BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keluarga sebagai kelompok masyarakat terkecil terbentuk oleh ikatan dua

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. yang mereka lahirkan. Dalam kelompok ini, arus kehidupan di kemudikan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Fungsi keluarga yang utama ialah mendidik anak-anaknya.

BAB I PENDAHULUAN. akan terjadi interaksi diantara para anggotanya. bahwa yang penting dalam keluarga adalah relasi orang tua dan anaknya.

BAB I PENDAHULUAN. intelektualnya (IQ), namun juga ditentukan oleh bagaimana seseorang dapat

BAB I PENDAHULUAN. kemudikan oleh orangtua. Kartini Kartono menyebutkan bahwa keluarga

BAB I PENDAHULUAN. membimbing, dan mendisiplinkan, serta melindungi anak untuk mencapai

BAB I PENDAHULUAN. didefenisikan sebagai suatu kelompok kecil yang disatukan dalam ikatan perkawinan, darah,

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga merupakan perkumpulan dua atau lebih individu yang diikat oleh

Indonesian Journal of Early Childhood Education Studies

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum

KONTRIBUSI KONSEP DIRI DAN PERSEPSI MENGAJAR GURU TERHADAP MOTIVASI BERPRESTASI DITINJAU DARI JENIS KELAMIN SISWA SMA GAMA YOGYAKARTA TAHUN 2009 TESIS

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting dan tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Manusia merupakan makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna dan

BAB I LATAR BELAKANG A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. maupun psikhis. Melalui pendidikan jasmani, siswa diperkenalkan dengan

BAB I PENDAHULUAN. adalah kualitas guru dan siswa yang mesing-masing memberi peran serta

I. PENDAHULUAN. Keluarga adalah satuan sosial yang paling mendasar, dan terkecil dalam

BAB I PENDAHULUAN. Manusia pada hakekatnya adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri. Manusia

I. PENDAHULUAN. kelak akan menjadi penerus pembangunan bangsa. Peranan pendidikan. membangun ditentukan oleh maju tidaknya pendidikan.

I. PENDAHULUAN. Nasional RI No. 20 Tahun 2003 adalah sebagai berikut :

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB I PENDAHULUAN. Offset, 2014, hlm Ibid, hlm Helmawati, Pendidikan Keluarga Teoritis dan Praktis, Bandung: Remaja Rosdakarya

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan formal, dalam mewujudkan tujuan pendidikan nasional melalui. pasal 4 tentang sistem pendidikan nasional bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. diri dan lingkungan sekitarnya. Cara pandang individu dalam memandang dirinya

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengadaan Proyek

BAB I PENDAHULUAN. tinggi terhadap segala sesuatu yang menarik perhatiannya. 1 Tidak diragukan. pendidikan yang mempengaruhinya. 2

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem. Pasal 1 angka 14 menyatakan bahwa :

PENGARUH POLA ASUH ANAK TERHADAP PRESTASI ANAK

BAB I PENDAHULUAN. individu tentang dirinya sendiri inilah yang disebut konsep diri.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dalam kehidupan remaja, karena remaja tidak lagi hanya berinteraksi dengan keluarga

I. PENDAHULUAN. nasional yaitu membangun kualitas manusia yang beriman dan bertaqwa

dan bahkan akan terbelakang. Dengan demikian pendidikan harus betul-betul samping memiliki budi pekerti yang luhur dan moral yang baik.

BAB I PENDAHULUAN. empiris yang mendasari perubahan kurikulum adalah fakta di lapangan. menunjukkan bahwa tingkat daya saing manusia Indonesia kurang

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Bhayangkara Jakarta Raya

BAB I PENDAHULUAN. hingga perguruan tiggi termasuk di dalamnya studi akademis dan umum, program

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Orang tua yang penuh perhatian tidak akan membiarkan anak untuk

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan orang lain, atau dengan kata lain manusia mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. Anak adalah manusia kecil yang memiliki potensi yang harus. dikembangkan sejak dini agar dapat berkembang secara optimal.

