DiGregorio, 1990). Hal ini dapat terjadi ketika enzim hati yang mengkatalisis reaksi konjugasi normal mengalami kejenuhan dan menyebabkan senyawa

dokumen-dokumen yang mirip
menghilangkan kesadaran. Berdasarkan kerja farmakologinya, analgesik dibagi dalam dua kelompok besar yaitu analgesik narkotik dan analgesik non

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Para-aminofenol Asetanilida Parasetamol Gambar 1.1 Para-aminofenol, Asetanilida dan Parasetamol (ChemDraw Ultra, 2006).

Hal ini disebabkan karena penambahan gugus-gugus pada struktur parasetamol tersebut menyebabkan perubahan sifat kimia fisika senyawa, yaitu sifat

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

mengakibatkan reaksi radang yang ditandai dengan adanya kalor (panas), rubor (kemerahan), tumor (bengkak), dolor (nyeri) dan functio laesa (gangguan

gugus karboksilat yang bersifat asam sedangkan iritasi kronik kemungkinan disebabakan oleh penghambatan pembentukan prostaglandin E1 dan E2, yaitu

pada penderita tukak lambung dan penderita yang sedang minum antikoagulan (Martindale, 1982). Pada penelitian ini digunakan piroksikam sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

UJI HEPATOTOKSISITAS SENYAWA O-(4-NITROBENZOIL)PARASETAMOL PADA TIKUS (RATTUS NORVEGICUS)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Gambar 1.2. Struktur molekul Asam O-(4-klorobenzoil) Salisilat (Rendy,2006)

BAB I PENDAHULUAN. Parasetamol atau asetaminofen atau N-asetil-p-aminofenol merupakan

banyak digunakan tanpa resep dokter. Obat obat ini merupakan suatu kelompok obat yang heterogen secara kimiawi. Walaupun demikian obatobat ini

N N. Gambar 1.1. Struktur molekul piroksikam dan O-(3,4- diklorobenzoil)piroksikam.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

),parakor (P), tetapan sterik Es Taft, tetapan sterik U Charton dan tetapan sterimol Verloop (Siswandono & Susilowati, 2000). Dalam proses perubahan

BAB I PENDAHULUAN. rasa nyeri tanpa menghilangkan kesadaran. Rasa nyeri dalam kebanyakan hal hanya

I. PENDAHULUAN. Parasetamol merupakan obat antipiretik dan analgetik yang telah lama

turunan oksikam adalah piroksikam (Siswandono dan Soekardjo, 2000). Piroksikam mempunyai aktivitas analgesik, antirematik dan antiradang kuat.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

parakor (P), tetapan sterik Es Taft, tetapan sterik U Charton dan tetapan sterimol Verloop (Siswandono & Susilowati, 2000). Dalam proses perubahan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN (Sari, 2007). Parasetamol digunakan secara luas di berbagai negara termasuk

inflamasi non steroid turunan asam enolat derivat oksikam yaitu piroksikam (Mutschler, 1991; Gringauz, 1997). Piroksikam digunakan untuk pengobatan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat bervariasi dan begitu populer di kalangan masyarakat. Kafein

Menurut Hansch, penambahan gugus 4-tersier-butilbenzoil dapat mempengaruhi sifat lipofilisitas, elektronik dan sterik suatu senyawa.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dalam proses memasak. Hal ini dapat dilihat dari sebagian besar

Oleh : Tanti Azizah Sujono Hidayah Karuniawati Agustin Cahyaningrum

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. yang dilakukan oleh Balai Besar Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. bertingkat dengan empat dosis tidak didapatkan kematian pada

Gambar 1.1. Struktur molekul asam salisilat dan turunannya (Gringauz, 1997 ). O C OH CH 3

EFEK NEFROPROTEKTIF EKSTRAK TAUGE (Vigna radiata (L.)) TERHADAP PENINGKATAN KADAR UREA SERUM TIKUS WISTAR YANG DIINDUKSI PARASETAMOL DOSIS TOKSIK

Gambar 1.1. Struktur asam asetilsalisilat (Departemen Kesehatan RI, 1995).

