PEMERINTAH KOTA PONTIANAK PERATURAN DAERAH KOTA PONTIANAK NOMOR 14 TAHUN 2002 TENTANG

dokumen-dokumen yang mirip
PERATURAN DAERAH KOTA PONTIANAK NOMOR 13 TAHUN 2002 TENTANG PERIZINAN USAHA JASA IMPRESARIAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PONTIANAK

PERATURAN DAERAH KOTA PONTIANAK NOMOR 12 TAHUN 2002 TENTANG PERIZINAN USAHA JASA KONVENSI, PERJALANAN INSENTIF DAN PAMERAN

PEMERINTAH KOTA PONTIANAK PERATURAN DAERAH KOTA PONTIANAK NOMOR 10 TAHUN 2002 TENTANG PERIZINAN USAHA OBYEK WISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA (PERDA KOTA YOGYAKARTA) NOMOR 6 TAHUN 2002 (6/2002) TENTANG PERIZINAN USAHA PERJALANAN WISATA

PERATURAN DAERAH KOTA PONTIANAK NOMOR 11 TAHUN 2002 TENTANG PERIZINAN USAHA JASA PRAMUWISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PONTIANAK

PEMERINTAH KOTA PERATURAN DAERAH KOTA PONTIANAK NOMOR 16 TAHUN 2002 TENTANG PERIZINAN USAHA RESTORAN, RUMAH MAKAN, BAR DAN JASA BOGA

PEMERINTAH KOTA PONTIANAK PERATURAN DAERAH KOTA PONTIANAK NOMOR 17 TAHUN 2002 TENTANG PERIZINAN USAHA HOTEL DAN PENGINAPAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA YOGYAKARTA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR : 12 TAHUN 2003 TENTANG IZIN USAHA JASA PERJALANAN WISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA (Berita Resmi Kota Yogyakarta) Nomor : 6 Tahun 2002 Seri: C

LEMBARAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA (Berita Resmi Kota Yogyakarta) Nomor : 8 Tahun 2002 Seri: C

PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA (PERDA KOTA YOGYAKARTA) NOMOR 10 TAHUN 2002 (10/2002) TENTANG PENGATURAN PRAMUWISATA DAN PENGATUR WISATA

LEMBARAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA (Berita Resmi Kota Yogyakarta) Nomor : 4 Tahun 2002 Seri: C

PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 3 TAHUN 2002 TENTANG PERIZINAN USAHA RESTORAN, RUMAH MAKAN, TEMPAT MAKAN DAN JASA BOGA

LEMBARAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA (Berita Resmi Yogyakarta) Nomor : 2 Tahun 2002 Seri : C

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 16 TAHUN 2003 TENTANG PERIZINAN USAHA JASA PERJALANAN WISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TARAKAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN ACEH UTARA NOMOR 10 TAHUN 2001 T E N T A N G

GUBERNUR BALI PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG USAHA JASA PERJALANAN WISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, GUBERNUR BALI,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN NUNUKAN NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG IZIN USAHA RESTORAN, RUMAH MAKAN, TEMPAT MAKAN DAN JASA BOGA

PEMERINTAH KOTA PONTIANAK PERATURAN DAERAH KOTA PONTIANAK NOMOR 18 TAHUN 2002 TENTANG PERIZINAN USAHA REKREASI DAN HIBURAN UMUM

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BUTON NOMOR 7 TAHUN 2006

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 21 TAHUN 2001 TENTANG PENGESAHAN PENDIRIAN DAN PERUBAHAN BADAN HUKUM KOPERASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KOTA JAMBI NOMOR 08 TAHUN 2005 SERI C NOMOR 04

PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG USAHA JASA PERJALANAN WISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI,

IZIN USAHA JASA PARIWISATA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 9 TAHUN 2002 TENTANG RETRIBUSI IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI

PEMERINTAH KOTA PONTIANAK

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 22 TAHUN 2001 TENTANG WAJIB DAFTAR PERUSAHAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TARAKAN,

