BAB I PENDAHULUAN. menentukan karena guru adalah the man behind the gun yang memungkinkan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. manusia di dalam penyelenggaraan pendidikan sangat penting. pengelolaan sumber daya manusia dapat berjalan sesuai dengan apa yang

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan upaya yang sangat strategis untuk mencerdaskan

BUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 25 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI GARUT PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 730 TAHUN 2012 TENTANG MEKANISME PENGANGKATAN DAN PENUGASAN PENGAWAS SATUAN PENDIDIKAN

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI. maka dikemukakan kesimpulan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. Kinerja seorang guru merupakan komponen yang sangat menentukan

I. PENDAHULUAN. Pemerintah dalam rangka mewujudkan peningkatan kualitas pendidikan telah

BAB I PENDAHULUAN. dalam Bab I Pasal 1 ayat 1 disebutkan Pendidikan adalah usaha sadar dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dan masa kini. Sebagai implikasinya terkandung makna link and match yang

PROSEDUR SERTIFIKASI GURU DALAM JABATAN BERDASARKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan sumber daya yang dimilikinya. Baik sumber daya materil

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan di sekolah baik yang diselenggarakan pemerintah maupun masyarakat

2017, No Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 157, Tambahan Lembara

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas. Hal ini berkaitan dengan ha kikat pendidikan yaitu sebagai upaya

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi kriteria administratif, yaitu memiliki ijazah yang sesuai dengan

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tantangan terberat bagi bangsa Indonesia pada era globalisasi abad

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Muhammad Khoerudin, 2016

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Indonesia sebagai suatu bangsa yang sedang giat-giatnya

WALIKOTA PADANG PERATURAN WALIKOTA PADANG NOMOR 31 TAHUN 2013 TENTANG PENGAWAS SEKOLAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PADANG,

BAB I PENDAHULUAN. Ketatnya persaingan dalam lapangan kerja menuntut lembaga pendidikan

PEDOMAN PELAKSANAAN APRESIASI GURU DAN PENGAWAS PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA SEKOLAH TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan diperlukan guna meningkatkan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 74 TAHUN 2008 TENTANG GURU

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dunia pendidikan sedang diguncang oleh berbagai perubahan seperti

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran yang bermutu. Karwati (2013:47) ada tiga pilar fungsi sekolah

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Tujuan pendidikan nasional yang diamanatkan dalam pembukaan undangundangdasar

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Kurikulum, silabus dan RPP merupakan satu rangkaian yang tak

I. PENDAHULUAN. yang berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran pada satu satuan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG BARAT,

BAB I PENDAHULUAN. nasional adalah pembangunan di bidang pendidikan yang bertujuan untuk

I. PENDAHULUAN. Dalam mencapai tujuan, setiap organisasi dipengaruhi oleh perilaku

BAB I PENDAHULUAN. mutu sumber daya manusia menuju era globalisasi yang penuh dengan tantangan.

BAB I PENDAHULUAN. penyelenggaraan Sistem Pendidikan Nasional. Upaya peningkatan kualitas

BAB I PENDAHULUAN. utama dalam pembangunan pendidikan, khususnya yang diselenggarakan

BAB I PENDAHULUAN. pada kemampuan bangsa itu sendiri dalam meningkatkan kualitas sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dikuasai dan diwujudkan oleh guru dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. masalah pendidikan. Guru memegang peran utama dalam pembangunan pendidikan,

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Bab Pendahuluan ini secara berturut-turut dibahas mengenai: Latar Belakang

PERATURAN BUPATI SINJAI NOMOR 38 TAHUN 2013 TENTANG PENGEMBANGAN DAN PEMBINAAN KEMAMPUAN PROFESIONAL PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN

BAB I PENDAHULUAN. dan globalisasi yang semakin terbuka. Sejalan tantangan kehidupan global,

TRI WIYANTO F

BAB I PENDAHULUAN. lemahnya proses pembelajaran. Pendidikan nasional diarahkan untuk. masalah hidup, serta membentuk manusia kreatif dan inovatif.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Esa Unggul

