CAKRAWALA HUKUM SIDANG UNCITRAL WORKING GROUP VI ON SECURITY INTERESTS, NEW YORK, MEI 2008

dokumen-dokumen yang mirip
LAPORAN SIDANG UNCITRAL TENTANG THE LAW OF SECURED TRANSACTIONS DESEMBER 2007, VIENNA AUSTRIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2000 TENTANG RAHASIA DAGANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1994 sehingga perlu diatur ketentuan mengenai Rahasia Dagang;

I. PENDAHULUAN. Hak Kekayaan Intelektual (yang selanjutnya disingkat HKI) merupakan

TINJAUAN TERHADAP RUU TENTANG HIPOTEK KAPAL *) Oleh: Dr. Ramlan Ginting, S.H., LL.M **)

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2000 TENTANG RAHASIA DAGANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

HPI PEMAKAIAN HUKUM ASING PERTEMUAN XIII, XIV & XV. By Malahayati, SH, LLM

KETERKAITAN PERBANKAN DALAM TRANSAKSI WAREHOUSE RECEIPT 1. Oleh: Dr. Ramlan Ginting, S.H., LL.M 2

BAB I PENDAHULUAN. perubahan mendasar dengan menempatkan prioritas pembangunan pada bidang

RUANG LINGKUP JASA HUKUM LAW OFFICE J.P. ARSYAD & ASSOCIATES ALTERNATIVE DISPUTE RESOLUTION (ADR) HUKUM PIDANA HUKUM BISNIS DAN INDUSTRIAL

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Undang Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2000 Tentang Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. melakukan transaksi dalam kehidupan sehari-hari. Pada awalnya manusia

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PATEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

V. KESIMPULAN DAN SARAN. Dari uraian hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya, penulis

AGUNAN YANG DIAMBIL ALIH (AYDA) ATAS KREDIT MACET PADA PT. BPR TATA ANJUNG SARI

CAKRAWALA HUKUM Oleh : Tim Direktorat Hukum DISKUSI DENGAN UNCITRAL DAN ELECTRONIC EVIDENCE & E-DISCOVERY FORUM

TANGGUNG JAWAB DEBITUR TERHADAP BENDA JAMINAN FIDUSIA YANG MUSNAH DALAM PERJANJIAN KREDIT BANK

P E N J E L A S A N A T A S UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2000 TENTANG RAHASIA DAGANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2016 TENTANG PATEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PELAKSANAAN PENGIKATAN JAMINAN FIDUSIA DALAM KREDIT PERBANKAN

RGS Mitra 1 of 10 PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2000 TENTANG DESAIN TATA LETAK SIRKUIT TERPADU

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2000 TENTANG DESAIN TATA LETAK SIRKUIT TERPADU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2000 TENTANG RAHASIA DAGANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

P E N J E L A S A N A T A S UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2000 TENTANG DESAIN INDUSTRI

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2000 TENTANG DESAIN TATA LETAK SIRKUIT TERPADU

PERLINDUNGAN HUKUM ATAS HAK EKSKLUSIF PEMILIK MEREK DI INDONESIA TERHADAP PELANGGARAN MEREK DALAM BENTUK PERJANJIAN LISENSI

ASPEK HUKUM KERJASAMA PENYALURAN KREDIT/PEMBIAYAAN ANTARA BANK X DENGAN PT. Y TESIS

Lex Privatum, Vol. III/No. 4/Okt/2015

INSTRUMEN INTERNASIONAL DI BIDANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK

SYARAT DAN KETENTUAN FASILITAS DANA BANTUAN SAHABAT

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI HUKUM JAMINAN KREDIT. Istilah hukum jaminan berasal dari terjemahan zakerheidesstelling,

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

AKIBAT HUKUM ATAS PELANGGARAN MEREK OLEH PIHAK YANG BUKAN PEMEGANG LISENSI

DISKUSI PUBLIC NASKAH AKADEMIK RUU TENTANG MEREK

BAB 1 PENDAHULUAN. Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang. Perbankan (UU Perbankan) disebutkan sebagai berikut :

