KEPUTUSAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 371 TAHUN 1993 TENTANG

dokumen-dokumen yang mirip
KEPUTUSAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 370 TAHUN 1993 TENTANG MADRASAH ALIYAH BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1

KEPUTUSAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 369 TAHUN 1993 TENTANG MADRASAH TSANAWIYAH BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 1990 TENTANG PENDIDIKAN MENENGAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 1990 TENTANG PENDIDIKAN MENENGAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 1990 TENTANG PENDIDIKAN DASAR PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PP 29/1990, PENDIDIKAN MENENGAH... Bentuk: PERATURAN PEMERINTAH (PP) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor: 29 TAHUN 1990 (29/1990)

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 1990 TENTANG PENDIDIKAN DASAR. Presiden Republik Indonesia,

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 72 TAHUN 1991 TENTANG PENDIDIKAN LUAR BIASA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 1989 TENTANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL. penjelasan pasal demi pasal BAB I KETENTUAN UMUM.

SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL

PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DASAR GRATIS

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DASAR GRATIS

KEPUTUSAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 234/U/2000

PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 21 TAHUN 2009

MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 264/U/1999 TENTANG KERJASAMA PERGURUAN TINGGI SERTA DIREKTUR JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI

KEMENTERIAN AGAMA R E P U B L I K I N D O N E S I A I J A Z A H MADRASAH IBTIDAIYAH TAHUN PELAJARAN 2016/2017

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2016 NOMOR 19

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 67/Permentan/OT.140/11/2007. TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN Dl SEKOLAH PERTANIAN PEMBANGUNAN

BUPATI SIDOARJO PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR : 12 TAHUN 2012 TENTANG

Struktur Kurikulum 2013 MI

PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG WAJIB BELAJAR 12 (DUA BELAS) TAHUN

GUBERNUR JAWA BARAT PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 16 TAHUN TENTANG

-1- PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 18 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR 12 (DUA BELAS) TAHUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 2 TAHUN 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG WAJIB BELAJAR 12 (DUA BELAS) TAHUN

GUBERNUR JAWA BARAT, PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 16 TAHUN 2017 TENTANG

BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT PROVINSI JAMBI PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG

SALINAN KEPUTUSAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 234/U/2000 TENTANG PEDOMAN PENDIRIAN PERGURUAN TINGGI

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BUPATI SLEMAN PERATURAN BUPATI SLEMAN NOMOR : 10 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN PENERIMAAN PESERTA DIDIK BARU PADA TAMAN KANAK-KANAK DAN SEKOLAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN GUNUNG MAS NOMOR 29 TAHUN 2011 T E N T A N G SISTEM PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN GUNUNG MAS

BUPATI KEBUMEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 36 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI SATU ATAP

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 59 TAHUN 2014 TENTANG KURIKULUM 2013 SEKOLAH MENENGAH ATAS/MADRASAH ALIYAH

KEPUTUSAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 234/U/2000 TENTANG PEDOMAN PENDIRIAN PERGURUAN TINGGI

-23- BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT PROVINSI JAMBI PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI GUNUNG MAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN GUNUNG MAS NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG WAJIB BELAJAR 12 (DUA BELAS) TAHUN DI KABUPATEN GUNUNG MAS

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN WALIKOTA BALIKPAPAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 73 TAHUN 1991 TENTANG PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH. Presiden Republik Indonesia,

BUPATI LAMANDAU PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU NOMOR 20 TAHUN 2015 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2008 TENTANG WAJIB BELAJAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 223 /U/1998 TENTANG

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2009 TENTANG PROGRAM PAKET C KEJURUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2005 TENTANG UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2005/2006

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2005 TENTANG BADAN AKREDITASI NASIONAL SEKOLAH/MADRASAH

BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI TANAH BUMBU NOMOR 29 TAHUN 2015 TENTANG

DASAR & FUNGSI. PENDIDIKAN NASIONAL BERDASARKAN PANCASILA DAN UNDANG UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 1994 TENTANG PENGANGKATAN PEGAWAI NEGERI SIPIL DALAM JABATAN STRUKTURAL

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2010 TENTANG

PP 73/1991, PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH... Bentuk: PERATURAN PEMERINTAH (PP) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor: 73 TAHUN 1991 (73/1991)

