BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Landasan Teori Dividen. Dividen adalah pembagian laba kepada pemegang saham berdasarkan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. baik berupa pendapatan dividen (dividend yield) maupun pendapatan dari selisih

II TINJAUAN PUSTAKA. Kebijakan dividen (Dividend Policy) merupakan keputusan mengenai laba yang

BAB II LANDASAN TEORI

II. LANDASAN TEORI. Robert Ang (1997) dalam Priono (2006:10) menyatakan bahwa dividen

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan,dapat melakukan menahan uang sebagai laba. yang tepat dan memaksimalisasi keuntungan untuk perusahaan.

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. keuntungan bagi investor yaitu keuntungan berupa dividend. gain. Capital gain diperoleh dari selisih harga jual dan harga beli.

BAB I PENDAHULUAN. selisih antara harga beli dan harga jual saham, sedangkan yield merupakan cash. biasanya dalam bentuk deviden (Jones, 2002:124).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Penelitian Budi Hardiatmo dan Daljono (2013) Penelitian ini mengambil topik tentang analisis faktor - faktor yang

BAB I PENDAHULUAN. investasi (return) dari investasi yang dilakukan. Return yang diperoleh berupa

BAB 1 PENDAHULUAN. berupa capital gain ataupun dividend yield. Capital gain dapat diperoleh jika

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penelitian. Telaah pustaka tersebut berasal dari berbagai sumber yaitu text book

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini sudah sangat banyak orang yang tertarik ataupun ingin mencoba

BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. konflik kepentingan antara prinsipal dan agen, kontrak yang tidak lengkap, serta

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pajak. Menurut Bastian dan Suhardjono (2006), net profit margin adalah

BAB I PENDAHULUAN. pemegang saham dan bagi perusahaan yang akan membayar dividen. Para

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dari suatu perusahaan secara proporsional sesuai dengan jumlah lembar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Horne dan Wachowicz (1997:135), rasio likuiditas membandingkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dibagikan perusahaan dapat berupa tunai (cash dividend) yaitu kepada setiapp

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dividen adalah pembagian laba kepada pemegang saham berdasarkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Teori mengenai kebijakan pembayaran dividen

BAB I PENDAHULUAN. Pengaruh Likuiditas, Leverage, Pertumbuhan, Jaminan Dan Profitabilitas Terhadap Kebijakan

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. banyak diminati masyarakat saat ini. Menerbitkan saham merupakan salah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kebijakan dividen adalah keputusan apakah laba yang. atau akan ditahan dalam bentuk laba ditahan guna pembiayaan investasi

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN TEORITIS. Tujuan utama suatu perusahaan menurut theory of the firm adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. keberhasilan perusahaan dapat didasarkan pada kemampuan perusahaan untuk

BAB II LANDASAN TEORI. secara global. Salah satu jenis investasi adalah investasi saham. Investasi

BAB 1 PENDAHULUAN. pemegang saham, khususnya pemegang saham yang berinvestasi untuk jangka

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan dana yang cukup besar, sehubungan dengan hal ini perusahaan

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penelitian terdahulu yang mendukung penelitian ini, antara lain sebagai berikut:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh invesment opportunity

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. yang berisiko serta yang terakhir adalah saham biasa (Myers & Majluf, 1984

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi, dengan dukungan teknologi informasi, telah membuka peluang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. luar negeri. Sementara itu bagi investor, pasar modal merupakan wahana untuk

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Stice, at al, (Pasadena, 2013) Dividen adalah pembagian kepada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Hubungan agensi terjadi karena adanya suatu perjanjian atau kontrak yang

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memaksilalkan nilai perusahaan. Teori sinyal menunjukkan adanya asimetri

BAB I PENDAHULUAN. laba ditahan (Levy dan Sarnat, 1990). Kebijakan dividen pada perusahaan-perusahaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tunai adalah sumber aliran kas untuk pemegang saham dan memberikan

II. LANDASAN TEORI. laba ditahan (retained earnings) yang ditahan sebagai cadangan bagi perusahaan

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu hal yang dapat menunjukkan trend negatif dalam pergerakan saham

BAB I PENDAHULUAN. modal dan industri-industri sekuritas pada negara tersebut. Pasar modal

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan. Salah satu kebijakan yang utama untuk memaksimalisasi keuntungan

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan perusahaan adalah memberi keuntungan yang maksimal

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Riyanto (2002:209), sumber modal (pendanaan) dapat berasal dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2014). Stice et al (2005) dalam Suharli (2007) mengartikan dividen sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian PBV, DER, EPS, dan ROA Pengertian PBV (Price Book Value)

I. PENDAHULUAN. Hal ini mendukung berkembangnya pasar modal di Indonesia, pasar modal

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai harapan akan mendapatkan keuntungan dari modal yang