WALIKOTA BANJARMASIN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KOTA BANJARMASIN NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG PERIZINAN USAHA TEMPAT MAKAN

LEMBARAN DAERAH KOTA BANJARMASIN TAHUN 2008 NOMOR 23

PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA (PERDA KOTA YOGYAKARTA) NOMOR 2 TAHUN 2002 (2/2002) TENTANG PERIZINAN USAHA HOTEL DAN PENGINAPAN

WALIKOTA PANGKALPINANG

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 20 TAHUN 2001 TENTANG PENGATURAN PEDAGANG KAKI LIMA DAN PEDAGANG KAKI LIMA MUSIMAN

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 24 TAHUN 2001 TENTANG SURAT IJIN USAHA PERDAGANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TARAKAN,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAROS NOMOR 02 TAHUN 2006 TENTANG PENATAAN PEDAGANG KAKI LIMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KABUPATEN MAROS

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 18 TAHUN 2003 TENTANG RETRIBUSI IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA PONTIANAK NOMOR 4 TAHUN 2004 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN TEMPAT PARKIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 09 TAHUN 2002 TENTANG PEMBERIAN IJIN TEMPAT USAHA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TARAKAN,

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 5 TAHUN 2004 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 13 TAHUN 2004 TENTANG PEMBERIAN IZIN LOKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TARAKAN,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 8 TAHUN 2003 TENTANG RETRIBUSI IZIN USAHA PERDAGANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BENGKAYANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 7 TAHUN 2003 TENTANG RETRIBUSI IZIN TEMPAT USAHA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BENGKAYANG,

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 19 TAHUN 2001 TENTANG IJIN MEMAKAI TANAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TARAKAN,

PEMERINTAH KOTA PONTIANAK

PEMERINTAH KOTA PONTIANAK

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUARA ENIM NOMOR 13 TAHUN 2007 TENTANG PENGGUNAAN JALAN BAGI KENDARAAN YANG MELEBIHI MUATAN SUMBU TERBERAT

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 17 TAHUN 2004 TENTANG PENYELENGGARAAN JASA TITIPAN DAN TELEKOMUNIKASI DI KOTA TARAKAN

PEMERINTAH KABUPATEN PAMEKASAN RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PAMEKASAN NOMOR..TAHUN TENTANG TATA KELOLA HOTEL, PENGINAPAN DAN KOS

SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA NOMOR 14 TAHUN 2005 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 14 TAHUN TENTANG WAJIB DAFTAR PERUSAHAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SLEMAN,

SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA PEDAGANG KAKI LIMA

PEMERINTAH KOTA SURAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 10 TAHUN 2002 T E N T A N G IZIN USAHA HOTEL DENGAN TANDA BUNGA MELATI

PEMERINTAH PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

LEMBARAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA ( Berita Resmi Kota Yogyakarta)

NOMOR : 2 TAHUN 1989 SERI : B =================================================================

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG IZIN USAHA PERDAGANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA DENPASAR NOMOR 9 TAHUN 2002 TENTANG USAHA PONDOK WISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA DENPASAR,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA NOMOR 16 TAHUN 2003 TENTANG PENANAMAN MODAL DALAM NEGERI DAN PENANAMAN MODAL ASING

PEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 5 TAHUN 2009 TENTANG RETRIBUSI IZIN USAHA PERDAGANGAN

PERATURAN DAERAH KOTA PONTIANAK NOMOR 4 TAHUN 2003 PAJAK PENERANGAN JALAN

PEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG SURAT IZIN USAHA PERDAGANGAN (SIUP)

PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG KAWASAN PARIWISATA PANTAI WIDURI

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN TENTANG RETRIBUSI IZIN USAHA PERDAGANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KOTA PONTIANAK

PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM RETRIBUSI IZIN USAHA PERINDUSTRIAN

