Ira Primona 1, Rasmaliah 2, Hiswani 2 ABSTRACT

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Derajat kesehatan masyarakat yang optimal adalah tingkat kondisi

PHBS yang Buruk Meningkatkan Kejadian Diare. Bad Hygienic and Healthy Behavior Increasing Occurrence of Diarrhea

HUBUNGAN KEPEMILIKAN JAMBAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI DESA JATISOBO KECAMATAN POLOKARTO KABUPATEN SUKOHARJO

UNIVERSITAS UDAYANA PENGARUH PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF TERHADAP KEJADIAN DIARE PADA BAYI USIA 6 12 BULAN DI PUSKESMAS KUTA SELATAN TAHUN 2012

HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE IBU DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BAYI DI POSYANDU CEMPAKA DAN MAWAR DESA CUKANGKAWUNG TASIKMALAYA PERIODE BULAN APRIL 2015

Prosiding Pendidikan Dokter ISSN: X

EDY MARJUANG PURBA NIM.

HUBUNGAN FREKUENSI JAJAN ANAK DENGAN KEJADIAN DIARE AKUT. (Studi pada Siswa SD Cibeureum 1 di Kelurahan Kota Baru) TAHUN 2016

PENDAHULUAN. Ridha Hidayat

BAB 1 PENDAHULUAN. saat ini masih menjadi masalah kesehatan masyarakat dan beban global. terutama di negara berkembang seperti Indonesia adalah diare.

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG DIARE TERHADAP PERILAKU IBU DALAM PENCEGAHAN DIARE PADA BALITA DI PUSKESMAS GAMPING 1 SLEMAN YOGYAKARTA

HUBUNGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DENGAN KEJADIAN DIARE PADA ANAK USIA BULAN DI PUSKESMAS TERJUN KECAMATAN MEDAN MARELAN TAHUN 2014 ABSTRACT

PERILAKU IBU DALAM MENGASUH BALITA DENGAN KEJADIAN DIARE

ARTIKEL PENELITIAN HUBUNGAN KONDISI SANITASI DASAR RUMAH DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS REMBANG 2

BAB I PENDAHULUAN. kematian di negara berkembang bagi bayi (18%), yang artinya lebih dari

NASKAH PUBLIKASI. Diajukan Oleh : Januariska Dwi Yanottama Anggitasari J

BAB I PENDAHULUAN. WHO (World Health Organization) mendefinisikan Diare merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. Anak merupakan titipan illahi dan merupakan suatu investasi bangsa

HUBUNGAN SANITASI LINGKUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE DIDUGA AKIBAT INFEKSI DI DESA GONDOSULI KECAMATAN BULU KABUPATEN TEMANGGUNG

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

BAB I PENDAHULUAN. atau lendir(suraatmaja, 2007). Penyakit diare menjadi penyebab kematian

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DENGAN PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING AIR SUSU IBU (MP-ASI) PADA BAYI DI PUSKESMAS BITUNG BARAT KOTA BITUNG.

Reni Halimah Program Studi Keperawatan, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Mitra Lampung

Eskalila Suryati 1 ; Asfriyati 2 ; Maya Fitria 2 ABSTRACT

ABSTRAK HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN ORANG TUA TERHADAP PENANGANAN DIARE PADA BALITA DI PUSKESMAS PEKAUMAN BANJARMASIN

Hubungan Pengetahuan Dan Pendidikan Ibu Dengan Pertumbuhan Balita DI Puskesmas Plaju Palembang Tahun 2014


BAB I PENDAHULUAN. seluruh daerah geografis di dunia. Menurut data World Health Organization

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang setinggi-tingginya sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah

ANALISIS DEMAND MASYARAKAT TERHADAP PELAYANAN RAWAT INAP DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MEDAN DELI, PUSKESMAS BROMO DAN PUSKESMAS KEDAI DURIAN TAHUN 2013

BAB 1 PENDAHULUAN. pencapaian tumbuh kembang bayi tidak optimal. utama kematian bayi dan balita adalah diare dan pneumonia dan lebih dari 50%

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

Purnama Sinaga 1, Zulhaida Lubis 2, Mhd Arifin Siregar 3

Grafik 1.1 Frekuensi Incidence Rate (IR) berdasarkan survei morbiditas per1000 penduduk

Yelli Yani Rusyani 1 INTISARI

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SKRIPSI

PROFIL PENDERITA DIARE PADA ANAK BALITA DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT HAJI ADAM MALIK MEDAN PADA TAHUN Oleh : AHMAD SYAFIQ AKMAL BIN ISHAK

Relation between Indoor Air Pollution with Acute Respiratory Infections in Children Aged Under 5 in Puskesmas Wirobrajan

HUBUNGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) TERHADAP ANGKA KEJADIAN DIARE AKUT PADA SANTRI PONDOK TREMAS KABUPATEN PACITAN

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG HYGIENE MAKANAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BAYI DI WILAYAH KERJA POSYANDU MELATI KELURAHAN TLOGOMAS MALANG ABSTRAK

GAMBARAN PENGETAHUAN IBU TENTANG PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS UNGARAN KABUPATEN SEMARANG ARTIKEL

STUDI KASUS KEJADIAN DIARE PADA ANAK BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BAYANAN TAHUN 2015

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

HUBUNGAN ANTARA PEKERJAAN DAN PENDIDIKAN IBU DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA BAYI

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Diare merupakan penyakit dengan tanda - tanda perubahan frekuensi buang air

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO) tahun 2013 diare. merupakan penyebab mortalitas kedua pada anak usia

BAB I PENDAHULUAN. Survei morbiditas yang dilakukan oleh Subdit Diare Departemen Kesehatan

Muhammadiyah Semarang ABSTRAK ABSTRACT

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) MASYARAKAT DI LINGKUNGAN VII KELURAHAN SEI SIKAMBING B MEDAN SUNGGAL

PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA.

