LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR : 08 TAHUN 2005 SERI E PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 8 TAHUN 2005 TENTANG

dokumen-dokumen yang mirip
PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 21 TAHUN 2001 TENTANG PENGESAHAN PENDIRIAN DAN PERUBAHAN BADAN HUKUM KOPERASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN BARITO UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARITO UTARA NOMOR 4 TAHUN 2006 TENTANG

LEMBARAN DAERAH K A B U P A T E N B A N D U N G RETRIBUSI PELAYANAN PERIJINAN PENYELENGGARAAN KOPERASI

L E M B A R AN D A E R A H KABUPATEN BALANGAN NOMOR 07 TAHUN 2006 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BALANGAN NOMOR 07 TAHUN 2006 T E N T A N G

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR : 75 TAHUN 2001 SERI B PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 38 TAHUN 2001 TENTANG IJIN USAHA PERDAGANGAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BALANGAN NOMOR 09 TAHUN 2006 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BALANGAN NOMOR 09 TAHUN 2006 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR : 74 TAHUN 2001 SERI B PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 37 TAHUN 2001 TENTANG WAJIB DAFTAR PERUSAHAAN

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA TENGAH

PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 2 TAHUN 2009 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PENDAFTARAN PENDUDUK DAN PENCATATAN SIPIL

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT

LEMBARAN DAERAH KOTA CIREBON

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BALANGAN NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG IZIN USAHA PENGGILINGAN PADI, HULLER DAN PENYOSOHAN BERAS

IZIN PEMBANGUNAN JALAN KHUSUS PERUSAHAAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL,

PEMERINTAH KABUPATEN BARITO UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARITO UTARA NOMOR 9 TAHUN 2005 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BEKASI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARITO UTARA NOMOR 03 TAHUN 2003 TENTANG PENGELOLAAN RETRIBUSI USAHA RUMAH MAKAN DI KABUPATEN BARITO UTARA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 9 TAHUN 2002 TENTANG RETRIBUSI IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN TENTANG RETRIBUSI IZIN USAHA PERDAGANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 12 TAHUN 2003 TENTANG RETRIBUSI SURAT IZIN USAHA PERDAGANGAN ( SIUP )

BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG WAJIB DAFTAR PERUSAHAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 7 TAHUN 2003 TENTANG RETRIBUSI IZIN TEMPAT USAHA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BENGKAYANG,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG NOMOR 12 TAHUN 2001 SERI B.6 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG NOMOR 11 TAHUN 2001 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL

PEMERINTAH KABUPATEN SUMBAWA BARAT

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN TENTANG RETRIBUSI TANDA DAFTAR PERUSAHAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BALIKPAPAN,

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 19 TAHUN 2003 TENTANG LEGES DAN BIAYA ADMINISTRASI DALAM KOTA TARAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MURUNG RAYA NOMOR : 33 TAHUN 2004 T E N T A N G RETRIBUSI IJIN TEMPAT USAHA DI KABUPATEN MURUNG RAYA

PEMERINTAH KABUPATEN TANAH BUMBU IZIN USAHA PERKEBUNAN

BUPATI PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI IZIN GANGGUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN NGANJUK SERI C PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGANJUK NOMOR 06 TAHUN 2004 TENTANG RETRIBUSI IZIN USAHA INDUSTRI DAN PERDAGANGAN

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 09 TAHUN 2002 TENTANG PEMBERIAN IJIN TEMPAT USAHA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TARAKAN,

PEMERINTAH KABUPATEN SUMBAWA BARAT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TOJO UNA-UNA TAHUN 2008 NOMOR 31 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TOJO UNA-UNA NOMOR : 31 TAHUN 2008 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN SUMBAWA BARAT

PERATURAN DAERAH KOTA TEGAL

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BOGOR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR NOMOR 5 TAHUN 2009

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 20 TAHUN 2009 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 7 TAHUN 2006 TENTANG RETRIBUSI IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KOTA TEGAL TAHUN 2009 NOMOR 3

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 5 TAHUN 2004 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN SUMBAWA BARAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 6 TAHUN 2002 T E N T A N G RETRIBUSI PELAYANAN IZIN USAHA PERDAGANGAN DAN INDUSTRI

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR : 14 TAHUN 2003 TENTANG RETRIBUSI IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA NOMOR 14 TAHUN 2005 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG RETRIBUSI PENGGANTIAN BIAYA CETAK KARTU TANDA PENDUDUK DAN AKTA CATATAN SIPIL

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BREBES PERATURAN DAERAH KABUPATEN BREBES NOMOR 2 TAHUN 2006 TENTANG NOMOR : 3 TAHUN : 2006 SERI : C NO.

PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 4 TAHUN 1994 TENTANG PERSYARATAN DAN TATA CARA PENGESAHAN AKTA PENDIRIAN DAN PERUBAHAN ANGGARAN DASAR KOPERASI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 12 TAHUN 2009 TENTANG RETRIBUSI IZIN USAHA PERDAGANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 9 TAHUN 2010 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 20 TAHUN 2002 TENTANG RETRIBUSI PENGGANTIAN BIAYA CETAK KTP DAN AKTA CATATAN SIPIL

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUKUMBA NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG PENGATURAN BUKTI KEPEMILIKAN TERNAK DALAM KABUPATEN BULUKUMBA

PEMERINTAH KABUPATEN PARIGI MOUTONG

LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2008 NOMOR 3 SERI C PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI

SERI C PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGANJUK NOMOR 08 TAHUN?? 2003 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

BAB I KETENTUAN UMUM

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEKADAU NOMOR 02 TAHUN 2009 TENTANG RETRIBUSI PERIZINAN DIBIDANG PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN DI KABUPATEN SEKADAU

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN ACEH UTARA NOMOR : 35 TAHUN : 2005 SERI : C NOMOR : 2 QANUN KABUPATEN ACEH UTARA NOMOR 35 TAHUN 2005

LEMBARAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 14 TAHUN 2002 SERI C NOMOR 4 PERATURAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 13 TAHUN 2002 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 8 TAHUN 2005 TENTANG IZIN PENGELOLAAN LOGAM TUA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 13 TAHUN 2004 TENTANG PEMBERIAN IZIN LOKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TARAKAN,

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 22 TAHUN 2001 TENTANG WAJIB DAFTAR PERUSAHAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TARAKAN,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 9 TAHUN 2008 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PARKIR DI TEPI JALAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 20 TAHUN 2002 TENTANG RETRIBUSI PENGGANTIAN BIAYA CETAK KTP DAN AKTA CATATAN SIPIL

PEMERINTAH KABUPATEN DEMAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN DEMAK NOMOR 07 TAHUN 2010 TENTANG RETRIBUSI TEMPAT PELELANGAN IKAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 18 TAHUN 2009 TENTANG IZIN PERUNTUKAN PENGGUNAAN TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KOTA SURAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA

PEMERINTAH KOTA SURAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA

LEMBARAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 10 TAHUN 2001 SERI B NOMOR 8 PERATURAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 10 TAHUN 2001 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 4 TAHUN 1994 TENTANG PERSYARATAN DAN TATA CARA PENGESAHAN AKTA PENDIRIAN DAN PERUBAHAN ANGGARAN DASAR KOPERASI

LEMBARAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 9 TAHUN 2001 SERI B NOMOR 7 PERATURAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 9 TAHUN 2001 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN BOJONEGORO

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA SELATAN NOMOR 33 TAHUN 2007 TENTANG RETRIBUSI IZIN USAHA INDUSTRI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 7 TAHUN 2009 TENTANG RETRIBUSI WAJIB DAFTAR PERUSAHAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG,

PEMERINTAH KABUPATEN SUMBAWA BARAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MURUNG RAYA NOMOR 15 TAHUN 2004 TENTANG RETRIBUSI IJIN TRAYEK ANGKUTAN DARAT DI KABUPATEN MURUNG RAYA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 12 TAHUN 2009 TENTANG PERIJINAN PEMANFAATAN KEPEMILIKAN DAN PENGGUNAAN GERGAJI RANTAI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDAFTARAN PERUSAHAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS

PEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 5 TAHUN 2009 TENTANG RETRIBUSI IZIN USAHA PERDAGANGAN

PEMERINTAH KABUPATEN REJANG LEBONG

PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM RETRIBUSI IZIN USAHA PERINDUSTRIAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK TENGAH TAHUN 2007 NOMOR 8

LEMBARAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 13 TAHUN 2001 SERI B NOMOR 10 PERATURAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 13 TAHUN 2001 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 3 TAHUN 2001 SERI B NOMOR 1 PERATURAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 3 TAHUN 2001 TENTANG RETRIBUSI IZIN GANGGUAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PERIZINAN USAHA PENGGILINGAN PADI DI KABUPATEN PURBALINGGA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO

PEMERINTAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 27 TAHUN 2007

Transkripsi:

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR : 08 TAHUN 2005 SERI E PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 8 TAHUN 2005 TENTANG PENGESAHAN AKTA PENDIRIAN DAN PERUBAHAN ANGGARAN DASAR KOPERASI SERTA PEMBUKAAN CABANG ATAU PERWAKILAN KOPERASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANAH BUMBU, Menimbang Mengingat : a. bahwa dalam rangka adanya Kepastian Hukum bagi kegiatan usaha Koperasi, dipandang perlu memberikan status badan Hukum kepada Badan Usaha Koperasi dengan pengesahan Akta Pendiriannya oleh Pemerintah; b. bahwa seiring dengan dinamika yang terjadi dalam dunia usaha terbuka kemungkinan bagi Koperasi untuk melakukan perubahan terhadap Anggaran Dasarnya yang memerlukan Pengesahan Pemerintah ; c. bahwa dengan terbukanya kesempatan bagi Koperasi yang berkedudukan di luar Kabupaten Tanah Bumbu untuk mengembangkan kegiatan usahanya dalam bentuk Kantor Cabang Koperasi di Kabupaten Tanah Bumbu yang memerlukan Rekomendasi ; d. bahwa untuk mendukung penyelenggaraan Otonomi Daerah perlu digali secara optimal Sumber-sumber penerimaan untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah ; e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, huruf c dan huruf d, perlu membentuk Peraturan Daerah tentang Pengesahan Akta Pendirian dan Perubahan Anggaran Dasar Koperasi serta Pembukaan Cabang atau Perwakilan Koperasi; : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undangundang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3209 ) ; 2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3502 ) ; 1

3. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997 jo. Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang Perubahan atas Undang- Undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 246, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4048 ) ; 4. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2003 tentang Pembentukan Kabupaten Tanah Bumbu dan Balangan di Propinsi Kalimantan Selatan ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4265 ) ; 5. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355) ; 6. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan ( Lemb aran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4839) ; 7. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) ; 8. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438) ; 9. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 tentang Pelaksanaan Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1983 Nomor 36, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3258 ) ; 10.Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun 1994 tentang Persyaratan dan Tata Cara Pengesahan Akta Pendirian dan Perubahan Anggaran Dasar Koperasi ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1994 Nomor 8, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3540 ) ; 11.Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonom ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 54, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3952 ) ; 12.Peraturan Daerah Kabupaten Tanah Bumbu Nomor 2 Tahun 2004 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah di Lingkungan Kabupaten Tanah Bumbu (Lembaran Daerah Kabupaten Tanah Bumbu Tahun 2004 Nomor 2 Seri D); 2

Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU dan BUPATI TANAH BUMBU MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU TENTANG PENGESAHAN AKTA PENDIRIAN DAN PERUBAHAN ANGGARAN DASAR KOPERASI SERTA PEMBUKAAN CABANG ATAU PERWAKILAN KOPERASI. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan : 1. Daerah adalah Kabupaten Tanah Bumbu. 2. Pemerintah Daerah adalah Bupati dan Perangkat Daerah sebagai penyelenggara Pemerintah Daerah Kabupaten Tanah Bumbu. 3. Bupati adalah Bupati Tanah Bumbu. 4. DPRD adalah DPRD Kabupaten Tanah Bumbu. 5. Dinas adalah Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi, Usaha Kecil Menengah dan Penanaman Modal Kabupaten Tanah Bumbu. 6. Kepala Dinas adalah Kepala Dinas Perdagangan, Koperasi, Usaha Kecil Menengah dan Penanaman Modal Kabupaten Tanah Bumbu. 7. Koperasi adalah Badan Usaha yang beranggotakan orangorang atau Badan hukum Koperasi yang melandaskan kegiatan berdasarkan prinsip Koperasi sekaligus sebagai gerakan Ekonomi Rakyat yang berdasarkan azas kekeluargaan. 8. Koperasi Primer adalah Koperasi yang didirikan oleh dan beranggotakan orang-orang minimal 20 orang. 9. Koperasi Sekunder adalah Koperasi yang didirikan oleh dan beranggotakan Badan Hukum Koperasi minimal 3 buah Koperasi Primer. 10. Badan adalah suatu bentuk badan usaha yang meliputi Perseroan Terbatas, Perseroan Komanditer, perseroan lainnya, Badan Usaha Milik Negara atau Daerah dengan nama dan bentuk apapun, persekutuan, perkumpulan, Firma, kongsi, Koperasi, Yayasan atau organisasi yang sejenis, lembaga, dana pensiun, bentuk usaha tetap serta bentuk badan usaha lainnya. 11. Akta pendirian Koperasi adalah Akta perjanjian yang dibuat oleh para pendiri dalam rangka pembentukan koperasi dan memuat Anggaran Dasar Koperasi. 12. Anggaran Dasar Koperasi adalah aturan dasar tertulis yang memuat keterangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 Undang-Undang Nomor 25 Tahun1992 tentang Perkoperasian. 3

