BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM DALAM PASAL 55 KUHP TERHADAP MENYURUH LAKUKAN TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Hidup tenteram, damai, tertib serta berkeadilan merupakan dambaan setiap

BAB I PENDAHULUAN. Ahmad Wardi Muslih, Pengantar dan Asas Hukum Pidana Islam, Sinar Grafika Offset, Jakarta, 2004, hlm

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. menyerukan manusia untuk mematuhi segala apa yang telah ditetapkan oleh Allah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia Tahun 1945 menyatakan bahwa Negara menjamin atas ketertiban dan

BAB IV. Hakim adalah organ pengadilan yang memegang kekuasaan kehakiman, yaitu kekuasaan Negara yang merdeka untuk meyelenggarakan peradilan guna

BAB III ANALISIS. hukum positif dan hukum Islam, dalam bab ini akan dianalisis pandangan dari kedua

BAB IV ANALISIS TERHADAP BATAS USIA DAN PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA ANAK DIBAWAH UMUR DALAM KASUS PIDANA PENCURIAN

BAB II BERSAMA-SAMA MELAKUKAN KEKERASAN TERHADAP ORANG DALAM HUKUM PIDANA ISLAM

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP SANKSI PIDANA PELANGGARAN HAK PEMEGANG PATEN MENURUT UU NO. 14 TAHUN 2001 TENTANG PATEN

BAB IV ANALISIS ASPEK PIDANA DALAM PASAL 2 UU NO. 21 TAHUN 2007 TENTANG TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG DALAM PERSPEKTIF HUKUM PIDANA ISLAM

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum ada tiga unsur seseorang dianggap telah melakukan

BAB II TURUT SERTA TINDAK PIDANA DALAM HUKUM PIDANA ISLAM (AL-ISTIRAK FI AL-JARI>MAH)

BAB III TINJAUAN FIQH JINAYAH TERHADAPPERCOBAAN KEJAHATAN

BAB V PERSAMAAN DAN PERBEDAAN HUKUM DALAM HUKUM REKAYASA FOTO DENGAN UNSUR PENCEMARAN NAMA BAIK DI FACEBOOK, INSTAGRAM, TWETTER, BBM DAN WHATSAAP

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PUTUSAN HAKIM PENGADILAN NEGERI LAMONGAN DALAM PERKARA TINDAK PIDANA PEMERASAN YANG DILAKUKAN OLEH ANAK

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian Tindak Pidana, Pelaku Tindak Pidana dan Tindak Pidana Pencurian

BAB III ANALISIS PERBANDINGAN PENGANIYAAN TERHADAP IBU HAMIL YANG MENGAKIBATKAN KEGUGURAN JANIN ANTARA HUKUM PIDANA ISLAM DAN HUKUM PIDANA POSITIF

BAB IV. A. Analisis Pertimbangan Hakim pada Putusan Pengadilan Negeri Jombang No.23/Pid.B/2016/PN.JBG tentang Penggelapan dalam Jabatan

BAB II KETENTUAN TENTANG JARIMAH DAN MALPRAKTEK MEDIS. Jarimah (tindak pidana) berasal dari kata ( م ) yang berarti

BAB I PENDAHULUAN. Allah pada nabi Muhammad sebagai nabi dan rasul terakhir. 1

BAB IV TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PUTUSAN HAKIM NOMOR :191/PID.B/2016/PN.PDG

BAB IV. A. Analisis Pertimbangan Hakim Terhadap Tindak Pidana Penipuan yang. Berkedok Lowongan Pekerjaan (Studi Direktori Putusan Pengadilan Negeri

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III PENCURIAN DALAM HUKUM PIDANA. A. Pengertian Pidana, Hukum Pidana, dan Bentuk-bentuk Pidana

BAB IV. A. Pertimbangan Hakim Pengadilan Negeri Meulaboh dalam Putusan No. 131/Pid.B/2013/PN.MBO tentang Tindak Pidana Pembakaran Lahan.