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi **Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi

Keywords: Diarrhea, Defecate, Kuningan Village

Manuscript KUKUH UDIARTI NIM : G2A Oleh :

BAB I PENDAHULUAN. Proportional Mortality Ratio (PMR) masing-masing sebesar 17-18%. 1

Citra Puspitaningrum * Yuni Sapto Edhy Rahayu** Rusana** Abstract

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pada bayi dan balita. United Nations Children's Fund (UNICEF) dan

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KASUS DIARE DI PUSKESMAS ULEE KARENG KOTA BANDA ACEH TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. yaitu program pemberantasan penyakit menular, salah satunya adalah program

ABSTRAK. Kata Kunci: Karakteristik Umum Responden, Perilaku Mencuci Tangan, Diare, Balita

Ika Setyaningrum *), Suharyo**), Kriswiharsi Kun Saptorini**) **) Staf Pengajar Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN GANGGUAN PERTUMBUHAN BALITA DI KABUPATEN PADANG PARIAMAN

(STUDI DI DESA SAMBIREJO KECAMATAN TRENGGALEK KABUPATEN TRENGGALEK) SKRIPSI. Oleh: Ika Fransischasari NIM

BAB I PENDAHULUAN. intoleran. Dampak negatif penyakit diare pada bayi dan anak-anak adalah

BAB I PENDAHULUAN. Diare adalah sebagai perubahan konsistensi feses dan perubahan frekuensi

Jurnal Care Vol. 4, No.3, Tahun 2016

Penyajian Susu Formula Terhadap Kejadian Diare Pada Bayi 0 24 Bulan di RS. Surabaya Medical Service

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Diare Pada Balita Di Desa Purbo Tahun 2014 Page 1

BAB 1 PENDAHULUAN. keberhasilan pembangunan bangsa. Untuk itu diselenggarakan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. penyakit menular mengutamakan aspek promotif dan preventif dengan membatasi

HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERAN PETUGAS DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA IBU PEKERJA YANG MEMPUNYAI BAYI DI WILAYAH PUSKESMAS RAWASARI TAHUN

Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pola Pemberian ASI Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Bungus Tahun 2014

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan hak asasi manusia yang harus diperhatikan untuk

Lesy Lailatul Hikmati 1) Siti Novianti dan Andik Setiyono 2)

Kata Kunci: Pendidikan, Pekerjaan, Dukungan Suami dan Keluarga, ASI Eksklusif.

ABSTRAK GAMBARAN BEBERAPA FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INSIDENSI DIARE PADA BALITA DI RSU SARASWATI CIKAMPEK PERIODE BULAN JULI 2008

BAB 1 PENDAHULUAN. utama kematian balita di Indonesia dan merupakan penyebab. diare terjadi pada 2 tahun pertama kehidupan. 1

HUBUNGAN KUNJUNGAN KEHAMILAN DAN KUNJUNGAN NIFAS DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA BAYI USIA 0-6 BULAN DI KOTA PADANG

BAB I PENDAHULUAN. penyebab utama morbiditas dan mortalitas pada anak. Pada tahun 2001 sebanyak

JUMAKiA Vol 3. No 1 Agustus 2106 ISSN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Volume 3 / Nomor 2 / November 2016 ISSN : HUBUNGAN PEKERJAAN IBU MENYUSUI DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI PUSKESMAS MOJOLABAN SUKOHARJO

BAB I PENDAHULUAN. Derajat kesehatan masyarakat yang optimal sangat ditentukan oleh tingkat

HUBUNGAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN FREKUENSI KUNJUNGAN ULANG NIFAS DI WILAYAH PUSKESMAS PURWOYOSO KOTA SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007 sebesar 34 per kelahiran hidup.

PENGARUH FAKTOR LINGKUNGAN DAN PERILAKU TERHADAP KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SUNGAI TABUK KABUPATEN BANJAR

BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PRAKTIK KADER DALAM PENYULUHAN DI MEJA 4 PADA POSYANDU DI KELURAHAN NGALIYAN, KOTA SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit diare merupakan salah satu penyebab morbiditas dan. Secara nasional, target Sustainable Development Goals (SDGs) untuk

HUBUNGAN ANTARA PENDIDIKAN DAN PEMBERIAN SUSU FORMULA DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BAYI USIA 0-12 BULAN DI PUSKESMAS KERTAPATI PALEMBANG TAHUN 2014

HUBUNGAN ANTARA PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT RUMAH TANGGA DENGAN KEJADIAN DIARE DI DESA RANOWANGKO KECAMATAN TOMBARIRI KABUPATEN MINAHASA TAHUN

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI KELURAHAN TAMAMAUNG KOTA MAKASSAR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. ini manifestasi dari infeksi system gastrointestinal yang dapat disebabkan berbagai

HUBUNGAN KONDISI FASILITAS SANITASI DASAR DAN PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN DIARE DI KECAMATAN SEMARANG UTARA KOTA SEMARANG.

Putri E G Damanik 1, Mhd Arifin Siregar 2, Evawany Y Aritonang 3

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMILIHAN PENOLONG PERSALINAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KABUPATEN PANDEGLANG

RASIONALITAS PERESEPAN OBAT DIARE PADA PASIEN BALITA DI PUSKESMAS CURUG TAHUN 2015

FAKTOR RISIKO DENGAN PERILAKU KEPATUHAN IBU DALAM PEMBERIAN IMUNISASI DASAR LENGKAP PADA BAYI

BAB I PENDAHULUAN. sampai dengan 2010 bahwa kejadian diare pada bayi terus meningkat dan

Transkripsi:

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA ANAK USIA 0-59 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SIMARMATA KECAMATAN SIMANINDO KABUPATEN SAMOSIR TAHUN 2013 Ira Primona 1, Rasmaliah 2, Hiswani 2 1 Mahasiswa Peminatan Epidemiologi FKM USU 2 Staf Pengajar Epidemiologi FKM USU ABSTRACT Diarrhea is a condition where there is abnormal defecation frequency (more than 3 times / day) as well as changes in the content (more than 200 garm / day) and liquid stool consistency. According to Indonesia Health Profile (2010) diarrhea and gastroenteritis ranks first on the pattern of 10 main diseases in hospitalized patients in the hospital, with CFR 1.79%. This study aims to determine the factors related with diarrhea in children aged 0-59 months in the Public Health Center Simanindo Samosir in 2013. Design of this study was crosssectional. The population in this study were all children aged 0-59 months in the Public Health Center and samples taken at random is by simple random sampling, amounting to 126 people. Data obtained from interviews using questionnaires and observation. Data analysis includes univariate and bivariate analyzes. The results of this research got the proportion of diarrhea in children aged 0-59 months in the Public Health Center Simanindo Samosiy in 2013 was 36%. Results of the bivariate analysis showed significant association between age (p = 0.018; RP = 1.998 ), sex ( p = 0.018 ; RP = 1.761 ), personal hygiene (p = 0,037 ; RP = 1,625 )with diarrhea in children aged 0-59 months and there is no significant relationship between mother educational ( p = 0.759 ; RP = 1.075 ) mother job (p= 0,296 ; RP = 0,623 ), waste management ( p = 0.491 ; RP = 1.188 ), sewerage ( p = 0.064 ; RP = 1,615 ), availability of latrines ( p = 0.389 ; RP = 1.277 ), breastfeeding status exclusive ( p = 0.117 ; RP = 0.652 ), nutritional status ( p = 0.172 ; RP = 1.472 ), measles immunization status (p = 0,970 ; RP = 0,533 ) with diarrhea in children aged 0-59 months. It is suggested that the Public Health Center Simanindo Samosir to improve education and prevention about diarrhea such as to improve nutritional status, exclusive breastfeeding, and personal hygiene. Keywords : Diarrhea, Children Aged 0-59 Months, Environment PENDAHULUAN Derajat kesehatan masyarakat yang optimal adalah tingkat kondisi kesehatan yang tinggi dan akan mungkin dicapai pada suatu saat yang sesuai dengan kondisi dan situasi serta kemampuan yang nyata dari setiap anggota masyarakat dan harus selalu diupayakan peningkatan secara terusmenerus. Oleh karena itulah selalu dilakukan berbagai upaya dalam menanggulangi berbagai masalah kesehatan. 1 Penyakit adalah kondisi dimana terjadi frekuensi defekasi yang abnormal 1 (lebih dari 3 kali/hari) serta perubahan dalam isi (lebih dari 200 garm/hari) dan konsistensi feses cair. Penyakit merupakan penyakit yang banyak diderita oleh masyarakat terutama bayi dan balita. Penyakit masih menjadi salah satu masalah kesehatan masyarakat yang penting karena merupakan penyumbang utama ketiga angka kesakitan dan kematian anak di berbagai negara termasuk Indonesia. Diperkirakan lebih dari 1,3 miliar serangan dan 3,2 juta kematian per tahun pada balita disebabkan oleh. 2,3

Bertahun-tahun pemberantasan penyakit sudah dilakukan namun hingga saat ini KLB masih sering terjadi. Strategi penanggulangan yang telah dilakukan selama ini dimaksimalkan dengan memanfaatkan kerja sama lintas program dan ataupun kerja sama lintas sektor. 1,3 Salah satu langkah dalam pencapaian target Millenium Development Goals (MDG s) adalah menurunkan kematian anak menjadi 2/3 bagian dari tahun 1990 sampai pada tahun 2015. Berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT), Studi Mortalitas dan Riset Kesehatan Dasar dari tahun ke tahun diketahui bahwa masih menjadi penyebab utama kematian balita di Indonesia. Penyebab utama kematian akibat adalah tata laksana yang tidak tepat baik di rumah maupun di sarana kesehatan. Untuk menurunkan kematian karena perlu tata laksana yang cepat dan tepat. 4 Berdasarkan data WHO tahun 2010, pada Weekly Morbidity and Mortality Report (WMMR) IDP husting and crisis affected districts, Kyberpakhtunkhwa, Pakistan, dilaporkan bahwa pada minggu ke-22 (29 Mei-4 Juni 2010) dari semua jumlah kunjungan pasien 12% diantaranya adalah kasus penyakit dan dari semua jumlah kunjungan pasien 23% diantaranya adalah balita, dimana yang menderita penyakit adalah 9% dari semua jumlah kunjungan pasien balita. 5 Menurut Profil Kesehatan Indonesia (2010) dan gastroenteritis menempati urutan pertama pada pola 10 penyakit terbanyak pada pasien rawat inap di rumah sakit, dengan CFR 1,79%. Pada tahun 2010 Kejadian Luar Biasa (KLB) terjadi di 11 provinsi dengan CFR 1,74%. CFR tersebut sama dengan CFR tahun 2009. Angka CFR pada periode 2006-2010 yaitu tahun 2006 2,26%, tahun 2007 1,79%, tahun 2008 2,94%, tahun 2009 1,74%, tahun 2010 1,74%. Tedapat peningkatan CFR yang cukup signifikan antara tahun 2007 dan tahun 2008 dari 1,79% menjadi 2,94% dan pada tahun 2009 dan 2010 angka ini mengalami penurunan. Penurunan ini disebabkan oleh adanya perbaikan penatalaksanaan. 6 Dari hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007 didapatkan 2 13,7% balita mengalami dalam waktu dua minggu sebelum survei, 3% lebih tinggi dari temuan SDKI 2002-2003 (11 %). Prevalensi tertinggi adalah pada anak umur 12-23 bulan (20,7%), diikuti umur 6-11 bulan (17,6%) dan umur 23-45 bulan(15,3%). 7 Berdasarkan Survei Morbiditas Diare kejadian mempunyai trend yang semakin naik pada periode tahun 1996-2006. Sedangkan dari tahun 2006 sampai tahun 2010 terjadi sedikit penurunan angka kesakitan, yaitu dari 423 menjadi 411 per 1.000 penduduk. Untuk angka kesakitan balita tahun 2000-2010 tidak menunjukkan pola kenaikan maupun pola penurunan (berfluktuasi). Pada tahun 2000 angka kesakitan balita 1.278 per 1.000 turun menjadi 1. per 1.000 pada tahun 2003 dan naik lagi pada tahun 2006 menjadi 1.330 per 1.000 kemudian turun pada tahun 2010 menjadi 1.310 per 1.000. Sekalipun tidak ada peningkatan yang sifnifikan bahkan di beberapa tahun ada penurunan, namun kejadian di Indonesia masih tetap dikatakan tinggi sehingga masih perlu mendapat perhatian khusus. 8 Berdasarkan Profil Kesehatan Provinsi Sumatra Utara 2007, dilaporkan bahwa di beberapa kabupaten/kota di Sumatra Utara terjadi Kejadian Luar Biasa (KLB). Di Tapanuli Tengah terjadi KLB dengan CFR 1,26%. Di Nias terjadi KLB dengan CFR 3,77%. Di Tapanuli Utara terjadi KLB dengan CFR 7,60%. 9 Berdasarkan Profil Kesehatan Kota Tebing Tinggi 2008, dilaporkan dari semua kejadian 50,49% diantaranya terjadi pada anak balita Sementara tahun 2007 dari semua kejadian 49,90% diantaranya terjadi pada anak balita. 10 Berdasarkan Profil Kesehatan Kabupaten Samosir Pada tahun 2008 ditemukan kasus sebanyak 4.223 kasus, dimana sebanyak 1.668 penderita pada anak balita dan telah mendapat penanganan. Angka kesakitan di Kabupaten Samosir sebesar 32,10%. Sementara jika dilihat dari pola gambaran 10 penyakit terbesar berada pada peringkat kelima. 11