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mia Rosalina, 2013

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2013 NOMOR 41 SERI E

BUPATI BANJAR PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI BANJAR NOMOR 59 TAHUN 2014 TENTANG URAIAN TUGAS UNIT PELAKSANA TEKNIS SEKOLAH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukan pribadi

BUPATI DEMAK PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI DEMAK NOMOR 53 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 28 TAHUN 2010 TENTANG PENUGASAN GURU SEBAGAI KEPALA SEKOLAH/MADRASAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. dibicarakan pada saat ini. Bukan karena adanya peningkatan melainkan

BAB I PENDAHULUAN. berkembang dan bahkan menjadi terbelakang. Dengan demikian pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. oleh banyak kalangan. Hal ini bisa dilihat dari beberapa indikator. Pertama,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kegiatan pelaksanaan pendidikan di sekolah, guru merupakan orang yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 74 TAHUN 2008 TENTANG GURU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. di negara kita tidak ketinggalan dengan negara lain. anak didik agar mampu mengembangkan kemampuannya secara optimal

PEDOMAN PENDAMPINGAN PELAKSANAAN KURIKULUM 2013 PADA PENDIDIKAN DASAR DAN PENDIDIKAN MENENGAH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BUPATI JEMBER SALINAN PERATURAN BUPATI JEMBER NOMOR 21.1 TAHUN 2013 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Profesi guru telah ditetapkan sebagai jabatan profesional. Oleh karena itu

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 74 TAHUN 2008 TENTANG GURU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

SERTIFIKASI GURU DAN PENGAWAS HARAPAN DAN DAMPAK KEDEPAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 74 TAHUN 2008 TENTANG GURU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. negara, maupun pemerintah pada era reformasi ini (Suyanto, 2003:17).

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. mengajar dan hasil pendidikan yang berkualitas. Itulah sebabnya seorang guru

BAB I PENDAHULUAN. melalui pelatihan-pelatihan, workshop-workshop, musyawarah guru bidang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. ditentukan oleh kualitas pendidikan. Pendidikan merupakan usaha sadar

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan pendidikan yang dilakukan pemerintah saat ini sangatlah

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang dianut pemangku kebijakan. Kurikulum memiliki. kedudukan yang sangat sentral dalam keseluruhan proses pendidikan.

ISKANDAR HASAN Pengawas Sekolah Menengah Dinas Pendidikan Kota Gorontalo

BUPATI BLORA PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 14 TAHUN 2015 TENTANG PENILAIAN KINERJA KEPALA SEKOLAH DI KABUPATEN BLORA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukan pribadi

BAB I PENDAHULUAN. dimulai sejak dilahirkan hingga ke liang lahat. Oleh sebab itu, setiap

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 74 TAHUN 2008 TENTANG GURU

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan nasional yang diatur secara sistematis. Pendidikan nasional berfungsi

PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI NOMOR: 21 TAHUN 2010 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya adalah suatu upaya sadar dan terencana. untuk meningkatkan dan mengembangkan potensi manusia yang serba

BAB I PENDAHULUAN. melalui pendidikan kejuruan. Menurut undang-undang No. 20 Tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. tantangan yang lebih terbuka, sehingga sangat dibutuhkan kehadiran setiap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sertifikasi guru merupakan salah satu terobosan dalam dunia

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. pekerjaan yang didasari atas pengetahuan, keterampilan dan sikap sesuai dengan

GUBERNUR JAWA BARAT PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 16 TAHUN TENTANG

BUPATI MAJENE PROVINSI SULAWESI BARAT

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan pendidikan formal. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu penentu mutu sumber daya manusia. Mutu pendidikan

BERITA DAERAH KOTA BEKASI PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 34 TAHUN 2013 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dunia pendidikan, persoalan yang berkaitan dengan guru. senantiasa menjadi salah satu topik perbincangan yang

BAB I PENDAHULUAN. Evaluasi telah berlaku sebagai bagian integral dari setiap proses

