Pengarusutamaan Gender di Sulawesi Tenggara Percepatan Pengarusutamaan Gender Dengan Kerjasama Multipihak

dokumen-dokumen yang mirip
Standar Pelayanan Minimal (SPM) merupakan urusan wajib yang harus dipenuhi oleh pemerintah

PENGARUSUTAMAAN GENDER MELALUI PPRG KEMENTERIAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK

Dra. Hj. Marhamah, MSi Biro Pemberdayaan Perempuan, Anak dan KB Setdaprovsu Tahun 2016

Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58 Tambahan Le

PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

BUPATI KEBUMEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER

BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUKUMBA NOMOR 16 TAHUN 2014 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER

WALIKOTA PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR

2011, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1984 tentang Pengesahan Konvensi Mengenai Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi Terhadap Pe

STRATEGI PUG dalam pembangunan daerah. Hj. ANDI MURLINA PA, S.Sos KEPALA DINAS PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK PROV.

KERANGKA ACUAN PELATIHAN PENYUSUNAN PPRG DENGAN SISTEM PROBA TINGKAT KABUPATEN/KOTA SE-JAWA TENGAH TAHUN 2017

PEMERINTAH KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG

BUPATI BINTAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN BINTAN NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DIDAERAH

PERATURAN BUPATI TENTANG PEDOMAN UMUM PELAKSANAAN PENGARUSUTAMAAN GENDER (PUG) DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DI KABUPATEN MALANG. BAB I KETENTUAN UMUM

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2014 NOMOR 1 SERI E

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI BULUKUMBA NOMOR 53 TAHUN

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BUPATI TORAJA UTARA PROVINSI SULAWESI SELATAN

PERATURAN DAERAH KOTA BANJARBARU NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

1) Peraturan Menteri Dalam Negeri No 13 tahun 2006 jo No. 59 Tahun 2007 tentang Pedoman Pelaksanaan Keuangan di Daerah

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 35 TAHUN 2011 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR SULAWESI SELATAN PERATURAN GUBERNUR PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR : 62 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA KENDARI PROVINSI SULAWESI TENGGARA

Gubernur Jawa Barat PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG

KERANGKA ACUAN KEGIATAN RAPAT KOORDINASI PUG TINGKAT OPD PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2017

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 15 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN UMUM PELAKSANAAN PENGARUSUTAMAAN GENDER DI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI TENGAH NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG PELAKSANAAN PENGARUSUTAMAAN GENDER DI DAERAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH

BUPATI LOMBOK UTARA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat Direktorat Pembinaan Pendidikan

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 118 TAHUN 2015

PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan sektor yang paling strategis dalam. memberdayakan manusia menuju pembangunan adalah pendidikan.

Sulawesi Tenggara merupakan provinsi kepulauan yang kaya akan sumber daya alam.

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 66 TAHUN 2013 TENTANG

WALI KOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT

GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 28 TAHUN 2012 TENTANG

-2- Negara Republik Indonesia Tahun 1984 Nomor 29, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3277); 2. Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 t

WALIKOTA PROBOLINGGO

PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARIMUN NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PELAKSANAAN PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN

PERATURAN WALIKOTA SABANG NOMOR TAHUN 2013 TENTANG PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN RESPONSIF GENDER DALAM PEMBANGUNAN DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT NOMOR 1 TAHUN 2014

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG

PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI TENGGARA RINCIAN PERUBAHAN APBD MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH, ORGANISASI, PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN

WALIKOTA PEKANBARU PROVINSI RIAU PERATURAN WALIKOTA PEKANBARU NOMOR 41 TAHUN 2016 TENTANG PELAKSANAAN PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH

Notulensi Pertemuan. Pemaparan APN 2015 Kepala Bappeda Prov. Sulawesi Tenggara Kabid Ekonomi Kabid Fispra Kabid Pengemb Wilayah

PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

PEMERINTAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU

PERATURAN BUPATI LUWU TIMUR NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN PENGARUSUTAMAAN GENDER DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN LUWU TIMUR