Rumusan Masalah Belum diketahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian pada anak Puskesmas Samosir tahun Tujuan Penelitian Mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian pada anak Puskesmas Samosir tahun Tujuan khusus penelitian ini adalah : a. Mengetahui distribusi proporsi anak usia 0-59 bulan di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Simanindo berdasarkan kejadian tahun b. Mengetahui karakteristik anak usia 0-59 bulan meliputi umur, jenis kelamin, ASI eksklusif, status imunisasi, dan status gizi di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Simanindo tahun c. Mengetahui karakteristik ibu anak usia 0-59 bulan meliputi pendidikan dan pekerjaan di wilayah kerja Puskesmas d. Mengetahui karakteristik lingkungan tempat tinggal anak usia 0-59 bulan meliputi pengelolaan sampah, Saluran Pembuangan Air Limbah (SPAL), Penyediaan Air Bersih (PAB), ketersediaan jamban, dan higiene peorangan di wilayah kerja Puskesmas e. Mengetahui proporsi kejadian pada anak Puskesmas Kecamatan Simanindo Kabupaten Samosir tahun f. Mengetahui hubungan umur anak usia 0-59 bulan dengan kejadian pada anak usia 12-59 bulan di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Simanindo tahun g. Mengetahui hubungan jenis kelamin anak usia 0-59 bulan dengan kejadian pada anak usia 12-59 bulan di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Simanindo tahun 3 h. Mengetahui hubungan status ASI eksklusif dengankejadian pada anak Puskesmas Kecamatan Simanindo tahun i. Mengetahui hubungan status imunisasi dengankejadian pada anak usia 0-59 bulan di wilayah kerja Puskesmas j. Mengetahui hubungan status gizi dengankejadian pada anak usia 0-59 bulan di wilayah kerja Puskesmas k. Mengetahui hubungan pendidikan ibu dengankejadian pada anak usia 0-59 bulan di wilayah kerja Puskesmas l. Mengetahui hubungan pekerjaan ibu dengan kejadian pada anak usia 0-59 bulan di wilayah kerja Puskesmas 2013 m. Mengetahui hubungan pengelolaan sampah dengan kejadian pada anak Puskesmas tahun n. Mengetahui hubungan SPAL dengan kejadian pada anak usia 0-59 bulan di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Simanindo tahun o. Mengetahui hubungan PAB dengan kejadian pada anak usia 0-59 bulan di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Simanindo tahun p. Mengetahui hubungan ketersediaan jamban dengan kejadian pada anak usia 0-59 bulan di wilayah kerja Puskesmas q. Mengetahui hubungan higiene perorangan dengan kejadian pada anak usia 0-59 bulan di wilayah kerja Puskesmas Manfaat Penelitian Manfaat Penelitian ini adalah : 1. Sebagai bahan masukan dan informasi kepada Puskesmas Kecamatan