PENJELASAN ATAS PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR: 1/POJK.07/2013 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN SEKTOR JASA KEUANGAN

Hak Paten Sebagai Objek Jaminan Kebendaan

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga tersebut dimaksudkan sebagai perantara pihak-pihak yang. pembayaran bagi semua sektor perekonomian. 1

BAB IV UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK. A. Perlindungan Hukum Terhadap Nasabah Bank Yang Mengalami

I. PENDAHULUAN. untuk menanggung pembayaran kembali suatu hutang, oleh karena itu

BAB III TINJAUAN YURIDIS MENGENAI KLAUSULA BAKU DALAM PERJANJIAN KARTU KREDIT BANK MANDIRI, CITIBANK DAN STANDARD CHARTERED BANK

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2000 TENTANG RAHASIA DAGANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar Guna mewujudkan

*46879 KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA (KEPPRES) NOMOR 6 TAHUN 1997 (6/1997)

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi sangat memerlukan tersedianya dana. Oleh karena itu, keberadaan

PENJELASAN ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 15/1/PBI/2013 TENTANG LEMBAGA PENGELOLA INFORMASI PERKREDITAN

BAB 1 PENDAHULUAN. yang sangat mendukung pertumbuhan ekonomi. Pengertian kredit menurutundang-undang

KRITERIA PELANGGARAN HAK ATAS MEREK TERKENAL DALAM HUBUNGANNYA DENGAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2001 TENTANG PATEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2001 TENTANG PATEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam sistem perekonomian. Menurut Undang Undang Nomor

BAB I PENDAHULUAN. yang disebut modal perseroan. Penyetoran dapat dilakukan dalam bentuk uang dan benda

BAB III BADAN HUKUM SEBAGAI JAMINAN TAMBAHAN DALAM PERJANJIAN KREDIT DI BPR ALTO MAKMUR SLEMAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PILIHAN HUKUM DALAM KONTRAK BISNIS I.

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 9 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN KERJASAMA DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. perjanjian hutang piutang ini dalam Kitab Undang-Undang Hukun Perdata

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN /POJK.04/2014 TENTANG PEDOMAN REPURCHASE AGREEMENT DENGAN MENGGUNAKAN GMRA INDONESIA ANNEX

HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL DAN HAK KEKAYAAN INDUSTRI (HAKI)

BAB III KLAUSULA BAKU PADA PERJANJIAN KREDIT BANK. A. Klausula baku yang memberatkan nasabah pada perjanjian kredit

BAB I PENDAHULUAN. KUHPerdata sehingga disebut perjanjian tidak bernama. Dalam Buku III

Skema Pembelian Piutang

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. harga-harga produksi guna menjalankan sebuah perusahaan bertambah tinggi

ASPEK HUKUM PENGALIHAN PIUTANG ATAS NAMA (CESSIE) KARENA WANPRESTASI PT. BANK SRI PARTHA KEPADA PT. SRI PARTHA PUSAKA DENPASAR

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RELEASE AND DISCHARGE SIAPA YANG AKAN TANDA TANGAN?

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat

Buletin Teknis ini bukan bagian dari Standar Akuntansi Keuangan.

Indonesian translation of the 12 articles of the Principles on Choice of Law in International Commercial Contracts

BAB I PENDAHULUAN. perubahan terencana dan terarah yang mencakup aspek politis, ekonomi, demografi, psikologi, hukum, intelektual maupun teknologi.