PERATURAN PEMERINTAH 15 TAHUN 1994 TENTANG PENGANGKATAN PEGAWAI NEGERI SIPIL DALAM JABATAN STRUKTURAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2008 TENTANG WAJIB BELAJAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 1990 TENTANG PENDIDIKAN PRASEKOLAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

IMPLIKASI UU DAN PP THD PENGEMBANGAN KURIKULUM PUSAT KURIKULUM - BALITBANG DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL. Puskur Balitbang 1

NOMOR : 051/U/2002 TENTANG PENERIMAAN SISWA PADA TAMAN KANAK-KANAK DAN SEKOLAH MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2008 TENTANG WAJIB BELAJAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG UNDANG NO. 20 TH.2003 Tentang SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL

D S A A S R A R & & FU F N U G N S G I S PE P N E D N I D DI D KA K N A N NA N S A I S ON O A N L A

BUPATI SIDOARJO PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR : 13 TAHUN 2012 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2010 TENTANG

BUPATI BLORA PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 58 TAHUN 2011 TENTANG

KEMENTERIAN AGAMA R E P U B L I K I N D O N E S I A I J A Z A H MADRASAH IBTIDAIYAH TAHUN PELAJARAN 2016/2017

SISTEM PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA PERPUSTAKAAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN KEPALA KANTOR WILAYAH KEMENTERIAN AGAMA PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR : 309 TAHUN 2012

BUPATI LUMAJANG PROVINSI JAWA TIMUR

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 73 TAHUN 1991 TENTANG PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 101 TAHUN 2000 TENTANG PENDIDIKAN DAN PELATIHAN JABATAN PEGAWAI NEGERI SIPIL

DASAR & FUNGSI. Pendidikan Nasional berdasarkan Pancasila dan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 32 TAHUN 2017 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2008 TENTANG WAJIB BELAJAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PEDOMAN PENERIMAAN PESERTA DIDIK BARU (PPDB) TAHUN PELAJARAN

PEMERINTAH PROVINSI MALUKU PERATURAN DAERAH PROVINSI MALUKU NOMOR : 09 TAHUN 2011 TENTANG

PETUNJUK TEKNIS PENERIMAAN PESERTA DIDIK BARU (PPDB) TAHUN PELAJARAN

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2005 TENTANG UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2004/2005

REVIEW UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2003 TENTANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL

WALI KOTA BANDUNG, DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KOTA BATU PERATURAN DAERAH KOTA BATU NOMOR 17 TAHUN 2011 TENTANG SISTEM PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAD TUHAN YANG MAHA ESA

BAB V TABEL STRUKTUR KURIKULUM MADRASAH IBTIDAIYAH, MADRASAH TSANAWIYAH, DAN MADRASAH ALIYAH

PETUNJUK TEKNIS PENERIMAAN PESERTA DIDIK BARU (PPDB) TAHUN PELAJARAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL

BUPATI PURBALINGGA PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 25 TAHUN 2013 TENTANG

Model Penyelenggaraan Peminatan Kurikulum 2013 di SMA KATA PENGANTAR. 2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah ii

LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 1992 TENTANG TENAGA PENDIDIKAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PEDOMAN PENERIMAAN PESERTA DIDIK BARU (PPDB) TAHUN PELAJARAN 2014/2015. Menuju LEBAK CERDAS 2019

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BUPATI TANAH DATAR PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN BUPATI TANAH DATAR NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PENDIRIAN SEKOLAH SWASTA

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 19 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI LUWU PROPINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU NOMOR : TENTANG PENDALAMAN MATERI PENDIDIKAN AGAMA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 1990 TENTANG PENDIDIKAN PRASEKOLAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Transkripsi:

KEPUTUSAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 371 TAHUN 1993 TENTANG MADRASAH ALIYAH KEAGAMAAN ME'NTERI A G A M A Meni mbang : bahwa dalam rangka penyelenggaraan Madrasah Aliyah Keagamaan sebagai pelaksanaan Peraturan a Pemerintah Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 1990 tentang Pendidikan Menengah, dipandang perlu menetapkan Keputusan Menteri Acjama tentang Madrasah Aliyah Keagamaan. Mengingat : 1. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional. 2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 1990 tentang Pendidikan Menengah. 3. Peraturan Pemerintah Republik ~ridonesia Nomor 38 Tahun 1992 tentang Tenaga Kependidikan. 4. Peraturan Pemerintah Republik 11.donesia Nomor 39 tahun 1990 tentang Peranserza Masyarakat Dalam Sistem Pendidikan Nasional. 5. Keputusan Presiden Republik Ixdonesia Nomor 44 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Organisasi Departemen. 6. Keputusan Presiden Republik 1r.clonesia Nomor 15 Tahun 1984 tentang Susunan Organisasi Departemen; dengan segala perubahannya, terakhir Nomor 63 Tahun 1993. 7. Keputusan Menteri Agama Nomcz 18 Tahun 1975 tentang Susunan Organisasi c,an Tata Kerja Departemen Agama; yang telah diubah dan disempurnakan, terakhir dengzn Keputusan Menteri Agama Nomor 75 Tahun 198C. Mengingat pula : Pertimbangan Menteri Pendidikan dr-.n Kebudayaan dengan suratnya Nomor 77720/MPK/93 tanggal 20 Desember. 1993 tentang Penyelexggaraan dan Kurikulum Perguruan Agama Islam.

M E M U T U S K A N Menetapkan : KEPUTUSAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA TENTANG MADRASAH ALIYAH KEAGAMAAN. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Keputusan ini yang dimaksud dengan : 1. Madrasah Aliyah Keagamaan, selanjutnya dalam Keputusan ini disebut MAK adalah nama satuan pendidikan ncnengah bentuk sekolah menengah keagamaan. 2. Sekolah menengah keagamaan adalah bentuk satuan pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan pada jenjang pendidikan menengah yang mengutamakan penyiapan siswa dalan penguasaan pengetahuan khusus tentang ajaran egama. 3. Siswa adalah peserta didik pada MAK. 4. Orang tua adalah ayah dan/atau ibu atau wali siswa. 5. MAK negeri adalah MAK yang diselenggarakan oleh Pemerintah. 6. MAK swasta adalah MAK yang diselenggarakan oleh Masyarakat. 7. Kepala Madrasah adalah Kepala MAK, baik negeri naupun swasta. 8. Direktur Jenderal adalah Direktur Jenderal ~embinaan Kelembagaaan Agama Islam, Departemen Agama. 9. Departemen adalah Departemen Agama. 10. Menteri adalah Menteri Agama. 11. Badan Pembantu Penyelenggara Pendidikan yang selanjutnya disingkat BP3 adalah wadah organisasi kerjasama antara orang tua dengan warga madrasah.dan masyarakat yang berperan membantu kelancaran kegiatnn pembinaan pcndidikan di madrasah. BAB I1 T U J U A N Pasal 2 Pendidikan pada MAK bertujuan : 1. Menyiapkan siswa dalam penguasaan pengetzhuan khusus tentang ajaran agama Islam;

2. Meningkatkan pengetahuan siswa untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi; 3. Meningkatkan pengetahuan siswa untuk mengembzngkan diri sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan kesenian yang dijiwai ajaran agama Islam; 4. Meningkatkan kemampuan siswa sebagai anggota masyzrakat dalam mengadakan hubungan timbal-balik dengan 1ingku::gan sosial, budaya dan alam sekitarnya yang dijiwai ajaran aglma Islam. BENTUK DAN NAI& BAB I11 SATUAN SERTA LAMA PENDIDIKAN Pasal 3 9 1 ) MAX adalah satuan pendidikan jenjang menengah dalam bentuk sekolah menengah keagamaan yang menyiapkan siswa dalam penguasaan pengetahuan khusus tentang ajaran agana Islam. (2) Lama pendidikan di MAK adalah tiga tahun setelah Sekolah anj jut an Tingkat Pertama atau setelah Madrasah ~sanawiyah atau satuan pendidikan yang setara. BAB IV SYARAT DAN TATA CARA PENDIRIAN Pasal 4 (1) Pendirian MAK yang diselenggarakan oleh Pemerintah atau masyarakat harus memenuhi persyaratan baik secara tehnis pendidikan maupun administratif. a 2 ) Pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) ditetapkan oleh Menteri dalam ketentuan tersendiri. BAB V P E N G E L O L A A N Pasal 5 (1) Menteri bertanggung jawab atas kebijaksanaan pengalolaan MAK. (2) Pengelolaan MAK Negeri meliputi : 1. Peserta didik; 2. Guru dan tenaga kependidikan lainnya; 3. Kurikulum; 4. Kegiatan belajar mengajar; 5. Sarana; 6. Prasarana;