Simanindo Kabupaten Samosir dalam rangka pencegahan pada anak Ber usia keja 0-59 bulan. 2. Sebagai sarana bagi penulis untuk meningkatkan pengetahuan dan wawasan tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian pada anak usia 0-59 bulan dan sebagai kesempatan bagi penulis untuk menyampaikan ilmu yang diperoleh selama pendidikan di FKM USU kepada masyarakat. 3. Sebagai bahan referensi bagi perpustakaan FKM USU dan penelitian selanjutnya. METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian analitik, dengan menggunakan desain cross sectional. Penelitian ini dilaksanakan di wilayah kerja Puskesmas Samosir. Waktu penelitian ini dilakukan mulai Maret sampai Agustus Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh anak usia 0-59 bulan yang tinggal di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Simanindo Kabupaten Samosir tahun Sampel dalam penelitian ini yaitu sebagian anak usia 0-59 bulan yang tinggal di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Simanindo Kabupaten Samosir tahun Data primer diperoleh dari responden yaitu ibu yang memiliki anak usia 0-59 bulan dan hasil pengamatan melalui observasi. Data sekunder diperoleh dari :Puskesmas tentang jumlah anak usia 0-59 bulan bulan tahun 2013 dan data umum sebagai data demografi lokasi penelitian. Analisis univariat digunakan untuk memperoleh gambaran distribusi frekuensi atau besarnya proporsi berdasarkan variabel yang diteliti. Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat dengan menghitung rasio prevalens. Analisis dilakukan dengan menggunakan uji Chi-Square. HASIL DAN PEMBAHASAN Tabel 1. Distribusi Proporsi Anak Usia 0-59 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Berdasarkan Kejadian Diare No f % 1. 2. Diare Tidak Diare 46 80 36,5 63,5 4 Proporsi kejadian pada anak usia 0-59 bulan berdasarkan hasil penelitian dalam satu bulan terakhir adalah 36,5%. Tabel 2. Distribusi Proporsi Karakteristik Anak Usia 0-59 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Tahun No Karakteristik Anak Usia 0-59 f % Bulan 1 Umur 0-36 bulan 37-59 bulan 85 67,5 41 32,5 2 Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan 62 64 49,2 50,8 3 ASI Eksklusif Tidak ASI Eksklusif Ya ASI Eksklusif 85 41 67,5 32,5 4 Status Imunisasi Tidak mendapatkanimunisasi lengkap Ya mendapatkan imunisasi lengkap 11 115 8,7 91,3 5 Status Gizi Status gizi tidak baik Status gizi baik 20 106 15,9 84,1 Berdasarkan tabel 2 di atas dapat dilihat bahwa proporsi anak yang berumur 0-36 bulan yaitu 67,5% dan 37-59 bulan yaitu 32,5%.Proporsi anak yang tidak mendapat ASI Eksklusif yaitu 67,5%, sedangkan yang mendapat ASI Eksklusif yaitu 32,5%. Proporsi anak yang tidak mendapat imunisasi lengkap yaitu 8,7%, sedangkan yang mendapat imunisasi lengkap yaitu 91,3%. Proporsi anak yang memiliki status gizi baik yaitu 84,1%, sedangkan yang tidak memiliki status gizi baik yaitu 15,9%. Tabel 3. Distribusi Proporsi Karakteristik Ibu Anak Usia 0-59 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Tahun 2013 No Karakteristik Ibu Anak Usia f % 0-59 Bulan 1 Pendidikan Pendidikan rendah Pendidikan tinggi 58 68 46,0 54,0 2 Pekerjaan

Bekerja Tidak bekerja 122 4 96,8 3,2 Berdasarkan tabel 3 di atas dapat dilihat bahwa proporsi ibu anak yang memiliki pendidikan rendah yaitu 46,0%, sedangkan yang memiliki pendidikan tinggi yaitu 54,0%. Proporsi ibu balita yang bekerja yaitu 96,8%, sedangkan yang tidak bekerja yaitu 3,2%. Tabel 4. Distribusi Proporsi Kategori Lingkungan Tempat Tinggal Anak Usia 0-59 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Tahun 2013 No Karakteristik Lingkungan f % Tempat Tinggal Anak Usia 0-59 Bulan 1 Pengelolaan Sampah 80 63,5 46 36,5 2 SPAL 77 61,1 49 38,9 3 Penyediaan Air Bersih 3 2,4 123 97,6 4 Ketersediaan Jamban 93 73,8 33 26,2 5 Higiene Perorangan 48 78 38,1 61,9 Berdasarkan tabel 4. di atas dapat dilihat bahwa proporsi pengelolaan sampah yang buruk yaitu 63,5%, sedangkan pengelolaan sampah yang baik yaitu 36,5%. Proporsi saluran pembuangan air limbah yang buruk yaitu 61,1%, sedangkan saluran pembuangan air limbah yang baik yaitu 38,9%. Proporsi penyediaan air bersih yang buruk yaitu 2,4%, sedangkan penyediaan air bersih yang baik yaitu 97,6%. Proporsi ketersediaan jamban yang buruk yaitu 73,8%, sedangkan ketersediaan jamban yang baik yaitu 26,2%. Proporsi higiene perorangan yang buruk yaitu 38,1%, sedangkan higiene perorangan yang baik yaitu 61,9%. Analisis Bivariat Tabel 5. Tabulasi Silang Kejadian Diare Berdasarkan Umur Anak Usia 0-59 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Umur Diare Tidak 0-36 bulan 37-59 bulan f % f % F % 37 43,5 48 56,5 85 9 22,0 32 78,0 41 5,556/ 0,018 Berdasarkan tabel 5 di atas dapat dilihat bahwa proporsi pada anak usia 0-36 bulan adalah 43,5% dan pada anak usia 37-59 bulan adalah 22,0%. dengan uji Chi Square diperoleh nilai p<0,05. Hal ini menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara umur dengan kejadian pada anak Puskesmas. Faktor penyebab kejadian lebih tinggi pada anak usia 0-36 bulan adalah psikiologi perkembangan anak. Pada usia ini anak memiliki ciri khas yang cenderung melakukan gerakan-gerakan yang tidak disadari seperti menggerak-gerakkan kaki dan tangannya, mengedipkan mata, dan memasukkan tangan atau benda-benda lain ke dalam mulut. 12 Tabel 6. Tabulasi Silang Kejadian Diare Berdasarkan Jenis Kelamin Anak Usia 0-59 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Jenis Diare Tidak kelami F % f % F % n Lakilaki Perem puan 29 17 46,8 26,6 33 47 53,2 73,4 62 64 5,550/ 0,018 Berdasarkan tabel 6 di atas dapat dilihat bahwa proporsi pada anak usia 0-59 bulan dengan jenis kelamin laki-laki adalah 46,8% dan pada anak usia 0-59 bulan dengan jenis kelamin perempuan adalah 26,6%. Berdasarkan hasil analisis statistik dengan uji Chi Square diperoleh nilai p<0,05. Hal ini menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara jenis kelamin dengan 5