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja adalah individu yang unik. Remaja bukan lagi anak-anak, namun

BAB I PENDAHULUAN. suatu bangsa, karena dengan pendidikan suatu bangsa dapat mempersiapkan masa

Gambar 4.1 : Struktur Kepemimpinan wilayah RT 23 RW 2.80

BAB 1 PENDAHULUAN. sangat penting dalam memajukan harkat dan martabat suatu bangsa yang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Belajar merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan ini. Karena

I. PENDAHULUAN. untuk mencapai tujuan yang diinginkan dalam kehidupannya. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. tersebut mempunyai rasa percaya diri yang memadai. Rasa percaya diri (Self

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pentingnya perilaku asertif bagi setiap individu adalah untuk memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pada remaja biasanya disebabkan dari beberapa faktor

p. ISSN: e. ISSN: Jurnal Elektronik Sistem Informasi Dan Komputer VOL 1 No.2 Juli-Desember 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. Perjalanan hidup manusia mengalami beberapa tahap pertumbuhan.

BAB I PENDAHULUAN. penggunaan alkohol pada tahun 2002, dan penyebab utama terjadinya

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-undang Tentang Sistem Pendidikan Nasional nomor 20 pasal 1

BAB I PENDAHULUAN. memperkuat kepribadian, dan mempertebal semangat kebersamaan agar dapat

BAB II TINJUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Sidoarjo, tepatnya sekolah ini beralamat di Jalan Raya Keboharan.

PENDAHULUAN. dengan apa yang ia alami dan diterima pada masa kanak-kanak, juga. perkembangan yang berkesinambungan, memungkinkan individu

BAB I PENDAHULUAN. terjadi di dalam keluarga (pendidikan informal), sekolah (pendidikan

Panti Asuhan Anak Terlantar di Solo BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. kesungguhan yang serius dalam mencapainya. Karena itu pendidikan sangatlah

I. PENDAHULUAN. Lingkungan merupakan sesuatu yang berada di luar batasan-batasan kemampuan

istiadat serta kebutuhan pembangunan terutama di sekolah-sekolah.

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan negara di segala bidang. Agar mendapatkan manusia yang

SELF CONFIDENCE (KEPERCAYAAN DIRI) CALON GURU MATEMATIKA DI KABUPATEN KARAWANG DALAM MENYELESAIKAN MASALAH MATEMATIKA

BAB 1 PENDAHULUAN. dari masa kanak kanak ke masa dewasa, terutama perubahan alat reproduksi.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Devi Eryanti, 2013

BAB II KAJIAN PUSTAKA. proses penyesuaian diri seseorang dalam konteks interaksi dengan lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia tanpa karakter adalah manusia yang sudah membinatang. Orang orang

BAB I PENDAHULUAN. A. LATAR BELAKANG Proses pendidikan formal adalah suatu proses yang kompleks yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu upaya untuk meningkatkan kualitas

Oleh: Deasy Wulandari K BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. tindakan sosial yang dimungkinkan berlaku melalui suatu jaringan. hubungan kemanusiaan melalui peranan-peranan individu di dalamnya


PENDAHULUAN Latar Belakang Memasuki era globalisasi yang penuh dengan persaingan dan tantangan, bangsa Indonesia dituntut untuk meningkatkan Sumber

BAB I PENDAHULUAN. dilihat dari tiga ciri utama yaitu derajat kesehatan, pendidikan dan. bertumbuh dan berkembang (Narendra, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan segenap potensi yang ada pada diri manusia secara individu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Konsep diri adalah berkaitan dengan ide, pikiran, kepercayaan serta

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran atau pelatihan agar peserta didik

SKRIPSI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1. Program Studi Pendidikan Ekonomi Akuntansi.

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. oleh orang tuanya tentang moral-moral dalam kehidupan diri anak misalnya

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh ilmu pengetahuan. Tanpa belajar maka tidak ada ilmu

I. PENDAHULUAN. kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Perkembangan pendidikan tanpa

BAB I PENDAHULUAN. lembaga yang mencetak tenaga kerja mempunyai tanggung jawab dalam

HUBUNGAN PEMBERIAN TUGAS RUMAH DENGAN HASIL BELAJAR IPS MATERI KOPERASI PADA SISWA KELAS IV SDN 14/1 SUNGAI BAUNG SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. bagi setiap kalangan masyarakat di indonesia, tidak terkecuali remaja.