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HUKUMAN DAN MACAM- MACAM HUKUMAN MENURUT HUKUM PIDANA ISLAM SERTA CUTI BERSYARAT

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PUTUSAN NO. 488/PID.B/2015/PN.SDA TENTANG PERCOBAAN PENCURIAN

BAB III PEMAAFAN BAGI PELAKU TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN DALAM KEADAAN MABUK. A. Alasan Obyektif Pemaafan bagi Pelaku Tindak Pidana Pembunuhan

BAB IV STUDI KOMPARASI ANTARA HUKUM PIDANA DAN FIQH JINAYAH TERHADAP TINDAK KEJAHATAN PERDAGANGAN ORGAN TUBUH

Dalam memeriksa putusan pengadilan paling tidak harus berisikan. tentang isi dan sistematika putusan yang meliputi 4 (empat) hal, yaitu:

SANKSI HUKUM POLIGAMI TANPA IZIN PENGADILAN AGAMA DALAM KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PIDANA DITINJAU DARI HUKUM ISLAM

TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PASAL 55 KUHP TENTANG MENYURUHLAKUKAN TINDAK PIDANA. Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP SANKSI ABORSI YANG DILAKUKAN OLEH ANAK DIBAWAH UMUR

BAB I PENDAHULUAN. pihak-pihak tertentu yang dilakukan secara bersama-sama, menjadikan bentuk

BAB IV ANALISIS JARI<MAH TA ZI<R TERHADAP SANKSI HUKUM MERUSAK ATAU MENGHILANGKAN TANDA TANDA BATAS NEGARA DI INDONESIA

BAB IV. A. Pandangan Hukum Pidana Islam Terhadap Sanksi Hukuman Kumulatif. Dari Seluruh Putusan yang dijatuhkan oleh Hakim, menunjukkan bahwa

BAB 1 PENDAHULUAN. mengganggu ketenangan pemilik barang. Perbuatan merusak barang milik. sebagai orang yang dirugikan dalam tindak pidana tersebut.

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP HUKUMAN BAGI RESIDIVIS PENCURIAN YANG DILAKUKAN OLEH ANAK

BAB I PENDAHULUAN. yang baik dan yang buruk, yang akan membimbing, dan mengarahkan. jawab atas semua tindakan yang dilakukannya.

BAB IV. Perbuatan tindak pidana yang dilakukan oleh terdakwa dipandang. sebagai tindak kejahatan yang melanggar norma hukum.

BAB I PENDAHULUAN. atau terjepit maka sangat dimungkinkan niat dan kesempatan yang ada

BAB I PENDAHULUAN. Untuk menjamin, melindungi dan menjaga kemaslahatan kemaslahatan

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM ATAS PUTUSAN HAKIM PENGADILAN NEGERI SIDOARJO TERHADAP TINDAK PIDANA PENGANIAYAAN YANG DILAKUKAN ANAK DIBAWAH UMUR

BAB I PENDAHULUAN. kepentingan masyarakat, karena adanya pelanggaran atas ketentuan-ketentuan

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Falsafah Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara

A. Analisis Terhadap Putusan Hakim Kekerasan seksual pada anak, yaitu dalam bentuk pencabulan

BAB II TINJAUAN UMUM TINDAK PIDANA BERSAMA DALAM HUKUM PIDANA ISLAM. Tindak pidana dalam hukum pidana Islam (fiqih jinayah) dikenal dengan

RANCANGAN KESIMPULAN/KEPUTUSAN

BAB IV ANALISIS FIQH JINAYAH TERHADAP TINDAKAN MENGEMIS DI MUKA UMUM. A. Analisis terhadap Sanksi Hukum Bagi Pengemis Menurut Pasal 504

HUKUM PIDANA DALAM PERSPEKTIF ISLAM DAN PERBANDINGANNYA DENGAN HUKUM PIDANA DI INDONESIA

BAB II KONSEP PENAMBAHAN HUKUMAN MENURUT FIQH JINAYAH. Hukuman dalam bahasa Arab disebut uqūbāh.