STRATEGI NASIONAL PERCEPATAN PUG MELALUI PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN RESPONSIF GENDER

STRATEGI PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PENCAPAIAN TUJUAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN

BUPATI SOPPENG PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SOPPENG NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH

KERANGKA ACUAN PELATIHAN PENYUSUNAN PPRG DENGAN SISTEM PROBA TINGKAT PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2017

PENYELENGGARAAN SISTEM DATA GENDER DAN ANAK DALAM MENDUKUNG CAPAIAN PEMBANGUNAN DI DAERAH

RINCIAN APBD MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH, ORGANISASI, PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN

Jakarta, 4 Maret Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak. Linda Amalia Sari, S.IP

BUPATI KOTABARU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN KABUPATEN KOTABARU

WALIKOTA PEKALONGAN, PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH

WALIKOTA BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR

PROGRAM SANGIHE MENGAJAR: Kiat Baru Pemenuhan Guru di Pulau-Pulau dan Desa Terpencil DI KABUPATEN KEPULAUAN SANGIHE, SULAWESI UTARA

BERITA DAERAH KOTA BOGOR. Nomor 26 Tahun 2016 Seri E Nomor 18 PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 26 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN DAERAH KOTA PAREPARE NOMOR 5 TAHUN

KESEPAKATAN BERSAMA ANTARA MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK REPUBLIK INDONESIA DENGAN

LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1604, 2014 BNPB. Penanggulangan. Bencana. Gender. Pengarusutamaan.

BUPATI TAPIN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI TAPIN NOMOR 07 TAHUN 2014 TENTANG

PEMERINTAH PROVINSI MALUKU PERATURAN DAERAH PROVINSI MALUKU NOMOR 02 TAHUN 2010 TENTANG MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH MALUKU

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 47 TAHUN 2011 TENTANG

KESEPAKATAN BERSAMA ANTARA KEMENTERIAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK DAN KEMENTERIAN PERTANIAN

Policy Brief Seri-2 EKSTRAKSI PENGALAMAN MELAKSANAKAN KEBIJAKAN PPRG DI DAERAH

- 1 - GUBERNUR SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH

Press Release Rapat Koordinasi Nasional Pembangunan Pemberdayaan Perempuan Dan Perlindungan Anak Tahun 2010

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SINJAI NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER KABUPATEN SINJAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SINJAI,

1. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1984 tentang Pengesahan Konvensi Mengenai Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi terhadap Perempuan;

BUPATI JEPARA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH

" {{rr> WALIKOTA BANJARMASIN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KOTA BANJARMASIN TAHUN2015 TENTANG

PENERAPAN PUG DALAM MENDUKUNG PEMBANGUNAN KELAUTAN DAN PERIKANAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI WAKATOBI PROVINSI SULAWESI TENGGARA PERATURAN BUPATI WAKATOBI NOMOR 27 TAHUN 2017 TENTANG

UU 29/2003, PEMBENTUKAN KABUPATEN BOMBANA, KABUPATEN WAKATOBI, DAN KABUPATEN KOLAKA UTARA DI PROVINSI SULAWESI TENGGARA

BUPATI KEPULAUAN SELAYAR PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG

WALI KOTA CIREBON PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALI KOTA CIREBON NOMOR 6 TAHUN 2018 TENTANG PEDOMAN PENGARUSUTAMAAN GENDER DI KOTA CIREBON

INDIKATOR KINERJA UTAMA DINAS PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK

SAMBUTAN MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK

MANAJEMEN DATA : Peningkatan Pengelolaan Data untuk Mencapai Target SPM Bid. Kesehatan dan Pendidikan Dasar

S A L I N A N BERITA DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 15 TAHUN No. 15, 2016 TENTANG

OLEH KEMENTERIAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK Dalam acara Orientasi Parameter Kesetaraan Gender Dalam Pembentukan Per Uuan bagi Pusat