7. Administrasi madrasah; 8. ~etertiban dan keamanan. (3) Pelaksanaan ketentuan sebagairnana dimaksud dalarn ayat (2) yang berkenaan dengan MAK negeri ditetapkan cleh ~irektur Jenderal. Pasal 6 (1) Tanggung jawab pengelolaan MAK swasta diatur sebagai berikut: @ 1. Menteri bertanggung jawab atas pengelolaan yang berkenaan dengan : a. pengembangan, pengadaan dan pendayagunaan kurikulum; b. pembinaan dan pengembangan guru serta tecaga kependidikan lainnya; c. penetapan pedoman penyusunan buku pelajaran; d. penyusunan pedoman pengembangan MAX; e. penyusunan pedoman pengembangan, pengadaan dan pemanfaatan peralatan pendidikan; f. penyusunan pedoman pembinaan, keamanan, ketertiban dan suasana keagamaan; g. pengawasan penyelenggaraan pendidikan. 2. Yayasan atau Badan yang menyelenggarakan satuan MAX bertanggung jawab atas pengelolaan yang berkenaan dengan : a. pengadaan, pemanfaatan, dan pengembangan guru serta tenaga kependidikan lainnya; b. pengadaan dan pemanfaatan buku pelajaran dan perpustakaan ; c. pengadaan, pemanfaatan dan pengembangan peralatan dan sarana pendidikan; d. pengadaan dan pemanfaatan tanah, gedung dan ruang belajar; e. perawatan dan pemeliharaan tanah, gedung dan ruang bela jar; f. pemeliharaan keamanan, ketertiban, kebersinan, keindahan, kekeluargaan, dan perindangan lingkungan madrasah ta suasana keagamaan;

g. penyediaan dana/biaya penyelenggaraan pendidikan. (2) Pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) Pasal 7 (1) Kepala MAK bertanggung jawab atas : 1. penyelenggaraan kegiatan pendidikan yang meli2uti : a. penyusunan program kerja madrasah; b. pengaturan kegiatan belajar mengajar, pelizksanaan penilaian hasil belajar, serta bimbingan penysiuhan; c. penyusunan Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Madrasah (RAPBM); d. pendayagunaan perpustakaan madrasah. 2. pembinaan kesiswaan; 3. pelaksanaan bimbingan dan penilaian bagi gurd dan tenaga kependidikan lainnya; 4. penyelenggaraan administrasi madrasah yang ~eliputi administrasi ketenagaan, keuangan, kesiswaan, perlengkapan, kurikulum dan perpustakaan; 5. perencanaan pengembangan, pendayagunaan, dan pemeliharaan sarana prasarana; 6. pelaksanaan hubungan madrasah dengan lingkungan, orang tua dan/atau masyarakat; 7. pemeliharaan keamanan, ketertiban, dan suasaca keagamaan. (2) Kepala Madrasah dalam melaksanakan ketentuan sebagaimana tercantum dalam ayat (1) dapat dibantu oleh satu atau beberapa Wakil Kepala Madrasah. (3) Wakil Kepala Madrasah bertugas membantu Kepala Kadrasah dalam ha1 : 1. pengaturan dan pengawasan penyelenggaraan program pendidikan. 2. pengaturan penyusunan bahan pengajaran dan pengembangan kurikulum.