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. senyawa kimia N-asetil-p-aminofenol yang termasuk dalam nonsteroid antiinflamatory

EFEK NEFROPROTEKTIF EKSTRAK TAUGE (Vigna radiata (L.)) TERHADAP PENINGKATAN KADAR KREATININ SERUM TIKUS WISTAR YANG DIINDUKSI PARASETAMOL DOSIS TOKSIK

BAB I PENDAHULUAN. sekarang para ahli tidak henti-hentinya meneliti mekanisme kerja dari obat

BAB I PENDAHULUAN. imunologi sel. Sel hati (hepatosit) mempunyai kemampuan regenerasi yang cepat,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang berasal dari lemak tumbuhan maupun dari lemak hewan. Minyak goreng tersusun

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LatarBelakang

Piroksikam merupakan salah satu derivat oksikam, dan merupakan obat anti inflamasi non steroid (AINS) yang berkhasiat sebagai antiinflamasi,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

DAFTAR ISI. A. Latar Belakang Masalah 1 B. Perumusan Masalah... 3 C. Tujuan Penelitian... 3

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ginjal adalah sepasang organ berbentuk kacang yang masing-masing

BAB I PENDAHULUAN. meningkat, terlebih dengan adanya isu back to nature serta krisis berkepanjangan

BAB I PENDAHULUAN. Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 033 tahun 2012 tentang Bahan

Oleh : Wiwik Yulia Tristiningrum M BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 5 PEMBAHASAN. Sistematika pembahasan dilakukan pada masing-masing variabel meliputi

BAB I PENDAHULUAN. berbagai dampak. Dampak negatif yang terjadi ialah perubahan gaya hidup, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

banyak senyawa-senyawa obat yang diproduksi melalui jalur sintesis dan dapat digunakan dalam berbagai macam penyakit. Sintesis yang dilakukan mulai

BAB I PENDAHULUAN. banyak digunakan karena bahan ini paling ekonomis, mudah diperoleh dipasaran.

dari sifat lipofilik, elektronik, dan sterik. Sifat lipofilik mempengaruhi kemampuan senyawa menembus membran biologis yang dipengaruhi oleh sifat

BAB I PENDAHULUAN. meningkat menjadi sebesar 9,33 liter/kapita/tahun pada tahun Makanan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Deksametason merupakan salah satu obat golongan glukokortikoid sintetik

BAB I PENDAHULUAN. berkhasiat obat ini adalah Kersen. Di beberapa daerah, seperti di Jakarta, buah ini

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. zat-zat asing (xenobiotic). Zat-zat ini dapat berasal dari alam (makanan, dibuang melalui urin atau asam empedu.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. 2005). Hati terlibat dalam sintesis, penyimpanan dan metabolisme banyak senyawa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ataupun infeksi. Inflamasi merupakan proses alami untuk mempertahankan

BAB I PENDAHULUAN. Natrium diklofenak merupakan obat golongan antiinflamasi nonsteroid

BAB I PENDAHULUAN. usaha penelitian untuk mencari senyawa baru semakin berkembang dengan pesat.

BAB 1 PENDAHULUAN. banyak ditemukan di lingkungan (WHO, 2010). Logam plumbum disebut non

BAB I PENDAHULUAN. digambarkan dalam bentuk kerusakan tersebut. Berdasarkan intensitasnya, nyeri

I. PENDAHULAN. memetabolisme dan mengekskresi zat kimia. Hati juga mendetoksifikasi zat

BAB I PENDAHULUAN. dibuktikan manfaatnya (Sudewo, 2004; Tjokronegoro, 1992). zingiberaceae, yaitu Curcuma mangga (Temu Mangga). Senyawa fenolik pada

OBAT DAN NASIB OBAT DALAM TUBUH

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Keseimbangan dalam fisiologi sangat penting bagi semua mekanisme