BAB I PENDAHULUAN. untuk memperoleh penghasilan yang lebih besar di masa yang akan datang. Pada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDUHULUAN. mengembangkan usahanya perusahaan harus mengembangkan perusahaannya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. variabel pengembalian yang akan menentukan nilai saham bagi pemilik dan

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal memiliki peranan besar bagi perekonomian suatu negara,

BAB I PENDAHULUAN. memiliki banyak kebutuhan, terutama yang berkaitan dengan dana. Dana

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keuntungan yang diperolehnya. Menurut Ross et al. (2003:606) dividen adalah

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Esa Unggul

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sebuah organisasi didirikan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. saham dan akan diinvestasikan kembali atau ditahan di dalam perusahaan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

BAB II URAIAN TEORITIS. Cash Position, Debt to Equity Ratio, dan Return on Assets terhadap Dividend

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan utama investor dalam menanamkan modalnya di sebuah perusahaan yaitu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Penelitian yang dilakukan oleh Sri Yuliati (2010) tentang Pengujian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kepada investor, yaitu keuntungan berupa dividen dan capital gain. Capital gain

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan property dan real estate semakin marak diberbagai penjuru

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. telah diteliti sebelumnya. Berikut merupakan penelitian-penelitian terdahulu yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang menerbitkan saham. Kismono (2001 : 416) menyatakan:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pemegang saham biasa (earning available for common stockholders) yang

BAB 1 PENDAHULUAN. pertemuan antara pihak yang kelebihan dana (lender) dengan pihak yang

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia saat ini berada dalam era pembangunan yang diharapkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Aktvitas investasi yang dilakukan investor dihadapkan pada berbagai macam resiko

BAB I PENDAHULUAN. 1.6 Latar Belakang Masalah. Investasi merupakan kegiatan yang sangat dianjurkan, karena dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Tujuan akhir dari investor perorangan maupun badan usaha

BAB I PENDAHULUAN. kas kepada para pemegang sahamnya (Grinblatt dan Titman, ). Kebijakan

BAB 1 PENDAHULUAN. Aktivitas investasi yang dilakukan oleh investor kepada perusahaan bertujuan

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian Indonesia. Bursa Efek Indonesia sebagai salah satu pasar modal

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Dividen 2.1.1 Dividen Dividen adalah pembagian laba kepada pemegang saham berdasarkan banyaknya saham yang dimiliki. Selanjutnya Menurut Tangkilisan dan Hessel (2003), Dividen adalah bagian dari laba bersih yang dibagikan kepada para pemegang saham (pemilik modal sendiri, equity). Sedangkan menurut Stice (2004) dividen sebagai pembagian laba kepada para pemegang saham perusahaan sebanding dengan jumlah saham yang dipegang oleh masing-masing pemilik. Pembagian ini akan mengurangi laba ditahan dan kas yang tersedia bagi perusahaan. Dividen dibagikan kepada para pemegang saham sebagai keuntungan dari laba perusahaan. Jika perusahaan memutuskan untuk membagi keuntungan dalam dividen, maka semua pemegang saham mendapatkan haknya yang sama. Dividen ditentukan berdasarkan dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) dan jenis pembayarannya tergantung kepada kebijakan pemimpin. 2.1.2 Jenis-Jenis Dividen Berdasarkan bentuk dividen, menurut Darmaji (2001), dividen dibagi menjadi yaitu: 1. Dividen tunai (Cash Dividend)

Dividen jenis ini dibagikan dalam bentuk kas atau uang tunai. Dividen tunai paling umum dibagikan oleh perusahaan kepada para pemegang saham. 2. Dividen saham (Stock Dividend) Pembayaran dividen dalam bentuk saham yaitu berupa pemberian tambahan saham kepada para pemegang saham dalam jumlah saham yang sebanding dengan saham yang dimiliki. 3. Dividen properti (Property Dividend) Dividen ini dibagikan kepada pemegang saham dalam bentuk aktiva tetap dan surat-surat berharga. 4. Dividen likuidasi (Liquidating Dividend) Dividen yang dibagikan kepada pemegang saham sebagai akibat dilikuidasinya perusahaan. 2.1.3 Langkah-langkah Pembayaran Dividen Pengumuman emiten atas dividen yang akan dibayarkan kepada pemegang saham yang disebut juga dengan tanggal pengumuman dividen (Ang, 1997). Adapun rincian tanggal yang diperhatikan dalam pembayaran dividen menurut Sinuraya (1999) adalah sebagai berikut: a. Tanggal pengumuman (declaration date) Tanggal pengumuman merupakan tanggal yang mana secara resmi diumumkan oleh emiten tentang bentuk dan besarnya serta jadwal pembayaran dividen yang akan dilakukan. Pengumuman ini biasanya untuk pembagian dividen