3. pengawasan kewenangan mengzijar guru dan pengenbangan mutu staf pengajar. 4. pengaturan, pemakaian, pemeliharaan dan perbaikan, serta pengembangan sarana prasarana pendidikan. 5. pembinaan dan pengembangan kegiatan kerja sama madrasah dengan lingkungan atau masyarakat dan dunia kerja. (4) Pelaksanaan ketentuan pada ayat (I), ayat (2) d m ayat (3) Pasal 8 q1) Kepala MAK negeri bertanggung jawab atas pelaksanaan ketentuan pasal 7 ayat (1) kepada Menteri. (2) Kepala MAK swasta bertanggung jawab atas penyelenggaraan kegiatan pendidikan, pelaksanaan bimbingan dan penilaian bagi guru, dan tenaga kependidikan lainnya serta pembinaan siswa, kepada Menteri. (3) Kepala MAK swasta bertanggung jawab atas pe~yelenggaraan administrasi madrasah dan pelaksanaan hubunqan madrasah dengan lingkungan dan/atau masyarakat kepada Yayasan atau Badan yang menyelenggarakan MAX yang bersangkutafi. (4) Kepala MAK swasta bertanggung jawab atas pelaksanaan dan pemeliharaan suasana keagamaan madrasah. (5) Pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (I), ayat (2), ayat (3) dan ayat (4) ditetapkan oleh Direktur a Jenderal. BAB VI BADAN PEMBANTU PENYELENGGARAAN PENDIDIKAX Pasal 9 (1) Pada setiap MAK dapat dibentuk organisasi yang dinamakan Badan Pembantu Penyelenggaraan Pendidikan, disingkat BP3. (2) Keanggotaan BP3 terdiri dari unsur yang berasal dari orang tua, guru atau tenaga kependidikan lainnya, dan tokoh masyarakat yang mempunyai perhatian dalam bidang pendidikan. (3) Pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) ditetapkan oleh Menteri dalam ketentuan tersendiri dengan berpedoman kepada Keputusan ~endidikan dan Kebudayaan tentang BP3.

BAB VII S I S W A Pasal 10 (1) Semua lulusan Madrasah ~sanawiyah dan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama serta satuan pendidikan yang setara dapat menjadi siswa MAK. (2) Penerimaan siswa dilakukan sesuai dengan ketentuan yang berlaku tanpa membedakan suku, kedudukan sosial ekonomi, jabatan atau penghasilan orangtua calon siswa. 0 (3) Apabila daya tampung MAK lebih kecil dari pada jumlah siswa yang mendaftar, penerimaan siswa dilakukan melalui seleksi. (4) Untuk dapat diterima sebagai siswa MAK seseorang harus : 1. tamat Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama atau tamat Madrasah Tsanawiyah atau satuan pendidikan yang setara; 2. beragama Islam; 3. memenuhi ketentuan yang berlaku; (5) Pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud drlam ayat (I), ayat (2), ayat (3), dan ayat (4) ditetapkan oleh Direktur - Jenderal. Pasal 11 (1) Kegiatan penerimaan siswa baru dilaksanakan pada setiap awal tahun pelajaran. (2) Pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud delam ayat (1) Pasal 12 (1) Seorang siswa dapat pindah ke sekolah atau madrzsah lain yang sederajat atau setara apabila memenuhi persyaratan penerimaan siswa yang berlaku di sekolah yang akan menerimz. (2) Siswa pindahan dari MAK yang tidak dibinc atau tidak diselenggarakan oleh Departemen, baik di dalam negeri maupun luar negeri, dapat diterima di MAK pada kelas yang sesuai, setelah terlebih dahulu dilakukan penilaian terhadap MAK asal dan/atau tes bagi siswa yang akan pindah sesuai dengan ketentuan yang (3) Peserta didik pada satuan pendidikan luar sekolah dapat pindah ke MAK apabila memenuhi persyaratan yang berlaku. (4) Pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (I), ayat (2), dan ayat (3) 7

Pasal 13 Warga negara asing yang berdomisili di Indonesia dzpat diterima pada MAK di Indonesia, setelah memenuhi persyaratan Can peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pasal 14 (1) Siswa yang memiliki bakat istimewa dan kecerdas~n luar biasa sedangkan orangtuanya tergolong tidak mampu, berhak mendapatkan bantuan fasilitas belajar, beasiswa dan ba::tuan lainnya sesuai dengan persyaratan yang berlaku. @ ( 2) Pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud daiam ayat (1) Pasal 15 (1) Pelayanan pendidikan bagi siswa yang rnemiliki baliat istimewa dan kecerdasan luar biasa dapat diberikan melalui jalur pendidikan sekolah dan jalur pendidikan luar sekalah. (2) Pelayanan pendidikan bagi siswa yang memiliki bskat istimewa dan kecerdasan luar biasa melalui jalur pendilikan sekolah dapat diberikan dengan menyelenggarakan prograr3 khusus dan program kelas khusus. (3) Pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) Pasal 16 (1) Siswa yang memiliki bakat istimewa dan kecerdasan luar biasa dapat rnenyelesaikan program belajar lebih awal dari waktu yang ditetapkan dengan ketentuan telah mengikuti pendidikan di MAK sekurang-kurangnya dua tahun. (2) Pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) Pasal 17 (1) Setiap siswa wajib mematuhi dan melaksanakan sexua peraturan dan tata tertib yang berlaku di MAK. (2) Pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud dalarn ayat (1)