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Penyelenggaraan praktik penerbangan bukanlah perkara sederhana. Ada banyak

PROSES PEMBEBANAN HAK TANGGUNGAN PADA SERTIFIKAT HAK MILIK DALAM PERIKATAN JAMINAN KREDIT

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI KREDITUR PENERIMA

O Pembingbing. 1. Ida Bagus Putra Atmadja 2. Ida Ayu Sukihana Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas Udayana. Abstract

II. TINJAUAN PUSTAKA. hak eksklusif yang diberikan oleh negara kepada inventor atas hasil invensinya di

SYARAT DAN KETENTUAN

Oleh: IRDANURAPRIDA IDRIS Dosen Fakultas Hukum UIEU

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2001 TENTANG PATEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Bank-Bank di Indonesia dimana bank-bank dinilai oleh Otoritas Perbankan,

KEWAJIBAN PEMBUATAN AKTA PEMBERIAN HAK TANGGUNGAN(APHT) SEGERA SETELAH DITETAPKAN SURAT KUASA MEMBEBANKAN HAK TANGGUNGAN (SKMHT)

BAB I PENDAHULUAN. dimaksud dalam Undang-undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan

BAB V PENUTUP. 1. Beberapa Kendala yang dihadapi Bank BRI yaitu: a. Kendala Terkait dengan Peraturan Perundang-Undangan. Undang-Undang Hak Tanggungan.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. dilakukan dengan pengikatan melalui pranata jaminan fidusia.

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 7/4/PBI/2005 TENTANG PRINSIP KEHATI-HATIAN DALAM AKTIVITAS SEKURITISASI ASET BAGI BANK UMUM GUBERNUR BANK INDONESIA,

KEPPRES 178/1998, PENGESAHAN PERSETUJUAN ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN PEMERINTAH REPUBLIK MALI MENGENAI KERJASAMA EKONOMI DAN TEKNIK

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan perekonomian. Pasal 33 Undang-Undang dasar 1945 menempatkan

*12398 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 32 TAHUN 2000 (32/2000) TENTANG DESAIN TATA LETAK SIRKUIT TERPADU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP WANPRESTASI YANG DILAKUKAN DEBITOR DALAM PERJANJIAN PEMBIAYAAN SEPEDA MOTOR ARTIKEL. Diajukan Oleh : DODY PEBRI CAHYONO

BAB II KAJIAN PUSTAKA. (Mulyadi, 2010:5). Prosedur adalah suatu urutan pekerjaan klerikal

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan, Bank

II. PASAL DEMI PASAL. Pasal 1 Cukup jelas.


PELANGGARAN TERHADAP HAK MEREK TERKAIT PENGGUNAAN LOGO GRUP BAND PADA BARANG DAGANGAN

RECEIVABLES 1. Apa itu receivables 2. Ada berapa jenis receivables PENGAKUAN A/R 3. A/R diakui sebesar apa?

Transkripsi:

CAKRAWALA HUKUM SIDANG UNCITRAL WORKING GROUP VI ON SECURITY INTERESTS, NEW YORK, 19-23 MEI 2008 Pada tanggal 19-23 Mei 2008 telah dilaksanakan sidang ke-13 United Nations Commission on International Trade Law (UNCITRAL) Working Group VI on Security Interests di New York. Hadir mewakili Bank Indonesia dalam sidang dimaksud adalah Sdr. Ramlan Ginting, sekaligus bertindak sebagai ketua delegasi. Adapun pokok-pokok pembahasan dalam sidang dimaksud adalah sebagai berikut: 1. Sidang Working Group VI on Security Interest membahas materi security interest (hak jaminan) yang merupakan kelanjutan dari materi secured transactions yang dibahas dan telah diadopsi dalam sidang The Resumed Fortieth Session of the Commission 1 dari tanggal 10-14 Desember 2007 di Wina. Security interest yang dibahas dalam sidang Working Group VI ini secara lebih spesifik adalah mengenai security rights in intellectual property (hak atas jaminan dalam kekayaan intelektual). Hasil pembahasan akhir dari Working Group VI akan menjadi Annex terhadap UNCITRAL Legislative Guide on Secured Transactions (Guide) yang telah diadopsi dalam sidang The Resumed Fortieth Session of the Commission tersebut di atas. Dengan demikian, 1 Commission adalah United Nations Commission on International Trade Law kedua materi security interest dan materi secured transactions akan merupakan satu kesatuan materi. 2. Hak atas jaminan dalam kekayaan intelektual akan dijadikan sebagai collateral (agunan) untuk mendapatkan kredit perbankan secara internasional. Untuk mewujudkan konsep hukum ini diperlukan peraturan perundangundangan di masing-masing negara yang bersedia menerapkannya yang mengatur terutama substansi pembebanan, pengikatan, dan pendaftaran hak atas jaminan dalam kekayaan intelektual. Materi peraturan perundang-undangan tersebut diharapkan dapat seragam di semua negara dengan cara melakukan penyusunan atau pembaharuan hukum berdasarkan specific guidance (petunjuk khusus) yang dibuat oleh UNCITRAL. 3. Working Group VI diminta oleh Commission untuk menyiapkan petunjuk khusus berkenaan dengan perlunya koordinasi yang tepat bagi secured transactions law (hukum transaksi berjaminan) 2 dan intellectual property law (hukum 2 Secured transactions law adalah hukum berkenaan dengan pengikatan benda-benda bergerak baik yang berwujud maupun yang tidak berwujud. Khusus bagi Working Group VI on Security Interests, secured transactions law adalah hukum berkenaan dengan pengikatan hak atas kekayaan intelektual BULETIN HUKUM PERBANKAN DAN KEBANKSENTRALAN 38 Volume 6, Nomor 2, Agustus 2008