EVALUASI DAN SEMILOKA PENINGKATAN KAPASITAS KELEMBAGAAN PUG BIDANG PENDIDIKAN

BAB I PENDAHULUAN. Pemberdayaan Perempuan dan Masyarakat (BPPM) DIY belum optimal. Hal

PERATURAN DAERAH PROVINSI BANTEN NOMOR : 10 TAHUN 2005 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KESEPAKATAN BERSAMA ANTARA KEMENTERIAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA DAN KEMENTERIAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK REPUBLIK INDONESIA

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

PENGARUSUTAMAAN GENDER DI INDONESIA

Transkripsi:

PRAKTIK CERDAS Seri Lembaran Informasi BASICS No.18 - Desember 2013 Pengarusutamaan Gender di Sulawesi Tenggara Percepatan Pengarusutamaan Gender Dengan Kerjasama Multipihak Masalah dan Peluang Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra) merupakan daerah dengan IPM, IPG, dan IDG yang rendah dibandingkan dengan daerah- daerah lain di Indonesia. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Sulawesi Tengga ra pada tahun 2010 sebesar 70,00, Indeks Pembangunan Gender 63,87, dan Indeks Pemberdayaan Gender 64,26. Hal ini mengindikasikan selain tingkat kesejahteraan penduduk di Sulawesi Tenggara masih rendah juga tingkat pemerataan penerima manfaat pembangunan maupun pemberdayaan perempuan masih rendah. Padahal Sultra merupakan daerah yang kaya dengan sumber daya alam baik pertambangan, pertanian dan perikanan. Demi meningkatkan kualitas hidup penduduk dan juga pemerataan penerima manfaat pembangunan Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sultra telah menetapkan Pengarusutamaan Gender (PUG) sebagai salah satu strategi pembangunan. Tantangannya kendati ini telah menjadi kebijakan dan telah tertuang dalam Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RPJMD) tetapi pengimplementasiannya masih dirasa lambat. Pada tahun 2010 dari 7 prasyarat PUG yaitu komitmen, kebijakan, kelembagaan PUG, data terpilah, sumber daya manusia, alokasi anggaran responsif gender, dan partisipasi masyarakat, yang dimiliki Pemprov Sultra baru kelembagaan PUG. Kelembagaan PUG yang ada Badan Pemberdayaan Telp : (+62) 21-251-1331 e-mail : info@basicsproject.or.id website : www.basicsproject.or.id 1

Masalah dan Peluang Perempuan dan Keluarga Berencana (BPPKB) dan Kelompok Kerja (Pokja) PUG. Kedua kelembagaan PUG ini pun belum berperan secara optimal untuk menjalankan tugas pokok dan fungsinya karena terkendala oleh keterbatasan sumber daya yang dimiliki. Sementara dukungan dari pihak lainnya belum terjadi karena pandangan yang berkembang PUG hanya tanggung jawab dari BPPKB. Tantangannya adalah bagaimana membangun kesadaran bahwa PUG penting dan merupakan tanggung jawab semua pihak. Peluang untuk penerapan PUG sebenarnya terbuka luas dengan adanya payung hukum nasional yaitu Inpres 9 tahun 2000 tentang Pengarusutamaan Gender dalam Pembangunan, Permendagri 15 tahun 2003 yang telah disempurnakan dengan Permendagri 67 tahun 2011 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengarusutamaan Gender di Daerah. Di tingkat daerah dengan ditetapkannya Pengarusutamaan Gender sebagai strategi pembangunan dalam RPJMD memberi payung bagi upaya-upaya pengarusutamaan gender di daerah. 2