regular. Isi pengumuman tersebut menyampaikan hal-hal yang dianggap penting yakni: tanggal pencatatan, tanggal pembayaran, besarnya dividen kas per lembar. b. Tanggal pencatatan (date of record) Tanggal ini perusahaan melakukan pencatatan nama-nama pemegang saham. Para pemilik saham yang terdaftar pada daftar pemegang saham tersebut diberikan hak, sedangkan pemegang saham yang tidak terdaftar pada tanggal pencatatan tidak diberikan hak untuk memperoleh dividen. c. Tanggal cum-dividend Tanggal ini merupakan tanggal hari terakhir perdagangan saham yang masih melekat hak untuk mendapatkan dividen baik dividen tunai maupun dividen saham. d. Tanggal ex-dividend Tanggal perdagangan saham tesebut sudah tidak melekat lagi hak untuk memperoleh dividen. Jadi jika investor membeli saham pada tanggal ini atau sesudahnya, maka investor tersebut tidak dapat mendaftarkan namanya untuk mendapatkan dividen. e. Tanggal pembayaran (payment date) Tanggal ini merupakan saat pembayaran dividen oleh perusahaan kepada para pemegang saham yang telah mempunyai hak atas dividen. Jadi pada tanggal tersebut, para investor sudah dapat mengambil dividen sesuai dengan bentuk dividen yang telah diumumkan oleh emiten (dividen tunai, dividen saham).

2.2 Kebijakan Dividen 2.2.1 Pengertian Kebijakan Dividen Kebijakan dividen merupakan suatu keputusan untuk menginvestasikan kembali laba yang diperoleh dari hasil operasi perusahaan atau untuk membagikannya kepada pemegang saham (investor). Menurut (Sadalia, 2010), pembayaran dividen tunai kepada pemegang saham diputuskan oleh dewan komisaris. Komisaris umumnya mengadakan pertemuan untuk menentuan jumlah dividen yang akan dibayar, dalam menentukan jumlah dividen yang akan dibagikan perlu mengevaluasi posisi keuangan periode yang lalu dan posisi yang akan datang. Menurut Martono dan Agus Harjito (2007), kebijakan dividen (dividend policy) merupakan keputusan apakah laba yang diperoleh perusahaan pada akhir tahun akan dibagi kepada pemegang saham dalam bentuk dividen atau akan ditahan untuk menambah modal guna pembiayaan investasi di masa yang akan datang. Kebijakan dividen menyangkut masalah penggunaan laba yang menjadi hal para pemegang saham, dan laba tersebut bisa dibagi sebagai dividen atau laba yang ditahan untuk diinvestasikan kembali. Kebijakan dividen bersangkutan dengan penentuan pembagian pendapatan antara penggunaan pendapatan untuk dibayarkan kepada para pemegang saham sebagai dividen atau untuk digunakan didalam perusahaan, yang berarti laba tersebut harus ditahan didalam perusahaan.

Dalam teori investasi pada pasar uang dan pasar modal, investor akan melakukan pembelian saham atau menjual saham bergantung pada apakah return saham lebih besar hasilnya dibandingkan dengan deposito atau bunga obligasi. Jadi penilaian layak tidaknya investor memegang saham akan dilihat apakah return (perubahan harga saham) lebih menguntungkan. Faktor fundamental merupakan faktor-faktor yang berhubungan dengan kondisi perusahaan (emiten) yang meliputi faktor manajemen, organisasi, sumber daya manusia, dan kondisi keuangan perusahaan yang tercermin dalam kinerja keuangan perusahaan. Kinerja keuangan ditunjukkan dalam laporan posisi keuangan (seperti laporan arus kas dan catatan atas laporan keuangan). 2.2.2 Teori Kebijakan Dividen Terdapat beberapa teori yang dapat digunakan sebagai landasan dalam membuat kebijakan yang tepat bagi perusahaan. Brigham dan Houston (2001) menyebutkan beberapa teori kebijakan dividen yaitu: a. Dividen Irrelevant Theory Teori ini beranggapan bahwa kebijakan dividen tidak berpengaruh terhadap harga saham (nilai perusahaan) maupun terhadap biaya modalnya. Kebijakan dividen yang satu sama baiknya dengan kebijakan dividen yang lain. Dijelaskan bahwa pendukung utama teori ketidakrelevan ini adalah Miller dan Modiglani. Mereka menggunakan asumsi, tentang ketiadaan pajak dan biaya pialang. Leverage keuangan tidak memiliki pengaruh terhadap biaya modal, investor dan manajer mempunyai informasi yang sama tentang prospek