PEMERINTAH KOTA SINGKAWANG

WALIKOTA PADANG PERATURAN DAERAH KOTA PADANG NOMOR 23 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN RUMAH KOS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PADANG,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUSI RAWAS NOMOR 4 TAHUN 2003 T E N T A N G RETRIBUSI IZIN USAHA PERDAGANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SITUBONDO NOMOR 27 TAHUN 2004 TENTANG LARANGAN PELACURAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SITUBONDO,

P E R A T U R A N D A E R A H

LEMBARAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 14 TAHUN 2002 SERI C NOMOR 4 PERATURAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 13 TAHUN 2002 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU

SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA NOMOR 6 TAHUN 2006 TENTANG PEMBERIAN IZIN LOKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANGKA,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU

BUPATI MUSI RAWAS, 6. Undang-undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG PENYELENGGARAAN PERPARKIRAN DALAM WILAYAH KOTA TARAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR : 7 TAHUN 2003 TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI

5. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara

PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL (Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul) Nomor : 3 Tahun : 2003 Seri : E

PEMERINTAH KABUPATEN BARITO UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARITO UTARA NOMOR 9 TAHUN 2005 TENTANG

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR : 14 TAHUN 2003 TENTANG RETRIBUSI IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 12 TAHUN 2002 T E N T A N G RETRIBUSI IZIN PENGUSAHAAN OBYEK DAN DAYA TARIK WISATA

PEMERINTAH KOTA PONTIANAK

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 44 TAHUN : 2004 SERI : C PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 7 TAHUN 2004 TENTANG JASA KONSTRUKSI DI KOTA CIMAHI

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL,

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN TENTANG RETRIBUSI TANDA DAFTAR PERUSAHAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BALIKPAPAN,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTA KUPANG NOMOR 6 TAHUN 2001 TENTANG IZIN USAHA INDUSTRI DAN TANDA DAFTAR INDUSTRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KOTA SURAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA

PERATURAN DAERAH KOTA PEKANBARU Nomor : 10 Tahun 2000 T E N T A N G USAHA RUMAH MAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PEKANBARU

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 14 TAHUN 2002 TENTANG PEMBERIAN IJIN USAHA DI BIDANG KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TARAKAN,

PEMERINTAH KABUPATEN SUMBAWA BARAT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA TAHUN 2005 NOMOR 36 SERI C NOMOR SERI 14 PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 21 TAHUN 2005

Transkripsi:

PEMERINTAH KOTA PONTIANAK PERATURAN DAERAH KOTA PONTIANAK NOMOR 14 TAHUN 2002 TENTANG PERIZINAN USAHA BIRO PERJALANAN WISATA DAN AGEN PERJALANAN WISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PONTIANAK Menimbang Mengingat a. b. 1. 2. 3. 4. 5. bahwa berdasarkan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonom, Kewenangan di bidang Kepariwisataan khususnya perizinan kegiatan usaha Biro Perjalanan Wisata dan Agen Perjalanan Wisata menjadi wewenang Daerah Kota/Kabupaten ; bahwa untuk mengatur perizinan kegiatan usaha Biro Perjalanan Wisata dan Agen Perjalanan Wisata dimaksud huruf a diatas perlu ditetapkan dengan Peraturan Daerah. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 1959 tentang Penetapan Undang- Undang Darurat Nomor 3 Tahun 1953 tentang Pembentukan Daerah Tingkat II di Kalimantan (Lembaran Negara Tahun 1953 Nomor 9) sebagai Undang-Undang ( Lembaran Negara Tahun 1959 Nomor 72, Tambahan Lembaran Negara Nomor 1820); Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3209); Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1990 tentang Kepariwisataaan ( Lembaran Negraa Tahun 1990 Nomor 78, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3427); Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Tahun 1997 Nomor 60, Tambahan Lembaran negara Nomor 3699); Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah (Lembran Negara Tahun 1999 Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara 3839) ;