BAB II KONSEP TINDAK PIDANA ISLAM

BAB IV ANALISIS PUTUSAN PENGADILAN NEGERI SEMARANG NO. 469 / PID.B / 2010 / PN. SMG. TENTANG PEMERKOSAAN TERHADAP ANAK DI BAWAH UMUR

BAB III ANALISIS KETENTUAN PEMIDANAAN TERHADAP PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA ANAK MENURUT HUKUM PIDANA POSITIF DAN HUKUM PIDANA ISLAM

BAB IV ANALISIS KOMPARATIF TENTANG KETENTUAN TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN BERANTAI MENURUT HUKUM PIDANA ISLAM DAN HUKUM PIDANA POSIIF

BAB IV. kesamaan namun berbeda. Kesamaan dari keduanya adalah sama-sama. siapapun. Dalam suatu hukum sudah ada ketentuan-ketentuan yang

BAB IV ANALISIS PEMIDANAAN ORANG TUA ATAU WALI DARI PECANDU NARKOTIKA DI BAWAH UMUR MENURUT HUKUM PIDANA DAN HUKUM ISLAM

BAB II PENGAMPUNAN DALAM HUKUM PIDANA ISLAM. Korupsi dapat diartikan sebagai bentuk tindak pidana pencurina uang negara,

BAB IV ANALISIS PERCOBAAN MELAKUKAN PELANGGARAN DAN KEJAHATAN YANG TIDAK DIKENAI SANKSI

BAB III MENYURUHLAKUKAN TINDAK PIDANA DALAM PASAL55 KUHP DAN MENURUT HUKUM ISLAM. A. Delik Menyuruh lakukan Tindak Pidana Menurut Hukum Pidana

BAB I PENDAHULUAN. tertentu, bagi siapa yang melanggar larangan tersebut. umumnya maksud tersebut dapat dicapai dengan menentukan beberapa elemen,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tindak pidana atau delik berasal dari bahasa Latin delicta atau delictum yang di

WELCOME MATA PELAJARAN : MADRASAH ALIYAH ASSHIDDIQIYAH FIQIH. Kelas : XI (Sebelas), Semster : Ganjil Tahun Pelajaran : 2012/2013

BAB IV ANALISIS TENTANG SANKSI PIDANA ATAS PENGEDARAN MAKANAN TIDAK LAYAK KONSUMSI

BAB I PENDAHULUAN. Aksara, 1992, h Said Agil al-munawar, Filsafat Hukum Islam, Jakarta: Bumi

BAB IV. Dasar Pertimbangan Hakim Terhadap Putusan Pengadilan Negeri. Pidana Hacker. Negeri Purwokerto No: 133/Pid.B/2012/PN.

BAB I PENDAHULUAN. pencurian tersebut tidak segan-segan untuk melakukan kekerasan atau. aksinya dinilai semakin brutal dan tidak berperikemanusiaan.

BAB I PENDAHULUAN. undang-undang yang disertai ancaman pidana (hukuman) bagi siapa saja yang

BAB IV ANALISIS HUKUM TENTANG PENELANTARAN ORANG DALAM LINGKUP RUMAH TANGGA DALAM PERSPEKTIF FIQH JINAYAH DAN UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2004.

BAB IV KOMPARASI HUKUM POSITIF DAN HUKUM PIDANA ISLAM MENGENAI HUKUMAN PELAKU TINDAK PIDANA TERORISME

RANCANGAN KESIMPULAN/KEPUTUSAN

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PERSYARATAN TEKNIS DAN SANKSI HUKUM MODIFIKASI KENDARAAN BERMOTOR YANG

BAB IV ANALISIS TENTANG PIDANA BERSYARAT MENURUT HUKUM POSITIF DAN HUKUM PIDANA ISLAM

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP TINDAK PIDANA MEMBUKA RAHASIA NEGARA SOAL UJIAN NASIONAL

BAB II KONSEP HUKUMAN PASCA PERDAMAIAN DALAM HUKUM PIDANA POSITIF DAN HUKUM PIDANA ISLAM. Hukuman dalam bahasa Arab disebut uqubah.