perusahaan, distribusi laba ke dalam bentuk dividen atau laba ditahan tidak mempunyai biaya ekuitas perusahaan dan kebijakan capital budgeting merupakan kebijakan yg independen terhadap kebijakan dividen. b. Bird-in-The Hand Theory Menurut Brigham dan Houston (2001), teori ini dapat dijelaskan dengan menggunakan pemahaman bahwa sesungguhnya investor jauh lebih menghargai pendapatan yang diharapkan dari dividen dibandingkan dengan pendapatan yang diharapkan dari keuntungan modal karena komponen hasil dividen risikonya lebih kecil dari komponen keuntungan modal (capital gain). Para investor kurang yakin terhadap penerimaan keuntungan modal yang akan dihasilkan dibandingkan dengan seandainya mereka menerima dividen, karena dividen merupakan faktor yang dapat dikendalikan oleh perusahaan sedangkan capital gain merupakan faktor yang dikendalikan oleh pasar melalui mekanisme penentuan harga saham. c. Teori Preferensi Pajak Menurut Litzenberger dan Ramaswamy (dalam Andriyani, 2008) ada tiga alasan yang berkaitan dengan pajak untuk beranggapan bahwa investor lebih menyukai pembagian dividen yang rendah daripada yang tinggi, yaitu: 1) Keuntungan modal (capital gain) dikenakan tarif pajak lebih rendah daripada pendapatan dividen. Untuk itu, investor yang memiliki sebagian besar saham mungkin lebih suka perusahaan menahan dan menanam kembali laba ke dalam perusahaan. Pertumbuhan laba mungkin dianggap menghasilkan kenaikkan harga saham, dan keuntungan modal yang pajaknya rendah akan menggantikan dividen yang pajaknya tinggi.

2) Pajak atas keuntungan tidak dibayarkan sampai sahamnya terjual, sehingga ada efek nilai waktu. 3) Jika selembar saham dimiliki oleh seseorang sampai ia meninggal, sama sekali tidak ada pajak keuntungan modal yang terutang. Karena adanya keuntungan-keuntungan ini, para investor mungkin lebih senang perusahaan menahan sebagian besar laba perusahaan. Jika demikian para investor akan mau membayar lebih tinggi untuk perusahan yang pembagian dividennya rendah daripada untuk perusahaan sejenis yang pembagian dividennya tinggi. 2.3 Dividen Kas Dividen kas adalah dividen yang diberikan oleh perusahaan kepada para pemegang sahamnya dalam bentuk uang tunai (cash). Menurut Sandjaja dan Barlian (2002) dividen kas adalah sumber dari aliran kas untuk pemegang saham dan memberikan informasi tentang kinerja perusahaan saat ini dan akan datang. Biasanya sebuah korporasi harus memenuhi tiga kondisi terlebih dahulu agar dapat membayar dividen tunai yaitu laba ditahan yang mencukupi, kas memadai dan tindakan formil dari dewan komisaris. Pembayaran dividen tunai kepada pemegang saham perusahaan diputuskan oleh dewan direksi perusahaan. Direksi umumnya mengadakan pertemuan yang membahas tentang dividen setiap kuartal atau setengah tahun dimana mereka mengevaluasi posisi keuangan periode lalu dan menentukan posisi yang akan datang dalam pembagian. Menentukan jumlah dividen yang harus

dibayar, menentukan tanggal-tanggal yang berkaitan dengan pembayaran dividen. Biasanya investor lebih tertarik dengan dividen yang berupa tunai daripada dividen saham. Hal ini dikarenakan para investor beranggapan dividen yang diterima dalam bentuk kas lebih menggambarkan seberapa besar return dari modal yang mereka tanamkan dan memberikan kepuasan tersendiri. Bagi para investor, dividen merupakan hasil yang diperoleh dari saham yang dimiliki, selain capital gain yang didapat apabila harga jual saham lebih tinggi dibandingkan harga belinya. Dividen tersebut didapat dari perusahaan sebagai kontribusi yang dihasilkan dari operasi perusahaan. 2.4 Return On Asset Return On Asset merupakan salah satu ukuran profitabilitas, yang juga merupakan ukuran efektivitas perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan aktiva tetap yang digunakan dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan aktiva tetap yang digunakan untuk operasi. Menurut Ang (1997) menyatakan bahwa Return on Asset adalah tingkat keuntungan bersih yang berhasil diperoleh perusahaan dalam menjalankan operasionalnya. Return on Asset diukur dari laba bersih setelah pajak terhadap total asetnya yang mencerminkan kemampuan perusahan dalam penggunaan investasi yang digunakan untuk operasi perusahaan dalam rangka menghasilkan profitabilitas perusahaan. Semakin besar ROA menunjukkan kinerja perusahaan yang semakin baik karena tingkat kembalian investasi (return) yang semakin besar.