-2-6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 72, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3848) ; Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 tentang Pelaksanaaan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3209) ; Peraturan Pemerintah Nomor 67 Tahun 1996 tentang Penyelenggaraan Kepariwisataan (Lembaran Negara Tahun1996 Nomor 101, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3685) ; Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) ; Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan kewenangan Propinsi Sebagai Daerah Otonom (Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 54, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3952) ; Keputusan Presiden Nomor 44 Tahun 1999 tentang Teknik Penyusunan Peraturan Perundang-undangan dan Bentuk Rancangan Undang-Undang, Rancangan Peraturan Pemerintah dan Rancangan Keputusan Presiden ; Peraturan Daerah Nomor 02 Tahun 1987 tentang Penyidik Pegawai Negeri Sipil Dilingkungan Pemerintah Kotamadya Daerah Tingkat II Pontianak (Lembaran Daerah Tahun 1988 Nomor 14 Seri D Nomor 10) ; Peraturan Daerah Nomor 7 Tahun 1999 tentang Izin Gangguan (Lembaran Daerah Tahun 1999 Nomor 22 Seri B Nomor 9) ; Peraturan Daerah Nomor 9 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah Kota Pontianak (Lembaran Daerah Tahun 2000 Nomor 27 Seri C Nomor 9); Peraturan Daerah Nomor 3 tahun 2001 tentang Pembentukan Lembaga Teknis Daerah Kota Pontianak (Lembaran Daerah Tahun 2001 Nomor 3 Seri D Nomor 3) ; Keputusan Menteri Pariwisata, Pos dan Telekomunikasi Nomor KM.10/PW.102/MPPT-93 tentang Ketentuan Usaha Biro Perjalanan Wisata dan Agen Perjalanan Wisata.

-3- Dengan Persetujuan DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA PONTIANAK M E M U T U S K A N Menetapkan PERATURAN DAERAH KOTA PONTIANAK TENTANG PERIZINAN USAHA BIRO PERJALANAN WISATA DAN AGEN PERJALANAN WISATA, BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan a. b. c. d. e. f. g. h. i. j. Daerah adalah Kota Pontianak ; Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kota Pontianak ; Kepala Daerah adalah Walikota Pontianak; Usaha Biro Perjalanan Wisata adalah Usaha yang merencanakan kegiatan perjalanan wisata dan atau jasa pelayanan penyelenggaraan wisata ; Usaha Cabang Biro Perjalanan Wisata adalah unit usaha Biro perjalanan wisata yang berkedudukan di wilayah administrasi yang sama dari kantor /cabang atau diwilayah administratif lainnya yang melakukan kegiatan usaha kantor pusat ; Usaha Agen perjalanan Wisata adalah usaha jasa perantara untuk menjual dan atau mengurus perjalanan wisata ; Gerai jual atau sales counter adalah unit usaha biro perjalanan wisata yang hanya melakukan bagian tertentu dari kegiatan kantor pusatnya ; Paket wisata adalah rangkaian dari perjalanan wisata yang tersusun lengkap disertai harga dan persyaratan tertentu ; Pimpinan Usaha adalah pengusaha atau orang lain yang ditunjuk memimpin sehari-hari dan bertanggung jawab atas pengelolan kegiatan/usaha ; Izin Usaha adalah izin yang diberikan oleh Kepala Daerah untuk menyelenggarakan kegiatan /usaha.