Langkah-langkah yang diambil 1 Melakukan evaluasi dan refleksi terhadap kondisi PUG dengan melibatkan multipihak. Pada tahun 2010, dengan asistensi dari BASICS, Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana (BPPKB) meminta semua pihak yang terlibat di Dinas dan Instansi di Sultra untuk mengisi formulir monitoring dan evaluasi PUG. Formulir yang digunakan adalah formulir monitoring dan evaluasi PUG yang telah dikembangkan oleh Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPP dan PA). Setelah itu isian formulir direkapitulasi dan didiskusikan dalam sebuah forum multipihak yang melibatkan berbagai unsur selain BPPKB, Bappeda, Instansi Teknis lainnya seperti Dinas Pendidikan, Dinas Kesehatan, anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD), Pusat Studi Gender (PSG), Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) seperti Koalisi Perempuan Indonesia (KPI) cabang Sultra, Alpen, dan sebagainya. Diskusi ini tujuannya untuk melakukan refleksi terhadap status PUG Sultra yang masih rendah dan mencari solusi bersama untuk mengatasi permasalahan tersebut. 2 3 Membangun komitmen bersama untuk melaksanakan berbagai langkah percepatan PUG. Dalam forum refleksi disepekati berbagai langkah yang harus diambil dalam rangka percepatan PUG dan siapa yang harus menjadi penanggungjawab terhadap pelaksanaan masing-masing langkah. Kesepakatan tersebut kemudian ditandatangani oleh semua peserta forum refleksi yang hadir dan diteruskan kepada para pihak terkait antara lain Ketua Bappeda, Sekda, Gubernur, dan sebagainya. Beberapa kesepakatan forum adalah mengamanahkan agar Pokja PUG yang telah terbentuk menjalankan tugas dan fungsinya. Perlu pembentukan focal point gender di masing-masing SKPD. Pemprov akan melakukan penguatan kapasitas sumber daya manusia tentang PUG dan PPRG. Menyusun profil gender, data terpilah gender sektoral yang telah dianalisis dan akan digunakan dalam penyusunan perencanaan. Disamping itu Pemprov juga akan melaksanakan perencanaan dan penganggaran responsif gender (PPRG). Dalam upaya melakukan PUG Pemprov akan melibatkan masyarakat dalam proses perencanaan dan pelaksanaan PUG. Pemprov akan bekerjasama dengan organisasi non pemerintah untuk melakukan penguatan kapasitas sumber daya manusia. Melakukan penguatan kapasitas sumber daya manusia. Berbagai kegiatan peningkatan kapasitas untuk BPPKB, Bappeda, Pokja PUG, focal point gender, organisasi masyarakat sipil, Dewan Perwakilan Rakyat (DPRD) dilakukan mulai dari pengenalan konsep gender, PUG, analisis gender, advokasi, PPRG, dan keterampilan menfasilitasi. Selain melalui pelatihan juga dilakukan pendampingan oleh Tim Gender BASICS di lapangan dalam penerapannya dan juga memberi ruang kepada Pemprov untuk memerankan fungsi fasilitasi dan supervisi kepada Kabupaten /Kota. BASICS memberikan ruang kepada Pokja PUG Provinsi untuk penguatan 5 kabupaten/kota wilayah kerja BASICS yaitu Wakatobi, Konawe Selatan, Bau Bau, Kolaka Utara, dan Buton Utara. 3

