BAB I PENDAHULUAN. merupakan korban tersering dari kecelakan lalu lintas. 1. Prevalensi cedera secara nasional menurut Riskesdas 2013 adalah 8,2%,

dokumen-dokumen yang mirip
PENGARUH PEMBERIAN INJEKSI KETOROLAC TROMETHAMINE INTRAPERITONEAL TERHADAP GAMBARAN MIKROSKOPIS GASTER TIKUS WISTAR DEWASA DENGAN FRAKTUR KRURIS

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. dan kunyit untuk warna kuning. Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkatkan selera makan manusia sebagai konsumen. 2. Secara garis besar, terdapat 3 macam pewarna makanan yaitu

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Obat analgesik adalah obat yang dapat mengurangi nyeri tanpa menyebabkan. mengurangi efek samping penggunaan obat.

BAB I PENDAHULUAN. digambarkan dalam bentuk kerusakan tersebut. Berdasarkan intensitasnya, nyeri

BAB I PENDAHULUAN. protozoa, dan alergi. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007

BAB I PENDAHULUAN. beberapa jenis makan yang kita konsumsi, boraks sering digunakan dalam campuran

BAB I PENDAHULUAN. Warna merupakan salah satu sifat yang penting dari makanan, di samping juga

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Natrium diklofenak merupakan obat golongan antiinflamasi nonsteroid

BAB I PENDAHULUAN. memilih bahan makanan maka kita perlu memperhatikan kebersihan dan mutunya

BAB 1 PENDAHULUAN. Fraktur femur memiliki insiden berkisar dari 9,5-18,9 per per

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. sekarang para ahli tidak henti-hentinya meneliti mekanisme kerja dari obat

BAB 1 PENDAHULUAN. ditambahkan dengan sengaja ke dalam makanan dalam jumlah kecil, dengan

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang

PENGARUH PEMBERIAN DEKSAMETASON DOSIS BERTINGKAT PER ORAL 30 HARI TERHADAP KERUSAKAN MUKOSA LAMBUNG TIKUS WISTAR ARTIKEL KARYA TULIS ILMIAH

I. PENDAHULUAN. memiliki aktifitas penghambat radang dengan mekanisme kerja

BAB 3 METODE PENELITIAN. Semarang, Laboratorium Sentral Fakultas Kedokteran Universitas

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB IV METODE PENELITIAN. Tempat : Penelitian dilakukan di Laboratorium Biologi Universitas. Pemerintah Provinsi Jawa Tengah.

sebesar 90% (Dodge, 1993). Ulkus gaster berukuran lebih besar dan lebih menonjol sehingga pada pemeriksaan autopsi lebih sering atau mudah dijumpai di

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup keilmuan dari penelitian ini adalah Histologi, Patologi

BAB I PENDAHULUAN. saraf pusat tanpa menghilangkan kesadaran. 2,3 Parasetamol umumnya digunakan

BAB 1 PENDAHULUAN. Aspirin adalah golongan Obat Anti Inflamasi Non-Steroid (OAINS), yang

BAB I PENDAHULUAN. sembuh tanpa jaringan parut. Penyembuhan fraktur bisa terjadi secara langsung atau

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. proliferatif, dan fase remodeling. Proses-proses tersebut akan dipengaruhi oleh faktor

BAB I PENDAHULUAN. Natrium diklofenak merupakan obat golongan anti-inflamasi nonsteroid

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai usaha dilakukan untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Misalnya

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 4 METODE PENELITIAN

BAB 4 METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. disebabkan oleh rusaknya ketahanan mukosa gaster. Penyakit ini. anemia akibat perdarahan saluran cerna bagian atas (Kaneko et al.

BAB 1 PENDAHULUAN. produsen makanan sering menambahkan pewarna dalam produknya. penambahan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dikatakan sebagai mukosa mastikasi yang meliputi gingiva dan palatum keras.

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah Histologi, Patologi Anatomi dan

BAB IV METODE PENELITIAN. Forensik, Ilmu Patologi Anatomi dan Farmakologi.