BAB IV ANALISIS FIKIH MURAFA AT TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN NEGERI SIDOARJO TENTANG PENCURIAN HELM TOD YANG DIKENAKAN PASAL 362

BAB IV PENUTUP. hukum, baik itu dari bahan hukum Islam dan bahan-bahan hukum Positif. Maka

BAB IV STUDI KOMPARATIF HUKUM PIDANA INDONESIA DAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP MALPRAKTEK MEDIS

BAB IV ANALISIS TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN NEGERI SIDOARJO TENTANG PERJUDIAN TOGEL MELALUI MEDIA INTERNET

BAB II TURUT SERTA MELAKUKAN JARI>MAH DALAM HUKUM PIDANA ISLAM. Dalam hukum pidana Islam, istilah ini disebut al-isytira>k fi> aljari>mah

BAB IV. A. Analisis Pertimbangan Hukum Terhadap Putusan Pengadilan Negeri No.

BAB IV ANALISIS PERBANDINGAN PERLINDUNGAN HUKUM PEKERJA ANAK DALAM HUKUM PIDANA ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2002

BAB I PENDAHULUAN. mengalami suatu kegagalan dalam memperjuangkan kepentingannya sendiri,

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV. ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PUTUSAN PN DEMAK No. 62/Pid.Sus/2014/PN Dmk DALAM KASUS TABRAKAN YANG MENGAKIBATKAN KEMATIAN

BAB II BATASAN PENGATURAN KEKERASAN FISIK TERHADAP ISTRI JIKA DIKAITKAN DENGAN TINDAK PIDANA PENGANIAYAAN MENURUT KETENTUAN HUKUM PIDANA DI INDONESIA

I. PENDAHULUAN. karna hukum sudah ada dalam urusan manusia sebelum lahir dan masih ada

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP HUKUMAN MATI BAGI PENGEDAR NARKOTIKA. dalam Undang-undang Nomor 35 Tahun 2009.

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. mempunyai tiga arti, antara lain : 102. keadilanuntuk melakukan sesuatu. tindakansegera atau di masa depan.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sistem pertanggungjawaban pidana dalam hukum pidana positif saat ini

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM ATAS PUTUSAN HAKIM PENGADILAN NEGERI BANYUWANGI TERHADAP TINDAK PIDANA PENANGKAPAN IKAN DENGAN POTASIUM CIANIDA

BAB I PENDAHULUAN. ketidakadilan yang dilakukan oleh hakim kepada pencari keadilan. Disparitas. hakim dalam menjatuhkan suatu putusan.

BAB IV ANALISIS PUTUSAN HUKUM HAKIM DAN FIQIH JINAYAH DALAM PUTUSAN PENGADILAN NEGERI LAMONGAN NO:164/PID.B/ 2013/PN

BAB IV ANALISIS YURIDIS TERHADAP TINDAK PIDANA PENCURIAN KENDARAAN BERMOTOR YANG DILAKUKAN OLEH ANAK DALAM PUTUSAN NOMOR 1/PID.SUS-ANAK/2016/PN.

BAB IV ANALISIS FIQH JINAYAH TERHADAP PEMBELAAN TERPAKSA YANG MELAMPAUI BATAS MENURUT PASAL 49 KUHP

Assalamu alaikum wr. wb.

BAB IV. ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN NEGERI SEMARANG No.889/Pid/B/2010/P.N.SMG TENTANG KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA (KDRT)

BAB IV ANALISIS TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN NEGERI PAMEKASAN TENTANG HUKUMAN AKIBAT CAROK MASAL (CONCURSUS) MENURUT HUKUM ISLAM

BAB IV ANALISIS TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN NEGERI SEMARANG NO. 3/ PID. B/ 2004/ PN SMG TENTANG TINDAK PIDANA TERORISME

Transkripsi:

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM DALAM PASAL 55 KUHP TERHADAP MENYURUH LAKUKAN TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN A. Analisis Hukum Pidana Islam tentang pasal 55 KUHP terhadap MenyuruhLakukan Tindak Pidana Pembunuhan Dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) pasal 55, merumuskan sebagai berikut : Dipidana sebagai pembuat tindak pidana: 1) Mereka yang melakukan, menyuruhlakukan dan turut serta melakukan perbuatan. 2) Mereka yang dengan memberi atau menjanjikan sesuatu, dengan menyalahgunakan kekuasaan atau martabat, dengan kekerasan, ancaman atau penyesatan, atau dengan memberi kesempatan, sarana atau keterangan, sengaja menganjurkan orang lain supaya melakukan perbuatan. 1 Unsur-Unsur Doenpleger: 1. Alat yang dipakai adalah manusia. 2. Alat yang dipakai itu berbuat (bukan alat yang mati). 3. Alat yang dipakai itu tidak dapat dipertanggungjawabkan. 2 1 R. Sugandhi. K.U.H.P Dengan Penjelasannya, Surabaya: Usaha Nasional, 1980, h. 47. 2 Barda Nawawi Arief, sari kuliah hukum pidana II, Semarang:Badan penyediaan bahan kuliah fakultas hukum, 1999, h.31. 464