-4- BAB II RUANG LINGKUP Pasal 2 Ruang lingkup usaha Biro perjalanan wisata dan agen perjalanan wisata adalah sebagai berikut a. Biro perjalanan wisata dengan lingkup usaha kegiatan yang meliputi 1. Membuat, menjual dan menyelenggarakan paket wisata ; 2. Mengurus dan melayani kebutuhan jasa angkutan bagi perseorangan dan atau kelompok orang yang diurusnya ; 3. Melayani pemesanan akomodasi, restoran dan sarana wisata lainnya 4. Mengurus dokumen perjalanan ; 5. Menyelenggarakan pemanduan perjalanan wisata. b. Agen perjalanan wisata dengan lingkup kegiatan usaha meliputi 1. Menjadi perantara di dalam pemesanan tiket angkutan udara, laut dan darat. 2. Mengurus dokumen perjalanan ; 3. Menjadi perantara di dalam pemesanan akomodasi restoran dan sarana wisata lainnya. 4. Menjual paket-paket wisata yang dibuat oleh biro perjalanan wisata. BAB III BENTUK USAHA Pasal 3 (1) Usaha Biro Perjalanan Wisata dan Agen Perjalanan Wisata berbentuk Badan Usaha yang maksud dan tujuannya semata-mata berusaha di dalam bidang usaha Biro Perjalanan Wisata dan Agen Perjalanan Wisata. (2) Badan Usaha Biro Perjalanan Wisata dan Agen Perjalanan Wisata dapat berbentuk Badan Usaha Milik Daerah, Perseroan Terbatas atau Koperasi. Pasal 4 (1) Biro perjalanan wisata dapat membuka cabang biro perjalanan wisata dan menunjuk perwakilan ; (2) Pembukaan cabang biro perjalanan wisata dan penunjukan perwakilan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini ditujukan untuk meningkatan penjualan paket-paket wisata dan pelayanan jasa sebagaimana diatur dalam pasal 2 huruf a.

-5- BAB IV PENGGOLONGAN BIRO PERJALANAN WISATA Pasal 5 (1) Tingkat pelayanan biro perjalanan wisata dibagi menjadi 4 (empat) golongan kelas biro perjalanan wisata ; (2) Golongan kelas sebagaimana dimaksud ayat (1) pasal ini diberikan berdasarkan kemampuan dan kesiapan dalam memberikan pelayanan yang didukung fasilitas dan peralatan sesuai persyaratan yang dimiliki (3) Setiap Biro Perjalanan Wisata wajib memenuhi ketentuan penggolongan kelas Biro perjalanan Wisata berdasarkan ketentuan yang berlaku untuk kelas Biro Perjalanan Wisata (4) Dalam hal Biro Perjalanan wisata dapat melampaui persyaratan golongan kelas Biro Perjalanan Wisata dengan tanda gambar Cakra 4 (empat), maka Kepala Daerah atau pejabat yang ditunjuk dapat memberikan piagam khusus penggolongan Biro Perjalanan Wisata ; (5) Piagam golongan kelas Biro Perjalanan Wisata berlaku untuk jangka waktu 3 (tiga) tahun ; (6) Penetapan golongan kelas setiap waktu dapat ditinjau kembali oleh Kepala Daerah atau Pejabat yang ditunjuk, sesuai dengan persyaratan penggolongan kelas yang dapat dipenuhi ; (7) Penggolongan kelas Biro Perjalanan Wisata dapat dicabut apabila Biro Perjalanan wisata yang bersangkutan tidak memenuhi persyaratan yang berlaku bagi penggolongan kelas Biro Perjalanan Wisata ; (8) Tata cara dan persyaratan untuk mendapatkan piagam penggolongan Kelas Biro Perjalanan Wisata ditetapkan dengan Keputusan Kepala Daerah. Pasal 6 Piagam golongan kelas Biro perjalanan wisata harus dipasang ditempat yang mudah dilihat serta dibaca umum dan diletakkan berdampingan dengan sertifikat Surat Tanda Izin Usaha (STIU) yang dimiliki. BAB V PERIZINAN Pasal 7 Untuk menjalankan kegiatan usaha Biro Perjalanan wisata dan agen perjalanan wisata harus memiliki izin usaha yang diberikan oleh Kepala Daerah atau pejabat yang ditunjuk.