BAB I PENDAHULUAN. mempelajari dan menjalani kehidupan. Era ini memiliki banyak tuntutantuntutan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah individu yang selalu belajar. Individu belajar berjalan, berlari,

I. PENDAHULUAN. Keberhasilan penyelenggaraan pembangunan juga tidak terlepas dari adanya

BAB I PENDAHULUAN. terduga makin mempersulit manusia untuk meramalkan atau. dibutuhkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas.

BAB I PENDAHULUAN. memasuki pendidikan lebih lanjut yang diselenggarakan baik formal, informal

BAB I PENDAHULUAN. yang sering digambarkan sebagai masa yang paling indah dan tidak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. cenderung bereaksi dan bertindak dibawah reaksi yang berbeda-beda, dan tindakantindakan

TINJAUAN PUSTAKA Keluarga Nilai Anak

BAB 1 PENDAHULUAN. pendidikan terdapat nilai-nilai yang baik, luhur, dan pantas untuk dikembangkan

BAB I PENDAHULUAN. hidup (life skill atau life competency) yang sesuai dengan lingkungan kehidupan. dan kebutuhan peserta didik (Mulyasa, 2013:5).

BAB I PENDAHULUAN. kurikulum, dana, sarana, prasarana, dan siswa sendiri. diketahui sumbangan faktor-faktor tersebut terhadap prestasi belajar.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Tumbuh kembang merupakan proses yang terjadi secara

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keluarga sebagai kelompok masyarakat terkecil terbentuk oleh ikatan dua orang dewasa yang berlainan jenis kelamin, wanita dan pria serta anak-anak yang mereka lahirkan. Dalam kelompok ini, arus kehidupan di kemudikan oleh orang tua. Alam mempercayakan pertumbuhan serta perkembangan anak pada mereka. Fungsi keluarga yang utama ialah mendidik anak-anaknya. Orang tua merupakan pendidik utama dan pertama bagi anak-anak mereka, karena dari merekalah anak mula-mula menerima pendidikan. Dengan demikian bentuk pertama dari pendidikan terdapat dalam kehidupan keluarga. Orang tua dikatakan pendidik pertama karena dari merekalah anak mendapatkan pendidikan untuk pertama kalinya dan dikatakan pendidik utama karena pendidikan dari orang tua menjadi dasar bagi perkembangan dan kehidupan anak dikemudian hari. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Dra. Kartini Kartono, keluarga merupakan lembaga pertama dalam kehidupan anak, tempat ia belajar dan menyatakan diri sebagai makhluk sosial. Dalam keluarga umumnya anak ada dalam hubungan interaksi yang intim. Keluarga memberikan dasar pembentukan tingkah laku, watak, moral, dan pendidikan anak. Prinsip serta harapan-harapan orang tua dalam bidang pendidikan anak beraneka ragam coraknya, ada yang menginginkan anaknya menjalankan disiplin keras, ada yang menginginkan anaknya lebih banyak kebebasan dalam berpikir 1

2 maupun bertindak. Ada orang tua yang terlalu melindungi anak, ada yang bersikap acuh terhadap anak. Ada yang mengadakan suatu jarak dengan anak dan ada pula yang menganggap anak sebagai teman. Suasana emosional di dalam rumah, dapat sangat merangsang perkembangan otak anak yang sedang tumbuh dan mengembangkan kemampuan mentalnya. Sebaliknya, suasana tersebut bisa memperlambat perkembangan otak. Joan Beck dalam bukunya ìasih, Asah, Asuh, Mengasuh dan Mendidik Anak Agar Cerdasî, mengungkapkan, ìbanyak proyek riset jangka lama menunjukkan bahwa intelegensi anak akan berkembang ke tingkat yang lebih tinggi, bila sikap di rumah terhadap anak, hangat dan demokratis daripada dingin dan otoritas. Mendidik anak dengan baik dan benar berati menumbuh kembangkan totalitas potensi anak secara wajar. Potensi jasmaniah dan rohaniah anak diupayakan tumbuh dan berkembang secara selaras. Potensi jasmaniah anak diupayakan pertumbuhannya secara wajar melalui pemenuhan kebutuhankebutuhan jasmani, seperti pemenuhan kebutuhan sandang, pangan, dan papan. Bentuk-bentuk pola asuh orang tua sangat erat hubungannya dengan kepribadian anak setelah menjadi dewasa. Hal ini dikarenakan ciri-ciri dan unsurunsur watak seorang individu dewasa sebenarnya sudah diletakkan benihbenihnya ke dalam jiwa seorang individu sejak sangat awal, yaitu pada masa masih kanak-kanak. Watak juga ditentukan oleh cara-cara waktu kecil diajar makan, diajar kebersihan, disiplin, diajar main dan bergaul dengan anak lain dan sebagainya (Koentjaraningrat, 1997).