kekayaan intelektual) yang terdapat di masing-masing negara. Setiap negara nampaknya telah memiliki hukum kekayaan intelektual namun belum tentu demikian halnya dengan hukum transaksi berjaminan. Indonesia, sebagai contoh, telah memiliki hukum kekayaan intelektual namun dapat dikatakan belum memiliki hukum transaksi berjaminan khususnya terkait dengan hak atas kekayaan intelektual. Inti koordinasi sebagaimana disebutkan di atas adalah bahwa hukum transaksi berjaminan tidak boleh melanggar ketentuan hukum kekayaan intelektual yang telah dimiliki oleh masing-masing negara dan juga tidak boleh melanggar perjanjian internasional di bidang kekayaan intelektual yang telah dibuat antar negara. Hukum transaksi berjaminan berfungsi sebagai pelengkap terhadap hukum kekayaan intelektual yang tidak mengatur sampai ke bidang pengikatan hak atas kekayaan intelektual. Petunjuk khusus yang dibuat oleh Working Group VI merupakan petunjuk yang dapat digunakan oleh masingmasing negara dalam penyusunan atau penyempurnaan materi hukum transaksi berjaminan yang modern. Selain itu, penerapan hukum transaksi berjaminan juga terkait dan perlu dikoordinasikan dengan secured financing law (hukum pembiayaan berjaminan) dan insolvency law (hukum kepailitan) yang dimiliki oleh masing-masing negara. 4. Commission dalam pertemuannya pada sesi ke-39 tahun 2006, telah mencatat bahwa kekayaan intelektual (seperti copyright, patent dan trademark) telah menjadi sumber pembiayaan perbankan 3 yang sangat penting dan perlu diatur dalam hukum transaksi berjaminan yang modern. Untuk menindaklanjutinya, maka Commisssion meminta Working Group VI on Security Interest untuk membuat petunjuk khusus agar dapat digunakan oleh masingmasing negara yang akan menyusun atau menyempurnakan hukum transaksi berjaminannya. 5. Berkenaan dengan penyusunan hukum transaksi berjaminan, Working Group VI telah membahas creation of a security right, thirdparty effectiveness of a security right, the registry system, priority of a security right, rights and obligations of the parties to security agreement, rights and obligations of third-party obligors, enforcement of a security right, acquisition financing, law applicable to a 3 Dalam hal ini hak atas kekayaan intelektual dijadikan sebagai collateral untuk mendapatkan kredit dari perbankan. Dengan perkataan lain, collateral menjadi dasar bagi perbankan untuk menyalurkan pembiayaan kepada nasabahnya baik sebagai owner maupun licensee dari hak. atas kekayaan intelektual. Bentuk-bentuk pembiayaan tersebut antara lain portofolio financing, single asset financing, royalty financing, dan project financing BULETIN HUKUM PERBANKAN DAN KEBANKSENTRALAN 39 Volume 6, Nomor 2, Agustus 2008