13. Kantor cabang adalah Kantor Koperasi yang berada dalam wilayah Kabupaten Tanah Bumbu, yang dibuka oleh Koperasi yang berkedudukan diluar wilayah Kabupaten Tanah Bumbu. 14. Surat Rekomendasi adalah Surat Persetujuan / dukungan yang diberikan oleh Kepala Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi, Usaha Kecil Menengah dan Penanaman Modal kabupaten Tanah Bumbu kepada Koperasi dalam membuka Kantor Cabang atau Perwakilan. 15. Pejabat yang ditunjuk adalah Pejabat pada Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Usaha Kecil Menengah dan Penanaman Modal Kabupaten Tanah Bumbu yang ditunjuk berdasarkan Keputusan Kepala Daerah yang bertugas mengurus masalah Perkoperasian. 16. Perizinan tertentu adalah kegiatan tertentu Pemerintah Daerah dalam rangka pemberian izin kepada perorangan atau Badan yang dimaksud untuk pembinaan, pengaturan, pengendalian dan pengawasan atas kegiatan pemanfaatan ruang, penggunaan Sumber daya alam, barang prasarana, sarana dan pasilitas tertentu guna melindungi kepentingan umum dan menjaga kelestarian lingkungan. 17. Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan untuk mencari, mengumpulkan dan mengolah data dan atau keterangan lain dalam rangka pengawasan kepatuhan pemenuhan kewajiban. 18. Penyidikan Tindak Pidana adalah serangkaian tindakan yang dilakukan oleh penyidik Pegawai Negeri Sipil untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat jelas tindak pidana yang terjadi serta menentukan tersangkanya. BAB II PERSYARATAN DAN TATA CARA PENGESAHAN AKTA PENDIRIAN KOPERASI Bagian Pertama Persyaratan Pengesahan Akta Pendirian Koperasi Pasal 2 Koperasi memperoleh status Badan Hukum setelah Akta Pendiriannya disahkan oleh Bupati. Pasal 3 (1) Untuk mendapatkan pegesahan terhadap Akta Pendirian koperasi, para pendiri atau kuasa para pendiri mengajukan permintaan pengesahan secara tertulis kepada Bupati. (2) Permintaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diajukan dengan melampirkan : a. 3 (tiga) rangkap Akta Pendirian Koperasi (Anggaran Dasar) ; b. 3 (tiga) rangkap Berita Acara Rapat Pembentukan Koperasi ; c. 3 (tiga) rangkap Daftar Pengurus dan Pengawas ; 4

