BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Penelitian ini pada akhirnya menemukan bahwa faktor pendorong perilaku

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Setiap hari orang terlibat di dalam tindakan membuat keputusan atau decision

BAB I PENDAHULUAN. rokok. Masalah rokok tidak hanya merugikan si perokok (perokok aktif)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Merokok merupakan salah satu gaya hidup yang. tidak asing lagi yang berkembang di kehidupan masa kini.

KOMUNIKASI ORANG TUA DALAM MENGANTISIPASI PERILAKU MEROKOK ANAK SD (Studi di Desa Jampaka, Kecamatan Kulisusu Kabupaten Buton Utara)

BAB 1 PENDAHULUAN. dampak buruk bagi perokok itu sendiri maupun orang-orang sekitarnya.

BAB I PENDAHULUAN. merokok baik laki-laki, perempuan, anak kecil, anak muda, orang tua, status

HUBUNGAN FAKTOR LINGKUNGAN SOSIAL DENGAN PERILAKU MEROKOK SISWA LAKI-LAKI DI SMA X KABUPATEN KUDUS

IDENTITAS Nomor : / G. 40 / 07 (Diisi oleh peneliti) Usia : Jenis kelamin :

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil dan pembahasan mengenai uji coba teknik terapi lima

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

DAFTAR ISI. A. Latar Belakang... 1 B. Rumusan Masalah C. Tujuan Penelitian D. Kegunaan Penelitian... 15

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu

POLA ASUH ORANG TUA PADA REMAJA YANG MEMILIKI PERILAKU MEROKOK DI SMPN I MOJOANYAR JABON MOJOKERTO

BAB II LANDASAN TEORI. tersebut mempelajari keadaan sekelilingnya. Perubahan fisik, kognitif dan peranan

BAB I PENDAHULUAN. yang tinggi, namun cenderung rasa penasaran itu berdampak negatif bagi remaja,

I. PENDAHULUAN. Merokok adalah suatu budaya yang tidak bisa dilepaskan dari kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. dalam upaya menjual atau memperkenalkan produk yang mereka jual.

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. dengan keluarga utuh serta mendapatkan kasih sayang serta bimbingan dari orang tua.

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat ditarik beberapa

I. PENDAHULUAN. kelak akan menjadi penerus pembangunan bangsa. Peranan pendidikan. membangun ditentukan oleh maju tidaknya pendidikan.

Gambaran Perilaku Merokok pada masyarakat di Kabupaten Purwakarta: Suatu Kajian Literatur

PERILAKU SEKSUAL WABAL DI TINJAU DARI KUALITAS KOMUNIKASI ORANG TUA-ANAK TENTANG SEKSUALITAS S K R I P S I

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Responden penelitian ini adalah sejumlah warga di Kelurahan Ujung Menteng

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan politik (Depkes, 2006). Rokok merupakan salah satu zat adiktif yang bila

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Masa remaja merupakan masa perubahan atau peralihan dari masa kanak-kanak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. secara sadar untuk melukai dirinya sendiri, karena dengan merokok, berarti

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Asap rokok mengandung 4000 bahan kimia dan berhubungan dengan

BAB II LANDASAN TEORI. Sari, dkk (2003) menyebutkan bahwa perilaku merokok adalah aktivitas

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

PERILAKU SEHAT DAN PROMOSI KESEHATAN

BAB 1 PENDAHULUAN. perempuan. Artinya bahwa laki-laki mempunyai risiko PJK 2-3x lebih besar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masalah rokok pada hakekatnya sekarang sudah menjadi masalah nasional,

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk vertebrata yang memiliki tulang belakang yang

5. PENUTUP. Universitas Indonesia

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta terdiri dari 4

BAB V PENUTUP. kewirausahaan pada pemilik percetakan Sinar Pandawa. kebebasan, nilai-nilai pribadi, pengalaman.

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA REMAJA (Studi literatur dari hasil-hasil penelitian kuantitatif)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. Mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. perkembangan dalam kehidupan manusia.remaja mulai memusatkan diri pada

Modul ke: Pemasaran Sosial. Bentuk dan Tugas Pemasaran Sosial. Fakultas Ilmu Komunikasi. Tri Diah Cahyowati, M.SI. Program Studi Periklanan

MENGAPA LATE CHILDHOOD MEROKOK?

IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH NO 5 TAHUN 2008 TENTANG KAWASAN TERBATAS MEROKOK

1. PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

yang membentuk lingkungan pemsaran eksternal. komponen bauran pemasaran segmentasi tersebut dalam pemasaran. konsumen perilaku pembelian konsumen.

PEDOMAN WAWANCARA. a. Apa aktivitas anak bapak pada saat di lingkungan rumah? b. Apakah anda selalu menganjurkan untuk berbuat baik?

BAB VI PENUTUP. A. Kesimpulan. Penelitian ini mendapatkan konsep awal tentang anti-materialisme

Memahami Proses Pemasaran Dan Perilaku Konsumen

BAB I PENDAHULUAN. kini. Jika ditanya mengapa orang merokok, masing-masing pasti memiliki. anak muda, remaja yang melakukan kebiasaan tersebut.

DAFTAR PERTANYAAN (Kuesioner) a. Isilah pertanyaan dibawah ini dengan jawaban yang sebenarnya.

BAB I PENDAHULUAN. sampai pelanggaran status hingga tindak kriminal (Kartono, 2013:6).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mengandung CO (Carbon monoksida) yang mengurai kadar oksigen dalam

AKTIFITAS REMAJA DALAM RUANG ROKOK (Melihat Kehadiran Rokok Dalam Kehidupan Remaja Sehari-hari) Oleh: Alfarabi S.Sos

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Sosiolog dari Universitas Indonesia Ida Ruwaida Noor yang dikutip dalam situs

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

LAMPIRAN 1 Alat ukur Locus of Control. Saya sangat percaya bahwa :

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latarbelakang. merokok merupakan faktor risiko dari berbagai macam penyakit, antara lain

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perilaku merokok merupakan suatu kebiasaan yang sangat membahayakan bagi kesehatan, yang sampai saat ini masih

BAB 1 PENDAHULUAN. memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial maupun ekonomis. Oleh. menurunkan kualitas hidup manusia (Aditama,1997).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Identity Achievement. (Kartono dan Gulo, 2003). Panuju dan Umami (2005) menjelaskan bahwa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kiki Rizqi Nadratushalihah, 2014

BAB I PENDAHULUAN. ditandai dengan transisi epidemiologi. Secara garis besar transisi epidemiologi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak menjadi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pada perkembangan zaman saat ini, perilaku berciuman ikut dalam

Deni Wahyudi Kurniawan

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan uraian dari bab-bab sebelumnya, dari penelitian yang berjudul: Peran Bimbingan Konseling dan Pendidikan Agama

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB V PENUTUP. melihat pengaruh locus of control terhadap proses pengambilan keputusan manager

Parental Community: Sebuah Langkah untuk Memajukan PAUD. Leonie N. W.,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. karena sudah menjadi masalah nasional dan bahkan internasional. Di

BAB I PENDAHULUAN. yang penting bagi seluruh dunia sejak satu dekade yang lalu (Mayasari, 2007). Salah satu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rokok merupakan salah satu zat adiktif yang bila digunakan mengakibatkan bahaya bagi kesehatan individu dan

BAB I PENDAHULUAN. Nilai-nilai keagamaan yang diajarkan, di pesantren bertujuan membentuk

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang

BAB 5 KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. konsisten dan kehadiran orang tua untuk mendukung dan mendampingi

KATA PENGANTAR. Angket ini berisi daftar pernyataan yang berhubungan dengan penelitian yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

1. Pendahuluan FAKTOR KONTROL PERILAKU MEROKOK PADA ANAK SEKOLAH DASAR

berkembang yang memiliki tingkat konsumsi rokok dan produksi rokok yang tinggi. Program anti tembakau termasuk dalam 10 program unggulan kesehatan.

BAB I PENDAHULUAN. umumnya, sangat berpengaruh pada prestasi belajar untuk remaja itu sendiri.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dapat didefinisikan sebagai perilaku penggunaan tembakau yang menetap, biasanya lebih

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa

BAB I PENDAHULUAN. indonesia.org (n.d.: 8 Februari 2014), kanker adalah suatu penyakit yang muncul

BAB I PENDAHULUAN. diandalkan. Remaja merupakan generasi penerus yang diharapkan dapat. memiliki kemandirian yang tinggi di dalam hidupnya.