kejadian pada anak balita di wilayah kerja Puskesmas. Tabel 7. Tabulasi Silang Kejadian Diare Berdasarkan Status ASI Eksklusif Anak Usia 0-59 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Status ASI Eksklusif Tidak Ya Diare Tidak 35 11 41,2 26,8 50 30 58,8 73,2 85 41 2,456/ 0,117 Berdasarkan tabel 7 di atas dapat dilihat bahwa proporsi pada anak usia 0-59 bulan yang tidak ASI Eksklusif adalah 41,2% dan pada anak usia 0-59 bulan yang ASI Eksklusif adalah 26,8%. yang bermakna antara status ASI Eksklusif dengan kejadian pada anak usia 0-59 bulan di wilayah kerja Puskesmas.). ASI Eksklusif adalah pemberian ASI (air susu ibu) sedini mungkin setelah persalinan, diberikan tanpa jadwal dan tidak diberi makanan lain, walaupun hanya air putih sampai anak berumur 6 bulan. Setelah 6 bulan baru anak diperkenalkan dengan makanan lain. komposisi ASI masih cukup untuk pertumbuhan dan perkembangan anak apabila ASI diberikan secara tepat dan benar sampai berumur 6 bulan. Pada saat usia 6 bulan sistem pencernaan anak mulai matur. Jaringan pada usus halus anak pada umumnya seperti saringan pasir, pori-porinya berongga sehingga memungkinkan bentuk protein atau pun kuman langsung masuk dalam sistem peredaran darah dan dapat menimbulkan alergi. Pori-pori dalam usus anak ini baru akan tertutup rapat setelah anak berusia 6 bulan. Dengan demikian, usus anak setelah berumur 6 bulan mampu menolak faktor alergi atau pun kuman yang masuk. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa anak yang mendapatkan ASI Eksklusif jauh lebih sehat dari yang mendapat ASI hanya sampai 4 bulan dan frekuensi terkena jauh lebih kecil. 13 Tabel 8. Tabulasi Silang Kejadian Diare Berdasarkan Status Imunisasi Anak Usia 0-59 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Status Imuni Diare Tidak sasi Tidak Ya 7 39 63,6 33,9 4 76 36,4 66,1 11 115 3,82/ 0,97 Berdasarkan tabel 8 di atas dapat dilihat bahwa proporsi pada anak usia 0-59 bulan dengan status imunisasi tidak lengkap adalah 63,6% dan dengan status imunisasi lengkap adalah 33,9%. Berdasarkan hasil analisis statistik yang bermakna antara status imunisasi dengan kejadian pada anak usia 0-59 bulan di wilayah kerja Puskesmas. Salah satu faktor risiko yang berpengaruh pada terjadinya penyakit adalah status imunisasi. 2 Tabel 9. Tabulasi Silang Kejadian Diare Berdasarkan Status Gizi Anak Usia 0-59 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Status Gizi Diare Tidak Tidak baik f % f % F % 10 50 10 50 20 36 34 70 66 106 1,86/ 0,172 Berdasarkan tabel 9 di atas dapat dilihat bahwa proporsi pada anak usia 0-59 bulan dengan status gizi tidak baik adalah 50,0% dan dengan status gizi baik adalah 34%. Berdasarkan hasil analisis statistik yang bermakna antara status gizi dengan kejadian pada anak usia 0-59 bulan di wilayah kerja Puskesmas. Status gizi memiliki keterkaitan dengan etiologi beberapa jenis penyakit. Kesimpulan ini telah menghasilkan konsep tentang gizi optimal. Gizi optimal merupakan jumlah asupan yang diperlukan bagi pemeliharaan kondisi kesehatan yang baik, penurunan risiko penyakit kronik, pencegahan defisiensi gizi berat dan risikonya bagi kesehatan. Mencapai 6

status gizi optimal/baik dapat dilakukan dengan pemberian makanan suplementer, fortifikasi makanan. Namun untuk anak usia 0-6 bulan tidak dianjurkan untuk diberikan makanan suplementer atau pun fortifikasi makanan, hanya ASI saja. Ibu si anak yang dianjurkan untuk mencapai status gizi optimal sehingga akan dihasilkan ASI yang berkualitas baik. 14 Tabel 10. Tabulasi Silang Kejadian Diare Berdasarkan Pendidikan Ibu Anak Usia 0-59 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Pendidi kan Ibu Rendah Tinggi Diare Tidak 22 37,9 36 62,1 58 24 35,3 44 64,7 68 0,094/ 0,759 Berdasarkan tabel 10 di atas dapat dilihat bahwa proporsi anak usia 0-59 bulan dengan tingkat pendidikan ibu dalam kategori rendah adalah 37,9% dan dengan tingkat pendidikan ibu dalam kategori tinggi adalah 35,3%. yang bermakna antara tingkat pendidikan ibu dengan kejadian pada anak usia 0-59 bulan di wilayah kerja Puskesmas. Pendidikan yang tinggi akan berdampak pada pengetahuan seseorang. Demikian halnya dengan tingkat pendidikan ibu akan berpengaruh pada seberapa besar tingkat pengetahuan ibu tentang kejadian pada anaknya. Ibu yang memiliki tingkat pendidikan tinggi kemungkinan besar juga memiliki tingkat pengetahuan yang tinggi tentang kejadian. Pada penelitian ini didaptkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara tingkat pendidikan ibu dengan kejadian pada anak usia 0-59 bulan. Seorang ibu bisa saja memiliki tingkat pendidikan atau pengetahuan yang tinggi namun belum tentu ibu tersebut memiliki pola perilaku yang sama dengan tingkat pendidikan atau pengetahuannya. Dalam penelitian ini dapat diasumsikan walaupun ibu dengan tingkat pendidikan tinggi akan tetapi memiliki pola perilkau yang sama terhadap kesehatan dan memiliki fasilitas lingkungan 7 hidup dalam keadaan buruk tetap saja anak memiliki resiko untuk mengalami. Tabel 11. Tabulasi Silang Kejadian Diare Berdasarkan Pekerjaan Ibu Anak Usia 0-59 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Pekerjaa an Ibu Diare Tidak Bekerja Tidak bekerja 4 37, 7 62, 122 6 7 6 3 4 0 0 4 2,375/ 0,296 Berdasarkan tabel 11 di atas dapat dilihat bahwa proporsi pada anak usia 0-59 bulan pada ibu yang bekerja adalah 37,7% dan pada ibu yang tidak bekerja 0%. Berdasarkan hasil analisis statistik yang bermakna antara pekerjaan ibu dengan kejadian pada anak usia 0-59 bulan di wilayah kerja Puskesmas. Dalam penelitian ini sebagain besar ibu anak bekerja (96,8%), hanya sebagian kecil saja yang tidak bekerja/ibu rumah tangga (3,2%). Ibu yang bekerja pada umumnya selalu membawa anaknya ke tempat dimana mereka bekerja sehingga anak tetap dalam pengawasan ibu baik dari segi pola makannya atau pun lingkunga bermainnya. Sementara ibu yang bekerja yang tidak dapat membawa anaknya ke tempat kerja mereka biasanya menitipkan anaknya kepada keluarga seperti nenek sehingga anak tetap dalam pengawasan Tabel 12. Tabulasi Silang Kejadian Diare Berdasarkan Pengelolaan Sampah di Wilayah Kerja Puskesmas Pengelolaan Sampah Diare Tidak 31 38,8 49 61,2 80 15 32,6 31 67,4 46 0,475/ 0,491 Berdasarkan tabel 12 di atas dapat dilihat bahwa proporsi pada anak usia 0-59 bulan dengan pengelolaan sampah dalam kategori buruk adalah 38,8% dan dengan pengelolaan sampah dalam kategori baik adalah 32,6%. Berdasarkan hasil analisis statistik yang bermakna antara pengelolaan sampah