65 Dari pasal tersebut dalam hal Keturutsertaan tidak langsung, Imam Malik mempunyai teori yang berbeda dengan fukaha lainnya. Ia menganggap orang yang bersepakat dengan orang lain untuk melakukan suatu tindak pidana dan orang tersebut menyaksikan tindak pidana itu berlangsung, orang tersebut dianggap sebagai pelaku penyerta langsung (mede dader),bukan pelaku tidak langsung. Demikianlah teori Imam Malik mengenai pelaku tidak langsung secara mutlak baik sarana cara mewujudkan perbuatan tidak langsung tersebut melalui persepakatan, penghasutan, atau bantuan. Orang yang dianggap pelaku tidak langsung ialah setiap orang yang bersepakat dengan orang lain untuk melakukan suatu perbuatan yang dapat dijatuhi hukuman atasnya, orang yang menghasut (menggerakkan) orang lain atau membantu dalam perbuatan tersebut, dengan disyaratkan adanya kesengajaan dalam kebersepakatan, penghasutan, dan pemberian bantuan tersebut 3. Menurut hukum pidana Islam apabila perbuatan langsung (pembunuh) berkumpul dengan perbuatan tidak langsung (yang menyuruh lakukan) dalam suatu tindak pidana maka keduanya ada 3 kemungkinan: 1. Perbuatan tidak langsung lebih kuat daripada perbuatan langsung Hal ini terjadi apabila perbuatan langsung bukan perbuatan yang berlawanan dengan hukum, seperti persaksian palsu yang mengakibatkan adanya putusan hakim untuk menjatuhkan hukuman mati atas diri 3 Ahsin Sakho Muhammad, dkk., Ensklopedi Hukum Pidana Islam, Bogor: PT Kharisma Ilmu, 2003, h.42.

66 tersangka.dalam contoh ini persaksian palsu adalah perbuatan tidak langsung. 2. Perbuatan langsung lebih kuat daripada perbuatan tidak langsung Hal ini terjadi apabila perbuatan langsung dapat memutus daya kerja perbuatan tidak langsung, dan perbuatan tidak langsung itu sendiri tidak mengharuskan menimbulkan akibat yang terjadi, seperti orang yang menjatuhkan orang lain ke dalam jurang, kemudian datang orang ketiga yang membunuh orang dalam jurang tersebut. 3. Kedua perbuatan tersebut seimbang Hal ini terjadi apabila daya kerjanya sama kuatnya, seperti orang yang memaksa orang lain untuk melakukan pembunuhan. Dalam contoh ini orang yang memaksa itulah yang menggerakkan pembuat langsung untuk melakukan pembunuhan itu, sebab kalau tidak ada orang yang memaksa, tentunya orang kedua tidak akan berbuat. Akan tetapi kalau sekiranya tidak ada orang kedua belum tentu paksaan orang pertama tadi akan menimbulkan pembunuhan tersebut. 4 Dalam penerapan kaidah tersebut di atas para fuqaha berbeda pendapat, karena adanya perbedaan penilaian terhadap suatu perbuatan, apakah termasuk perbuatan langsung atau sebab (tidak langsung)? Seperti dalam kasus orang yang menahan orang lain agar dapat dibunuh oleh orang ketiga. 4 Ahmad Wardi Muslih, Pengantar dan Asas Hukum Pidana Islam, Jakarta: Sinar Grafika, 2006, h. 72.