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. Pada bab ini akan dibahas simpulan hasil penelitian, yaitu berupa uraian

BAB I PENDAHULUAN. pikir, selera, keinginan dan kebutuhan konsumen. konsumennya dimana salah satu wujudnya adalah melalui periklanan.

Pelatihan Konselor Sebaya Berhenti Merokok pada Remaja : Sebuah Inovasi untuk Program Berhenti Merokok

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Gizi lebih adalah masalah gizi di negara maju, yang juga mulai terlihat

GAMBARAN TINGKAT KECEMASAN KELUARGA KARENA KENAKALAN REMAJA DI RT RW VI KELURAHAN DARMO SURABAYA

Transkripsi:

43 BAB V SIMPULAN DAN SARAN V.1 Simpulan Penelitian ini pada akhirnya menemukan bahwa faktor pendorong perilaku merokok pada ketiga partisipan late childhood adalah faktor teman, faktor kepribadian, faktor keluarga, dan faktor iklan. Faktor teman merupakan faktor pendorong paling kuat bagi ketiga partisipan untuk merokok karena teman merupakan significant person bagi ketiga partisipan yang terlibat dalam penelitian. Keluarga yang merokok pun menjadi faktor yang cukup penting karena bersama dengan teman-teman partisipan, mereka menjadi role model dalam hal perilaku merokok bagi ketiga partisipan. Selain menjadi role model, orang tua yang cenderung permisif membuat ketiga partisipan merasa bahwa merokok bukanlah hal yang negatif dan patut untuk dicoba. Rasa ingin tahu yang tinggi serta keinginan untuk terlihat menarik merupakan faktor yang cukup menentukan pula dalam perilaku merokok pada ketiga partisipan. Rasa ingin tahu yang tinggi membuat ketiga partisipan pada akhirnya berani memutuskan untuk merokok, dan keinginan untuk terlihat menarik pada akhirnya membuat mereka mempertahankan perilaku merokok mereka. Faktor iklan merupakan faktor yang tidak berpengaruh terlalu signifikan pada perilaku merokok ketiga partisipan. Ketiga partisipan merasa iklan rokok tidak selalu membuat mereka ingin merokok meskipun terkadang timbul keinginan untuk merokok setelah melihat iklan rokok. Dengan demikian, iklan rokok tidak bisa dianggap sebagai faktor yang cukup signifikan dalam menimbulkan perilaku merokok pada ketiga partisipan.

44 Faktor pendorong perilaku merokok pada ketiga partisipan late childhood dan remaja memiliki cukup banyak kesamaan. Faktor teman merupakan faktor pendorong pertama pada perilaku merokok remaja dan ketiga partisipan. Temanteman yang merokok menyebabkan baik remaja maupun ketiga partisipan late childhood mencoba untuk merokok juga. Hal ini dikarenakan teman-teman yang merokok cenderung mengajak teman-temannya yang belum merokok untuk ikut merokok. Selain mengajak, teman-teman yang sudah merokok sering kali mengajarkan teman-temannya yang belum merokok dengan menjadi role model. Faktor keluarga menjadi faktor pendorong terkuat kedua. Adanya anggota keluarga yang merokok secara tidak langsung ikut menjadi role model bagi remaja dan ketiga partisipan untuk ikut merokok. Sikap permisif orang tua terhadap perilaku merokok anak-anaknya pun ikut menjadi pemicu munculnya perilaku merokok pada ketiga partisipan. Faktor pribadi remaja dan ketiga partisipan yang cenderung memiliki rasa ingin tahu yang tinggi serta ingin dipandang menarik oleh lingkungannya turut andil dalam memicu perilaku merokok pada diri mereka. Faktor pendorong terakhir adalah faktor iklan. Efek dari faktor iklan cenderung berbeda pada remaja dan ketiga partisipan. Pada remaja, iklan menjadi faktor yang cukup signifikan dalam memunculkan perilaku merokok. Hal ini dibuktikan oleh Komnas Perlindungan Anak dalam surveinya terhadap remaja merokok di wilayah Jakarta. Survei tersebut membuktikan bahwa iklan rokok berpengaruh sebesar 91.7 % dalam memunculkan perilaku merokok pada remaja berusia 13-15 tahun (Total Ban, 2009).