3 Tujuan orang tua dalam memberikan pola asuh kepada anak bukan memberikan hukuman terhadap tindakan-tindakan yang salah, melainkan membantu anak-anak khususnya remaja untuk mengontrol perilaku mereka sendiri, mengembangkan disiplin diri, menerima tanggung jawab atas perilaku mereka sendiri, dan mempertimbangkan kebutuhan-kebutuhan dan perasaan dari orang lain. Pola asuh dapat bekerja sangat baik ketika pola ini diterapkan pada anak secara individu dan dalam situasi yang spesifik. Tingkat tercapainya potensi biologic seseorang remaja, merupakan hasil interaksi antara faktor genetik dan lingkungan biofisikopsikososial termasuk pola asuh orang tua terhadap anak tersebut (Soetjiningsih, 2004) Mengasuh anak orang tua bukan hanya mampu mengkomunikasikan fakta, gagasan, dan pengetahuan saja, melainkan membantu menumbuh kembangkan kepribadian anak. Merujuk pada teori Humanistik yang menitik beratkan pendidikan bertumpu pada peserta didik. Artinya anak perlu mendapat perhatian dalam membangun sistem pendidikan. Apabila anak telah menunjukkan gejala-gejala yang kurang baik, berarti mereka sudah tidak menunjukkan niat belajar yang sesungguhnya. Kalau gejala ini dibiarkan terus akan menjadi masalah di dalam mencapai keberhasilan belajarnya (Riyanto, 2002). Terjadinya penyimpangan perilaku anak disebabkan kurangnya ketergantungan antara anak dengan orang tua. Hal ini terjadi karena antara anak dan orang tua tidak pernah sama dalam segala hal. Ketergantungan anak kepada orang tua ini dapat terlihat dari keinginan anak untuk memperoleh perlindungan, dukungan, dan asuhan dari orang tua dalam segala aspek kehidupan. Selain itu,

4 anak yang menjadi masalah kemungkinan terjadi akibat dari tidak berfungsinya sistem sosial di lingkungan tempat tinggalnya. Dengan kata lain perilaku anak merupakan reaksi atas perlakuan lingkungan terhadap dirinya (Clemes, 2001). Hubungan yang baik antara orang tua dan remaja akan membantu pembinaan diri remaja. Apabila ada hubungan yang baik antara kedua orang tua dan remaja, maka remaja dapat terbuka kepada orang tua, berbagai masalah yang dirasakannya dapat dicurahkan kepada orang tua. Sikap terbuka ini akan memudahkan melakukan bimbingan kepada kaum remaja. Tetapi jika hubungannya dengan orang tua kurang baik, maka remaja akan pergi keluar rumah untuk mencari jalan penyaluran dari kecemasan dan kegoncangan jiwanya kepada teman-temannya yang senasib atau para remaja yang memahaminya. Keadaan seperti itulah yang menyebabkan remaja mudah terpengaruh oleh hal-hal negative, seperti terjerumus dalam kebiasaan mengkonsumsi alkohol (Panuju, 1999). Untuk meraih prestasi akademik yang baik, banyak orang berpendapat perlunya memiliki intelegensi yang tinggi sebagai bekal potensial yang akan memudahkan dalam belajar, dan pada akhirnya menghasilkan prestasi yang optimal (Kamaluddin, 2005) Perbedaan individual dari faktor kepribadian cenderung menentukan penyesuaian diri dan kualitas prestasi akademik siswa. Faktor kepribadian seperti self image, kesadaran diri, ideal diri, motivasi, pengendalian diri memerlukan harmonisasi dalam proses belajar, yang akan mendukung terhadap hasil belajar (Wahyuni, 2007).