-6- Pasal 8 (1) Izin usaha sebagaimanaa dimaksud dalam pasal 7 Peraturan Daerah ini berlaku sepanjang Perusahaan yang bersangkutan masih menjalankan usahanya dan wajib didaftarkan ulang kembali kepada Kepala Daerah atau Pejabat yang ditunjuk setiap tahunnya, serta akan dilakukan evaluasi (2) Izin Usaha sebagimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini tidak dapat dipindahtangankan. Pasal 9 Penyediaan jasa lainnya di lingkungan usaha Biro perjalanan wisata dan agen perjalanan Wisata, yang tidak menjadi bagian dari izin usaha Biro Perjalanan Wisata dan Agen perjalanan wisata wajib diselenggarakan atas dasar izin usaha tersendiri sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku. Pasal 10 Persyaratan dan tata cara pengajuan permohonan izin dimaksud pasal 7 Peraturan Daerah ini diatur lebih lanjut dalam Keputusan Kepala Daerah. BAB VI KEWAJIBAN Pasal 11 (1) Pimpinan Usaha Biro Perjalanan Wisata dan Agen Perjalanan Wisata, berkewajiban untuk a. Memberikan perlindungan kepada para pemakai jasa; b. Menunjuk pramuwisata dan atau pengatur wisata yang ditugasi memimpin, membimbing wisatawan sesuai ketentuan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku; c. Menjamin terpenuhinya kewajiban atas pungutan negara dan pungutan daerah yang ditetapkan sesuai dengan Peraturan Perundangan-undangan yang berlaku; d. Menyelenggarakan pembukuan perusahaan sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku; e. Penyampaian laporan berkala kepada Kepala Daerah atau Pejabat yang ditunjuk. (2) Pimpinan Usaha Biro Perjalanan Wisata dan Agen perjalanan Wisata berhak untuk mengambil tindakan terhadap peserta perjalanan wisata dalam rangka perlindungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a Pasal ini sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku. Pasal 12 (1) Laporan berkala sebagaimana dimaksud dalam Pasal (1) huruf e Peraturan Daerah ini adalah Laporan Kegiatan Usaha (LKU), dikirimkan setiap 6 (enam) bulan pada akhir bulan Juni dan Desember tahun pelaporan ;

-7- (2) Bentuk dan isi penyampaian laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Pasal ini ditetapkan dengan Keputusan Kepala Daerah. Pasal 13 (1) Biro Perjalanan Wisata harus mengutamakan kegiatan promosi dan pemasaran paket wisata didalam dan keluar negeri. (2) Biro Perjalanan luar negeri yang akan menyelenggarakan kegiatan di Indonesia wajib menunjuk Biro Perjalanan Wisata dalam negeri sebagai perwakilannya dan dalam menyelenggarakan kegiatannya tunduk kepada ketentuan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku. Pasal 14 (1) Dalam hal terjadinya perubahan nama, susunan direksi dan lokasi usaha Biro Perjalanan Wisata dan Agen Perjalanan Wisata harus dilaporkan secara tertulis kepada Kepala Daerah atau pejabat yang ditunjuk. (2) Tata cara dan persyaratan pemindahan atas pemilikan, perubahan nama dan lokasi sebagaimana dimaksud ayat (1),(2) dan (3) pasal ini ditetapkan lebih lanjut dalam keputusan Kepala Daerah. BAB VII PENCABUTAN IZIN Pasal 15 Izin Usaha Biro Perjalanan Wisata dapat dicabut, karena hal-hal sebagai berikut a. Tidak memenuhi kewajiban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (1) Peraturan Daerah ini; b. Terbukti melakukan tindak pidana kejahatan atau pelanggaran Peraturan Perundang-undangan yang lain yang berkaitan dengan kegiatan usahanya. Pasal 16 (1) Pencabutan izin usaha Biro Perjalanan Wisata dan Agen Perjalanan Wisata sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 Peraturan Daerah ini setelah diberikan peringatan sebanyak 3 (tiga) kali berturut-turut dengan jangka waktu sebagai berikut a. Jangka waktu antara peringatan pertama dan peringatan kedua selama 15 (lima belas) hari kerja; b. Jangka waktu antara peringatan kedua dan peringatan ketiga selama 15 (lima belas) hari kerja; c. Terhitung 15 (lima belas) hari kerja diterimanya peringatan ketiga, peringatan tersebut tidak diindahkan, maka izin usaha dicabut. (2) Pemberian peringatan atau pencabutan izin dilaksanakan oleh Kepala Daerah atau Pejabat yang ditunjuk.

