BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil dari pembahasan diatas, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Hasil pengujian hubungan Kausalitas Granger menunjukkan bahwa: Pada hasil pengujian Kausalitas Granger, variabel makro ekonomi tidak mempengaruhi harga saham PGAS dan PTBA. Pada harga saham BBRI, dipengaruhi oleh variabel nilai kurs dan laju inflasi, begitu juga sebaliknya. Namun, harga saham BBRI tidak dipengaruhi oleh suku bunga BI. Harga saham BMRI dipengaruhi oleh laju inflasi dan suku bunga BI, namun tidak dipengaruhi oleh nilai kurs valuta asing. Selain itu, harga saham pada perusahaan TLKM hanya dipengaruhi oleh suku bunga BI dan tidak dipengaruhi oleh nilai kurs valuta asing dan laju inflasi. 2. Hasil Estimasi VAR First Difference menunjukkan bahwa: a. Hasil Estimasi VAR Nilai tukar USD/rupiah Pengaruh dari variabel independen kurs, BI rate, dan laju inflasi terhadap harga saham BBRI adalah sebagai berikut: 74
75 Tabel 5.1 Hasil estimasi VAR First Difference Kurs Hargsa Saham Hubungan Keterangan BBRI Negatif Tidak Signifikan BMRI Negatif Signifikan PGAS Negatif Tidak Signifikan PTBA Positif Tidak Signifikan TLKM Negatif Signifikan Hasil analisis VAR pada variabel kurs terhadap harga saham PTBA pada first difference memiliki hubungan positif tidak signifikan. Hal tersebut dapat disimpulkan bahwa ketika kurs menguat maka diikuti pula dengan kenaikan harga saham PT. Bukit Asam (Persero) Tbk. Hal ini menunjukkan semakin kuat nilai kurs akan mengakibatkan tingginya harga saham karena penggunaan mata uang asing baik. Sebagai efek dari fluktuasi nilai tukar yang mempengaruhi pendapatan dan biaya operasional perusahaan. Saat nilai tukar bergerak terapresiasi, harga saham PTBA ikut bergerak naik. Selain itu, hubungan variabel kurs terhadap harga saham BBRI, BMRI, PGAS, dan TLKM adalah negatif. Pada variabel kurs dapat disimpulkan bahwa pengaruh variabel kurs terhadap harga saham BUMN adalah negatif tidak signifikan. Respon negatif yang ditimbulkan oleh harga saham perusahaan BUMN disebabkan karena kenaikan nilai kurs yang diimbangi oleh kenaikan harga saham perusahaan BUMN bisa disebabkan karena masyarakat cenderung memilih untuk menanamkan modalkan di perusahaan sektor lain.
76 b. Hasil Estimasi VAR Suku Bunga BI Pengaruh dari variabel independen kurs, BI rate, dan laju inflasi terhadap harga saham BBRI adalah sebagai berikut: Tabel 5.2 Hasil estimasi VAR First Difference BI Rate Hargsa Saham Hubungan Keterangan BBRI Negatif Tidak Signifikan BMRI Positif Tidak Signifikan PGAS Positif Tidak Signifikan PTBA Negatif Tidak Signifikan TLKM Positif Signifikan Hasil analisis VAR pada variabel suku bunga BI terhadap harga saham BUMN pada tingkat first difference dominan memiliki hubungan positif tidak signifikan. Hal tersebut dapat disimpulkan bahwa ketika suku bunga BI menguat, maka diikuti pula dengan kenaikan harga saham perusahaan BUMN yang menjadi sampel dalam penelitian ini. Berbeda dengan banyak teori yang menyebutkan bahwa jika kenaikan suku bunga BI maka akan menurunkan atau berdampak negatif terhadap harga saham. Fenomena yang terjadi di masyarakat Indonesia berbeda dengan teori yang terjadi pada masyarakat global. Para investor khususnya investor lokal tidak melihat seberapa besar atau kecilnya perubahan tingkat suku bunga yang ditetapkan oleh Bank Indonesia. Golongan investor di Indonesia cenderung dominan dengan investor yang sama, tidak banyak perbedaan tiap personal.
77 c. Hasil Estimasi VAR Laju Inflasi Pengaruh dari variabel independen kurs, BI rate, dan laju inflasi terhadap harga saham BBRI adalah sebagai berikut: Tabel 5.3 Hasil estimasi VAR First Difference Inflasi Hargsa Saham Hubungan Keterangan BBRI Positif Tidak Signifikan BMRI Positif Tidak Signifikan PGAS Negatif Tidak Signifikan PTBA Positif Tidak Signifikan TLKM Positif Signifikan Hubungan positif dominan tidak signifikan yang dialami oleh pengaruh laju inflasi terhadap harga saham pada Perusahaan BUMN yang ditunjukkan dari hasil uji VAR First Difference. Ketika laju inflasi tinggi, perusahaan akan memilih metode akuntansi sediaan dan penyusutan yang dapat menurunkan pajak yang dibayar, dan dengan demikian akan berpengaruh terhadap harga saham perusahaan. Kenaikan laju inflasi biasanya diimbangi dengan kenaikan nilai suku bunga yang ditetapkan oleh Bank Indonesia. oleh karena pada penelitian ini variabel suku bunga BI direspon positif oleh harga saham perusahaan BUMN, maka hal ini juga ditunjukkan oleh respon positif kenaikan laju inflasi yang direspon positif pula oleh harga saham.