5 Persepsi yang positif terhadap kepribadian akan mempengaruhi konsep diri kearah yang positif, dan mendorong individu untuk meraih prestasi (Sahlan, 2000). Bila kita berbicara mengenai prestasi sekolah anak, tidaklah semudah yang kita bayangkan. Untuk itu, sebaiknya kita jangan terlampau cepat mengatakan bahwa anak kita adalah anak yang kurang mampu mengikuti pelajaran atau anak bodoh, jika anak kita menampilkan prestasi yang buruk di sekolah. Banyak faktor yang memengaruhi prestasi sekolah anak. Faktor-faktor tersebut bisa berasal dari diri anak sendiri atau bisa juga dari luar diri anak. Faktor dari diri anak misalnya kecerdasan, kepribadian, dan motivasi/hasrat untuk berprestasi. Sementara faktor dari luar meliputi lingkungan sekolah (guru, teman, situasi belajar), rumah (hubungan anak dengan orang tua dan saudara), dan masyarakat. Namun, di antara faktor-faktor tersebut, orang tua menempati peranan yang terbesar dalam banyak hal. Orang tua adalah tokoh penting dalam kehidupan seorang anak. Jadi, tidaklah mengherankan apabila orang tua memberikan pengaruh yang luas terhadap diri anak, terutama dalam perkembangan kepribadian anak. Sikap orang tua, corak hubungan orang tua-anak dan minat, serta perhatian orang tua terhadap sekolah, bisa memengaruhi prestasi anak. di tengah-tengah masyarakat, kita bisa menemukan ada beberapa sikap orang tua yang mendukung/mendorong anak untuk berprestasi. Akan tetapi, tidak jarang pula kita melihat sikap orang tua yang justru menghambat anak untuk menampilkan prestasi sesuai dengan potensi yang dimilikinya. Salah satu di

6 antaranya adalah sikap orang tua yang mengharap berlebih pada anaknya.( setyawati,20011 dalam wahyuni linda,2001 ) Tidak jarang orang tua dalam mengasuh atau mendidik anak-anaknya, sangat dipengaruhi oleh keinginan atau ambisi dari orang tua itu sendiri tanpa melihat kemampuan anak. Sikap yang demikianlah yang dikatakan sebagai sikap mengharap yang berlebih dari orang tua terhadap anaknya. Contoh: Pada waktu anak masih kecil, biasanya orang tua mengharapkan anaknya dapat mandiri. Oleh karena itu, ia melatih anaknya agar dapat mandiri, tanpa memedulikan apakah anaknya memang mampu mandiri. Setelah anak bertambah besar dan mulai bersekolah, orang tua berharap anaknya berprestasi.( Elizabeth B. Hurlock,1995 ). Banyak orang tua yang beranggapan bahwa anak mereka setelah diserahkan kepada guru di sekolah maka lepaslah hak dan kewajibannya untuk memberikan pendidikan kepada mereka. Semua tanggung jawabnya telah beralih kepada guru di sekolah, apakah menjadi pandai atau bodoh anak tersebut, akan menjadi nakal atau berbudi pekerti yang baik dan luhur, maka itu adalah urusan guru di sekolah. Padahal banyak faktor yang mempengaruhi keberhasilan belajar, di antaranya adalah pendapat A. Tabrani Rusyan, yaitu : 1. Faktor internal ialah faktor yang timbul dari dalam anak itu sendiri, yang meliputi faktor fisiologis dan faktor psikologis. 2. Faktor eksternal ialah faktor yang datang dari luar diri si anak, yang meliputi :