d. 3 (tiga) rangkap Surat Bukti Penyetoran Modal ; e. 3 (tiga) rangkap Rencana Awal Kegiatan Usaha ; f. 3 (tiga) rangkap Daftar Hadir Pembentukan Koperasi ; g. 3 (tiga) rangkap Daftar Riwayat Hidup Pengurus ; h. 3 (tiga) lembar Pas Photo Pengurus ukuran 3 x 4 cm ; i. Fotokopi KTP dari Anggota Pendiri Koperasi. Bagian Kedua Permintaan Pengesahan Akta Pendirian Koperasi Pasal 4 Apabila permintaan pengesahan atas Akta Pendirian Koperasi telah dilakukan sesuai dengan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3, kepada pendiri atau kuasanya diberikan tanda terima. Bagian Ketiga Pemberian Pengesahan Akta Pendirian Koperasi Pasal 5 (1) Bupati memberikan pengesahan terhadap Akta Pendirian Koperasi, apabila ternyata setelah diadakan penelitian Anggaran Dasar Koperasi : a. tidak bertentangan dengan Undang-Undang nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian ; b. tidak bertentangan dengan ketertiban umum dan kesusilaan. (2) Pengesahan atas Akta Pendirian Koperasi ditetapkan dengan Keputusan Bupati dalam jangka waktu paling lama 3 (tiga) bulan terhitung sejak diterimanya permintaan pengesahan secara lengkap. (3) Surat Keputusan pengesahan dan Akta Pendirian Koperasi yang telah mendapat pernyataan pengesahan disampaikan kepada pendiri atau kuasanya dengan surat tercatat dalam jangka waktu paling lama 7 (tujuh) hari terhitung sejak Keputusan Pengesahan ditetapkan. Bagian Keempat Penolakan Pengesahan Akta Pendirian Koperasi Pasal 6 (1) Dalam hal permintaan pengesahan atas Akta Pendirian Koperasi ditolak, keputusan penolakan serta alasannya, berikut berkas permintaan disampaikan secara tertulis kepada pendiri atau kuasanya dengan sura tercatat dalam jangka waktu paling lama 3 (tiga) bulan terhitung sejak diterimanya permintaan pengesahan secara lengkap. (2) Terhadap penolakan pengesahan tersebut, para pendiri atau kuasanya dapat mengajukan permintaan ulang atas Akta Pendirian Koperasi dalam waktu paling lama 1 (satu) bulan terhitung sejak diterimanya pemberitahuan penolakan. 5

(3) Permintaan ulang secara tertulis dengan memenuhi persyaratan sebagaiman dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2). (4) Terhadap pengajuan permintaan ulang yang telah memenuhi ketentuan pada ayat (2), Bupati memberikan tanda terima kepada pendiri atau kuasanya. Pasal 7 (1) Bupati memberikan keputusan terhadap permintaan ulang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (2) dalam jangka waktu paling lama 1 (satu) bulan terh itung sejak diterimanya permintaan ulang secara lengkap. (2) Dalam hal pengesahan atas Akta Pendirian Koperasi diberikan, Bupati menyampaikan Keputusan pengesahan dan Akta Pendirian Koperasi yang telah mendapat pernyataan pengesahan kepada pendiri dan kuasanya dengan surat tercatat dalam jangka waktu paling lama 7 (tujuh) hari terhitung sejak keputusan pengesahan ditetapkan. (3) Dalam hal permintaan ulang pengesahan Akta Pendirian Koperasi ditolak, Bupati menyampaikan Keputusan penolakan serta alasanya kepada pendiri dan kuasanya dengan surat tercatat dalam jangka waktu paling lama 7 (tujuh) hari terhitung sejak keputusan penolakan ditetapkan. (4) Keputusan Bupati terhadap permintaan ulang tersebut merupakan putusan terakhir. Pasal 8 Apabila Bupati tidak memberikan keputusan dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (2) atau Pasal 7 ayat (1), pengesahan atas Akta Pendirian Koperasi diberikan berdasarkan kekuatan Peraturan daerah ini. Bagian Kelima Tindakan Hukum sebelum Pengesahan Akta Pendirian Koperasi Pasal 9 (1) Tindakan Hukum yang dilakukan para pendiri untuk kepentingan Koperasi sebelum Akta Pendirian Koperasi disahkan hanya mengikat Koperasi, apabila setelah Akta Pendirian Koperasi memperoleh pengesahan Bupati, rapat anggota secara bulat menyatakan menerimanya sebagai beban dan atau keuntungan Koperasi. (2) Dalam hal tindakan hukum tersebut tidak dinyatakan diterima sebagai beban dan atau keuntungan koperasi oleh rapat anggota, maka pendiri yang melakukan tindakan hukum tersebut masing-masing dan atau bersama-sama bertangung jawab atas segala akibat yang timbul dari tindakan Hukum tersebut. BAB III PERUBAHAN ANGGARAN DASAR KOPERASI DAN TATA CARA PENGESAHANNYA Bagian Pertama Perubahan Anggaran Dasar Koperasi 6

