BAB I PENDAHULUAN. Jika kita pelajari sejarah perekonomian Indonesia sejak masa awal Orde

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Wenni Febriani Setiawati, 2015

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan salah satu upaya manusia dalam meningkatkan

I. PENDAHULUAN. untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan suatu bangsa. Dalam upaya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah IMAM NAWAWI, 2014

2016 DAMPAK LINGKUNGAN ALAM DAN SOSIAL KAWASAN INDUSTRI SUKALUYU KABUPATEN CIANJUR

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi, dan (4) keberlanjutan pembangunan dari masyarakat agraris menjadi

INDUSTRIALISASI DAN MIGRASI TENAGA KERJA SEKTOR DI KOTA CILACAP

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. industrialisasi dan pembangunan industri sebenarnya merupakan satu jalur

BAB I PENDAHULUAN. Sumawinata, Guru Besar Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, dan salah satu pemikir besar ekonomi kerakyatan Indonesia.

I. PENDAHULUAN. daerah, masalah pertumbuhan ekonomi masih menjadi perhatian yang penting. Hal ini

I. PENDAHULUAN. meningkatkan taraf hidup masyarakatnya. Indonesia merupakan negara yang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur

I. PENDAHULUAN. (1) pertumbuhan, (2) penanggulangan kemiskinan, (3) perubahan atau

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembangunan jangka panjang, sektor industri merupakan tulang

BAB I PENDAHULUAN. angka pengangguran dapat dicapai bila seluruh komponen masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. besar bagi kesejahteraan suatu bangsa. Pengelolaan sumber daya alam yang

BAB I PENDAHULUAN. dari definisi ini bahwa pembangunan ekonomi mempunyai tiga sifat penting

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian

BAB I PENDAHULUAN. yang disebut perdagangan internasional. Hal ini dilakukan guna memenuhi

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator

BAB I PENDAHULUAN. yaitu pertumbuhan, penanggulangan kemiskinan, perubahan atau transformasi

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembangunan nasional, industri memegang peranan yang sangat

FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS ANDALAS

NARASI MENTERI PERINDUSTRIAN RI Pembangunan Industri yang Inklusif dalam rangka Mengakselerasi Pertumbuhan Ekonomi yang Berkualitas

BAB I PENDAHULUAN. sektor non pertanian merupakan suatu proses perubahan struktur ekonomi.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam konteks desentralisasi ekonomi maka setiap daerah harus kreatif,

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya perekonomian nasional yang optimal. Inti dari tujuan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB IV KEPENTINGAN INDONESIA DALAM PERUMUSAN KEBIJAKAN PERBURUHAN. 95 memang terkait dengan tidak mewajibkan meratifikasi konvensi tersebut.

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan salah satu kegiatan yang dilakukan. suatu negara untuk mengembangkan kegiatan ekonomi dan taraf hidup

pengolahan produksi serta menunjang pembangunan wilayah (Antonius,1993).

2014 ANALISIS LOKASI SEKOLAH DI KECAMATAN PARONGPONG KAB. BANDUNG BARAT

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh negara-negara berkembang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia hingga saat ini masih tergolong negara yang sedang berkembang dengan tingkat pertumbuhan penduduk yang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang terus berupaya

I. PENDAHULUAN. Dalam melaksanakan pembangunan perekonomian di daerah baik pada tingkat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. pertumbuhan ekonomi di suatu wilayah. Ketimpangan ekonomi antar wilayah

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah untuk pembangunan ekonomi. Pembangunan ekonomi memiliki

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. haruslah ditekankan pada pembangunan produksi dan infrastruktur untuk memacu

BAB I PENDAHULUAN. kemiskinan, sekaligus pendukung bagi keberlanjutan pembangunan itu sendiri

BAB I PENDAHULUAN. besar banyak yang mengalami kebangkrutan dan kehancuran karena. terjadinya pergeseran komposisi produk nasional.