7 a. Faktor sosial yang terdiri atas lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, lingkungan masyarakat, dan lingkungan kelompok. b. Faktor budaya, seperti adat istiadat, ilmu pengetahuan, teknologi dan kesenian. c. Faktor lingkungan fisik, seperti fasilitas rumah, fasilitas belajar dan iklim. d. Faktor lingkungan spritual atau keagamaan. Hasil survei di SMP Negeri 1 Bukateja pada tahun pelajaran 2014 tingkat kelulusan ujian nasional dinyatakan 100% siswa lulus serta menempati ranking urutan ke sembilan di semua SMP Negeri di Purbalingga, saat ini SMP Negeri 1 Bukateja pada tahun pelajaran 2014 mempunyai jumlah siswa 773 dengan pembagian kelas I laki laki 133 siswa dan perempuan 116 siswa jumlah keseluruhan 249 siswa, kelas II laki laki 138 siswa dan perempuan 139 siswa jumlah keseluruhan 277 siswa serta kelas III laki laki 119 siswa dan perempuan 128 siswa jumlah keseluruhan 247 siswa. Berdasarkan data yang diperoleh dari para guru SMP N 1 Bukateja, rekapitulasi hasil ulangan semester tahun pelajaran 2014, Tiap tiap kelas dengan jumlah siswa 38.rata rata sebanyak 79% siswa mendapat nilai dengan kategori baik dan baik sekali serta 21% siswa mendapat nilai dengan kategori cukup atau kurang. Dengan melihat latar belakang masalah diatas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian hubungan antara karakteristik dan pola asuh keluarga dengan prestasi siswa SMP Negeri 1 Bukateja.

8 B. Perumusan Masalah Adapun alasan untuk memilih pokok masalah di atas adalah sebagai berikut : 1. Anak adalah tunas bangsa yang akan menerima tongkat estafet perjuangandan cita-cita bangsa, untuk itu anak memerlukan bimbingan, arahan dan didikan dari orang tua sejak dini, sebagai persiapan untuk menghadapi masa yang akan datang. 2. Keluarga adalah masyarakat terkecil yang paling inti, dari keluargalah anak mulai memperoleh pendidikan sebelum memasuki pendidikan secara formal di sekolah, oleh karena itu pola asuh orang tua dalam mendidik anak akan mempengaruhi keberhasilan anak adalam belajar. 3. Apakah pola asuh orang tua berperan atas prestasi siswa di SMP N 1 Bukateja. Berdasarkan latar belakang diatas dapat dirumuskan permasalahan penelitian yaitu Adakah Hubungan Antara Karakteristik Dan Pola Asuh Keluarga Dengan Prestasi siswa SMP Negeri 1 Bukateja tahun pelajaran 2014.

9 C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengetahui hubungan antara karakteristik dan pola asuh keluarga dengan prestasi siswa di SMP Negeri 1 Bukateja tahun pelajaran 2014. 2. Tujuan Khusus a. Mengetahui gambaran karakteristik orang tua siswa di SMP Negeri 1 Bukateja tahun pelajaran 2014. b. Mengetahui gambaran pola asuh keluarga di SMP Negeri 1 Bukateja tahun pelajaran 2014. c. Mengetahui gambaran prestasi siswa di SMP Negeri 1 Bukateja tahun pelajaran 2014. d. Menganalisa hubungan antara karakteristik dan pola asuh keluarga dengan prestasi siswa di SMP Negeri 1 Bukateja tahun pelajaran 2014. D. Manfaat Penelitian Secara umum ada beberapa pihak yang dituju untuk memperoleh manfaat dari penelitian ini. 1. Bagi Keluarga Untuk menambah pengetahuan keluarga dalam mengembangkan pola asuh yang baik dan terarah serta terjalinnya komunikasi timbal balik, sehingga mampu meningkatkan prestasi anak tersebut.

10 2. Bagi perawat dan keperawatan keluarga Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadikan informasi tambahan untuk persiapan materi penyuluhan yang berguna untuk meningkatkan kualitas pendidikan keperawatan keluarga terhadap perkembangan anak. 3. Bagi Peneliti Sebagai sarana untuk menerapkan ilmu pengetahuan yang sudah di dapat selama pendidikan serta menambah pengalaman dalam melakukan penelitian ilmiah. 4. Bagi Institusi Pendidikan Diharapkan penelitian ini dapat memberikan tambahan informasi sehingga dapat di gunakan sebagai salah satu refrensi serta sebagai perbendaharaan kepustakaan yang berkaitan dengan karakteristik dan pola asuh keluarga dengan prestasi siswa di SMP N 1 Bukateja 2014. E. Keaslian Penelitian 1. Armanda Spakutar Pola Asuh Orang Tua dan Tingkat Kebiasaan Remaja Dalam Mengkonsumsi Alcohol. Berlokasi di Desa Sirajaoloan dengan populasi penduduk daerah penelitian adalah 1125 jiwa dengan 150 KK. Penelitian ini adalah orang tua yang memiliki anak remaja dengan kebiasaan mengkonsumsi alcohol, dan remaja usia 15 20 tahun yang mempunyai kebiasaan mengkonsumsi alcohol di Desa Sirajaoloan kec. Tarutung. Sample berasal dari orang tua yang mempunyai anak Remaja dengan kebiasaan mengkonsumsi alcohol dan remaja dengan umur 15-20 tahun. Analisa Data