BAB III METODE PENELITIAN

PENGARUH PEMBERIAN INJEKSI KETOROLAC TROMETHAMINE INTRAPERITONEAL TERHADAP GAMBARAN MIKROSKOPIS GASTER TIKUS WISTAR DEWASA DENGAN FRAKTUR KRURIS

BAB I PENDAHULUAN. makan tradisional ke pola makan yang tinggi lemak. 1, 2 Akibat konsumsi makan

BAB IV METODE PENELITIAN. 1.1 Ruang Lingkup Penelitian Pada penelitian ini, ruang lingkup keilmuan yang digunakan adalah Ilmu

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Bahan pewarna saat ini memang sudah tidak bisa dipisahkan dari

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini meliputi ilmu kesehatan Telinga Hidung Tenggorok (THT)

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini meliputi bidang Histologi, Mikrobiologi, dan Farmakologi.

BAB I PENDAHULUAN. Asam format yang terakumulasi inilah yang menyebabkan toksik. 2. Manifestasi klinis yang paling umum yaitu pada organ mata, sistem

Pembahasan Video : :1935/testvod/_definst_/mp4:(21). 8 SMP BIOLOGI/4. SISTEM PENCERNAAN PADA MANUSIA/BIO mp4/manifest.

BAB 1 PENDAHULUAN. Obat Anti-Inflamasi Nonsteroid (OAINS) adalah suatu golongan obat

Rongga Mulut. rongga-mulut

PENGARUH ANALGESIA AKUPUNTUR FREKUENSI KOMBINASI TERHADAP ONSET NYERI PASIEN PASCA OPERASI KRURIS TERTUTUP

BAB 1 PENDAHULUAN. Mukosa mulut memiliki salah satu fungsi sebagai pelindung atau

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimental in vivo pada hewan. uji dengan posttest only control group design

Lesi mukosa akut lambung akibat Aspirin atau dengan istilah Aspirin gastropati merupakan kelainan mukosa akibat efek topikal yang akan diikuti oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. Zat pewarna makanan alami sejak dulu telah dikenal dalam. industri makanan untuk meningkatkan daya tarik produk makanan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Rancangan penelitian dalam penelitian ini menggunakan rancangan

BAB I PENDAHULUAN. Kasus luka pada mulut baik yang disebabkan oleh trauma fisik maupun kimia

BAB I PENDAHULUAN. penurunan fungsi paru dan penurunan kualitas hidup manusia. 2 Penyakit paru

SISTEM PENCERNAAN PADA MANUSIA. Drs. Refli., MSc

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian di bidang farmakologi.

Sistem Pencernaan Manusia

BAB I PENDAHULUAN. makanan dicerna untuk diserap sebagai zat gizi, oleh sebab itu kesehatan. penyakit dalam dan kehidupan sehari-hari (Hirlan, 2009).

BAB 1 PENDAHULUAN. paling sering terjadi. Peningkatan penyakit gastritis atau yang secara umum

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Luka bakar merupakan masalah pada kulit yang sering terjadi di

BAB III METODE PENELITIAN. Patologi Anatomi, Histologi, dan Farmakologi. Laboratorium Patologi Anatomi RSUP dr. Kariadi Semarang.

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Indonesia tidak dapat lepas dari pengolahan makanan dengan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian menggunakan rancangan eksperimental dengan Post Test Only

Anatomi, Histologi, dan Fisiologi Lambung. Anak Agung K Tri K

BAB I PENDAHULUAN. anestesiologi. 3. Universitas Sumatera Utara

BAB III METODE PENELITIAN. control group design. Pada jenis penelitian ini, pre-test tidak dilakukan

BAB IV METODE PELAKSANAAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penelitian dan Pengembangan

SISTEM PENCERNAAN. Oleh: dr. Danurwendo Sudomo, Sp.Ok

SMP JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN VIII (DELAPAN) ILMU PENGETAHUAN ALAM (IPA) SISTEM PENCERNAAN MANUSIA

BAB III METODE PENELITIAN. Waktu dan lokasi penelitian ini adalah sebagai berikut : dilakukan di Laboratorium Patologi Anatomi RSUP Dr.