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Proses globalisasi merupakan keharusan sejarah yang tidak mungkin

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan melibatkan berbagai komponen sehingga pendidikan sebagai proses dapat berlangsung. Komponen utama pendidikan (pembelajaran) di sekolah setelah anak didik adalah pendidik atau guru. Peran guru sangat strategis dan menentukan karena guru adalah the man behind the gun yang memungkinkan proses pembelajaran dapat berlangsung. Adler sebagaimana dikutip oleh Bafadal (2009:4) menyatakan bahwa guru merupakan unsur manusiawi yang sangat menentukan keberhasilan pendidikan Peran guru pada era otonomi sekolah semakin penting karena kemajuan pendidikan berada ditangan para guru. Figur guru menjadi sorotan strategis dalam pendidikan karena guru terkait dengan komponen manapun dalam sistem pendidikan. Guru merupakan pemeran utama dalam pembangunan pendidikan khususnya pendidikan formal di sekolah. Guru juga sangat menentukan keberhasilan peserta didik, terutama dalam kaitannya dengan proses belajar mengajar (Mulyasa,2008:5). Michel G. Fulan yang dikutip oleh Suyanto dan D. Hisyam (dalam Kusnohadi,2010:2) menyatakan bahwa educational change depends on what teacher do and think. Hal ini menunjukkan bahwa perubahan dan pembaharuan

2 pendidikan tergantung pada peran pendidik. Oleh karena itu tuntutan atas guru yang profesional menjadi sesuatu yang mutlak. Undang-Undang Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen menyebutkan bahwa guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik. Guru merupakan tokoh sentral dalam proses pendidikan karena guru adalah pihak yang berinteraksi langsung dengan peserta didik/siswa dalam proses pembelajaran dan penentu utama dalam mewujudkan peserta didik yang berkualitas. Guru bertanggungjawab terhadap pembentukan watak peserta didik melalui pengembangan dan peningkatan kepribadian serta menanamkan nilai moral yang dikehendaki. Oleh karena itu guru harus memiliki kompetensi pedagogik, kompetensi sosial, kompetensi kepribadian, dan kompetensi profesional yang baik sebagai landasan yang kuat dalam kegiatan pembelajaran. Profesionalitas seorang pendidik dapat ditentukan melalui berbagai kegiatan. Salah satu kegiatan yang terukur adalah sertifikasi guru. Sebagaimana Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia nomor 10 tahun 2009 pasal 1 menyatakan bahwa sertifikasi bagi guru dalam jabatan adalah proses pemberian sertifikat pendidik kepada guru yang bertugas sebagai guru kelas, guru mata pelajaran, guru bimbingan dan konseling atau konselor dan guru yang diangkat dalam jabatan pengawas satuan pendidikan. Lebih lanjut dinyatakan bahwa proses pemberian sertifikat dilaksanakan melalui penilaian portofolio dan atau mengikuti

3 pendidikan dan pelatihan profesi guru (PLPG). Seorang guru yang telah lulus dan memiliki sertifikat profesi maka dianggap telah menjadi guru yang profesional. Program sertifikasi guru (pendidik) memberikan jaminan terhadap perbaikan kinerja pendidik dalam melaksanakan tugas pembelajaran secara profesional. Guru yang profesional memiliki kemampuan untuk mengelola proses pembelajaran dengan baik dalam rangka mencapai tujuan tertentu. Dengan demikian anggapan bahwa mengajar dapat dilakukan oleh siapa saja asal menguasai materi harus senantiasa diluruskan, mengingat proses mengajar tidak hanya sekedar memindahkan pengetahuan dari guru ke siswa melainkan ada unsur-unsur pedagogis yang mengharapkan terjadinya perubahan perilaku peserta didik dalam aspek kognitif, afektif dan psikomotor. Program sertifikasi pendidik selain bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan guru juga yang terpenting adalah untuk meningkatkan kompetensi guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran. Peningkatan kompetensi guru dalam pembelajaran merupakan salah satu ukuran terjadinya perbaikan kinerja pendidik. Namun demikian terdapat berbagai pihak yang meragukan kemampuan program sertifikasi guru baik melalui pola penilaian portofolio, pendidikan dan pelatihan (diklat) maupun pendidikan profesi dalam menyaring atau mengahasilkan guru yang berkualitas (miliki kinerja yang tinggi), artinya para pendidik yang telah lulus program sertifikasi belum tentu menggambarkan pendidik yang bermutu. Hal di atas sejalan dengan pendapat S. Danim yang menyatakan bahwa salah satu ciri krisis

