BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tumbuh-tumbuhan mempunyai peran penting dalam kehidupan manusia, baik sebagai sumber pangan, papan, maupun obat-obatan. Gaya hidup kembali ke alam (back to nature), ikut membawa masyarakat kembali memanfaatkan bahan alam termasuk pengobatan dengan tumbuh-tumbuhan berkhasiat obat. Penggunaan tumbuh-tumbuhan berkhasiat obat (herbal) telah banyak dipilih karena mudah ditemukan, harga yang lebih murah dan efek samping yang ditimbulkan relatif lebih rendah dibandingkan obat-obat kimia. Salah satu tumbuhan berkhasiat obat yang banyak digunakan adalah tanaman kelor. Moringa oleifera atau di Indonesia dikenal dengan nama kelor, merupakan salah satu tumbuhan yang telah sejak lama digunakan sebagai sayuran maupun obat herbal. Bagi masyarakat asli Kota Palu, sayur kelor merupakan salah satu makanan favorit dan di daerah Madura masakan yang diolah dari kelor dikenal dengan nama ghengan maronggih. Kelor memberikan banyak manfaat dan dapat diolah dengan berbagai cara. Manfaat kelor antara lain untuk konsumsi manusia, konsumsi hewan ternak, pupuk, pagar hidup, kayu bakar dan masih banyak kegunaan lainnya. Kelor juga mengandung banyak nutrisi dan vitamin yang baik untuk dikonsumsi oleh manusia dan hewan sebagai obat herbal. Khasiat kelor sebagai obat herbal antara lain: antikonvulsi, obat batuk, antiinflamasi, obat sariawan, mengatasi rematik, antimikroba, gangguan pencernaan, penetralisir 1
2 racun, pereda kejang, obat sakit kepala, dan detoksifikasi (Tilong, 2012). Berdasarkan hasil penelitian Jaiswal et al. (2009) daun kelor dapat menurunkan kadar glukosa darah tikus penderita hyperglycemia akibat pemberian aloksan. Aloksan merupakan bahan kimia yang secara luas telah digunakan untuk menginduksi diabetes pada hewan coba. Etuk (2010) melaporkan aloksan adalah urea derivatif yang menyebabkan kerusakan pada sel-sel beta pankreas, sehingga dapat digunakan untuk menghasilkan kondisi diabetik eksperimental (hiperglikemik) pada binatang percobaan seperti: kelinci, tikus, dan anjing. Induksi aloksan juga dapat menyebabkan diabetes mellitus tergantung insulin pada binatang (aloksan diabetes) dengan karakteristik mirip dengan diabetes mellitus tipe 1 pada manusia (Watkins et al., 1963). Diabetes mellitus merupakan salah satu penyakit yang telah banyak menarik perhatian berbagai organisasi kesehatan dunia akhir-akhir ini. Hal ini dikarenakan jumlah penderita diabetes mellitus atau penyakit kencing manis yang terus mengalami peningkatan setiap tahunnya, terutama di negara-negara miskin dan negara-negara berkembang. Berdasarkan data terbaru yang dicatat International Diabetes Federation (IDF) pada tahun 2013 terdapat 382 juta orang di dunia yang menderita Diabetes Mellitus dengan angka kematian mencapai 5,1 juta orang dan diperkirakan akan meningkat menjadi 592 juta orang pada tahun 2035. Jumlah penderita diabetes mellitus di Indonesia pada tahun 2013 sebanyak 8,5 juta orang dan diperkirakan akan bertambah menjadi 14,1 juta orang pada tahun 2035.
3 Diabetes Mellitus ialah penyakit metabolik yang ditandai dengan hiperglikemia kronis akibat gangguan sekresi insulin atau gangguan kerja dari insulin maupun oleh keduanya. Umumnya gejala yang dirasakan oleh penderita Diabetes Mellitus ialah sering buang air kecil terutama pada malam hari (poliuria), sering haus (polidipsia) dan sering lapar (polifagia). Penyakit diabetes mellitus juga sering dikenal sebagai the great imitator karena dapat menyerang hampir semua organ tubuh dan menimbulkan berbagai macam komplikasi. Menurut Webb (1966) pemberian aloksan dengan dosis yang lebih tinggi dari yang diperlukan akan menyebabkan kerusakan jaringan lain selain pankreas, terutama pada jaringan hati dan ginjal. Hati merupakan kelenjar dan organ terbesar di dalam tubuh, terletak dalam rongga perut sebelah kanan, tepatnya di bawah diafragma dengan berat rata-rata sekitar 2,5% dari berat badan. Hati memiliki banyak fungsi antara lain: membentuk cairan kantong empedu, menyimpan dan melepaskan karbohidrat, membentuk urea, metabolisme kolesterol, membentuk protein plasma, melakukan banyak fungsi yang berhubungan dengan metabolisme lemak, menginaktivasi beberapa hormon polipeptida, mengurangi dan menghubungkan hormon steroid adrenokortikal dan gonad, mensintesis 25-hidroksikolekalsiferol serta melakukan detoksifikasi berbagai obat dan racun (Ganong, 1991). Sampai saat ini telah banyak dilakukan penelitian tentang manfaat daun kelor, namun belum dilakukan penelitian tentang pengaruh pemberian ekstrak kulit batang kelor terhadap perubahan histopatologi hati tikus wistar yang
4 1.2 Rumusan Masalah Apakah pemberian ekstrak kulit batang kelor berpengaruh terhadap perubahan histopatologi hati tikus wistar yang diinduksi aloksan? 1.3 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak kulit batang kelor terhadap perubahan histopatologi hati tikus wistar yang 1.4 Manfaat Penelitian Penelitian ini bermanfaat untuk memberikan informasi ilmiah mengenai pengaruh pemberian ekstrak kulit batang kelor terhadap gambaran histopatologi hati tikus wistar yang 1.5 Kerangka Konsep Hati merupakan salah satu organ penting dalam tubuh. Menurut Fawcett (2002) hati memiliki peranan sentral dalam metabolisme bahan-bahan dan zat-zat yang bersifat racun/toksik dalam tubuh. Hal ini menyebabkan hati menjadi organ yang rentan terinfeksi oleh agen penyakit maupun oleh gangguan sistem metabolik. Indikasi gangguan dapat dilihat pada perubahan struktur histologi hati. Salah satu penyakit yang mengakibatkan kelainan dan gangguan pada hati sehingga akan mampu mengubah struktur gambaran hati ialah Diabetes Mellitus. Telah banyak penelitian yang dilakukan dalam hubungannya dengan
5 pengobatan diabetes mellitus, salah satunya dengan pemanfaatan tanaman herbal seperti kelor. Penelitian Kar et al. (2003) melaporkan buah dan kulit batang kelor dapat digunakan sebagai antidiabetik. Hasil penelitian Robertino (2013) juga menerangkan, kulit batang kelor mengandung triterpenoid, flavanoid, alkanoid, fenolat, tanin, saponin. Flavanoid merupakan senyawa yang banyak tersebar pada berbagai bagian tumbuhan dan berkhasiat sebagai anti diabetik. 1.6 Hipotesis Penelitian Hati mempunyai peranan sentral dalam metabolisme bahan-bahan dan zat-zat yang bersifat racun dalam tubuh. Pemberian ekstrak kulit batang kelor tidak berpengaruh terhadap perubahan histopatologi hati tikus wistar yang