Perusahaan yang mempunyai aliran kas atau profitabilitas yang baik bisa membayar dividen atau meningkatkan dividen. Hal yang sebaliknya akan terjadi jika aliran kas tidak baik. Alasan lain pembayaran dividen adalah untuk menghindari akuisisi oleh perusahaan lain. Perusahaan yang mempunyai kas yang berlebihan seringkali menjadi target dalam akuisisi. Untuk menghindari akuisisi, perusahaan tersebut bisa membayarkan dividen, dan sekaligus juga membuat senang pemegang saham (Hanafi, 2004). Profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba pada masa mendatang dan merupakan indikator dari keberhasilan operasi perusahaan. Perusahaan yang mempunyai profitabilitas yang tinggi akan menarik minat investor menanamkan modalnya dengan harapan mendapatkan keuntungan yang tinggi pula. Karena itu, dividen diambil dari keuntungan bersih yang diperoleh perusahaan, maka keuntungan tersebut akan mempengaruhi besarnya dividen. Semakin besar keuntungan yang diperoleh, maka akan semakin besar pula kemampuan perusahaan untuk membayar dividen (Sudarsi, 2002). 2.5 Current Ratio Salah satu cara untuk mengukur likuiditas adalah current ratio yang merupakan kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban jangka pendeknya (current liability) melalui sejumlah aktiva yang dimiliki perusahaan. Semakin tinggi current ratio menunjukkan kemampuan kas perusahaan untuk memenuhi (membayar) kewajiban jangka pendeknya (Brigham dan Houston,

2001). Dengan semakin meningkatnya current ratio juga dapat meningkatkan keyakinan para investor, bahwa perusahaan dapat membayar dividen yang diharapkan oleh investor. Likuiditas adalah kemampuan perusahaan untuk melunasi seluruh kewajiban jangka pendek ataupun mendanai kegiatan operasional perusahaan. Semakin tinggi tingkat likuiditas suatu perusahaan semakin tinggi pula kemampuan perusahaan tersebut melakukan pembagian dividen tunai. Sebaliknya, semakin rendah likuiditas perusahaan semakin kecil kemampuan perusahaan untuk memberikan dividen tunai. 2.6 Debt to Total Asset Debt to total assets merupakan rasio antara total hutang (total debts) baik hutang jangka pendek (current liability) dan hutang jangka panjang (long term debt) terhadap total aktiva (total assets) baik aktiva lancar (current assets) maupun aktiva tetap (fixed assets) dan aktiva lainnya (other assets). Rasio ini menunjukkan besarnya hutang yang digunakan untuk membiayai aktiva yang digunakan oleh perusahaan dalam rangka menjalankan aktivitas operasionalnya. Semakin besar rasio DTA menunjukkan semakin besar tingkat ketergantungan perusahaan terhadap pihak kreditur dan semakin besar pula beban biaya hutang (biaya bunga) yang harus dibayar oleh perusahaan. Dengan semakin meningkatnya rasio DTA maka hal tersebut berdampak terhadap profitabilitas yang diperoleh perusahaan, karena sebagian digunakan untuk membayar bunga pinjaman. Dengan biaya bunga yang semakin besar, maka

profitabilitas semakin berkurang (karena sebagian digunakan untuk membayar bunga), maka hak para pemegang saham (dividen) juga semakin berkurang (menurun). Menurut Parthington (dalam Sunarto dan Andi Kartika, 2003) yang menunjukkan bahwa tingkat hutang yang tinggi akan mempengaruhi pembayaran dividen yang semakin rendah. 2.7 Investment Opportunity Set Dalam signalling theory dinyatakan bahwa peningkatan dividen merupakan sinyal positif tentang pertumbuhan perusahaan di masa yang akan datang, karena meningkatnya dividen diartikan sebagai adanya keuntungan yang akan diperoleh sebagai hasil yang diperoleh dari keputusan investasi (Haruman, 2008). Oleh karena itu, adanya kesempatan investasi yang memberikan keuntungan tinggi bagi perusahaan tidak selalu diartikan dividen yang dibayarkan akan kecil atau tidak dibayarkan, tetapi dapat diartikan adanya prospek yang menjanjikan di masa yang akan datang untuk dapat membayar dividen yang lebih tinggi. Investasi di masa depan mempengaruhi besarnya nilai perusahaan. Menurut Myers (dalam Hanafi, 2004) nilai perusahaan merupakan gabungan dari aktiva dengan investasi di masa depan. Kesempatan investasi yang tinggi di masa depan, bisa dihubungkan dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi. Jika tingkat pertumbuhan perusahaan tinggi maka perusahaan akan membagikan dividen yang kecil. Hal ini dikarenakan laba yang didapatkan perusahaan akan digunakan sebagai dana internal untuk keperluan investasi.