4 pendidikan di Indonesia adalah guru yang belum mampu menunjukkan kinerja (work performance) yang memadai. Salah satu indikator rendahnya kinerja guru dapat dilihat dalam tabel 1.1 yang menunjukkan tingkat kelulusan guru dalam program sertifikasi guru pada jenjang pendidikan Sekolah Menengah Pertama Negeri di Kota Palu. Tabel 1.1 Jumlah Guru SMPN Lulus Sertifikasi Tahun 2006 2010 per Sekolah di Kota Palu NO. NAMA SEKOLAH POLA SERTIFIKASI PORTOFOLIO PLPG JUMLAH 1 SMPN 1 PALU 46 9 55 2 SMPN 2 PALU 48 14 62 3 SMPN 3 PALU 36 24 60 4 SMPN 4 PALU 43 12 55 5 SMPN 5 PALU 22 13 35 6 SMPN 6 PALU 27 13 40 7 SMPN 7 PALU 15 12 27 8 SMPN 8 PALU 7 4 11 9 SMPN 9 PALU 24 18 42 10 SMPN 10 PALU 17 16 33 11 SMPN 11 PALU 12 8 20 12 SMPN 12 PALU 8 4 12 13 SMPN 13 PALU 7 8 15 14 SMPN 14 PALU 24 15 39 15 SMPN 15 PALU 32 23 55 16 SMPN 16 PALU 11 8 19 17 SMPN 17 PALU 8 5 13 18 SMPN 18 PALU 8 11 19 19 SMPN 19 PALU 5 11 16 20 SMPN 20 PALU 7 11 18 21 SMPN 21 PALU 6 1 7 22 SMPN MODEL MADANI PALU 12 5 17 JUMLAH 425 245 670 Sumber: Seksi PSI LPMP Provinsi Sulawesi Tengah

5 Tabel 1.1 di atas menunjukkan bahwa dari 22 SMP Negeri terdapat 18 sekolah yang tingkat kelulusan guru dalam program sertifikasi melalui jalur penilaian portofolio kurang dari 75 %. Dari 670 orang guru yang telah bersertifikat pendidik sampai dengan tahun 2010, hanya 60,84 % yang lulus melalui penilaian portofolio, sedangkan 39,16 % harus mengikuti PLPG (Pendidikan dan Pelatihan Profesi Guru). Pendidik yang mengikuti program sertifikasi pendidik diwajibkan untuk memenuhi persyaratan-persyaratan tertentu sebagai barometer mutu. Kegiatan sertifikasi pendidik berkenaan dengan pemenuhan persyaratan yang harus dilakukan oleh individu pendidik secara langsung. Pendidik yang telah memenuhi persyaratan yang ditentukan dalam sertifikasi pendidik dianggap merupakan kumpulan pendidik yang berkualitas dan harus menunjukkan kinerja yang lebih baik dibandingkan dengan sebelum tersertifikasi apalagi jika dibandingkan dengan pendidik yang belum tersertifikasi. Oleh karena itu keterlibatan guru dalam keseluruhan kegiatan sertifikasi merupakan hal yang sangat penting. Selain dari itu, sejak program sertifikasi digulirkan pada tahun 2006, evaluasi terhadap peningkatan kinerja guru yang telah lulus sertifikasi atau guru yang telah memiliki sertifikat profesi khususnya di Kota Palu belum memadai. Selain dari itu keberhasilan tugas pendidik dalam mengelola pembelajaran juga ditentukan oleh beberapa hal diantaranya: hubungan interpersonal guru dengan siswa, pemahaman atas karakteristik peserta didik dan hubungan dengan teman sejawat yang dapat memberikan saran demi pengembangan kompetensi profesionalnya. Dengan