BAB I PENDAHULUAN. nyeri. Nyeri menjadi penyebab angka kesakitan yang tinggi di seluruh dunia.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB III METODE PENELITIAN. Forensik, Ilmu Patologi Anatomi, Ilmu Farmakologi. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Biologi Fakultas Matematika dan

BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan selama tiga bulan meliputi pemeliharaan hewan coba di

BAB I PENDAHULUAN. rutin, dengan waktu dan cara yang tepat. 2 Kebiasaan menyikat gigi, terutama

Sistem Pencernaan Manusia

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Mukosa rongga mulut merupakan lapisan epitel yang meliputi dan melindungi

BAB I PENDAHULUAN. beberapa dekade terakhir ini, namun demikian perkembangan pada

BAB I PENDAHULUAN. dengan luka terbuka sebesar 25,4%, dan prevalensi tertinggi terdapat di provinsi Sulawesi

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. 4.1 Ruang Lingkup, Tempat dan Waktu Penelitian. 2. Ruang lingkup tempat : Laboratorium Biologi Universitas Negeri

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut WHO, lebih dari 3.400 manusia di dunia meninggal di jalan setiap hari dan lebih dari 10 juta manusia mengalami cedera dan disabilitas tiap tahunnya. Anak anak, pejalan kaki, pengendara sepeda dan sepeda motor, serta orang tua merupakan korban tersering dari kecelakan lalu lintas. 1 Prevalensi cedera secara nasional menurut Riskesdas 2013 adalah 8,2%, prevalensi tertinggi ditemukan di Sulawesi Selatan (12,8%) dan terendah di Jambi (4,5). Penyebab cedera terbanyak yaitu jatuh (40,9%) dan kecelakaan sepeda motor (40,6%), selanjutnya penyebab cedera karena terkena benda tajam/tumpul (7,3%), transportasi darat lain (7,1%) dan kejatuhan (2,5%). Salah satu jenis cedera yang ditimbulkan dari hal yang telah disebutkan diatas antara lain adalah patah tulang, dengan prevalensi sebesar 5,8% di Indonesia. Di provinsi Jawa Tengah proporsi jenis cedera patah tulang terhitung cukup tinggi, dengan presentase sebesar 6,2%. 2 Cedera merupakan kerusakan fisik pada tubuh manusia yang diakibatkan oleh kekuatan yang tidak dapat ditoleransi dan tidak dapat diduga sebelumnya. Penyebab terjadinya cedera meliputi penyebab yang disengaja (intentional injury), penyebab yang tidak disengaja (unintentional injury) dan penyebab yang tidak bisa ditentukan (undeterminated intent). 2 Cedera patah tulang atau yang lebih kita kenal dengan istilah fraktur memerlukan penanganan medis untuk proses penyembuhannya, antara lain imobilisasi dan tindakan bedah. Disamping itu, patah tulang juga memerlukan 1

2 penanganan rasa nyeri dikarenakan kejadian fraktur ini menimbulkan rasa nyeri yang hebat. 3 Obat yang digunakan untuk menghilangkan rasa nyeri dikenal dengan istilah obat analgesik. Terdapat beberapa macam obat yang dikenal memiliki efek analgesik diantaranya adalah paracetamol atau yang dikenal pula dengan istilah acetaminophen, Nonsteroidal Anti-Inflammatory Drugs (NSAID), obat golongan kortikosteroid sintetik, dan obat golongan opioid. Dari beberapa obat di atas yang memiliki efek anti nyeri terkuat adalah obat golongan opioid. 4,5 Di RSUP Dr. Kariadi Semarang, digunakan dua jenis analgesik untuk pain management. Obat yang digunakan adalah tramadol yang tergolong dalam opioid dan ketorolac tromethamine yang tergolong dalam NSAID. 6 Obat ini digunakan sebagai pengurang rasa nyeri dalam kasus patah tulang karena pengaruh analgesiknya yang cukup kuat. 7,8 Tramadol sebagai obat golongan opioid memiliki efek samping antara lain sedasi, dizziness, mual, muntah, konstipasi, toleransi, dan depresi pernafasan, serta ketergantungan pemakaian obat secara psikologis dan fisik yang menjadi masalah penting dalam dunia medis. 9 Oleh karena itu ketorolac tromethamine lebih sering digunakan di Kariadi sebagai pengganti tramadol. 6 Namun dalam praktek pemakaiannya NSAID juga memiliki efek samping yang memerlukan perhatian khusus, yaitu dispepsia, perdarahan submukosa, erosi dan ulkus, serta komplikasi yang lebih parah dari ulkus yaitu terjadinya perforasi saluran cerna. 10 12 NSAID dapat merusak saluran cerna atas, salah satunya adalah gaster dengan cara menghambat sintesis prostaglandin yang berfungsi sebagai pelindung mukosa gaster dari keasaman asam gaster. 13,14 Hal ini dapat menimbulkan terjadinya ulkus gaster. 11