Pasal 10 (1) Perubahan Anggaran Dasar Koperasi dilakukan berdasarkan keputusan Rapat Anggota yang diadakan Khusus untuk itu. (2) Dalam hal Perubahan Anggaran Dasar Koperasi tak menentukan lain, Keputusan rapat Anggota mengenai Perubahan Anggaran Dasar Koperasi hanya dapat diambil apabila dihadiri oleh minimal ¾ (tiga perempat) dari jumlah seluruh anggota Koperasi. (3) Keputusan Rapat anggota mengenai Perubahan Anggaran Dasar Koperasi dinyatakan sah apabila perubahan tersebut disetujui oleh minimal ¾ (tiga perempat) dari jumlah anggota Koperasi yang hadir. Bagian Kedua Persyaratan Perubahan Anggaran Dasar Koperasi Pasal 11 (1) Dalam hal terjadi Perubahan Anggaran Dasar Koperasi yang menyangkut perubahan bidang usaha, penggabungan atau pembagian Koperasi, pengurus wajib mengajukan permintaan secara tertulis kepada Bupati. (2) Dalam hal Perubahan Anggaran Dasar Koperasi yang menyangkut perubahan bidang usaha, maka permintaan pengesahan diajukan dengan melampirkan : a. 2 (dua) rangkap Anggaran Dasar Koperasi yang telah diubah, satu diantaranya bermaterai cukup ; b. berita acara Rapat Anggota ; (3) Dalam hal Perubahan Anggaran Dasar Koperasi menyangkut penggabungan atau pembagian Koperasi, maka permintaan pengesahan diajukan dengan melampirkan : a. 2 (dua) rangkap Anggaran Dasar Koperasi yang telah diubah, satu diantaranya bermaterai cukup ; b. berita Acara Rapat Anggota ; c. neraca yang baru dari koperasi yang menerima penggabungan atau Koperasi yang dibagi. Bagian Ketiga Tata Cara Pengesahan Perubahan Anggaran Dasar Koperasi Pasal 12 Apabila pemintaan pengesahan terhadap Perubahan Anggaran Dasar Koperasi telah dilakukan sesuai dengan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11, kepada pengurus Koperasi atau kuasanya diberikan tanda terima. Pasal 13 (1) Bupati memberikan pengesahan terhadap Perubahan Anggaran Dasar Koperasi, apabila ternyata setelah diadakan penelitian perubahan Koperasi : a. tidak bertentangan dengan Undang-undang nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian ; 7

b. tidak bertentangan dengan ketertiban umum dan kesusilaan. (2) Pengesahan atas Perubahan Anggaran Dasar Koperasi ditetapkan dengan Keputusan Bupati dalam jangka waktu paling lama 1 (satu) bulan terhitung sejak diterimanya permintaan pengesahan secara lengkap. (3) Surat Keputusan pengesahan dan anggaran dasar Koperasi hasil perubahan yang telah mendapatkan pernyataan pengesahan disampaikan kepada pengurus atau kuasanya dengan surat tercatat dalam jangka waktu paling lama 7 (tujuh) hari terhitung sejak Keputusan pengesahan ditetapkan. Bagian Keempat Tata Cara Penolakan Pengesahan Perubahan Anggaran Dasar Koperasi Pasal 14 (1) Dalam hal permintaan pengesahan atas perubahan anggaran dasar koperasi ditolak, keputusan penolakan beserta alasannya disampaikan secara tertulis kepada pengurus atau kuasanya dengan surat tercatat dalam jangka waktu paling lama 1 (satu) bulan tehitung sejak diterimanya permintaan pengesahan secara lengkap. (2) Dalam hal sebagaimana dimaksud pada ayat (1), anggaran dasar koperasi yang lama tetap berlaku. Pasal 15 (1) Permintaan pengesahan perubahan Anggaran Dasar Koperasi yang melakukan pembagian diajukan sekaligus dengan permintaan pengesahan akta pendirian Koperasi baru hasil pembagian. (2) Pengesahan perubahan anggaran dasar Koperasi dan pengesahan Akta Pendirian Koperasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan dalam waktu yang bersamaan. Pasal 16 Apabila Bupati tidak memberikan keputusan dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (2), pengesahan atas perubahan Anggaran Dasar Koperasi diberikan berdasarkan kekuatan Peraturan Daerah ini. Pasal 17 (1) Perubahan anggaran dasar koperasi yang tidak menyangkut perubahan bidang usaha, penggabungan atau pembagian koperasi wajib dilaporkan kepada Bupati paling lambat 1 (satu) bulan sejak perubahan dilakukan. (2) Perubahan Anggaran Dasar Koperasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1 ) wajib diumumkan oleh pengurus dalam media masa setempat paling lambat dalam jangka waktu 2 (dua) bulan sejak perubahan dilakukan dan dilakukan sekurangkurangnya 2 (dua) kali dengan tenggang waktu selama paling kurang 45 (empat puluh lima) hari. 8