6 kata lain dalam menunjang ketercapaian tujuan pendidikan, diperlukan personil yang kompeten dan cakap yang dapat memberikan pembinaan secara kontinyu melalui program atau kegiatan yang terarah dan sistematis bagi setiap guru. Program pembinaan ini disebut supervisi pendidikan. Supervisi pendidikan merupakan upaya yang dilakukan oleh pengawas satuan pendidikan untuk memperbaiki pola kerja dan kinerja sekolah, sehingga berpengaruh positif terhadap proses dan hasil belajar serta kualitas pendidikan. Kegiatan supervisi pendidikan yang dilaksanakan oleh pengawas satuan pendidikan merupakan pembinaan terhadap seluruh personil sekolah pada umumnya dan guru pada khususnya. Kegiatan supervisi pendidikan dapat dibedakan menjadi dua yaitu supervisi administratif yang menitikberatkan pada administrasi sekolah dan supervisi akademik yang memfokuskan pembinaan pada peningkatan proses pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru. Tugas pengawas satuan pendidikan sangat penting dalam lingkungan sekolah mengingat guru memerlukan konsultasi dan diskusi mengenai proses pembelajaran yang menjadi bidang tugasnya sehingga kinerja guru dapat optimal. Mengingat pentingnya peran pengawas satuan pendidikan dalam membina guru di sekolah maka diperlukan jumlah pengawas yang memadai dan diperlukan keseimbangan secara rasio antara pengawas satuan pendidikan dan guru sehingga proses pembinaan dapat berlangsung secara optimal. Menurut Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi No. 21 tahun 2010 Pasal 6

7 ayat 2 poin b dinyatakan bahwa sasaran pengawasan bagi setiap Pengawas Sekolah sebagai beban kerja pengawas sekolah adalah untuk sekolah menengah pertama/madrasah tsanawiyah dan sekolah menengah atas/madrasah aliyah/sekolah memengah kejuruan/madrasah aliyah kejuruan paling sedikit 7 satuan pendidikan dan/atau 40 (empat puluh) Guru mata pelajaran/kelompok mata pelajaran. Pada kenyataannya, rasio antara pengawas satuan pendidikan dan guru di Kota Palu tidak dapat dikatakan ideal atau sesuai dengan standar sebagaimana ketetapan dalam Permenpan dan Reformasi Birokrasi di atas. Berdasarkan data di Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan Provinsi Sulawesi Tengah, jumlah pengawas satuan pendidikan dan jumlah guru setiap jenjang pendidikan dapat dikemukakan sebagai berikut: Tabel 1.2 Jumlah Pengawas Satuan Pendidikan Kota Palu Tahun 2010 TUGAS PENGAWAS NO KECAMATAN PENGAWAS SLB PENGAWAS RUMPUN MP PENGAWAS TK/SD JUMLAH 1 PALU BARAT 9 9 2 PALU SELATAN 11 11 3 PALU TIMUR 19 8 27 4 PALU UTARA 12 12 JUMLAH 0 19 40 59 Sumber: Seksi PSI LPMP Provinsi Sulawesi Tengah Sementara itu, jumlah guru dari semua jenjang pendidikan di Kota Palu sampai dengan tahun 2010 adalah:

8 Tabel 1.3 Jumlah Guru Kota Palu Tahun 2010 NO KECAMATAN TINGKAT SEKOLAH TK SD SMP SMA SMK SLB JUMLAH 1 Palu Barat 163 634 293 219 33 10 1.352 2 Palu Selatan 212 737 351 207 260 1.767 3 Palu Timur 181 462 396 189 216 1.444 4 Palu Utara 163 456 134 86 41 17 897 JUMLAH 719 2.289 1.174 701 550 27 5.460 Sumber: Seksi PSI LPMP Provinsi Sulawesi Tengah Berdasarkan data pada tabel 1.2 dan tabel 1.3 di atas khusus pada jenjang pendidikan menengah dapat dikemukakan bahwa sampai dengan tahun 2010 jumlah pengawas satuan pendidikan yang ada di kota Palu adalah 19 orang sedangkan jumlah guru yang harus dibina sebanyak 2.425 orang guru (dari tingkat sekolah SMP, SMA dan SMK), maka secara rasio pengawas dan guru adalah 1:128. Berdasarkan pengamatan awal penulis dan wawancara dengan sebagian guru menyatakan bahwa proses pembinaan yang dilakukan pengawas satuan pendidikan belum optimal. Hal ini mengakibatkan kurangnya proses pembinaan yang dilakukan oleh pengawas satuan pendidikan untuk perbaikan kinerja guru. Selanjutnya, kurangnya pembinaan yang dilaksanakan oleh pengawas satuan pendidikan juga disebabkan oleh ketidakseimbangan antara jumlah pengawas satuan pendidikan dengan jumlah sekolah dan guru binaan pengawas satuan pendidikan. Sementara itu, proses supervisi pendidikan sudah mengalami pergeseran dari yang semula bersifat direktif dan inspeksi dari pengawas satuan pendidikan menjadi supervisi yang lebih demokatis dengan melibatkan guru dalam setiap tahapan supervisi. Perubahan pendekatan supervisi ini menempatkan guru buka semata-mata

9 sebagai obyek supervisi melainkan telah menjadi subyek dan mitra dari pengawas satuan pendidikan dalam proses pembinaan terutama dalam bidang pembelajaran. Hal ini berimplikasi pada pentingnya keterlibatan guru dalam proses supervisi pendidikan dalam hal ini supervisi akademik yang dilaksanakan oleh pengawas satuan pendidikan. Berkenaan dengan latar belakang di atas, peneliti mengajukan sebuah studi yang berjudul Pengaruh Keterlibatan Guru dalam Program Sertifikasi Guru Dan Supervisi Akademik Pengawas Satuan Pendidikan terhadap Kinerja Guru (Survey pada Sekolah Menengah Pertama Negeri Di Kota Palu Provinsi Sulawesi Tengah). B. Batasan dan Rumusan Masalah Terdapat banyak faktor yang mempengaruhi prestasi atau kinerja guru. Karena keterbatasan peneliti, dalam penelitian ini peneliti hanya akan mengkaji masalah keterlibatan guru dalam program sertifikasi guru dan supervisi akademik pengawas satuan pendidikan dalam rangka meningkatkan kinerja guru Sekolah Menengah Pertama (SMP) di kota Palu. Keterlibatan guru dalam program sertifikasi dibatasi pada faktor ciri-ciri keterlibatan yang mencakup pemahaman guru terhadap tujuan, syarat dan kriteria peserta, prosedur pendaftaran, prosedur dan cara penyusunan dokumen, dan bentuk keterlibatan guru yang mencakup keikutsertaan guru dalam seluruh rangkaian sertifikasi, penyusunan dokumen portofolio dan kejujuran dalam menyusun dokumen portofolio. Keterlibatan guru dalam supervisi pengawas satuan pendidikan dibatasi