-8- BAB VIII PEMBATALAN IZIN Pasal 17 (1) Izin Usaha dinyatakan tidak berlaku apabila a. Pengusaha tidak meneruskan usahanya; b. Pemegang izin meninggal dunia atau usahanya bubar; c. Dipindahtangankan oleh pemegang Izin usaha tanpa izin tertulis dari Kepala Daerah atau pejabat yang ditunjuk; d. Tidak memenuhi kewajiban untuk mendaftarkan ulang izin usaha; e. Tidak memenuhi kewajiban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (1) Peraturan Daerah ini ; f. Hak penguasaan tanah/tempat usaha hilang /dihapus; g. Alas hak terhadap tempat usaha atau jenis usaha hapus. (2) Pernyataan tidak berlakunya izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Pasal ini tidak perlu mendapat putusan pengadilan terlebih dahulu. BAB IX PEMBINAAN, PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN Pasal 18 (1) Pembinaan, pengawasan dan pengalihan Usaha Biro Perjalanan Wisata dan Agen perjalanan Wisata dilakukan oleh Kepala Daerah atau pejabat lain yang ditunjuk dan dapat bekerjasama dengan instansi lain yang terkait; (2) Kepala Daerah atau pejabat yang ditunjuk dapat meminta laporan mengenai halhal yang dianggap perlu kepada pimpinan usaha; (3) Dalam rangka pembinaan, pengawasan dan pengendalian usaha, sewaktu-waktu petugas dapat melakukan pemeriksaan di tempat usaha dan secara berkala melakukan penelitian terhadap persyaratannya; (4) Untuk memudahkan pengawasan, maka izin usaha wajib dipasang ditempat yang mudah dilihat dan dibaca oleh umum. BAB X KETENTUAN LAIN-LAIN Pasal 19 (1) Perizinan bagi Penanaman Modal Asing (PMA) atau Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku; (2) Dalam melakukan hubungan kerja, pimpinan usaha wajib memenuhi ketentuan dibidang ketenagakerjaan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. (3) Dalam menyelenggarakan kegiatan usahanya, pimpinan usaha harus melaksanakan peningkatan mutu karyawannya secara terus menerus.

-9- BAB XI KETENTUAN PIDANA Pasal 20 (1) Pelanggaran terhadap ketentuan Pasal 7 Peraturan Daerah ini, diancam dengan pidana kurungan paling lama 6 (enam) bulan atau denda paling banyak Rp.5.000.000,- (lima juta rupiah). (2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Pasal ini adalah pelanggaran. BAB XII PENYIDIKAN Pasal 21 (1) Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu dilingkungan Pemerintah Daerah diberi wewenang khusus sebagai Penyidik untuk melakukan penyidikan tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana. (2) Dalam melaksanakan tugas penyidikan, Penyidikan Pegawai Negeri Sipil sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) Pasal ini berwenang a. Menerima, mencari, mengumpulkan dan meneliti keterangan atau laporan berkenaan dengan tindak pidana; b. Meneliti, mencari dan mengumpulkan keterangan mengenai orang pribadi atau badan tentang kebenaran perbuatan yang dilakukan sehubungan dengan tindak pidana; c. Meminta keterangan dan barang bukti dari orang pribadi atau badan sehubungan dengan tindak pidana; d. Memeriksa buku-buku, catatan-catatan dan dokumen-dokumen lain berkenaan dengan tindak pidana; e. Melakukan penggeledahan untuk mendapatkan barang bukti pembukuan, pencatatan dan dokumen-dokumen lain, serta melakukan penyitaan terhadap barang bukti tersebut; f. Meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan tindak pidana; g. Menyuruh berhenti, melarang seseorang meninggalkan ruangan atau tempat pada saat pemeriksaan sedang berlangsung dan memeriksa identitas orang dan atau dokumen yang dibawa sebagaimana dimaksud pada huruf e Pasal ini; h. Mengambil sidik jari dan memotret seorang yang berkaitan dengan tindak pidana; i. Memanggil orang untuk didengar keterangannya dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi; j. Menghentikan penyelidikan setelah mendapat petunjuk dari penyidik POLRI bahwa tidak terdapat cukup bukti atau peristiwa tersebut bukan merupakan tindak pidana dan selanjutnya melalui penyidikan POLRI memberitahukan hal tersebut kepada Penuntut Umum, Tersangka atau Keluarganya; k. Melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran penyidikan tindak pidana, menurut hukum yang dapat dipertanggungjawabkan.