(3) Apabila maksud ketentuan pada ayat (2) pasal ini tidak dapat dipenuhi oleh pengurus dapat memberitahukan kepada pihakpihak terkait sesuai bidang usahanya dengan surat resmi. (4) Dalam hal tidak dipenuhi ketentuan pada ayat (1) dan (2), perubahan Anggaran Dasar Koperasi tidak mengikat pihak lain yang berkepentingan dengan Koperasi. BAB IV PENGUMUMAN PENGESAHAN Pasal 18 (1) Pengesahan Akta Pendirian Koperasi atau pengesahan perubahan Anggaran Dasar Koperasi diumumkan oleh Bupati dalam Lembaran Berita Daerah. (2) Biaya pengumuman sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibebankan pada Pemerintah Daerah. BAB V PERSYARATAN DAN PROSEDUR PEMBUKAAN CABANG ATAU PERWAKILAN KOPERASI Pasal 19 Bagi Pengurus yang akan membuka cabang atau perwakilan Koperasi di Kabupaten Tanah Bumbu terlebih dahulu harus mendapatkan persetujuan Bupati. Pasal 20 (1) Persyaratan yang diperlukan dalam pembinaan Surat Rekomendasi Pembukaan / Pembentukan Cabang / Perwakilan Koperasi adalah sebagai berikut : 1. Surat Permohonan dan Proposal ; 2. Fotoco Akte pendirian Koperasi / Badan Hukum ; 3. Daftar Susunan Pengurus dan Pengawas ; 4. Laporan Keuangan (Neraca dan Rugi / Laba) ; 5. Alamat Kantor Cabang maupun Perwakilan yang akan didirikan ; 6. Daftar Nama dan Riwayat Hidup Pengelola dan daftar Karyawan Kantor Cabang / Perwakilan ; 7. Daftar Sarana Kerja ; 8. Rencana Kerja Kantor Cabang / Perwakilan. (2) Pengurus koperasi mengajukan permohonan kepada kepala Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi Usaha Kecil Menengah dan Penanaman Modal. Pasal 21 (1) Pegawai atau Staf Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi Usaha Kecil Menengah dan Penanaman Modal mengecek kebenaran surat-surat dan melaksanakan pemeriksaan lapangan. (2) Apabila memenuhi syarat, Kepala Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi Usaha Kecil Menengah dan Penanaman Modal menerbitkan Surat Keterangan / Rekomendasi. 9