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia, terutama persaingan dalam berbagai hal. Persaingan dalam

IV. GAMBARAN UMUM. Pulau Jawa merupakan salah satu bagian dari lima pulau besar di

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi suatu bangsa. Industrialisasi dapat diartikan sebagai suatu proses

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya pendapatan nasional di era globalisasi seperti saat ini

KRISIS EKONOMI DI INDONESIA MATA KULIAH PEREKONOMIAN INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat dalam arti tingkat hidup yang

BAB I PENDAHULUAN. sebagai alat untuk mengumpulkan dana guna membiayai kegiatan-kegiatan

BAB V KINERJA PEREKONOMIAN KABUPATEN/KOTA DI JAWA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. tabungan paksa dan tabungan pemerintah (Sukirno dalam Wibowo, 2012).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. akademisi ilmu ekonomi, secara tradisional pembangunan dipandang sebagai

I.PENDAHULUAN. Pembangunan di negara-negara berkembang lebih ditekankan pada pembangunan

Bab II. Rumusan dan Advokasi Arah Kebijakan Pertanian

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi daerah berorientasi pada proses. Suatu proses yang

I. PENDAHULUAN. Keputusan migrasi didasarkan pada perbandingan untung rugi yang berkaitan

ANDRI HELMI M, SE., MM. SISTEM EKONOMI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. saat ini masih dalam proses pembangunan disegala bidang baik dari sektor

BAB I PENDAHULUAN. bermakana. Peranansektor ini dalam menyerap tenaga kerja tetap menjadi yang

GAMBARAN UMUM PROVINSI DKI JAKARTA Keadaan Geografis dan Kependudukan

TINJAUAN PUSTAKA. serta pendorong dan penarik tumbuhnya sektor sektor ekonomi, dapat. dan pengangguran serta dapat mensejahterakan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Jangka Panjang tahun merupakan kelanjutan

I. PENDAHULUAN. Jawa Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat bertambah sehingga akan meningkatkan kemakmuran masyarakat

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. ilmu tersendiri yang mempunyai manfaat yang besar dan berarti dalam proses

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sektor industri yang dipandang strategis adalah industri manufaktur.

BAB I PENDAHULUAN. saat ini sudah mencapai kondisi yang cukup memprihatinkan. Jumlah penganggur

I PENDAHULUAN. (bisnis) di bidang pertanian (dalam arti luas) dan bidang-bidang yang berkaitan

BAB I PENDAHULUAN. Pada tahun 1997 Perekonomian Indonesia mengalami pasang surut hingga

BAB 1 PENDAHULUAN. pelaksanaan pembangunan nasional dengan bertumpu pada pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan jangka panjang Indonesia mempunyai sasaran utama. terciptanya landasan yang kuat dari bangsa Indonesia untuk tumbuh dan

IDENTIFIKASI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN PERTANIAN MENJADI LAHAN INDUSTRI

Peningkatan Investasi Sektor Industri Ke Seluruh Wilayah Provinsi Dalam Rangka Penyebaran Dan Pemerataan Pembangunan Industri

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ujang Muhaemin A, 2015

I. PENDAHULUAN. terjadinya krisis moneter, yaitu tahun 1996, sumbangan industri non-migas

BAB I PENDAHULUAN. bermatapencaharian sebagai petani. Kondisi geografis negara Indonesia terletak di

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. banyak kebutuhan lainnya yang menghabiskan biaya tidak sedikit. Guna. sendiri sesuai dengan keahlian masing-masing individu.

I. PENDAHULUAN. Kemajuan dan perkembangan ekonomi Kota Bandar Lampung menunjukkan

I.PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan sebagai perangkat yang saling berkaitan dalam

V GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 merupakan. dampak lemahnya fundamental perekonomian Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. prakondisi untuk tinggal landas (preconditions for take off) atau masa transisi,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi dalam periode jangka panjang mengikuti

Perkembangan Indikator Makro Usaha Kecil Menengah di Indonesia

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mampu bertahan dan terus berkembang di tengah krisis, karena pada umumnya

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan atas sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Pembangunan ekonomi adalah proses yang dapat menyebabkan

SARAN / MASUKAN DARI KADIN KALBAR PADA RANCANGAN TEKNOKRATIK RPJMN

A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

Pengaruh Kondisi Usaha Mikro Kecil Dan Menengah (UMKM) Terhadap Pembayaran Pajak Penghasilan

BAB I PENDAHULUAN. perhatian yang khusus oleh pemerintah seperti halnya sektor industri dan jasa.