security right, scope of application and other general rules, key objectives and fundamental policies, the impact of insolvency on a security right, terminology, examples of intellectual property financing practices, dan the treatment of security rights in intellectual property rights under current law. 6. Creation of a security right Berkenaan dengan konsep creation of security right (penciptaan hak atas jaminan), jika hukum kekayaan intelektual mengatur masalah penciptaan hak atas jaminan maka hukum kekayaan intelektual berlaku; jika hukum kekayaan intelektual tidak mengatur masalah dimaksud maka hukum transaksi berjaminan yang berlaku. Bila hukum kekayaan intelektual mengatur bahwa registration (pendaftaran) merupakan persyaratan pengalihan hak atas kekayaan intelektual maka hukum transaksi berjaminan tidak mencampuri pengaturan yang demikian itu. Namun, bila hukum kekayaan intelektual tidak mensyaratkan pendaftaran dimaksud maka berlaku hukum transaksi berjaminan dan pendaftaran hanya akan merupakan persyaratan untuk daya laku efektif terhadap pihak ketiga. Artinya, pendaftaran bukan merupakan persyaratan untuk penciptaan hak atas jaminan. Selanjutnya, berkenaan dengan rights holder (pemegang hak) terhadap hak atas kekayaan intelektual yakni grantor (pemberi hak) atau secured creditor (kreditur terjamin) pengaturannya menjadi materi aturan hukum kekayaan intelektual. 7. Third-party effectiveness of a security right Berkenaan dengan third-party effectiveness (daya laku efektif terhadap pihak ketiga) terhadap hak atas jaminan, dianut pandangan bahwa pengertian pihak ketiga termasuk tidak hanya meliputi competing claimants (pengklaim yang bersaing) namun juga pihak ketiga lainnya seperti infringers (pelanggar hukum) terhadap hak atas kekayaan intelektual. Masalah daya laku terhadap pengklaim yang bersaing diatur dalam materi aturan hukum pembiayaan berjaminan, sementara daya laku terhadap pihak ketiga lainnya seperti pelanggar hukum diatur dalam materi aturan hukum kekayaan intelektual. Kreditur terjamin yang terhadapnya hak atas kekayaan intelektual merupakan main security (jaminan utama) dan menghendaki priority (prioritas) atas semua pengklaim yang bersaing harus melakukan pengecekan dan perlu untuk mendaftarkan hanya dalam intellectual property rights registry (kantor pendaftaran hak atas kekayaan intelektual). Sementara, kreditur terjamin yang menghendaki prioritas hanya terhadap kreditur terjamin lainnya yang melakukan pendaftaran dalam general security rights registry (kantor pendaftaran hak atas jaminan umum) harus melakukan pengecekan dan perlu BULETIN HUKUM PERBANKAN DAN KEBANKSENTRALAN 40 Volume 6, Nomor 2, Agustus 2008