67 Menurut Imam Abu Hanifah dan Imam Syafi i orang yang menahan tersebut adalah orang yang memberikan bantuan (pelaku tidak langsung), bukan pelaku langsung. Alasannya adalah karena perbuatan langsung, yaitu membunuh lebih kuat daripada perbuatan tidak langsung. Imam Malik berpendapat bahwa apabila orang yang menghasut turut menyaksikan dan berada di tempat kejadian perkara pada saat tindak pidana itu berlangsung, ia dianggap sebagai pelaku asli, baik ia turut membantu pelaku langsung maupun tidak, dengan syarat sekiranya pelaku langsung tidak melakukan tindak pidana tersebut, ia sendiri yang melakukannya. 5 Unsur-unsur keturutsertaan tidak langsung ada tiga, yaitu: 1. Perbuatan yang dapat dijatuhi hukuman pidana. 2. Sarana cara mewujudkan perbuatan tersebut, yaitu mengadakan persepakatan (permufakatan), penghasutan, atau pemberian bantuan. 3. Niat dari pelaku tidak langsung agar perbuatan yang dimaksudkan dapat terjadi. Adakalanya suatu perbuatan jarimah dilakukan oleh lebih dari seorang secara Tawafuq dan ada juga secara Tamalu. Perbuatan jarimah yang dilakukan secara Tawafuq adalah perbuatan jarimah yang dilakukan oleh lebih dari seorang tanpa direncakan dan disepakati sejak awal. Mereka secara tiba-tiba melakukan jarimah secara sendiri-sendiri. Misalnya, beberapa orang melakukan unjuk rasa. Tanpa disepakati sejak awal, mereka melakukan tindakan anarkis. Di antara mereka ada yang melakukan pembakaran h.142. 5 Ahmad Hanafi, Asas-Asas Hukum Islam, Jakarta: Bulan Bintang, cet. Ke-5, 1993,

68 kendaraan;melakukan pemukulan kepada aparat; merusak sarana umum; bahkan ada yang membunuh. Dalam kasus ini, pertanggungjawaban mereka bergantung kepada perbuatannya masing-masing, sesuai kaidah: يسا ل كل شريك عن نتيجة فعله فقط في حالة التوفق Artinya: Setiap orang yang turut serta berbuat jarimah dalam keadaan tawafuq dituntut berdasarkan perbuatannya masing-masing. Sedangkan perbuatan jarimah yang dilakukan secara tamalu adalah perbuatan jarimah yang dilakukan oleh lebih dari seorang, direncanakan, dan disepakati sejak awal. Mereka bekerja sama melakukan jarimah secara langsung sesuai dengan kesepakatan. Misalnya, beberapa orang merencanakan dan bersepakat untuk membunuh seseorang. Mereka memiliki tugas masing-masing. mereka harus bertanggungjawabkan perbuatan jarimah secara keseluruhan, yaitu pembunuhan, jika mereka terlibat langsung dalam pembunuhan tersebut sesuai dengan kaidah: يسا ل كل شريك عن كل فعل شريك في حالة التمالو Artinya: Setiap orang yang turut serta berbuat jarimah dalam keadaan tamalu dituntut dari hasil keseluruhan perbuatan yang turut serta berbuat jarimah. 6 Bahwa dalam Hukum Pidana Islam dan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana mempunyai persamaan tentang Doenpleger. Dalam Hukum Pidana Islam disebut dengan pelaku tidak langsung yaitu merupakan suatu Tindak pidana (Jarimah) baik selesai maupun belum selesainnya tindak h.25. 6 Enceng Arif Faizal, Kaidah Fiqh (Asas-Asas Hukum Pidana Islam), Bandung, 2004,