dengan kejadian pada anak usia 0-59 bulan di wilayah kerja Pusekesmas. Pencapian Visi Indonesia Sehat ditentukan oleh Visi Pembangunan Kesehatan tiap provinsi yaitu Provinsi Sehat. Ada 16 indikator pencapaian Provinsi Sehat, salah satunya adalah membuang sampah pada tempat yang disediakan/memiliki pengelolaan sampah yang baik. Banyak penyakit yang ditularkan karena cara-cara atau pengelolaan sampah yang buruk. Rendahnya mutu pengelolaan sampah merupakan keadaan yang potensial untuk menjadi sumber penularan penyakit. 15 Akan tetapi dalam penelitian ini pengelolaan sampah tidak berhubungan dengan kejadian pada anak usia 0-59 bulan. Hal ini diasumsikan bahwa anak usia 0-59 bulan yang terkena bukan karena pengelolaan sampah yang buruk. Tabel 13. Tabulasi Silang Kejadian Diare Berdasarkan Saluran Pembuang Air Limbah di Wilayah Kerja Puskesmas SPAL Diare Tidak 33 42,9 44 57,1 77 13 26,5 36 73,5 49 3,443/ 0,064 Berdasarkan tabel 13 di atas dapat dilihat bahawa proporsi pada anak usia 0-59 bulan dengan saluran pembuangan air limbah dalam kategori buruk adalah 42,9% dan dengan saluran pembuangan air limbah dalam kategori baik adalah 26,5%. yang bermakna antara saluran pembuangan air limbah dengan kejadian pada anak Puskesmas. Dalam penelitian ini 61,1% anak memiliki SPAL dalam kategori buruk. Ketersediaan SPAL berhubungan juga dengan ketersediaan jamban. Jika tidak memiliki jamban maka keluarga tersebut tidak memiliki SPAL dan ada juga beberapa keluarga yang memiliki jamban namun tidak memiliki SPAL. SPAL yang dimiliki pun belum tentu memenuhi syarat. Pada penelitian ini ada 38,9% anak yang memiliki SPAL dalam kategori baik. Kebanyakan SPAL yang 8 dimiliki oleh warga adalah SPAL yang terbuka. Tabel 14. Tabulasi Silang Kejadian Diare Berdasarkan Penyediaan Air Bersih di Wilayah Kerja Puskesmas PAB Diare Tidak 0 0 3 3 46 37,4 77 62,6 123 1,767/ 0,299 Berdasarkan tabel 14 di atas dapat dilihat bahawa proporsi pada anak usia 0-59 bulan dengan penyediaan air bersih dalam kategori buruk adalah 0% dan dengan penyediaan air bersih dalam kategori baik adalah 37,4%. yang bermakna antara penyediaan air bersih dengan kejadian pada anak usia 0-59 bulan di wilayah kerja Puskesmas. Ada 3 faktor yang mempengaruhi kualitas air bersih yaitu faktor fisik, bakteriologis, dan kimiawi. Dalam penelitian ini hanya dapat dilihat dari faktor fisik saja. Untuk mencegah terjadinya maka air bersih harus diambil dari sumber yang terlindungi atau tidak terkontaminasi. Sumber air bersih harus jauh dari kandang ternak dan kakus paling sedikit 10m dari sumber air. Dalam penelitian ini, sumber air bersih bagi masyarakat berasal dari sumur gali dan dari sumber air alami (danau, mata air). Tabel 15. Tabulasi Silang Kejadian Diare Berdasarkan Ketersediaan Jamban di Wilayah Kerja Puskesmas Ketersediaan Diare Tidak Jamban 36 10 38,7 30,3 57 23 61,3 69,7 93 33 Berdasarkan Tabel 15 di atas dapat dilihat bahwa proporsi pada anak usia 0-59 bulan dengan ketersediaan jamban dalam kategori buruk adalah 38,7% dan dengan ketersediaan jamban dalam kategori baik adalah 30,3%. `