untuk mendaftarkan hanya dalam kantor pendaftaran hak atas jaminan umum dimaksud. Pendaftaran dalam specialized registry (kantor pendaftaran khusus) untuk hak atas jaminan dalam hak atas kekayaan intelektual hanya berlaku terhadap kantor pendaftaran khusus yang di dalamnya hak atas jaminan dapat didaftarkan. 8. The registry system Berkenaan dengan registry system (sistem pendaftaran), untuk menghindari inefisiensi dan biaya dalam pendaftaran hak atas jaminan dalam hak atas kekayaan intelektual, disarankan bahwa jika terdapat kantor pendaftaran hak atas kekayaan intelektual, maka pendaftaran hak atas jaminan dalam kantor dimaksud merupakan suatu pendaftaran yang bersifat mandatory (keharusan). Artinya, tidak perlu untuk melakukan pendaftaran juga pada kantor pendaftaran hak atas jaminan umum. 9. Priority of a security right Berkenaan dengan priority of a security right (prioritas hak atas jaminan), hukum transaksi berjaminan tidak berlaku terhadap priority conflict (konflik prioritas) di antara tranferees (penerima pengalihan) atau licensees (penerima lisensi) dari hak atas kekayaan intelektual jika tidak terdapat pertentangan dengan hak atas jaminan yang diberikan oleh transferor (pengalih) atau licensor (pemberi lisensi) yang terakhir atau terdahulu. Sesuai dengan hukum transaksi berjaminan, dalam konflik prioritas di antara hak atas jaminan yang didaftarkan dalam kantor pendaftaran hak atas kekayaan intelektual dan hak atas jaminan yang didaftarkan dalam kantor pendaftaran hak atas jaminan umum, maka yang disebut terdahulu berlaku. Dalam hal hak atas jaminan dalam hak atas kekayaan intelektual tidak terdaftar dalam kantor pendaftaran hak atas kekayaan intelektual, bila tidak terdapat ketentuan prioritas yang lain dalam hukum kekayaan intelektual, prioritas hak atas jaminan ditentukan berdasarkan order of registration (urutan pendaftaran) dalam kantor pendaftaran hak atas jaminan umum. Patut diketahui, hak atas kekayaan intelektual sudah umum dilisensikan. Dalam hal ini, hak yang ditahan oleh pemberi lisensi seperti hak kepemilikan atau hak untuk menerima royalti, dan hak penerima lisensi untuk menggunakan kekayaan intelektual berdasarkan licence agreement (perjanjian lisensi), dapat digunakan sebagai agunan untuk mendapatkan kredit. 10. Rights and obligations of the parties to a security agreement Berkenaan dengan hak dan kewajiban para pihak dalam security agreement (perjanjian jaminan), BULETIN HUKUM PERBANKAN DAN KEBANKSENTRALAN 41 Volume 6, Nomor 2, Agustus 2008

didasarkan pada prinsip party autonomy(prinsip kebebasan berkontrak). Namun, penerapan prinsip kebebasan berkontrak dalam perjanjian jaminan terkait dengan hak atas kekayaan intelektual perlu dibatasi. Salah satu kemungkinan pembatasannya adalah bahwa hak untuk menggugat pelanggar hukum hanya dapat digunakan oleh pemegang hak atau exclusive licensee (penerima lisensi eksklusif). Pada umumnya dipahami bahwa kreditur terjamin tidak diwajibkan untuk mengejar pelanggar hukum atau memperbaharui pendaftaran hak atas kekayaan intelektual yang dibebani. Kedua hal ini seyogianya menjadi isu hukum kekayaan intelektual dan isu perjanjian jaminan jika diperkenankan oleh hukum kekayaan intelektual. Pada dasarnya dimengerti bahwa terkait dengan hukum transaksi berjaminan, kreditur terjamin seyogianya memiliki hak untuk mengejar pelanggar hukum dan memperbaharui pendaftaran hak atas kekayaan intelektual yang dibebani, jika disepakati demikian di antara pemberi hak (pemegang hak) dan kreditur terjamin. 11. Rights and obligations of third-party obligors Berkenaan dengan hak dan kewajiban third-party obligor, patut diketahui bahwa dalam hal pemberi lisensi mengalihkan klaimnya terhadap penerima lisensi untuk pembayaran royalti berdasarkan perjanjian lisensi, maka penerima lisensi sebagai debitur atas tagihan yang dialihkan merupakan thirdparty obligor sesuai dengan hukum transaksi berjaminan. Juga patut dicatat bahwa jika penerima lisensi mengalihkan klaimnya untuk pembayaran royalti berdasarkan sublicence agreement (perjanjian sublisensi), maka sub-licensee (penerima sub-lisensi) merupakan debitur atas tagihan yang dialihkan dan dengan begitu merupakan third-party obligor sesuai dengan hukum transaksi berjaminan. 12. Enforcement of a security right Berkenaan dengan enforcement of a security right (eksekusi hak atas jaminan), telah diobservasi bahwa jika kreditur terjamin menghendaki untuk mendapatkan control (pengawasan) terhadap hak atas kekayaan intelektual yang dibebani, maka kreditur terjamin dapat memperoleh hak atas jaminan dalam hak dari pemegang hak. Sehubungan dengan kemungkinan mengeksekusi hak atas jaminan dalam hak atas kekayaan intelektual terhadap pengklaim yang bersaing dengan hak yang diperoleh berdasarkan hukum kekayaan intelektual (misal penerima pengalihan dan penerima lisensi), hak atas jaminan tersebut harus didaftarkan dalam kantor pendaftaran hak atas kekayaan intelektual, dinyatakan bahwa pendaftaran itu merupakan masalah daya laku efektif terhadap pihak ketiga dan prioritas, bukan masalah eksekusi. BULETIN HUKUM PERBANKAN DAN KEBANKSENTRALAN 42 Volume 6, Nomor 2, Agustus 2008