4 5 6 7 Melakukan advokasi kepada pimpinan daerah dan kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD). Advokasi dilakukan kepada para pengambil kebijakan tentang pentingnya PUG. Perkembangan tentang regulasi terkait PUG, kebutuhan akan alokasi anggaran untuk percepatan pelaksanaan PUG dan pentingnya pelaksanaan PUG di semua instansi. Advokasi dilakukan baik secara formal maupun informal oleh rekan-rekan yang tergabung dalam focal point gender dan Pokja PUG. Selain itu juga dilakukan advokasi kepada lembaga-lembaga mitra pemerintah dalam hal ini proyek-proyek bantuan asing yang ada di Sultra agar dapat berperan serta mendukung program-program untuk percepatan PUG pemerintah. Menyusun Profil Gender Sultra. Data statistik gender sangatlah diperlukan untuk dapat menyusun perencanaan dan penganggaran yang responsif gender. Oleh karena demikian dilakukan penyusunan profil gender dengan melibatkan focal point gender di kabupaten/ kota sebagai pemberi input data ke pokja gender di provinsi. Profil yang dibuat tidak saja tentang status pemberdayaan perempuan tetapi juga kondisi kesetaraan gender di sektor. Pada tahun 2011 profil gender yang disusun belum meliputi semua kabupaten/kota, tetapi pada profil gender tahun 2012 telah meliputi semua kabupaten/kota di Sultra. Profil gender ini dilakukan ditingkat provinsi.pemerintah provinsi juga mendorong agar kabupaten/kota menyusun profil gendernya dan hal ini disambut oleh Wakatobi dan Bau Bau yang telah menyusun profil gender di tahun 2012, dimana sebelumnya tidak ada. Penerapan PPRG di tingkat Provinsi dan Kab/Kota. PUG tidak akan dapat terlaksana d engan baik jika tidak didukung oleh PPRG. Oleh karenanya Pemprov Sultra sejak 2011 telah melaksanakan PPRG meskipun belum pada semua instansi dan kab/kota. PPRG telah dilaksanakan di lingkungan Bappeda, BPPKB, Dinas Pendidikan, Dinas Kesehatan, dan sebagainya. Selain itu juga telah dilakukan pelatihan PPRG di Bombana, Kolut, Bau Bau dan Konawe Selatan. Diantara daerah tersebut Bau Bau dan Konawe Selatan telah mulai menerapkan PPRG di tahun 2012. Institusionalisasi dan memastikan keberlanjutan pelaksanaan PUG. Demi memastikan agar praktek baik yang telah berjalan dapat berlanjut maka kemudian disusunlah Perda PUG dimana didalamnya juga mengatur tentang PPRG. Naskah akademik dan draft naskahnya disusun dan dibahas dengan melibatkan multipihak. Selain itu setelah di dewan pun masih dilakukan berbagai konsultasi publik untuk membahasnya sebelum ditetapkan sebagai perda. Dengan Perda PUG diharapkan inisiatif PUG dan PPRG yang telah ada akan terus memperoleh perhatian dan dukungan termasuk ada kepastian tentang keberadaan alokasi anggarannya. 4

Perubahan yang sangat dirasakan adalah dalam hal peningkatan pemahanan, kesadaran, dan komitmen aparatur pemerintah dalam melaksanakan PUG dan PPRG. Jika sebelumnya pe ngetahuan dan kesadaran hanya ada pada satu atau dua individu tetapi sekarang telah melembaga. Dampak dan Perubahan Kolaborasi yang harmonis antar berbagai pihak baik dalam tubuh pemerintah, organisasi non pemerintah, dan mitra-mitra pembangunan dari proyek-proyek asing yang berada di Sultra. Semangat yang dikembangkan adalah kerjasama untuk mencapai tujuan bersama, dengan mengumpulkan berbagai kekuatan yang dimiliki masing-maisng pihak. Hal ini berdampak pada percepatan pencapaian pemenuhan 7 prasyarat PUG yang pad atahun 2010 baru ada kelembagaan PUG saja itupun baru pada BPPKB dan Pokja. Namun sekarang ke-7 prasyarat PUG telah terpenuhi. Hal ini berdampak pula pada meningkatnya nilai indeks IPM, IPG dan IDG Sultra dari tahun 2010 ke 2011 saja kenaikannya sekitar 1 digit. Berdasarkan Data Statistik Gender BPS yang dikeluarkan pada tahun 2012, yang menggambarkan data tahun 2011 IPM Sultra sebesar 70,55, IPG 64,79, dan Indeks Pemberdayaan Gender 65,26 Pemprov Sultra telah memperoleh Anugerah Prarahita Ekapraya (APE) pada tahun 2012 yang diberikan langsung oleh Presiden kepada Gubernur Sultra. APE diberikan kepada pemerintah baik kepada Kementerian/Lembaga, Pemerintah Daerah baik Pemerintah Provinsi maupun Pemerintah Kabupaten/Kota yang telah menerapkan dan melakukan inovasi terkait PUG. Meskipun APE yang diperoleh Sultra masih pada kategori pratama, namun ini merupakan bukti bahwa telah terjadi kemajuan pesat dalam pelaksanaan PUG di Sultra. Lahirnya Perda PUG yang didalamnya juga mengatur tentang PPRG dan adanya tim penggerak PUG yang berasal dari multipihak diharapkan dapat memberi kepastian keberlanjutan pelaksanaan praktik cerdas PUG. 5