2.8 Size Perusahaan Menurut Zulkifli (dalam Purba, 2011) ukuran untuk menentukan firm size adalah dengan log natural dari total aktiva. Ukuran perusahaan (firm size) mencerminkan bahwa perusahaan yang mapan dan besar akan memiliki akses yang lebih mudah ke pasar modal, dibandingkan dengan perusahaan yang masih baru ataupun perusahaan yang kecil. Perusahaan yang masih baru ataupun perusahaan yang kecil karena keterbatasan aksesnya ke pasar modal sehingga kemampuannya untuk mendapatkan modal dan memperoleh pinjaman dari pasar modal juga terbatas. Oleh karena itu, maka mereka cenderung untuk menahan labanya guna membiayai operasinya dan ini berarti dividen yang akan diterima oleh pemegang saham akan semakin kecil. Semakin besar ukuran perusahaan (firm size) maka dividen yang dibagikan juga akan semakin besar, begitu juga sebaliknya. Dengan demikian ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap dividen. Suatu perusahaan besar yang sudah mapan akan memiliki akses yang mudah menuju pasar modal, sementara perusahaan yang baru dan yang masih kecil akan mengalami banyak kesulitan untuk memiliki akses ke pasar modal. Karena kemudahan akses ke pasar modal cukup berarti untuk fleksibilitas dan kemampuannya untuk memperoleh dana yang lebih besar, sehingga perusahaan mampu memiliki rasio pembayaran dividen yang lebih tinggi daripada perusahaan kecil. 2.9 Growth Aset adalah aktiva yang digunakan untuk aktivitas operasional perusahaan Semakin besar aset maka diharapkan semakin besar hasil operasional yang

dihasilkan oleh suatu perusahaan. Peningkatan aset yang diikuti peningkatan hasil operasi akan semakin menambah kepercayaan pihak luar terhadap perusahaan. Meningkatnya kepercayaan pihak kreditur terhadap perusahaan, maka proporsi hutang semakin besar dari modal sendiri. Ini didasarkan pada keyakinan kreditur atas dana yang ditanamkan ke dalam perusahaan dijamin oleh besarnya aset yang dimiliki perusahan (Ang, 1997). Semakin tinggi tingkat pertumbuhan perusahaan, akan semakin besar tingkat kebutuhan dana untuk membiayai ekspansi. Semakin besar kebutuhan dana di masa yang akan datang, akan semakin memungkinkan perusahaan menahan keuntungan dan tidak membayarkannya sebagai dividen. Oleh karenanya, potensi pertumbuhan perusahaan menjadi faktor penting yang menentukan kebijakan dividen (Andriyani, 2008). 2.10 Debt to Equity Ratio (DER) Debt to equity ratio merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat leverage (penggunaan utang) terhadap total shareholders equity yang dimiliki perusahaan (Ang, 1997). Faktor ini mencerminkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi seluruh kewajibannya yang ditunjukkan oleh beberapa bagian modal sendiri yang digunakan untuk membayar hutang. Menurut Brigham (dalam Suherli&Harahap, 2004) semakin besar leverage perusahan maka cenderung untuk membayar dividennya lebih rendah dengan tujuan untuk mengurangi ketergantungan pada pendanaan secara eksternal. Sehingga semakin besar proporsi hutang yang digunakan untuk struktur modal suatu

perusahaan, maka akan semakin besar pula jumlah kewajibannya yang akan mempengaruhi besar kecilnya dividen yang akan dibagikan. Hutang pada gilirannya akan mempengaruhi besar kecilnya laba bersih yang tersedia bagi para pemegang saham termasuk dividen yang akan diterima, karena kewajiban tersebut lebih diprioritaskan dari pada pembagian dividen. Jika beban hutang semakin tinggi, maka kemampuan perusahaan untuk membagi dividen akan semakin rendah. Kebijakan debt dapat dipengaruhi oleh karakteristik-karakteristik perusahaan yang akan mempengaruhi kurva permintaan dari debt yang ditawarkan kepada perusahaan atau permintaan perusahaan akan debt (Ang,1997). Perusahaan-perusahaan yang profitable memiliki lebih banyak earnings yang tersedia untuk investasi dan karenanya, akan cenderung membangun equitas mereka relatif terhadap debt. Oleh karena itu, semakin rendah DER akan semakin tinggi kemampuan perusahaan untuk membayar seluruh kewajibannya (Ang, 1997). Semakin besar proporsi hutang yang digunakan untuk struktur modal suatu perusahaan, maka akan semakin besar pula jumlah kewajibannya (Ang, 1997). Peningkatan hutang pada gilirannya akan mempengaruhi besar kecilnya laba bersih yang tersedia bagi para pemegang saham termasuk dividen yang akan diterima, karena kewajiban tersebut lebih diprioritaskan daripada pembagian dividen. Jika beban hutang semakin tinggi, maka kemampuan perusahaan untuk membagi dividen akan semakin rendah, sehingga DER mempunyai pengaruh negatif dengan dividen. Rasio ini menunjukkan besarnya hutang yang digunakan untuk membiayai aktiva yang