13. Acquisition financing Berkenaan dengan acquisition financing (pembiayaan akuisisi), telah dipertimbangkan bahwa dalam hal pemberi lisensi membiayai akuisisi lisensi oleh penerima lisensi dalam arti bahwa pembayaran dilakukan dalam future royalty instalments (angsuran royalti yang akan datang), maka hak pemberi lisensi dalam royalti seyogianya memiliki prioritas terhadap hak atas jaminan yang diberikan oleh penerima lisensi dalam semua asetnya baik yang ada sekarang maupun yang akan datang, termasuk pembayaran royalti dari penerima sub-lisensi yang akan digunakan oleh penerima lisensi untuk membayar royalti yang terhutang kepada pemberi lisensi. 14. Law applicable to a security right Berkenaan dengan hukum yang berlaku terhadap hak atas jaminan, telah dicatat bahwa penerapan lex protectionis 4 terhadap aspek kepemilikan hak atas jaminan pada umumnya tidak diterima. Sebagai jalan keluar maka diperlukan penyusunan berbagai alternatif pendekatan hukum yang ukurannya adalah efisiensi terutama terhadap biaya pendaftaran dan biaya pengecekan pada kantor 4 Lex protectionis adalah hukum negara dimana perlindungan hak atas kekayaan intelektual ingin didapatkan. Lex protectionis dikenal dalam penerapan hukum kekayaan intelektual. Dalam pengalihan hak atas kekayaan intelektual hukum yang berlaku adalah lex protectionis. pendaftaran yang relevan yakni kantor pendaftaran hak atas jaminan umum atau kantor pendaftaran hak atas kekayaan intelektual. Selanjutnya, telah dicatat bahwa hak dan kewajiban pemberi hak dan kreditur terjamin diatur berdasarkan pilihan hukum mereka yang dituangkan dalam kontrak antara pemberi hak dan kreditur terjamin. Dalam hal tidak terdapat pilihan hukum maka diterapkan hukum yang berlaku terhadap perjanjian jaminan. 15. Scope of application and other general rules Berkenaan dengan cakupan penerapan dan ketentuan umum, diasumsikan bahwa outright assignment atau transfer terhadap hak atas kekayaan intelektual tidak akan dicakup dalam hukum transaksi berjaminan. Hukum transaksi berjaminan akan mengatur hak yang timbul berdasarkan perjanjian lisensi, klaim terhadap pelanggar hukum hak atas kekayaan intelektual, hak untuk mendaftarkan hak atas kekayaan intelektual, hak atas kekayaan intelektual terkait dengan tangible asset (benda bergerak berwujud), penerapan prinsip kebebasan berkontrak dan komunikasi secara elektronis terhadap hak atas jaminan dalam hak atas kekayaan intelektual. Materi aturan hukum transaksi berjaminan ini tetap dikoordinasikan dengan materi aturan hukum kekayaan intelektual. BULETIN HUKUM PERBANKAN DAN KEBANKSENTRALAN 43 Volume 6, Nomor 2, Agustus 2008