11 menggunakan metode Tabulating yaitu proses menempatkan data dalam bentuk table yang berisikan data sesuai dengan kebutuhan analisis. Dengan teknik analisa deskriptif eksploratif. Hasil penelitian menunjukan sebagian besar responden remaja berada pada tingkat coba-coba dalam kebiasaanya mengkonsumsi alcohol sebanyak 28 orang remaja ( 66,7% ). Pengguna tetap 13 orang remaja ( 30,1% ) dan pada tingkat kecanduan sebanyak 1 orang remaja ( 2% ). 2. Athiyah Najah Hubungan Antara Persepsi Anak Terhadap Pola Asuh Orang Tua Dengan Motivasi Belajar. lokasi MAN I Salatiga, Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI MAN I Salatiga Jl. KH. Wahid Hasyim NO.12 Salatiga. Sample sebagian siswa kelas XI Man I Salatiga. Analisa Data menggunakan : Uji Normalitas Uji Normalitas bertujuan untuk melihat normal tidaknya sebaran data, variable data penelitian dalam populasi. Uji Linieritas Hubungan antara persepsi anak terhadap pola asuh dengan motivasi belajar mempunyai korelasi linier. Hal ini ditunjukan dengan nilai F beda sebesar 0,442 dengan P > 0,05 yang berarti korelasinya linier. Hasil persepsi anak terhadap pola asuh orang tua tidak mempengaruhi tingkat motivasi belajar siswa. Hasil penelitian rerata empiric persepsi anak terhadap pola asuh orang tua sebesar 101,406 dan rerata hipotetik sebesar 80,

12 sedangkan hasil rerata empiric. Motivasi belajar sebesar 103,469 dan rerata hipotetik sebesar 85. Rerata empiric > rerata hipotetik yang berarti subjek dalam penelitian ini memiliki persepsi terhadap pola asuh orang tua yang positif dan tingkat motivasi belajar yang tergolong tinggi. 3. Bangkit Yudha Kristianto Hubungan Antara Karakteristik dan Pola Asuh Keluarga Dengan Prestasi Siswa SMP N 1 Bukateja. Populasi dalam penelitian adalah siswa SMP N 1 Bukateja kelas II jumlah populasi dalam penelitian ini adalah 277 siswa. Sample = 76 siswa dari 277 siswa SMP N 1 bukateja. Analisa data menggunakan analisis univeriat : menggunakan teknik deskriptif kuantitatif dan analisa Bivariat : digunakan untuk melihat hubungan antara karakteristik dan pola asuh keluarga dengan prestasi anak di SMP N 1 Bukateja. Dengan hasil Dari hasil penelitian didapatkan gambaran distribusi frekuensi responden berdasarkan prestasi belajar yaitu sebanyak 7 responden (9,2%) mempunyai tingkat prestasi sangat baik, dan 69 responden (90,8%) mempunyai tingkat prestasi baik. Hal ini menunjukan tinggi rendahnya prestasi belajar siswa sangat tergantung pada pola asuh yang di terapkan oleh orang tua di rumah. Semakin demokratis pola asuh yang diterapkan oleh orang tua, maka akan semakin tinggi prestasi belajar siswa.

13 F. Perbedaan Penelitian 1) Penelitian yang dilakukan Armanda Spakutar dilakukan pada tahun 2008. menghubungkan cara pola asuh orang tua dengan tingkat keinginan remaja mengkonsumsi minuman alcohol. 2) Penelitian yang dilakukan Athiyah Najah dilakukan pada tahun 2007 menghubungkan seberapa besar peran pola asuh orang tua untuk memotivasi belajar anaknya. 3) Penelitian yang dilakukan Bangkit Yudha Kristianto dilakukan pada tahun 2014 menghubungkan karakteristik dan pola asuh orang tua dalam membentuk pribadi siswa yang berprestasi.