3 Saluran pencernaan memberi tubuh persediaan akan air, elektrolit, dan makanan yang terus menerus. Gaster adalah organ berbentuk seperti huruf "J", terletak pada bagian superior kiri rongga abdomen dibawah diafragma atau dikenal dengan istilah daerah hypochondriaca sinistra dalam istilah anatomi. Gaster sebagai reservoir / lumbung makanan berfungsi menerima makanan / minuman, menggiling, mencampur, dan mengosongkan makanan ke dalam duodenum (mixing movement) serta berfungsi untuk mencerna makanan secara kimiawi dengan peranan enzim diantaranya adalah enzim pepsin dan lipase gaster. 15 Enzim pepsin berfungsi untuk memecah protein makanan menjadi partikel yang lebih kecil, yaitu menjadi peptida dan asam amino. Hal ini menjelaskan bahwa pencernaan protein pada makanan terjadi pertama kali saat makanan berada di gaster, berbeda dengan lemak dan karbohidrat yang mengalami pencernaan lebih awal yaitu saat berada di dalam mulut. 16 Sedangkan enzim lipase gaster berfungsi untuk proses pencernaan lemak. Disamping itu gaster memiliki beberapa peran yang penting diantaranya menghasilkan HCl. Hal ini diperankan oleh sel parietal di gaster. Dimana HCl ini berfungsi untuk denaturasi protein, menghancurkan bakteri dan virus yang masuk bersama makanan, dan mengaktifkan pepsinogen menjadi pepsin. Selain itu gaster juga menghasilkan hormon gastrin, yang berfungsi untuk produksi HCl dan faktor intrinsik. Fungsi dari faktor intrinsik itu sendiri adalah untuk membantu penyerapan vitamin B12 di ileum atau usus halus. 16 Gaster yang selalu berhubungan dengan semua jenis makanan, minuman dan obat obatan akan mengalami iritasi kronik. Epitel gaster mengalami iritasi terus menerus oleh dua faktor perusak, yaitu perusak endogen (HCl, pepsinogen / pepsin dan garam empedu), dan perusak eksogen (obat obatan, alkohol dan bakteri). HCl

4 dan pepsin merupakan penyebab kerusakan mukosa gaster paling utama. 17,18 Menurut teori "dua komponen sawar mukosa" dari Hollander, lapisan mukus gaster yang tebal dan liat merupakan garis depan pertahanan terhadap autodigesti. Lapisan ini memberikan perlindungan terhadap trauma mekanis dan agen kimia. 19 Secara teori obat anti inflamasi bekerja dengan menekan sintesis prostaglandin sehingga menyebabkan turunnya produksi dari mukosa gaster dan bikarbonat gaster akan merusak epitel gaster secara perlahan melalui proses autodigesti seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. 17 Meskipun begitu, efek samping pemberian kortikosteroid yang termasuk dalam golongan tersebut, terhadap timbulnya ulkus traktus gastrointestinal masih menimbulkan perdebatan. Conn dan Blitzer (1973) serta Messer dkk (1983) mendapatkan hasil yang tidak pasti antara pengaruh pemakaian kortikosteroid terhadap terjadinya tukak gaster. Nobuhara dkk (1985), Wallace (1987) serta Fillep (1992) melakukan penelitian serupa terhadap hewan coba dan mendapatkan hasil erosi gaster akut. Penelitian yang dilakukan oleh Akiba dkk (1998) dan Gretzer (2001) mendapatkan hasil jika deksametason tidak menyebabkan lesi pada gaster. 20 Berdasarkan kajian di atas, penelitian ini bermaksud melihat pengaruh pemberian ketorolac tromethamine terhadap gambaran histopatologis gaster tikus Wistar dengan fraktur tibia unilateral, yang diberi injeksi ketorolac tromethamine intraperitoneal dengan dosis 5 mg/kgbb selama 5 hari. 1.2 Permasalahan Penelitian Berdasarkan uraian diatas dirumuskan masalah sebagai berikut :