16. Key objectives and fundamental policies Berkenaan dengan tujuan utama dan kebijakan dasar, pada umumnya dirasakan bahwa perlu didiskusikan dalam commentary of the Annex implikasi penerapan tujuan utama dan kebijakan dasar 5 dari hukum transaksi berjaminan terhadap transaksi pembiayaan kekayaan intelektual dengan menguraikan contoh-contoh praktis. Materi diskusi dimaksud terutama akan berguna bagi negara-negara yang hukum mereka tidak membolehkan hak atas kekayaan intelektual digunakan sebagai agunan untuk mendapatkan kredit atau bagi negara-negara dimana praktik penggunaan hak atas kekayaan intelektual sebagai agunan sangat terbatas. 17. The impact of insolvency on a security right Berkenaan dengan implikasi insolvency (kepailitan) pada hak atas jaminan, perlu dirumuskan perlakuan terhadap hak atas jaminan yang diberikan oleh penerima lisensi dalam hal pemberi lisensi pailit, dan perlakuan terhadap hak atas jaminan yang diberikan oleh pemberi lisensi dalam hal penerima lisensi pailit. Working Group VI belum mencapai kesepakatan mengenai ketepatan 5 Tujuan utama dan kebijakan dasar hukum transaksi berjaminan adalah untuk mempromosikan kredit berjaminan dalam konteks pembiayaan kekayaan intelektual. pengaturan kedua substansi ini dalam hukum transaksi berjaminan. Pembahasan akan dilakukan kembali pada sidang Working Group berikutnya. Working Group VI merekomendasikan kepada Commission bahwa Working Group V on Insolvency Law mungkin ditanya untuk mempertimbangkan pengaturan kedua materi tersebut. 18. Terminology Berkenaan dengan peristilahan, pada dasarnya dirasakan bahwa istilah intellectual property perlu dipertahankan dengan penjelasan yang tepat dalam commentary of the Annex terkait dengan sejumlah hak yang dicakup oleh istilah itu. Demikian juga halnya dengan istilah claims, receivables dan licence perlu diterangkan dalam commentary namun tidak perlu diberi definisi. Terhadap istilah competing claimant juga disepakati untuk dijelaskan tetapi harus tidak diperluas hingga diskusi mengenai masalah prioritas. 19. Examples of intellectual property financing practices Berkenaan dengan contoh-contoh praktik pembiayaan kekayaan intelektual, pada umumnya dirasakan bahwa diskusi mengenai praktik-praktik pembiayaan kekayaan intelektual yang akan dicakup dalam hukum transaksi berjaminan diperlukan dan harus diperluas untuk mencakup praktikpraktik yang di dalamnya hak-hak yang berbeda digunakan sebagai agunan untuk mendapatkan kredit, BULETIN HUKUM PERBANKAN DAN KEBANKSENTRALAN 44 Volume 6, Nomor 2, Agustus 2008

termasuk hak pemberi lisensi berdasarkan perjanjian lisensi. 20. The treatment of security rights in intellectual property rights under current law Berkenaan dengan perlakuan terhadap hak atas jaminan dalam kekayaan intelektual berdasarkan hukum yang sedang berlaku, pada umumnya dirasakan bahwa diskusi atas hubungan hukum pembiayaan berjaminan dengan hukum kekayaan intelektual perlu dipertahankan dengan pandangan mengindikasikan penyelesaian berbagai masalah dalam Annex. Dalam Annex, berbagai pilihan yang tersedia bagi negara-negara yang memberlakukan Guide perlu didiskusikan. Pilihan tersebut terdiri dari: a. mengharmonisasikan hukum kekayaan intelektual yang mengatur security device (instrumen jaminan) yang berhubungan dengan kekayaan intelektual misalnya mortgage atau pledge dalam kekayaan intelektual yang didaftarkan dalam kantor pendaftaran kekayaan intelektual yang relevan, atau b. mempertahankan instrumen jaminan berdasarkan hukum kekayaan intelektual yang saat ini berlaku dengan pemahaman bahwa Guide akan berbeda dengan hukum tersebut dan menyiapkan koordinasi yang pas melalui ketentuan yang mengatur masalah prioritas. BULETIN HUKUM PERBANKAN DAN KEBANKSENTRALAN 45 Volume 6, Nomor 2, Agustus 2008