EFEK PEMBERIAN PARASETAMOL DOSIS TERAPI TERHADAP PERUBAHAN KADAR ENZIM TRANSAMINASE

Keterangan : R = H atau CH 3, Ar = fenil/3-piridil/4-piridil

BAB I PENDAHULUAN. obat ini dijual bebas di apotik maupun di kios-kios obat dengan berbagai merek

I. PENDAHULUAN. dunia telah memanfaatkan tumbuhan obat untuk memelihara kesehatan (Dorly,

BAB I PENDAHULUAN. untuk menelitinya lebih jauh adalah Coriolus versicolor.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Setelah streptomisin ditemukan pada tahun 1943, ditemukan pula antibiotik lain

I. PENDAHULUAN. Rifampisin (RFP) dan isoniazid (INH) merupakan obat lini pertama untuk

BAB I PENDAHULUAN. kedokteran kortikosteroid mulai dikenal sekitar tahun 1950, dan preparat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN KIMIA MEDISINAL

FARMAKOTERAPI KELOMPOK KHUSUS

BAB I PENDAHULUAN. diperuntukkan sebagai makanan dan minuman yang dikonsumsi manusia,

BAB I PENDAHULUAN. tumbuhan, hewan, mineral, sediaan sarian (galenika) atau campuran dari bahanbahan

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN Dewasa ini, pengembangan obat obat baru terus dilakukan dengan upaya untuk meningkatkan potensi obat obatan yang ada. Adanya kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan yang demikian pesatnya, menyebabkan obat obatan semakin berkembang untuk mendapatkan efek terapeutik yang maksimal dan efek samping yang minimal. Banyak cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan potensi obat, salah satunya adalah dengan modifikasi molekul. Dasar modifikasi molekul adalah mengembangkan senyawa induk yang sudah diketahui struktur molekul dan aktivitas biologisnya, kemudian disintesis dan diuji aktivitasnya. Modifikasi molekul bertujuan untuk mendapatkan senyawa baru yang mempunyai aktivitas lebih baik, masa kerja lebih panjang, aman dalam penggunaannya, toksisitas atau efek samping minimal, meningkatkan kenyamanan pemakaian obat, lebih selektif, lebih stabil, dan lebih ekonomis (Siswandono & Soekardjo, 2000). Asetaminofen atau parasetamol merupakan salah satu obat yang umum digunakan sebagai analgesik dan antipiretik sejak pertengahan tahun 1950 (Rumack & Lovejoy, 1980). Parasetamol relatif aman dan tidak menimbulkan toksik pada dosis terapeutiknya serta mempunyai aktivitas anti inflamasi yang relatif rendah. Namun dalam dosis toksik, yaitu dosis dua sampai tiga kali lipat dosis terapi maksimal dapat menyebabkan kerusakan sel hati berupa hepatotoksisitas sampai nekrosis hati (Rang et al., 2003; Dyah & Sondakh, 2000). Pemberian parasetamol dengan dosis lebih besar dari 7,5 gram pada sekali waktu dapat menyebabkan hepatotoksisitas dan dapat terjadi kerusakan hati setelah 48 jam dari waktu pemberian (DiPalma & 1