78 3. Impulse Response Function(IRF) Hasil Impulse Response Function (IRF) menunjukkan bahwa Nilai Tukar Rupiah / Dollar (Kurs), Inflasi, Laju Inflasi memberikan respon terhadap harga saham masing-masing perusahaan yang menjadi variabel dalam penelitian ini. Masing-masing variabel makro ekonomi tersebut dapat memberikan respon yang berbeda-beda terhadap perubahan harga saham pada masing - masing perusahaan BUMN yang menjadi variabel dependen. B. Saran 1. Bagi PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. perlu untuk memperhatikan variabel inflasi karena variabel tersebut memberikan pengaruh positif yang tidak signifikan bagi perusahaan. Kenaikan laju inflasi yang dapat diimbangi dengan kenaikan harga saham BBRI menunjukkan bahwa banyaknya jumlah uang beredar di masyarakat tidak mengurangi kemampuan masyarakat untuk menanamkan modalnya di pasar modal. Hendaknya PT Bank Rakyat Indonesia untuk lebih bisa memperhatikan kinerja perusahaannya untuk bisa meningkatkan daya tarik masyarakat terhadap harga saham BBRI selaku industri keuangan perbankian dengan aset tertinggi. 2. Bagi PT Bank Mandiri (Persero) Tbk, hendaknya lebih memperhatikan varibel inflasi. Hal tersebut dilakukan karena hanya variabel inflasi dari antara variabel independen lainnya yang pengaruhnya tidak signifikan terhadp harga saham PT Bank Mandiri (Persero) Tbk.
79 3. Bagi PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk, seluruh variabel sudah berpengaruh positif dan signifikan terhadap harga saham perusahaan. Hal tersebut dapat diartikan bahwa dengan peningkatan varibael-variabel tersebut harga saham PGAS pun ikut meningkat. Kondisi perusahaan sudah merespon baik terhadap kondisi perekonomian makro yang telah terjadi dalam jangka waktu penelitian. 4. Bagi perusahaan PT Bukit Asam (Perssero) Tbk perlu memperhatikan perubahan laju dari variabel-variabel tersebut yang direspon positif namun tidak signifikan. Variabel tersebut dirasa cukup mempengaruhi dengan baik dan dapat direspon dengan baik pula oleh perusahaan. Namun, hubungan tersebut tidak secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi harga saham PTBA. 5. Seperti halnya yang terjadi pada harga saham BBRI dan BMRI, hendaknya lebih memperhatikan varibel inflasi. Hubungan variabel inflasi yang positif namun tidak signifikan menunjukkan bahwa hubungan ini tidak mempengaruhi perubahan terhadap harga saham perusahaan-perusahaan tersebut. Selain itu, kenaikan laju inflasi terkadang tetap mempengaruhi daya beli masyarakat terhadap output yang baik yang dihasilkan oleh PT Telekomunikasi Indonesia (Persero), Tbk. perusahaan pun harus lebih memperhatikan fluktuasi harga saham karena diantara perusahaanperusahan BUMN yang menjadi variabel independen dalam penelitian ini, harga saham TLKM merupakan yang paling berfluktuatif. 6. Bagi Investor yang ingin melakukan investasi saham, sebaiknya terlebih dahulu melihat kinerja perusahaan yang bisa dilihat dari laporan keuangan.
80 Laporan keuangan tersebut dapat memperlihatkan laba operasional dan laba bersih saham, apakah keadaan perusahaan dalam kondisi dan prospek yang baik atau cenderung akan mengalami penurunan kinerja di masa yang akan datang. Selain itu, hendaknya para investor memperhatikan bagaimana respon harga saham dan kinerja perusahaan terhadap gejala ekonomi yang timbul dari faktor internal maupun eksternalnya. 7. Bagi peneliti selanjutnya disarankan untuk mempertimbangkan hubungan terhadap unit analisis yang berbeda-beda dari tiap perusahaan dan tiap periode penelitian. Periode, jumlah populasi, dan sampel yang lebih panjang akan menghasilkan respon dan gambaran yang lebih baik dan lebih jelas terhadap respon harga saham tiap perusahaan. Selain itu, diharapkan dengan dibuatnya penelitian ini menimbulkan minat pe.neliti untuk dapat menginvestasikan dananya di pasar modal.