-10- (3) Penyidik sebagaimana dimaksud ayat (1) pasal ini memberitahukan dimulainya penyidikan dan menyampaikan hasil penyidikannya kepada Penuntut Umum melalui Penyidik Pejabat Polisi Negera Republik Indonesia, sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang Hukum Acara Pidana yang berlaku. BAB XIII KETENTUAN PERALIHAN Pasal 22 Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini maka perizinan Usaha Biro Perjalanan Wisata dan Agen Perjalanan Wisata yang diperoleh berdasarkan Peraturan Perundangan, sebelum Peraturan Daerah ini ditetapkan, masih tetap berlaku dengan masa waktu 1 (satu) tahun sejak diundangkan. BAB XIV KETENTUAN PENUTUP Pasal 23 Hal-hal yang belum diatur atau belum cukup diatur dalam Peraturan Daerah ini akan diatur lebih lanjut dengan Keputusan Kepala Daerah, sepanjang mengenai pelaksanaanya. Pasal 24 Peraturan Daerah ini mulai berlaku sejak tanggal diundangkan. Agar supaya setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kota Pontianak. Ditetapkan di Pontianak pada tanggal 23 Oktober 2002 WALIKOTA PONTIANAK ttd Diundangkan di Pontianak pada tanggal 23 Oktober 2002 SEKRETARIS DAERAH KOTA PONTIANAK ttd Drs.HASAN RUSBINI Pembina Utama Muda NIP. 520007946 LEMBARAN DAERAH KOTA PONTIANAK TAHUN 2002 NOMOR 30 SERI E NOMOR 10 dr.h.buchary ABDURRACHMAN

-11- PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA PONTIANAK NOMOR 14 TAHUN 2002 TENTANG PERIZINAN USAHA BIRO PERJALANAN WISATA DAN AGEN PERJALANAN WISATA I. U M U M Berdasarkan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai Daerah otonomi, Kewenangan di bidang Kepariwisataan khususnya yang mengatur mengenai Perizinan Usaha Biro Perjalanan Wisata dan Agen Perjalanan Wisata merupakan kewenangan Pemerintah Kabupaten dan Kota. Untuk melaksanakan kewenangan tersebut diatas, perlu diatur dalam peraturan daerah. II. PASAL DEMI PASAL Pasal 1 Pasal 2 Pasal 3 Pasal 4 Pasal 5 Pasal 6 Pasal 7 Pasal 8 Pasal 9 Pasal 10 Pasal 11 Pasal 12 Pasal 13 Pasal 14 Pasal 15 Pasal 16 Koperasi yang dapat menyelenggarakan usaha Biro Perjalanan Wisata dan Agen Perjalanan Wisata adalah Koperasi Primer B yang dinyatakan dengan surat Keterangan dari Instansi yang membidangi koperasi. Usaha Biro Perjalanan Wisata dan Agen Perjalanan Wisata harus dicantumkan secara jelas dalam maksud dan tujuan akte pendirian, disamping jenis usaha lainnya ;

Pasal 17 Ayat (1) -12- Pasal 18 Pasal 19 Pasal 20 Pasal 21 Pasal 22 Pasal 23 Pasal 24 huruf a. yang dimaksud dengan pengusaha tidak meneruskan usahanya yaitu apabila selama enam bulan berturut-turut usaha Biro Perjalanan Wisata dan Agen Perjanan Wisata tidak ada kegiatan usaha ; TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH KOTA PONTIANAK NOMOR 11