BAB VIII TENAGA KEPENDIDIKAN Pasal 18 (1) Tenaga kependidikan pada MAK terdiri dari: Kepala Madrasah, dan seorang atau lebih Wakil Kepala Madrasah, ~ali Kelas, guru mata pela jaran, guru praktek, guru pembimbing, pustakawan, dan laboran. (2) Padak MAK dapat juga diadakan guru inti, koordi:~ator bidang studi, dan tehnisi sumber belajar. @( 3) Pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) a BAB IX K U R I K U L U M Pasal 19 (1) Isi kurikulum MAK merupakan susunan bahan kajian dan pelajaran untuk mencapai tujuan MAK dalam zangka upaya pencapaian tujuan pendidikan nasional. (2) Isi kurikulum MAK wajib memuat sekurang-kurangnya bahan kajian dan pelajaran : 1. Pendidikan Pancasila; 2. Pendidikan kewarganegaraan; 3. Aqidah-akhlaq; 4. Qur'an-hadits; 5. Ilmu tafsir; 6. Ilmu hadits; 7. Fiqih; 8. Ushul fiqih; 9. Bahasa Arab; 10. Bahasa dan Sastra Indonesia; 11. Sejarah nasional dan sejarah umum; 12. Sejarah kebudayaan Islam; 13. Pendidikan jasmani dan kesehatan; 14. Bahasa Inggris; 15. Matematika; 16. Sosiologi 17. Antropologi; 18. Pendidikan seni; 19. Pendidikan ketrampilan; 20. Wirausaha. (3) MAK dapat menambah mata pelajaran sesuai dengan keadaan lingkungan MA. yang bersangkutan dengan tidak mengurangi

kurikulum yang berlaku secara nasional dan tidak menyimpang dari tujuan pendidikan nasional. (4) MAK dapat menjabarkan dan menambah bahan kajian dan mata pelajaran sesuai dengan kebutuhan setempat. (5) Pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud delam ayat (I), ayat (2), ayat (3), dan ayat (4) ditetapkan oleh Direktur Jenderal. BAB X P E N I L A I A N Pasal 20 (I) Terhadap MAK diadakan penilaian. (2) Penilaian bertujuan untuk memperoleh keterangan tentang kegiatan dan kemajuan belajar siswa, pelaksanaen kurikulum, guru dan tenaga kependidikan lainnya, dan MAK sebagai satu kesatuan dalam rangka penbinaan, pengembangan dan penentuan akreditasi. (3) Penilaian meliputi segi administrasi, kelembagaan, tenaga kependidikan, kurikulum, siswa, sarana dan prasarana, serta keadaan sekolah secara umum. (4) Pelaksanaan penilaian sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) diatur oleh Direktur Jenderal. Pasal 21 @(I) Siswa yang telah menyelesaikan semua program pendidikan di MAX dan memenuhi syarat-syarat yang ditetapkan Serhak mendapatkan surat tanda tamat belajar. (2) Pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) BAB XI B I M B I N G A N Pasal 22 (1) Bimbingan merupakan bantuan yang diberikan kepada siswa dalam rangka upaya menemukan pribadi, mengenal lingkungan, cara mengatasi hambatan, dan merencanakan masa depan. (2) Bimbingan diberikan oleh guru pembimbing kepada siswa agar siswa mampu :