81 DAFTAR PUSTAKA Arifin, Ali. 2004. Membaca Saham. Andi. Yogyakarta. Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta. Boediono, 1996. Ekonomi Moneter, Seri Sinopsis Pengantar Ilmu Ekonomi N0.5, Edisi 3, Yogyakarta: Penerbit BPFE. Darmadji, T & Fakhrudin, H.M. 2006. Pasar Modal di Indonesia ( Edisi 2 ). Jakarta : Penerbit Salemba Empat. Ganggas, Rakasetya, G & Darminto, Pengaruh Faktor Mikro dan Faktor Makro Ekonomi Terhadap Harga Saham Perusahaan Mining and Mining Services yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Periode 2008-2011, Jurnal Administrasi Bisnis (JAB), Vol. 6 No. 2 Desember 2013. Gujarati, Damodar. 1995. Ekonometrika Dasar.Jakarta : Penerbit Erlangga. Gujarati, Damodar. 2004. Basic Ekonometrika (Ekonometrika Dasar). Jakarta : Penerbit Erlangga. Harjito, Agus dan Martono. (2007). Manajemen Keuangan. Yogyakarta: Ekonusa. Harsono, Budi. (2013). Efektif Bermain Saham. Jakarta: PT Elex Media Komputindo. Jauhari, Achmad. 2014. Pengaruh Faktor Fundamental dan Makro Ekonomi Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Industri Properti di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Media Wahana Ekonomika, Vol. 11, No.3, Oktober 2014 : 65-83 Jhingan, M.L. 2000. Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan. Jakarta : Rajawali Press. Jugianto. 2000. Teori Portofolio dan Analisis investasi. Yogyakarta: BPFE Edisi II Kasmir. 2002. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya Edisi Revisi 2002. Jakarta : PT. Rajagrafindo Persada. Mankiw, N. Gregory. 2003. Pengantar Ekonomi Jilid 1. Jakarta : Erlangga. Mishkin, Frederic S. 2008. Ekonomi Uang, Perbankan, dan Pasar Keuangan edisi8. Salemba Empat : Jakarta.Muana, Nanga. (2001). Makro Ekonomi Teori, Masalah dan Kebijakan. Edisi Pertama, Rajawali Pers, Jakarta.
82 Mohamad Samsul. 2006. Pasar Modal dan Manajemen Portofolio. Jakarta: Erlangga. Nazir, 2003. Metode Penelitian. Jakarta: Pustaka Gramedia. O. P. Simorangkir. 2000. Pengantar Lembaga Keuangan Bank dan Nonbank. Jakarta: Ghalia Indonesia. Pantjar Simatupang. 2000. Diagnosa Penyebab Inflasi dari Sisi Sektoril, Tinjauan Eksploratif. Jurnal Perspektif, Ekonomi, Vol 4, No 3. Prathama Raharja.1997. Uang dan Perbankan. Jakarta: Rineka Cipta. Sadono Soekirno. 2003. Pengantar Ekonomi Makro. Jakarta: Salemba Empat. Samuelson, Paul A. William D. (2001) Makro Ekonomi, Edisi Keempatbelas. Jakarta : Erlangga. Sugiyono. (2007). Statistik Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta. Suhartono dan Qusdi, Fadlillah. (2009). Portofolio Investasi dan Bursa Efek. Yogyakarta : UPP STIM YKPN. Syamsuddin, Lukman. (2007). Manajemen Keuangan Perusahaan. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Suramaya, Suci K. 2012. Pengaruh Inflasi, Suku Bunga, Kurs, dan Pertumbuhan PDB Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan. Jurnal Economia, Volume 8, Nomor 1, April 2012. Sunariyah. 2003. Pengantar Pengetahuan Pasar Modal.Yogyakarta : AMP YKPN. Tandelilin, Eduardus. 2001. Analisis Investasi dan Manajemen Portofolio, Edisi Pertama, BPFE, Yogyakarta. Tandelilin, Eduardus. 2002. The Impact of Asian Financial Crisis on Stocks Behavior: Evidence from Jakarta Stock Exchange. Proceeding of Simposium Nasional Keuangan In Memoriam Prof. Dr. Bambang Riyanto, Gadjah Mada UU Nomor 8 tahun 1995 tentang Pasar Modal Wijaya, Renny. 2013. Pengaruh Fundamental Ekonomi Makro Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan Pada BEI Pada Tahun 2002 2011. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya, Vol.2 No.1, 2013. www.bei5000.com/fundamental/data/, 10 Maret 2014, 22:45. Laporan tahunan.
83 www.bi.go.id/id/moneter/bi-rate/data/default.aspx, 3 Maret 2016, 15:11. Data suku bunga. www.bi.go.id/id/moneter/inflasi/data/default.aspx, 3 Maret 2016, 14:25. Data Inflasi. www.bi.go.id/id/moneter/kalkulator-kurs/default.aspx, 3 Maret 2016, 14:32. Data nilai tukar. www.bnisecurities.co.id, 10 November 2015 www.ekbis.sindonews.com/topic/264/ipo/11, 11 November 2015