10 pada faktor ciri-ciri keterlibatan yang mencakup hubungan antara guru dengan pengawas satuan pendidikan, adanya kebutuhan bersama serta adanya iklim yang memungkinkan timbulnya keterlibatan guru, faktor bentuk keterlibatan yang mencakup pengeluaran ide atau gagasan dari guru dan keterlibatan seara fisik dalam supervisi. Sedangkan kinerja guru dibatasi pada hal yang berkenaan dengan pembelajaran yang mencakup penilaian rencana pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, hubungan antar pribadi dan pelaksanaan penilaian. Berdasarkan uraian di atas, maka fokus permasalahan dalam penelitian ini adalah Adakah pengaruh keterlibatan guru dalam program sertifikasi guru dan keterlibatan guru dalam supervisi akademik pengawas satuan pendidikan terhadap kinerja guru? Fokus masalah diatas dapat dirinci menjadi pertanyaan-pertanyaan penelitian sebagai berikut: 1. Bagaimana gambaran keterlibatan guru dalam program sertifikasi guru? 2. Bagaimana gambaran keterlibatan guru dalam supervisi akademik pengawas satuan pendidikan? 3. Bagaimana gambaran kinerja guru SMP Negeri di Kota Palu? 4. Apakah keterlibatan guru dalam program sertifikasi guru berpengaruh terhadap kinerja guru? 5. Apakah keterlibatan guru dalam supervisi akademik berpengaruh terhadap kinerja guru?

11 6. Apakah keterlibatan guru dalam program sertifikasi guru dan supervisi akademik secara bersama-sama berpengaruh terhadap kinerja guru? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Secara umum penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran empirik tentang kinerja guru Sekolah Menengah Pertama (SMP) dilihat dari keterlibatan guru dalam program sertifikasi guru dan supervisi akademik pengawas satuan pendidikan di Kota Palu Provinsi Sulawesi Tengah. 2. Tujuan Khusus Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk mengkaji mengenai: a. gambaran keterlibatan guru dalam program sertifikasi guru, b. gambaran keterlibatan guru dalam supervisi akademik pengawas satuan pendidikan, c. gambaran kinerja guru Sekolah Menengah Pertama Negeri, d. pengaruh keterlibatan guru dalam program sertifikasi guru terhadap kinerja guru, e. Pengaruh keterlibatan guru dalam supervisi akademik pengawas satuan pendidikan terhadap kinerja guru, f. Pengaruh keterlibatan guru dalam program sertifikasi guru dan supervisi akademik terhadap kinerja guru.

12 D. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan mempunyai manfaat untuk memperkaya khasanah pengembangan keilmuan dan sebagai masukan kepada semua pihak terutama pemerintah, kepala sekolah dan guru dalam meningkatkankan kinerja guru yang pada gilirannya memberikan sumbangan bagi peningkatan mutu pendidikan. Secara terinci penelitian ini diharapkan memberikan manfaat bagi; 1. Peneliti Program sertifikasi mendapat perhatian dan menjadi bahan diskusi bahkan perdebatan dari berbagai kalangan terutama menyangkut manfaat dan dampak dari program ini. Demikian pula dengan supervisi akademik pengawas satuan pendidikan. Tidak sedikit pendapat yang masih meragukan tentang kemanfaatan supervisi akademik yang seolah-olah hanya mencari kekurangan atau kelemahan guru dalam proses pembelajaran. Oleh karena itu peneliti ingin mendapat bukti empirik mengenai pengaruh program sertifikasi dan supervisi akademik pengawas satuan pendidikan terhadap kinerja guru dalam pembelajaran sehingga tidak terjebak dalam perdebatan yang sifatnya masih pendapat subyektif. 2. Pendidik/Guru Selain untuk meningkatkan kesejahteraan guru, program sertifikasi bertujuan untuk meningkatkan atau mendapatkan guru yang profesional yang ditunjukkan dengan semakin tingginya tingkat kinerja guru. Keterlirbatan guru dalam