BAB VI WAKTU Pasal 22 Surat Keterangan / Rekomendasi diterbitkan oleh Kepala Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi Usaha Kecil Menengah dan Penanaman Modal serta diproses paling lama 6 (enam) hari sejak berkas permohonan diterima oleh Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi Usaha Kecil Menengah dan Penanaman Modal Kabupaten Tanah Bumbu. BAB VII BIAYA PENGGANTI CETAK ADMINISTRASI Pasal 23 Setiap Pengesahan Akta Pendirian Koperasi dan Perubahan Anggaran Dasar Koperasi oleh Bupati dikenakan biaya pengganti cetak administrasi yang ditetapkan dalam Pasal 24 Peraturan Daerah ini. Pasal 24 (1) Biaya pengganti cetak administrasi seperti dimaksud Pasal 23 adalah sebagai berikut : a. Pengesahan Akta Pendirian Koperasi Tingkat Primer : Kurang dari Rp 16.000.000,- sebesar Rp 100.000,- Rp 16.000.000,- s/d Rp 25.000.000,- sebesar Rp 150.000,- Lebih dari Rp 25.000.000,- sebesar Rp 200.000,- b. Pengesahan Akta Pendirian Koperasi Tingkat Sekunder dikenakan biaya penganti cetak administrasi sebesar Rp. 250.000.- (dua ratus lima puluh ribu rupiah). c. Pengesahan Perubahan Anggaran Dasar Koperasi dikenakan biaya pengganti cetak administrasi sebesar Rp.100.000,- (seratus ribu rupiah). (2) Biaya pengganti cetak administrasi seperti dimaksud Pasal 22 adalah bagi Koperasi yang memiliki modal : Lebih Kecil dari Rp 16.000.000,- sebesar Rp 25.000,- Rp 16.000.000,- s/d Rp 25.000.000,- sebesar Rp 50.000,- Lebih dari Rp 25.000.000,- sebesar Rp 75.000,- (3) Semua penghasilan yang didapat dari biaya pengganti cetak administrasi tersebut disetorkan ke kas Daerah, setelah dipotong Biaya Operasional Dinas sebesar 10 % (sepuluh persen). BAB VIII KETENTUAN PIDANA Pasal 25 (1) Pelanggaran terhadap ketentuan sebagaimana dimaksud Pasal 2,3,4, 19, 20 dan Pasal 21 Peraturan Daerah ini dapat diancam Pidana Kurungan selama-lamanya 6 (enam) bulan atau Denda maksimal RP. 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah). 10

(2) Tindak pidana dimaksud ayat (1) Pasal ini adalah Pelanggaran. BAB IX PENYIDIKAN Pasal 26 (1) Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu di Lingkungan Pemerintah Daerah diberi wewenang khusus sebagai penyidik untuk melakukan penyidikan tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Hukum Acara Pidana yang berlaku. (2) Wewenang penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah : a. Menerima, mencari, mengumpulkan dan meneliti keterangan atau laporan adanya tindak pidana agar keterangan atau laporan tersebut menjadi lebih lengkap dan jelas ; b. Meneliti, mencari dan mengumpulkan keterangan mengenai orang pribadi atau badan tentang kebenaran perbuatan yang dilakukan sehubungan dengan tindak pidana yang terjadi ; c. Meminta keterangan dan barang bukti dari orang pribadi atau badan sehubungan dengan tindak pidana yang terjadi; d. Memeriksa buku-buku, catatan-catatan dan dokumendokumen lain berkenaan dengan tindak pidana yang terjadi ; e. Melakukan penggeledahan untuk mendapatkan barang bukti pembukuan, pencatatan dan dokumen-dokumen lain serta melakukan penyitaan terhadap barang bukti tersebut; f. Meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan tindak pidana yang terjadi ; g. Menyuruh berhenti dan atau melarang seseorang meninggalkan ruangan atau tempat pada saat periksaan sedang berlangsung dan memeriksa identitas seseorang dan atau dokumen yang dibawa sebagaimana dimaksud pada huruf e ; h. Memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak pidana yang terjadi ; i. Menghentikan penyidikan ; j. Melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran penyidikan tindak pidana yang terjadi menurut hukum yang dapat dipertanggung jawabkan. (3) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memberitahukan dimulainya penyidikan dan menyampaikan hasil penyidikannya kepada Penuntut Umum melalui Penyidik Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia, sesuai dengan ketentuan Hukum Acara Pidana yang berlaku. 11

BAB X KETENTUAN LAIN-LAIN Pasal 27 (1) Akta Pendirian Koperasi yang telah memperoleh pengesahan dan Anggaran Dasar Koperasi beserta seluruh perubahannya dihimpun dalam suatu daftar umum. (2) Daftar umum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terbuka untuk umum, dan setiap orang dapat memperoleh salinan akta pendirian maupun anggaran dasar koperasi atas beban biaya sendiri. BAB XI KETENTUAN PENUTUP Pasal 28 Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar supaya setiap orang dapat mengetahuinya memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaraan Daerah Kabupaten Tanah Bumbu. Ditetapkan di Batulicin pada tanggal 2 Mei 2005 PENJABAT BUPATI TANAH BUMBU, ttd H. SUKARDHI Diundangkan di Batulicin pada tanggal 4 Mei 2005 Plt. SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU, ttd H. DIFRIADI DARJAT LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU TAHUN 2005 NOMOR 08 SERI E. 12