digunakan oleh perusahaan dalam rangka menjalankan aktivitas operasionalnya. Semakin besar rasio hutang menunjukkan semakin besar tingkat ketergantungan perusahaan terhadap pihak eksternal (kreditur) dan semakin besar pula beban biaya hutang (biaya bunga) yang harus dibayar oleh perusahaan. 2.11 Review Penelitian Terdahulu Peneliti melakukan review terhadap beberapa penelitian sebelumnya untuk dijadikan sebagai pedoman untuk melakukan penelitian ini. Penelitian Suharli (2007) dengan judul penelitian Pengaruh Profitability dan Investment Opportunity Set terhadap Kebijakan Dividen Tunai dengan Likuiditas sebagai Variabel Penguat (Studi pada Perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta Periode 2002-2003), dengan kesimpulan likuiditas dapat digunakan sebagai variabel penguat (variabel moderator) karena mempunyai pengaruh yang signifikan dalam mempengaruhi profitabilitas dan kesempatan investasi, tetapi secara parsial hanya variabel profitabilitas yang dapat mempengaruhi kebijakan jumlah pembagian dividen perusahaan. Penelitian oleh Vianita dan Izzati Amperaningrum (2012) dengan judul penelitian Analisis Faktor yang Mempengaruhi Dividen Kas Pada Perusahaan Makanan dan Minuman yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Hasil penelitian diperoleh bahwa secara parsial, variabel independen yang berpengaruh signifikan ter-hadap dividen kas adalah ROA, EPS, DPR, sedangkan cash ratio, current ratio tidak berpengaruh signifikan terhadap dividen kas.

Penelitian oleh Andriyani (2008) dengan judul Analisis Pengaruh Cash Ratio, Debt to Equity Ratio, Investment Opportunity Set dan Profitability terhadap Kebijakan-Kebijakan Dividen (Studi Empiris pada perusahaan Automotive di Bursa Efek Indonesia Periode Tahun 2004-2006), kesimpulan secara parsial variabel independen cash ratio, IOS, ROA berpengaruh signifikan positif terhadap variabel DPR, sedangkan DER tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel DPR. Penelitian oleh Purba (2011) dengan judul Pengaruh Laba Akuntansi, Laba Tunai, Ukuran Perusahaan Dan Umur Perusahaan Terhadap Dividen Kas Pada Perusahaan Infrastructure, Utility, and Transportation dan Real Estate and Property yang Terdaftar Di BEI. Penelitian menunjukkan laba akuntansi berpengaruh signifikan terhadap dividen kas. Sedangkan laba tunai, ukuran perusahaan, dan umur perusahaan memiliki pengaruh tidak signifikan terhadap dividen kas secara parsial, dan secara simultan laba akuntansi, laba tunai, ukuran perusahaan dan umur perusahaan berpengaruh signifikan terhadap dividen kas. Selanjutnya melakukan penelitian terhadap Yiadom dan Samuel Kwaku Agyei (2011) yang berjudul Determinants of Dividend Policy of Banks in Ghana. Hasil penelitian ROA, leverage, changes in dividend, collateral capacity berpengaruh positif dan signifikan terhadap kebijakan dividen. Sedangkan growth dan age tidak berpengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen. Penelitian yang dilakukan oleh Susilowati (2005) yang berjudul Pengaruh Informasi Laporan Keuangan terhadap Pendapatan Dividen Tunai (Studi Kasus Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEJ periode 1999-2003).

Kesimpulan yang didapat dari penelitian ini secara parsial hanya variabel EPS yang berpengaruh secara signifikan terhadap dividen tunai, sedangkan variabel ROE, CR, DTA dan DER tidak berpengaruh secara signifikan terhadap dividen tunai. Penelitian yang dilakukan oleh Lubis (2009) yang berjudul Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dividen Kas pada Perusahaan Manufaktur Jenis Consumer Goods yang Go Public di Bursa Efek Jakarta, memiliki kesimpulan bahwa secara parsial hanya variabel Cash Ratio, Current Ratio dan DER yang berpengaruh secara signifikan terhadap dividen tunai, sedangkan variabel ROI, DTA, EPS tidak berpengaruh secara signifikan terhadap dividen tunai. Penelitian yang terakhir dilakukan oleh Hashemi dan Fatemeh Zahra Kashani Zadeh (2012) yang berjudul The Impact of Financial Leverage Operating Cash Flow and Size of Comapany on the Dividend Policy (Case Study of Iran), Kesimpulan yang didapat dari penelitian ini secara parsial hanya variabel operating cash flow, size of company yang berpengaruh secara signifikan terhadap dividend policy dan variabel financial leverage tidak berpengaruh secara signifikan terhadap dividend policy.