Pembelajaran Pengarusutamaan gender baru dapat terlaksana dengan baik jika semua pihak yang terlibat dalam pembangunan baik pemerintah, DPRD, organisasi non pemerintah dan mitra pembangunan memiliki komitmen untuk melaksanakannya. Cara yang efektif untuk membangun komitmen ini adalah dengan melibatkan berbagai pihak yang berkepentingan untuk mengevaluasi kondisi pelaksanaan PUG dan merefleksikan hasil evaluasi tersebut. Mengeksplorasi tindakan yang harus dilakukan untuk mengatasi persoalan dan tanta ngan yang ada, menyepakati rencana aksi prioritas, menyepakati pembagian peran dalam melaksanakan rencana aksi dan memonitoring pelaksanaan kesepakatan. Berbagai pihak bersedia bekerja secara kolaboratif, menfokuskan diri pada energi positif yang ada untuk mencapai tujuan bersama. Disini kepentingan dan ego masing-masing pihak dikelola dengan memberi ruang berkontribusi sesuai dengan kekuatan yang dimiliki masing-masing pihak. Berbagai pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki individu-individu harus diinstitusionalisasikan menjadi kapasitas lembaga melalui knowledge sharing dan pengimplementasian dalam kerja-kerja praktis. Keberadaan kebijakan, regulasi, maupun komitmen pimpinan tidak akan berarti tanpa adanya tim kerja yang solid dan budaya organisasi yang mendukung. Tim kerja inilah yang menjadi penggerak untuk menterjemahkan kebijakan ke dalam tataran praktis sekaligus melakukan advokasi kepada para pihak. Tim kerja yang solid dapat dibangun dengan pembagian peran yang jelas sesuai dengan potensi yang dimiliki, mengembangkan rasa saling percaya dan saling menghargai, membangun kapasitas tim kerja sesuai dengan kebutuhan, senantiasa belajar dari pengalaman dan memperbaiki kekurangan yang ada. Selain itu juga perlu dikembangkan budaya keterbukaan, akuntabilitas, responsif, dan kesetaraan. 6

Provinsi Sulawesi Tenggara terbentuk pada tanggal 27 April 1964. Provinsi Sulawesi Tengg ara terdiri atas 10 Kabupaten, 2 kota, 204 Kecamatan, 345 Kelurahan, dan 1.626 Desa. Luas wilayahnya mencapai 38.067,70 Km2 dengan Ibu Kotanya Kendari. Jumlah penduduk Provinsi Sultra sebesar 2.508.050 jiwa yang berasal dari berbagai suku yaitu Buton, Muna, Bugis, Kalisoso, Toraja, Monorene, Tolaki, Wolio, dan Wowonii. Dari jumlah tersebut 49,45 persen laki-laki dan 50,57 persen perempuan. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Sulawesi Tenggara pada tahun 2011 sebesar 70,55, Indeks Pembangunan Gender 64,79, dan Indeks Pemberdayaan Gender 65,26. Sementara itu IPM Indonesia 72,71 dan IPG sebesar 67,8 dan IDG 69,14. Pengarusutamaan gender berhasil dilaksanakan dengan efektif di Provinsi Sulawesi Tenggara karena dalam pengembangan dan pelaksanaannya dilakukan dengan kerjasama multipihak. 7

8 Telp : (+62) 21-251-1331 e-mail : info@basicsproject.or.id website : www.basicsproject.or.id