2 DiGregorio, 1990). Hal ini dapat terjadi ketika enzim hati yang mengkatalisis reaksi konjugasi normal mengalami kejenuhan dan menyebabkan senyawa dimetabolisme oleh mixed function oxidases di mana asetaminofen mengalami N-hidroksilasi membentuk N- hidroksiasetaminofen dan secara spontan mengalami dehidrasi pada gugus N-hidroksilamid, menghasilkan N-asetilimidokuinon yang sangat reaktif dan dapat membentuk ikatan kovalen dengan makromolekul hati sehingga dapat menimbulkan nekrosis (Rang, et al., 2003; Dyah & Sondakh, 2000). N-asetilimidokuinon yang merupakan metabolit reaktif dari parasetamol, dapat diinaktivasi oleh konjugasi dengan glutation (GSH) sehingga tidak menyebabkan toksik bila terdapat GSH dalam jumlah yang cukup dan hasil dari konjugasi tersebut diekskresikan sebagai asam merkapturat. Namun bila kadar glutation mengalami deplesi oleh akumulasi metabolit toksik dan bereaksi dengan nukleofilik sel, maka akan menyebabkan nekrosis pada hati dan tubulus ginjal (Rumack & Lovejoy, 1986; Rang, et al., 2003). Modifikasi struktur parasetamol dilakukan dengan harapan dapat meningkatkan aktivitas kerjanya sebagai obat analgesik antipiretik dan mengurangi efek samping yang berkaitan dengan obat tersebut. Esterifikasi pada gugus hidroksi dari parasetamol menggunakan asam salisilat telah dilakukan pada penelitian terdahulu untuk modifikasi struktur parasetamol. Senyawa fenetsal (Gambar 1.1) sebagai hasil sintesis memberikan aktivitas analgesik yang lebih besar dan toksisitas yang lebih rendah. Kelarutan dalam lemak yang besar memungkinkan penembusan membran biologis menjadi lebih baik dan jumlah obat yang berinteraksi dengan reseptor menjadi lebih banyak sehingga aktivitasnya lebih baik. Ditambah pula adanya pengaruh halangan ruang yang diberikan oleh gugus ester pada

proses pembentukan ion imidokuinon memungkinkan efek hepatotoksik menjadi lebih rendah (Willete, 2004). 3 Gambar 1.1. Struktur Fenetsal (Willete, 2004) Modifikasi struktur juga dapat dilakukan dengan penambahan asam amino seperti metionin, prolin, maupun sistein (Gambar 1.2.). Penambahan gugus asam amino ini juga dapat menghilangkan efek hepatotoksisitas yang berat dari parasetamol dalam penggunaan dosis besar. Hal ini disebabkan adanya penambahan gugus besar dapat menghalangi pembentukan metabolit reaktif yang dapat menyebabkan terjadinya hepatotoksisitas (Santos, et al., 2005). Gambar 1.2. Struktur Metionin Ester Parasetamol (Santos, et al., 2005)

4 Sintesis senyawa turunan parasetamol dilakukan pada penelitian terdahulu untuk meminimalkan efek samping dari parasetamol dan bertujuan untuk mendapatkan obat dengan aktivitas yang lebih baik, dan relatif kurang toksik dibandingkan parasetamol. Sintesis turunan parasetamol salah satunya telah dilakukan oleh Decky (2007). Modifikasi struktur dilakukan pada gugus fenol dari struktur parasetamol. Atom hidrogen dari gugus fenol tersebut digantikan dengan 4- nitrobenzoil menghasilkan senyawa O-(4-nitrobenzoil)parasetamol (Gambar 1.2.). Senyawa ini dibuat dengan mereaksikan parasetamol dengan 4- nitrobenzoil klorida berdasarkan reaksi benzoilasi Schotten-Baumann. Reaksi dilakukan pada suasana basa dengan penambahan piridin, yang juga dapat mengikat HCl yang terbentuk selama reaksi, membentuk piridinium klorida yang larut dalam air (Morrison & Boyd, 1987). NO 2 O C O O NH C CH 3 Gambar 1.3. Struktur O-(4-nitrobenzoil)parasetamol sebagai Turunan parasetamol (Decky, 2007) Dari hasil uji aktivitas analgesik senyawa O-(4- nitrobenzoil)parasetamol pada hewan coba tikus, diperoleh hasil di mana senyawa mempunyai aktivitas analgesik yang lebih besar dibandingkan dengan senyawa induk, parasetamol. Hal ini ditunjukkan dengan nilai ED 50 senyawa O-(4-nitrobenzoil)parasetamol yang lebih kecil dari parasetamol (Decky, 2007), di mana nilai ED 50 berbanding terbalik dengan aktivitas analgesiknya. Hal ini disebabkan gugus 4-nitrobenzoil mempunyai nilai elektronik, sterik, dan lipofilik yang lebih besar dibandingkan gugus metil,