45 Ketiga partisipan pada dasarnya tidak terlalu terpengaruh iklan rokok dalam kaitannya dengan perilaku merokok. Iklan rokok terkadang memunculkan keinginan merokok pada diri partisipan setelah melihatnya, namun iklan rokok tidak memicu munculnya perilaku merokok pada diri partisipan. Hal ini berarti iklan rokok tidak memberi pengaruh yang cukup signifikan bagi munculnya perilaku merokok pada ketiga partisipan. V.2 Saran Saran pengembangan bagi peneliti lain yang ingin melakukan penelitian serupa atau ingin melanjutkan penelitian yang sudah ada adalah: Disarankan untuk memilih partisipan dari demografis yang berbeda-beda. Partisipan dari geografis, latar belakang keluarga, usia, serta jenis kelamin yang beragam akan memberikan data yang lebih kaya mengenai faktor pendorong perilaku merokok. Hal ini disebabkan faktor pendorong perilaku merokok pada ketiga partisipan late childhood yang terlibat dalam penelitian ini lebih banyak berasal dari faktor eksternal. Disarankan untuk memilih partisipan dalam jumlah yang lebih banyak untuk mendapat gambaran yang lebih luas mengenai faktor pendorong perilaku merokok pada late childhood. Disarankan melakukan wawancara dan observasi yang lebih mendalam agar mendapatkan data yang lebih lengkap dan lebih mendalam Disarankan mewawancarai seluruh anggota dan teman-teman sepermainan partisipan untuk mendapat gambaran yang lebih utuh mengenai pengaruh lingkungan terhadap perilaku merokok late childhood.

46 Disarankan untuk lebih memperhatikan faktor kesehatan yang berkaitan dengan dampak dari perilaku merokok. Disarankan untuk mengukur locus of control dari masing-masing partisipan untuk memperoleh gambaran lebih jelas mengenai kepribadian masingmasing partisipan Saran bagi masyarakat dan pemerintah serta lembaga-lembaga yang peduli terhadap pencegahan dan penanganan perilaku merokok pada late childhood adalah: Dengan melakukan intervensi sedini mungkin terhadap late childhood yang merokok. Ketiga partisipan late childhood yang terlibat dalam penelitian ini tidak mengetahui jelas bahaya yang disebabkan oleh rokok. Dengan memberikan informasi yang jelas mengenai bahaya merokok, diharapkan late childhood yang merokok dapat mengurangi atau menghentikan perilaku merokok mereka. Dengan melakukan intervensi terhadap keluarga dari late childhood yang merokok. Penemuan penelitian ini adalah keluarga yang merokok bisa menjadi role model bagi perilaku merokok late childhood yang bersangkutan. Selain itu, sikap keluarga yang permisif terhadap perilaku merokok anakanaknya membuat anak beranggapan bahwa rokok tidaklah buruk. Dengan penyuluhan-penyuluhan yang intensif dan informatif, diharapkan keluarga terutama orang tua dapat memiliki pola pikir yang lebih terbuka mengenai bahaya merokok sejak dini.

47 Dengan melarang penjualan rokok terhadap anak dibawah umur akan sangat berdampak positif terhadap pengurangan jumlah late childhood yang merokok. Dengan melarang pemasangan iklan rokok yang dapat dilihat anak-anak. Hal ini pun akan sangat berdampak positif bagi pengurangan jumlah rokok yang di konsumsi late childhood, bahkan dapat mengurangi jumlah anak late childhood yang merokok. Kedua saran terakhir memang cukup sulit untuk dilakukan karena diperlukan intervensi dari pemerintah dan lembaga-lembaga yang berwajib. Namun jika berhasil dilakukan, dapat diprediksi bahwa jumlah anak-anak dibawah umur termasuk late childhood yang merokok akan berkurang drastis. Hal ini akan berdampak positif bagi kesehatan dan pola perkembangan anak yang bersangkutan.