0 1. bertindak selaras dengan tuntutan dan keadaan lingkungan sekolah, keluarga dan masyarakat. 2. memahami diri, memahami nilai-nilai baik lingkungan dunia kerja maupun pendidikan dan faktor-faktor yang menyertainya sehingga mereka memiliki sikap positif terhadap dunia kerja dan pendidikannya, memahami cara pemecahan masalah dan mampu menentukan masa depan. 3. mengembangkan karier yang dipilih sesuai ecngan potensi yang dimiliki dari kebutuhan masyarakat. (3) Pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) BAB XI1 P E N G A W A S A N Pasal 23 (1) Pemerintah melakukan pengawasan terhadap MAK dalam rangka pembinaan, pengembangan, perlindungan, peningkatan mutu, dan pelayanan terhadap MAK yang bersangkutan. (2) Pengawasan dilakukan terhadap penyelenggaraan pendidikan dan administrasi MAK. (3) Pelaksanaan ketentuan sebagaiman~i dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) BAB XI11 P E N G E M B A N G A N Pasal 24 (1) MAK dapat melaksanakan uji coba untuk mengembangkan gagasangagasan baru dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan. (2) MAK dapat memberi kesempatan kepada para peneliti dan pengembang di bidang pendidikan untuk melakukan penelitian dan atau uji coba dalam rangka penyempurnaan sistem pendidikan. (3) Syarat-syarat untuk dapat melaksanakan uji coba meliputi : 1. mempunyai program yang jelas; 2. tersedia sarana dan prasarana yang memenuhi syarat; 3. tersedia tenaga ahli dan tenaga pelaksana yang memenuhi syarat ; 4. tersedia dana yang cukup; dan 5. tidak mengganggu kelangsungan penyelenggaraan proses bela jar menga jar.

(4) Uji coba dan/atau penelitian sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan (2) meliputi antara lain : 1. Kurikulum. 2. Guru dan tenaga kependidikan lainnya. 3:Sarana dan prasarana pendidikan. 4. Organisasi dan manajemen madrasah. 5. Kegiatan belajar mengajar. 6. Kerja sama dengan dunia kerja. (5) Pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (I), ayat.(2), ayat (3) dan ayat (4) ditetapkari oleh Direktur Jenderal. BAB XIV SARANA DAN PRASARANA Pasal 25 (1) MAK wajib' rnemilikf:. sehdiri sarana dan prascrana ~endid'ikan seper.ti gedung, perabotan dan lain sebagainya sesuai dengan ketentuan yang berlaku. (2) Pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) BAB XV P E M B I A Y A A N Pasal 26 (1) Pemexintah atau yayasan/badan hukum yang menyelenggarakan MAK bertanggung jawab atas pembiayaan yang diperlukan bagi penyelenggaraan pendidikan di MAK yang bersangkutan. (2) ~embiayaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) pasal ini rneliputi : 1. penyelenggaxaan kegiatan bela jar mengajar; 2. pengadaan dan pemeliharaan sarana dan prasarana pendidikan; 3. kesejahteraan guru dan tehaga kependidikan lainnya serta tenaga administrasi; Pasal 27 Untuk memperoleh sumber pembiayaan, penyelenggara MAK dapat bekerjasama dengan masyarakat, dunia usaha, dunia kerja, dan para dermawan.

BAB XVI KETENTUAN PERALIHAN Pasal 28 Dengan berlakunya keputusan ini, semua ketentuan yang mengatur MAK masih tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan Keputusan ini. BAB XVII KETENTUAN PENUTUP Pasal 29 Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. Ditetapkan di : Jakarta Pada tanggal : 22 Desember 1993 Dr. H. T&'IZI TAHER Salinan Keputusan ini disampaikan kepada : 1. Sekretaris Jenderal Departemen Agama; 2. Inspektur Jenderal Departemen Agama; 3. Semua Direktur Jenderal dalam lingkungan Departemen Agama; 4. Kepala Badan Penelitian dan pengembangan ~ ~ a ~e~arternen m a Agama: 5. Semua Sekretaris Direktorat Jenderal, Inspektur Jenderal, dan Badan Penelitian dan pengembangan- ~endidikan Agama dalam Lingkungan Departemen Agama; 6. Semua Kepala Kantor Wilayah Departernen Agama di ~ropinsi; 7. Semua Kepala Biro, Inspektur, Direktur dan Kepala Pusat dalam Lingkungan Departemen Agama; 8. Semua Gubernur Kepala Daerah Tingkat I di Propinsi; 9. Komisi IX DPR-RI.