13 supervisi juga menjadi sesuatu yang penting dalam menciptakan perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran yang baik. Apabila hasil penelitian ini menunjukkan adanya pengaruh yang siginifikan maka dapat dijadikan bahan untuk mempertahankan bahkan meningkatkan kinerja guru. Sebaliknya jika penelitian ini tidak menunjukkan pengaruh yang signifikan maka menjadi masukan bagi pendidik untuk lebih serius meningkatkan kinerjanya sesuai dengan sertifikat profesi yang telah diraihnya. 3. Sekolah Menjadi kebanggan tersendiri bagi sekolah manakala para guru yang tersertifikasi dapat menunjukkan kinerja yang lebih baik dan menjadi modal dasar bagi keberhasilan pelaksanaan pembelajaran di sekolah, pencapaian standar nasional pendidikan dan peningkatan mutu pendidikan. Selain dari itu sekolah juga akan mendapatkan informasi konkrit tentang hubungan kerja sama atau komunikasi yang baik antara para guru sebagai warga sekolah dengan pengawas satuan pendidikan sebagai individu yang berkepentingan dalam pembinaan. Semua itu sebagai upaya dalam menyelenggaran pendidikan yang bermutu. 4. Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) Sesuai dengan tugas pokok dan fungsi LPMP merupakan institusi atau lembaga yang berada di bawah naungan Kementerian Pendidikan Nasional di daerah mempunyai tugas memberikan supervisi, bimbingan, arahan dan bantuan teknis kepada satuan pendidikan dasar dan menengah serta pendidikan non formal untuk

14 mencapai standar nasional pendidikan dalam kerangka penjaminan mutu pendidikan. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan atau informasi bagi LPMP dalam menjalankan tugas pokok dan fungsinya tersebut di atas. E. Asumsi Kinerja guru sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor baik internal maupun eksternal. Salah satu yang sangat menonjol adalah guru yang profesional memiliki kinerja yang tinggi karena memiliki kesadaran dan tanggung jawab atas pekerjaannya. Keprofesional guru ditunjukkan dengan kepemilikian sertifikat profesi bagi guru sebagai pendidik. Sertifikat sebagai pendidik diperoleh melalui keikutsertaan guru dan dinyatakan lulus dalam program sertifikasi guru baik melalui jalur penilaian portofolio maupun pendidikan dan pelatihan profesi guru (PLPG). Peningkatana kinerja guru juga dipengaruhi oleh kinerja pengawas satuan pendidikan dalam melaksanakan fungsinya sebagai supervisor akademik. Seorang pengawas satuan pendidikan melakukan supervisi pendidikan untuk memperbaiki pola kerja dan kinerja guru sehingga berpengaruh positif terhadap proses dan hasil belajar mengajar dan kualitas pendidikan. Peran pengawas satuan pendidikan adalah sebagai tempat guru untuk melakukan konsultasi dan diskusi menganai proses belajar mengajar sehingga kinerja guru menjadi optimal. Oleh karena itu peran pengawas satuan pendidikan sangat penting dalam peningkatan kinerja guru. Namun demikian hal yang lebih penting adalah bagaimana keterlibatan atau partisipasi guru dalam kegiatan supervisi akademik yang dilaksanakan oleh pengawas satuan pendidikan.

15 F. Hipotesis Berdasarkan pada asumsi di atas, dapat dirumuskan hipotesis mayor sebagai berikut : keterlibatan guru dalam program sertifikasi guru dan keterlibatan guru dalam supervisi akademik pengawas satuan pendidikan berpengaruh terhadap kinerja guru. Kemudian dari hipotesis mayor tersebut dapat dirumuskan hipotesis minor sebagai berikut : 1. Terdapat pengaruh positif dan signifikan keterlibatan guru dalam program sertifikasi guru terhadap kinerja guru. 2. Terdapat pengaruh positif dan signifikan keterlibatan guru dalam supervisi akademik pengawas satuan pendidikan terhadap kinerja guru. 3. Terdapat pengaruh positif dan signifikan keterlibatan guru dalam program sertifikasi guru dan supervisi pengawas satuan pendidikan terhadap kinerja guru. G. Metode Penelitian Penelitiaan ini dimaksudkan untuk mengungkapkan gambaran tentang keterlibatan guru dalam program sertifikasi guru dan keterlibatan guru dalam supervisi akademik pengawas satuan pendidikan berpengaruh terhadap kinerja guru Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri di Kota Palu. Oleh karena itu penelitian bersifat deskriptif dengan pendekatan kuantitatif dalam mana penggambaran data disajikan dalam bentuk angka-angka sebagai hasil peneliatian yang dilakukan terhadap sampel penelitian.