69 pidana, sama-sama dijatuhi hukuman dan perbedaannya adalah mengenai kedudukan orang yang menyuruhlakukan. B. Analisis Hukum Pidana Islam tentang Sanksi MenyuruhLakukan Tindak Pidana Pembunuhan dalam Pasal 55 KUHP 1. Pembunuhan yang di lakukan dengan sengaja. Pembunuhan sengaja dalam bentuk pokok diatur dalam Pasal 338 KUHP yang merumuskan bahwa: Barangsiapa sengaja merampas nyawa orang lain, diancam, karena pembunuhan, dengan pidana penjara paling lama lima belas tahun.7 Orang yang telah membunuh secara zalim (tanpa alasan yang benar) menyebabkan dia boleh dibunuh, dan Allah telah memberikan kekuasaan kepada ahli waris korban untuk menuntut pembalasan atas pembunuh. Sengaja diartikan sebagai perbuatan yang dilakukan oleh seseorang dengan kesengajaan dan kehendaknya serta ia mengetahui bahwa perbuatan tersebut dilarang dan diancam dengan hukuman. Ahmad Wardi Muslich mensyaratkan adanya tiga unsur yang harus terpenuhi, sehingga dapat dikategorikan perbuatan sengaja yaitu: 8 1. Unsur kesengajaan 2. Unsur kehendak yang bebas dalam melakukannya 7 Andi Hamzah, KUHP dan KUHAP, Jakarta: Rineka Cipta, 2006, hlm. 134 8 Ahmad Wardi Muslich, Pengantar dan Asas-asas Hukum Pidana Islam, Jakarta: Sinar Grafika, 2006, hlm. 22

70 3. Unsur pengetahuan tentang dilarangnya perbuatan. Dari unsur-unsur di atas, sengaja dalam tindak pidana pembunuhan berarti pelaku dengan sengaja melakukan perbuatan membunuh, atas kehendaknya sendiri, pelaku menghendaki akibatnya berupa kematian korban meskipun diketahui bahwa perbuatan tersebut dilarang. Perbuatan langsung (mubasyarah) yang dilakukan oleh orang yang dipaksa dan perbuatan tidak langsung (sabab) yang dilakukan oleh orang yang memaksa. Perbuatan langsung dalam pembunuhan adalah perbuatan yang mengakibatkan dan menghasilkan kematian, yaitu perbuatan yang membawa kematian dan sebagai penyebabnya, tanpa perantara yang lain, misalnya membunuh dengan pisau, mencekik dll. 9 Pada dasarnya menurut syariat Islam, hukuman-hukuman yang telah ditetapkan jumlahnya dalam jarimah hudud dan qishas hanya dijatuhkan atas pelaku langsung, bukan atas peserta tidak langsung. Mereka yang berbuat langsung disebut dengan pelaku almubasyir, sedangkan yang tidak disebut almutasyabib. Pelaku langsung adalah pelaku yang secara langsung perbuatannya menimbulkan akibat. Sedangkan pelaku tidak langsung adalah pelaku yang akibat perbuatannya menyebabkan terjadinya perbuatan jarimah atau sesuatu terjadi. Orang yang berbuat tidak langsung tidak akan dimintai pertanggung jawaban pidana bila ia melakukannya tidak disengaja atau tidak disertai dengan 9 Ali Yafie dkk. (Ed.), Ensiklopedi Hukum Pidana Islam, Jilid III, Jakarta: Kharisma ilmu, 2009, h.204.

71 maksud jahat. Sedangkan orang yang berbuat langsung akan dikenai pertanggungjawaban pidana. Alasan pengkhususan ketentuan tersebut untuk jarimah hudud dan qishas ini karena pada umumnya hukuman-hukuman yang telah ditentukan ini sangat berat dan tidak berbuat langsungnya pelaku tidak langsung merupakan subhat yang dapat menggugurkan hukuman had. pelaku tidak langsung pada umumnya lebih ringan kejahatannya dan lebih sedikit bahayanya daripada pelaku langsung. Karena itu, tidak sama hukuman terhadap keduanya. Jika perbuatan pelaku tidak langsung bisa dipandang sebagai pelaku langsung, seperti pelaku langsung itu hanya sekadar alat yang digerakkan oleh pelaku tidak langsung, ia dijatuhi hukuman hudud atau qishas karena ia dikategorikan sebagai pelaku langsung, bukan sebagai pelaku tidak langsung. 10 Di samping itu juga kawan berbuat (peserta tidak langsung) tidak sama bahayanya dibandingkan dengan pelaku langsung. Meskipun demikian kalau perbuatan pelaku tidak langsung bisa dipandang sebagai pembuat langsung, karena pelaku langsung hanya sebagai alat sematamata yang digerakkan oleh pelaku tidak langsung maka pelaku tidak langsung tersebut bisa dijatuhi hukuman had atau qishas. Sebagaimana telah dikemukakan di atas. Bahwa menurut Imam Malik peserta tidak 10 Ahsin sakho Muhammad, Op.Cit, h.48.