5 Apakah ada pengaruh pemberian ketorolac tromethamine intraperitoneal terhadap gambaran histopatologis gaster tikus Wistar yang mengalami fraktur? 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Membuktikan pengaruh pemberian injeksi ketorolac tromethamine intraperitoneal terhadap gambaran histopatologis gaster tikus Wistar. 1.3.2 Tujuan Khusus a. Mendeskripsikan gambaran histopatologis gaster pada kelompok tikus Wistar yang mendapat pemberian injeksi ketorolac tromethamine intraperitoneal dengan dosis 5 mg/kgbb selama 5 hari dan pada kelompok yang tidak diberi perlakuan (tidak diintervensi). b. Menganalisis perbedaan gambaran histopatologis gaster pada kelompok tikus Wistar yang mendapat pemberian injeksi ketorolac tromethamine intraperitoneal dengan dosis 5 mg/kgbb selama 5 hari dengan kelompok yang tidak diberi perlakuan (tidak diintervensi). 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat untuk ilmu pengetahuan Dalam bidang ilmu pengetahuan, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai sumbangan ilmu pengetahuan tentang pengaruh pemberian ketorolac tromethamine terhadap kerusakan gaster.

6 1.4.2 Manfaat untuk masyarakat Apabila hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh pemberian ketorolac tromethamine terhadap kerusakan gaster, maka dapat digunakan sebagai pertimbangan dalam pemilihan obat dan durasi pemakaian NSAID. 1.4.3 Manfaat untuk penelitian Dalam bidang penelitian, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan rujukan referensi untuk penelitian berikutnya. 1.5 Orisinalitas Pada penelusuran pustaka belum dijumpai penelitian yang menunjukkan adanya pengaruh pemberian ketorolac tromethamine intraperitoneal pada gambaran mikroskpis gaster tikus Wistar dewasa. Beberapa penelitian terkait adalah sebagai berikut : Pengaruh Pemberian Dexametason Dosis Bertingkat Per Oral 30 Hari Terhadap Gambaran Histologis Gaster Tikus Wistar Tabel 1. Daftar Penelitian Sebelumnya Judul Peneliti Metodologi Hasil Zaki Mita Kusumaadhi Rancangan Penelitian ini merupakan jenis eksperimental dengan pendekatan The Post Test Only Control Group Design yang menggunakan tikus Wistar jantan sebagai objek penelitian. Sampel penelitian adalah tikus Wistar yang berjumlah 20 ekor. Terdapat 4 kelompok dengan masing-masing 5 tikus Wistar yang dibagi secara acak. Kelompok Kontrol (K) sebagai Terdapat kerusakan mukosa gaster.

7 Judul Peneliti Metodologi Hasil kontrol yang hanya diberi pakan standar. Kelompok Perlakuan 1 (P1) diberi deksametason dosis 0,018 mg per oral selama 30 hari. Kelompok Pelakuan 2 (P2) diberi deksametason dosis 0.731 mg per oral selama 30 hari. Kelompok Perlakuan 3 (P3) diberi deksametason dosis 1.444 mg per oral selama 30 hari. Sebelum diberi perlakuan, seluruh tikus Wistar diadaptasi dengan dikandangkan per kelompok dan diberi pakan standard dan minum yang sama selama 1 minggu secara ad libitum. Pengaruh Pemberian Metanil Yellow Peroral Dosis Bertingkat Selama 30 Hari Terhadap Gambaran Histopatologi Gaster Mencit BALB/C Oktanida Amaliya Shofa Rancangan penelitian ini adalah The Post Test Only Control Group Design yang menggunakan mencit balb/c jantan sebagai objek penelitian. Kelompok Kontrol (K) sebagai kontrol yang hanya diberi pakan standar. Kelompok Perlakuan 1 (P1) diberi Metanil yellow peroral 4200mg/kgBB/hari selama 30 hari. Kelompok Perlakuan 2 (P2) diberi Metanil Yellow peroral dosis 2100 mg/kgbb/hari selama 30 hari. Kelompok Perlakuan 3 (P3) diberi Metanil Yellow peroral dosis 1050 mg/kgbb/hari selama 30 hari. Pada gambaran histologi terlihat perubahan patologi berupa kerusakan lipatan mukosa gaster dan terjadi nekrosis pada epitel kolumner serta kelenjar di dalam gaster.

8 Penelitian yang akan dilakukan berbeda dengan penelitian sebelumnya, yaitu pada penelitian kali ini obat yang digunakan adalah ketorolac tromethamine yang termasuk dalam golongan Nonsteroidal Anti-inflammatory Drugs (NSAID).