5 sehingga mempunyai ikatan obat dengan reseptor menjadi lebih kuat dan penembusan obat ke dalam membran menjadi lebih mudah, dan aktivitasnya meningkat (Siswandono & Soekardjo, 2000). Mengingat bahwa aktivitas analgesik senyawa O-(4-nitrobenzoil) lebih baik dibanding parasetamol, maka perlu dilakukan uji hepatotoksik atau toksisitas senyawa tersebut pada hati untuk mengetahui keamanan penggunaan obat tersebut. Ada berbagai macam metode pengujian aktivitas toksisitas pada hati antara lain uji toksisitas akut, sub akut, dan kronis. Dalam penelitian ini dilakukan uji toksisitas akut dan sub akut yang dimaksudkan untuk mendapatkan informasi hepatotoksisitas dari senyawa O-(4-nitrobenzoil)parasetamol. Sebagai hewan coba digunakan tikus putih (Rattus norvegicus). Hewan coba ini dipilih karena murah, mudah diperoleh, mudah ditangani, dan terdapat banyak data toksikologi acuan untuk sebagian besar senyawa. Parameter yang diuji dalam penelitian ini adalah pemeriksaan kimia klinik, yaitu perubahan aktivitas enzim SGPT (Serum Glutamat Piruvat Transaminase) dan enzim SGOT (Serum Glutamat Oksaloasetat Transaminase) yang terdapat dalam serum darah binatang percobaan untuk penilaian fungsi hati. Pengukuran enzim SGOT dan SGPT dalam penelitian ini didasarkan pada pertimbangan bahwa enzim enzim tersebut merupakan indikator yang peka dan kuat terhadap adanya kelainan sel sel hati. Aktivitas enzim SGOT dan SGPT akan meningkat hampir pada semua kegagalan hati yang menyebabkan hati tidak berfungsi (Harper, 1997). Dalam penelitian ini senyawa turunan parasetamol, O-(4- nitrobenzoil) parasetamol diberikan dalam bentuk suspensi dengan CMC Na 0,5% dan diberikan peroral kepada hewan coba. Sebagai kelompok kontrol positif diberikan parasetamol dalam bentuk suspensi dan sebagai kelompok

6 kontrol negatif diberikan suspensi CMC Na 0,5%. Pada semua kelompok percobaan dilakukan pemeriksaan enzim SGOT dan SGPT pada hari ke-0 (sebelum pemberian bahan uji), hari ke-1 (24 jam setelah pemberian bahan uji) untuk uji hepatotoksisitas akut, dan hari ke-3 untuk uji hepatotoksisitas sub akut. Pada akhir percobaan, hewan coba diautopsi dan organ hati diambil. Organ hati kemudian diamati secara makroskopis dengan pengamatan visual dan penimbangan organ hati, juga pemeriksaan secara mikroskopis dengan pemeriksaan histopatologi. Adapun rumusan masalah dapat diuraikan sebagai berikut : - Apakah senyawa O-(4-nitrobenzoil)parasetamol mempunyai efek hepatotoksik yang lebih rendah dibanding parasetamol pada hewan coba tikus putih jantan galur Wistar dengan dosis yang sama? Penelitian ini bertujuan untuk : - Mengetahui pengaruh pemberian senyawa O-(4- nitrobenzoil)parasetamol terhadap toksisitas pada hati pada hewan coba tikus putih jantan galur Wistar dan membandingkannya dengan parasetamol. Hipotesis yang dapat diambil sementara adalah: - O-(4-nitrobenzoil)parasetamol mempunyai efek hepatotoksisitas yang lebih rendah pada hewan coba tikus putih jantan galur Wistar dibandingkan dengan parasetamol. Diharapkan penelitian ini dapat bermanfaat untuk : - Memperoleh data tentang efek hepatotoksisitas senyawa O-(4- nitrobenzoil)parasetamol - Menjadi dasar untuk uji toksisitas selanjutnya dan uji klinis - Wujud pengabdian kepada masyarakat dalam bidang kesehatan