Tabel 2.1 Review Penelitian Terdahulu (Theoretical Mapping) No Nama Peneliti & Tahun Judul Penelitian Variabel Penelitian Hasil Penelitian 1 Michell Pengaruh Profitability Variabel independen: Likuiditas dapat Suharli dan Inves- Profitability, digunakan sebagai (2007) tment Opportunity Investment Opportunity variabel penguat Set terhadap Kebijakan Set, Likuiditas (variabel moderator) Dividen Variabel karena mempunyai Tunai dengan dependen: pengaruh yang signifikan Likuiditas sebagai Kebijakan dalam mem- Variabel Penguat Dividen Tunai pengaruhi profitabilitas (Studi pada Perusahaan dan kesempatan investdaftar yang tertasi, tetapi secara di Bursa parsial hanya variabel Efek Jakarta Periode profitabilitas yang 2002-2003) dapat mempengaruhi kebijakan jumlah pembagian dividen 2 Engela Vianita dan Izzati Amperanin grum (2012) 3 Maria Andriyani (2008) Analisis Faktor yang Mempengaruhi Dividen Kas Pada Perusahaan Makanan dan Minuman yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Analisis Pengaruh Cash Ratio, Debt To Equity Ratio, Investment Opportunity Set dan Profitability terhadap Kebijakan Dividen (Studi Empiris pada perusahaan Automotive di Bursa Efek Indonesia Periode Tahun 2004-2006) Variabel independen: ROA, EPS, Cash Ratio, Current Ratio, DPR Variabel dependen: Dividen Kas Variabel independen: Cash Ratio, DER, IOS, ROA. Variabel dependen: Kebijkaan Dividen perusahaan. Secara parsial, variabel independen yang berpengaruh signifikan terhadap dividen kas adalah ROA, EPS, DPR. Sedangkan cash ratio, current ratio tidak signifikan terhadap dividen kas. Secara parsial variabel independen cash ratio, IOS, ROA berpengaruh signifikan positif terhadap variabel kebijakan dividen, sedangkan debt to equity ratio tidak berpengaruh signifikan variabel dividen terhadap kebijakan

4 Fransiska Purba (2012) 5 Edward Marfo- Yiadom dan Samuel Kwaku Agyei (2011) Pengaruh Laba Akuntansi, Laba Tunai, Ukuran Per-usahaan Dan Umur Perusahaan Ter-hadap Dividen Kas Pada Perusahaan Infrastructure, Utility, And Trans-portation Dan Real Estate And Pro-perty Yang Ter-daftar Di BEI Determinants of Dividend Policy of Banks in Ghana Variabel independen: Laba Akuntansi, Laba Tunai, Ukuran Perusahaan Dan Umur Perusahaan Variabel dependen: Dividen kas Variabel independen: ROA, leverage, changes in dividend, collateral capacity, growth, age. Variabel dependen: Kebijakan dividen Penelitian menunjukkan bahwa laba akuntansi berpengaruh signifikan terhadap dividen kas. Laba tunai, ukuran perusahaan, dan umur perusahaan memiliki pengaruh tidak signifikan terhadap dividen kas secara parsial, secara simultan laba akuntansi, laba tunai, ukuran perusahaan dan umur perusahaan berpengaruh signifikan terhadap dividen kas. ROA, leverage, changes in dividend, collateral capacity berpengaruh positif dan signifikan terhadap kebijakan dividen. Sedangkan growth dan age tidak berpengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen 6 Tri Susilowati (2005) Pengaruh Informasi Laporan Keuangan terhadap Pendapatan Dividen Tunai (Studi Kasus Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEJ periode 1999-2003) Variabel independen: ROI, ROE, Current Ratio, DTA, DER, EPS Variabel dependen: Dividen tunai Kesimpulan yang didapat dari penelitian ini secara parsial hanya variabel EPS yang berpengaruh secara signifikan terhadap dividen tunai, sedangkan variabel ROE, CR, DTA dan DER tidak berpengaruh secara signifikan terhadap dividen tunai.

7 Yeti Meliany Lubis (2009) 8 Seyed Abbas Hashemi dan Fatemeh Zahra Kashani Zadeh (2012) Analisis Faktorfaktor yang Mempengaruhi Dividen Kas pada Perusahaan Manufaktur Jenis Consumer Goods yang Go Public di Bursa Efek Jakarta The Impact of Financial Leverage Operating Cash Flow and Size of Comapany on the Dividend Policy (Case Study of Iran) Variabel independen: ROI, Cash Ratio, Current Ratio, DTA, EPS, DER, DPR Variabel dependen: Dividen Tunai Variabel independen: Financial Leverage, Operating Cash Flow, Size of Company Variabel dependen: Dividend Policy Kesimpulan yang didapat dari penelitian ini secara parsial hanya variabel Cash Ratio, Current Ratio dan DER yang berpengaruh secara signifikan terhadap dividen tunai, sedangkan variabel ROI, DTA, EPS tidak berpengaruh secara signifikan terhadap dividen tunai. Kesimpulan yang didapat dari penelitian ini secara parsial hanya variabel operating cash flow, size of company yang berpengaruh secara signifikan terhadap dividend policy dan variabel financial leverage tidak berpengaruh secara signifikan terhadap dividend policy.