72 langsung dapat dipandang sebagai pelaku langsung, apabila orang tersebut menyaksikan terjadinya jarimah tersebut. Dengan demikian, orang yang turut berbuat tidak langsung dalam jarimah hanya dijatuhi hukuman ta zir. Sedangkan hukuman dalam KUHP yaitu bagi orang yang menyuruhlakukan tindak pidana disamakan dengan pelaku menurut bunyi pasal 55 KUHP dipidana sebagai pembuat sesuatu perbuatan pidana mereka yang melakukan, yang menyuruhlakukan dan yang turut serta melakukan perbuatan. Jika orang yang menyuruhlakukan tindak pidana pembunuhan menurut ketentuan di atas maka dijerat pasal 338 Jo pasal 55 ayat 1. Aturan perbedaan hukuman antara pelaku langsung dan tidak langsung tersebut, hanya berlaku dalam jarimah hudud dan qishas dan tidak berlaku untuk ta zir.dalam jarimah ta zir tidak ada perbedaan hukuman antara pelaku langsung adan pelaku tidak langsung, sebab perbuatan masing-masing pembuat tersebut termasuk jarimah ta zir dan hukumannya juga hukuman ta zir. Sedangkan syara tidak memisahkan antara jarimah ta zir yang satu dan jarimah ta zir lainnya. Selama hakim mempunyai kebebasan dalam menentukan besar kecilnya hukuman ta zir, maka tidak ada perlunya membuat pemisahan antara hukuman perbuatan langsung dengan hukuman perbuatan ttidak langsung dalam jarimah ta zir. Oleh karena itu, hukuman pelaku tidak langsung bisa lebih berat, sama berat atau lebih ringan daripada hukuman pelaku langsung, berdasarkan

73 pertimbangan masing-masing pelaku, baik keaadaanya maupun perbuatannya. Menurut analisis penulis, hukuman yang dijatuhkan bagi pelaku menyuruhlakukan dalam Tindak Pidana Pembunuhan hukumannya disamakan sebagai pelaku langsung, sehingga hukuman yang berlaku bagi orang yang menyuruhlakukan adalah Qishas, karena orang yang menyuruhlakukan tindak pidana pembunuhan dapat dikatakan sebagai pelaku pembunuhan sengaja. Sebagaimana tindak pidana pembunuhan sengaja telah dijelaskan dalam Al-Quran surat Al-Baqoroh 178 yang artinya: Hai orang-orang yang beriman diwajibkan atas kamu qishash berkenaan dengan orang-orang yang dibunuh: orang merdeka dengan orang merdeka, hamba dengan hamba, wanita dengan wanita. Maka barangsiapa yang mendapat suatu pemaafan dari saudaranya, hendaklah (yang memaafkan) mengikuti dengan cara yang baik, dan hendaklah (yang diberi maaf) membayar diyat kepada yang memberi maaf dengan cara yang baik pula. Yang demikian itu adalah suatu keringanan dari Tuhan kamu dan suatu rahmat. Barangsiapa yang melampaui batas sesudah itu, maka baginya siksa yang sangat pedih. (Q.S. Al-Baqarah: 178) 11. Hukuman ta zir diberlakukan pada tindak pidana selain Qishas, Hudud. Menurut KUHP orang yang menyuruhlakukan diberlakukan hukum yang sama dengan pleger. Hukuman ini berlaku untuk semua tindak pidana termasuk dalam menyuruhlakukan dalam tindak pidana pembunuhan. Dengan demikian menurut penulis, Hukum Islam lebih mengedepankan maslahah dengan memberikan hukuman secara adil berdasarkan tingkatan jarimah. 11 Lajnah Pentashih Mushaf Al-Quran Departemen Agama Republik Indonesia,Syaamil Al-Quran, Bandung: PT sigma Examedia Arkanleema, h.27.