yang bermkana antara ketersediaan jamban dengan kejadian pada anak usia 0-59 bulan di wilayah kerja Puskesmas. Pembuangan tinja yang tidak tepat dapat berpengaruh langsung terhadap penyakit. Untuk mencegah kontaminasi tinja terhadap lingkungan, maka pembuangan kotoran manusia harus dikelola dengan baik pada jamban memnuhi syarat kesehatan (Haryoto, 1983). Tabel 16. Tabulasi Silang Kejadian Diare Berdasarkan Higiene Perorangan di Wilayah Kerja Puskesmas Higiene Perorangan Diare Tidak 23 47,9 25 52,1 48 23 29,5 55 70,5 78 4,354/ 0,037 Berdasarkan tabel 16 di atas dapat dilihat bahwa proporsi pada anak usia 0-59 bulan dengan higiene perorangan dalam kategori buruk adalah 47,9% dan dengan higiene perorangan dalam kategori baik adalah 29,5%. dengan uji Chi Square diperoleh nilai p<0,05. Hal ini menunjukkan ada hubungan yang bermkana antara higiene perorangan dengan kejadian pada anak usia 0-59 bulan di wilayah kerja Puskesmas. Higiene perorangan adalah suatu tindakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis (Tarwoto & Wartonah, 2003). Rendahnya cakupan higiene perorangan sering menjadi faktor risiko terjadinya. 4 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Karakteristik anak usia 0-59 bulan diwilayah kerja Puskesmas Samosir tahun 2013 yang lebih banyak terdapat pada anak yang berumur 0-36 bulan 67,5%, jenis kelamin perempuan 50,8%, yang tidak ASI Eksklusif 67,5%, yang mendapat imunisasi lengkap 91,3%, dan yang memiliki status gizi baik 84,1% 2. Karakteristik ibu anak usia 0-59 bulan di wilayah kerja Puskesmas Samosir tahun 2013 yang lebih banyak terdapat pada pendidikan dalam kategori tinggi 54,0% dan status pekerjaan dalam kategori bekerja 96,8%. 3. Karakteristik lingkungan anak usia 0-59 bulan di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Simanindo Kabupaten Samosir tahun 2013 yang lebih banyak terdapat pada pengelolaan sampah dalam kategori buruk 63,5%, SPAL dalam kategori buruk 61,1%, penyediaan air bersih dalam kategori baik 97,6%, ketersediaan jamban dalam kategori buruk 73,8%, dan higiene perorangan dalam kategori baik 61,9%. 4. Proporsi kejadian pada anak usia 0-59 bulan di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Simanindo Kabupaten Samosir tahun 2013 adalah 36,5%. 5. Ada hubungan umur dengan kejadian pada anak usia 0-59 bulan di wilayah kerja Puskesmas Samosir tahun 2013 (p = 0,018) 6. Ada hubungan jenis kelamin dengan kejadian pada anak usia 0-59 bulan di wilayah kerja Puskesmas Samosir tahun 2013 (p= 0,018) 7. Tidak ada hubungan status ASI Eksklusif dengan kejadian pada anak usia 0-59 bulan di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Simanindo Kabupaten Samosir tahun 2013 (p= 0,117) 8. Tidak ada hubungan status imunisasi dengan kejadian pada anak usia 0-59 bulan di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Simanindo Kabupaten Samosir tahun 2013 (p = 0,097) 9. Tidak ada hubungan status gizi dengan kejadian pada anak usia 0-59 bulan di wilayah kerja Puskesmas Samosir tahun 2013 (p = 0,172) 10. Tidak ada hubungan pekerjaan ibu anak usia 0-59 bulan dengan kejadian pada anak usia 0-59 bulan di wilayah kerja Puskesmas Samosir tahun 2013 (p = 0,296) 9

11. Tidak ada hubungan pendidikan ibu anak usia 0-59 bulan dengan kejadian pada anak usia 0-59 bulan di wilayah kerja Puskesmas Samosir tahun 2013 (p = 0,759) 12. Tidak ada hubungan pengelolaan sampah dengan kejadian pada anak Puskesmas Kecamatan Simanindo Kabupaten Samosir tahun 2013 (p= 0,491) 13. Tidak ada hubungan saluran pembuangan air limbah (SPAL) dengan kejadian pada anak usia 0-59 bulan di wilayah kerja Puskesmas Samosir tahun 2013 (p= 0,064) 14. Tidak ada hubungan penyediaan air bersih dengan kejadian pada anak Puskesmas Kcamatan Simanindo Kabupaten Samosir tahun 2013 (p= 0,299) 15. Tidak ada hubungan ketersediaan jamban dengan kejadian pada anak Puskesmas Kecamatan Simanindo Kabupaten Samosir tahun 2013 (p= 0,389) 16. Ada hubungan higiene perorangan dengan kejadian pada anak Puskesmas Kecamatan Simanindo Kabupaten Samosir tahun 2013 (p= 0,037) Saran 1. Kepada pihak Puskesmas Samosir diharapkan dapat memberikan penyuluhan tentang pola asuh anak yang harus disesuaikan dengan umur anak. 2. Kepada pihak Puskesmas Samosir diharapkan untuk memberikan penyuluhan tentang higiene perorangan Pencernaan. Yogyakarta: Gosyen Publishing 3 Widoyono, 2008. Penyakit Tropis Epidemiologis, Penularan, Pencegahan, dan Pemberantasannya. Jakarta: Erlangga Medical Series 4 Depkes RI, 2011. Buletin Jendela Data dan Informasi Kesehatan: Diare 5 WHO, 2010. Pakistan: IDP hosting and crisis affected districts, Khyber, Pakhtunkhwa, week 21, 22-28 May 2010. Weekly Morbidity and Mortality Report 6 Depkes RI, 2011. Profil Kesehatan Indonesia 2010 7 Depkes RI, 2008. Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 2007 8 Depkes RI, 2008. Survei Morbiditas Diare 2007 9 Depkes RI, 2008. Profil Kesehatan Sumatra Utara 2007 10 Depkes RI, 2009. Profil Kesehatan Kota Tebing Tinggi 2008 11 Depkes RI, 2009. Profil Kesehatan Kabupaten Samosir 2008 12 Sujanto, Agus, 1996. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Rineka Cipta 13 Purwanti, HS, 2004. Konsep Penerapan ASI Eksklusif. Jakarta: Buku Kedokteran EGC 14 Barasi, Mary, 2009. Ilmu Gizi At a Glance. Jakarta: Erlangga Medical Series 15. Efendi, Ferry, 2005. Keperawatan Kesehatan Teori dan Praktik dalam Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika DAFTAR PUSTAKA 1 Kemenkes RI, Undang-undang Kesehatan No.36 Tahun 2009. 2 Haryono, Rudi, 2012. Keperawatan Medikal Bedah Sistem 10