu memberikan penilaian yang objektif dan tidak memihak terhadap semua hal yang terkait dalam pelaksanaan dan pelaporan hasil pemeriksaan. Peraturan Badan Pemeriksa Keuangan RI Nomor 01 tentang Standar Pemeriksaan Keuangan Negara, dalam lampiran II menyebutkan : Dalam semua hal yang berkaitan dengan pekerjaan pemeriksaan, organisasi pemeriksa dan pemeriksa harus bebas dalam sikap mental dan penampilan dari gangguan pribadi, ekstern dan organisasi yang dapat mempengaruhi independensinya. Dengan pernyataan standar umum kedua ini, organisasi pemeriksa dan para pemeriksanya bertanggung jawab untuk dapat mempertahankan independensinya sedemikian rupa, sehingga pendapat, simpulan, pertimbangan atau rekomendasi dari hasil pemeriksaan yang dilaksanakan tidak memihak dan dipandang tidak memihak oleh pihak manapun. Sebagaimana disebutkan dalam buku Standar Profesional Akuntan Publik (2001) seksi 220 PSA No. 04 Alinea 02 Untuk diakui pihak lain

sebagai orang yang independen, ia harus bebas dari setiap kewajiban terhadap kliennya, apakah itu manajemen perusahaan atau pemilik perusahaan. 2.2. Review Penelitian Terdahulu Review atas penelitian terdahulu berupa nama peneliti, tahun penelitian, topik penelitian dan variabel yang digunakan serta hasil penelitiannya dapat dilihat seperti yang terdapat pada tabel 2.1. dibawah ini. Supriyono (1988) melakukan penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi independensi auditor. Hasil penelitiannya sebagai berikut : 1. Tujuh puluh lima persen responden menyatakan bahwa ikatan keuangan dengan perusahaan klien dan hubungan bisnis dengan klien mempengaruhi rusaknya independensi. 2. Persaingan yang tajam dalam pemberian jasa audit antar kantor akuntan mempengaruhi rusaknya independensi akuntan publik disetujui oleh 42%. 3. Tiga puluh empat persen responden menyatakan bahwa lama penugasan audit pada klien tertentu mempengaruhi rusaknya independensi akuntan publik. 4. Ukuran kantor akuntan yang lebih mudah rusak independensinya disetujui 27%. 5. Delapan persen responden menyatakan bahwa pemberian jasa selain jasa audit mempengaruhi rusaknya independensi akuntan publik. Siregar (2009) di Medan melakukan penelitian tentang pengaruh gangguan pribadi, ekstern dan organisasi terhadap independensi pemeriksa (study empiris pada Inspektorat Kabupaten Deli Serdang), dengan hasil penelitian sebagai berikut : 1. Membuktikan bahwa 62,3 % variasi variabel independen (independensi pemeriksa) dijelaskan oleh variabel independen (gangguan pribadi, gangguan ekstern dan gangguan organisasi). 2. Dan sisanya sebesar 37,7 % dijelaskan oleh variabel lain, diluar variabel yang di gunakan.

Tabel 2.1. Tinjauan Atas Penelitian Terdahulu No. Nama Peneliti /Tahun 1. Supriyono (1988) Judul Penelitian Variabel penelitian Hasil Penelitian Pemeriksaan Akuntan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Independensi Akuntan Publik Suatu Hasil Penelitian Empiris di Indonesia. Variabel Independen : - Ikatan kepentingan keuangan dan hubungan usaha dengan klien - Persaingan antar kantor akuntan - Pemberian jasa lain selain jasa audit - Lama penugasan audit - Besar kantor akuntan - Besarnya fee audit. Variabel Dependen : independensi auditor. Menunjukkan 75% responden menyatakan bahwa ikatan keuangan dengan perusahaan klien dan hubungan bisnis dngan klien mempengaruhi rusaknya independensi. Persaingan yang tajam dalam pemberian jasa audit antar kantor akuntan mempengaruhi rusaknya independensi akuntan publik disetujui oleh 42% responden, sedangkan 34% responden menyatakan bahwa penugasan audit pada klien tertentu mempengaruhi rusaknya independensi akuntan publik. Ukuran kantor akuntan yang lebih mudah rusak independensinya disetujui oleh 27% sedangkan 8% responden menyatakan bahwa pemberian jasa selain jasa audit mempengaruhi rusaknya independensi akuntansi publik. 2. IwanPantas Siregar (2009) Pengaruh Gangguan Pribadi, Ekstern dan Organisasi terhadap Independensi Pemeriksa (Study Empiris Pada Inspektorat Kabupaten Deli Serdang). Variabel Independen : - Organisasi pemeriksa dan pemeriksa bebas dalam sikap mental dari gangguan pribadi. - Gangguan yang disebabkan oleh suatu hubungan dan pandangan yang mungkin Membuktikan bahwa 62,3 % variasi variabel independen (independensi pemeriksa) dijelaskan oleh variabel independen (gangguan pribadi, gangguan ekstern dan gangguan organisasi) dan sisanya

mengakibatkan pemeriksa membatasi pemeriksaan - Gangguan yang dapat mempengaruhi kemampuan pemeriksa atau simpulan hasil pemeriksaannya - Gangguan yang dapat dipengaruhi oleh kedudukannya dalam struktur organisasi pemerintahan tempat auditor tersebut ditugaskan. sebesar 37,7 % dijelaskan oleh variabel lain, diluar variabel yang di gunakan. Variabel Dependen : Independensi Pemeriksa Inspektorat Kabupaten Deli Serdang.