BAB I PENDAHULUAN. Isu mengenai ketimpangan ekonomi antar wilayah telah menjadi fenomena

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jika kita pelajari sejarah perekonomian Indonesia sejak masa awal Orde Baru, maka akan kita peroleh suatu gambaran perkembangan yang taat asas. Maksudnya, produk unggulan maupun andalan pemasukan devisa secara perlahan namun pasti menunjukkan pergeseran. Hal ini secara langsung juga membawa pengaruh terhadap struktur sosial masyarakat dari budaya pertanian tradisional menjadi budaya industri modern. Perubahan yang terjadi dalam struktur ekonomi maupun struktur sosial sebenarnya merupakan gejala yang sangat wajar bagi suatu negara manapun. Dewasa ini, industri menempati posisi sentral dalam perekonomian suatu negara. Hal ini didasarkan pada perannya yang sangat besar dalam mempercepat proses perkembangan ekonomi suatu negara. Industri juga memberikan dampak menguntungkan yang meluas keberbagai sektor ekonomi lainnya. Dari perkembangan industri akan terkait pengembangan transportasi, energi, keuangan (perbankan) dan perdagangan. Disamping peranannya dalam menciptakan lapangan kerja baru, industri juga dapat memberi pengaruh atas keadaan penduduk. Sektor industri merupakan salah satu indikator perkembangan ekonomi suatu negara, seperti yang dikemukakan oleh Sadono Sukirno (1962:43) bahwa: Salah satu ciri perkembangan ekonomi suatu negara dapat dilihat dari perkembangan sektor industrinya. Pengalaman dari perkembangan ekonomi yang telah berlangsung di negara maju menunjukkan bahwa

2 perkembangan ekonomi harus dibarengi dengan perkembangan sektor industri yang pesat. Pendapat tersebut sejalan dengan yang dikemukakan oleh Dickenson (1992:187) bahwa: tingkat industrialisasi yang tinggi merupakan faktor kunci untuk mewujudkan tingkat kesejahteraan ekonomi yang tinggi di negara maju, karena itu, untuk bisa maju negara-negara dunia ketiga harus mencoba dan mengupayakan industrialisasi seperti apa yang telah dialami negara-negara maju. Saat ini apa yang dikemukakan oleh Dickenson memang tengah diupayakan, negara-negara berkembang telah didorong untuk menciptakan lingkungan yang menarik bagi investor dengan cara mengurangi peran serta pemerintah dalam proses produksi, dan menyediakan ruang yang lebih luas bagi kreasi perkembangan industri, terutama industri kecil dan menengah. Indonesia sebagai negara berkembang mengupayakan pula kemajuan perkembangan ekonominya melalui industrialisasi. Sektor industri telah menjadi tulang punggung pembangunan nasional, proses industrialisasi ini akan lebih dimantapkan sebagai penggerak utama laju pertumbuhan ekonomi dan perluasan lapangan kerja. Selain itu industrialisasi di Indonesia diarahkan untuk mendorong peningkatan kesempatan usaha, peningkatan investasi, pengembangan teknologi, peningkatan ekspor dan peningkatan pemanfaatan sumberdaya ekonomi secara optimal sehingga menghasilkan produk unggulan yang mampu bersaing dengan pasar dalam dan luar negeri. Pemerintah mengharapkan sektor industri ini dapat mempercepat terciptanya masyarakat yang adil, makmur dan sejahtera.

3 Sumaatmadja (1988:183) mengemukakan bahwa : Pembangunan industri (industrialisasi) dimaksudkan untuk meningkatkan pendapatan nasional dan kesejahteraan penduduk, juga harus sejalan dengan pemecahan masalah-masalah lainnya yang sedapat mungkin tidak menimbulkan masalah baru yang lebih gawat, oleh karena itu baik potensi pembangunan industri maupun masalah yang sedang dialami masyarakat dengan negara, harus diteliti sungguh-sunguh. Potensi berbagai daerah dengan segala masalah yang ada pada daerah yang bersangkutan harus diintegrasikan sebagai suatu upaya yang mensejahterakan masyarakat dan daerah yang bersangkutan. Pernyataan tersebut mengisyaratkan bahwa dalam pembangunan industri hendaknya memperhatikan dan mempertimbangkan potensi dan segala hal yang berkaitan dengan kemajuan industri itu sendiri, seperti kondisi geografis, lokasi dan kondisi sosial yang terdapat di daerah. Mengenai kondisi geografis, Sumaatmadja (1988:185) mengemukakan sebagai berikut : Lokasi penyebaran industri ke daerah harus sesuai dengan kondisi geografis daerah yang bersangkutan. Kondisi geografis ini menyangkut potensi daerah yang dapat dikembangkan sebagai sumber daya mineral dan energinya, maupun yang menyangkut transportasi dan komunikasi dengan kondisi fisiknya. Idealnya pembangunan sektor industri harus mampu menyelesaikan masalah-masalah seperti pengangguran dan kemiskinan, sebagaimana yang dikemukakan oleh A. Budiarso (2001:15) bahwa : Peran dari sektor swasta (industri dan jasa) adalah: (a) menjalankan industri, (b) menciptakan lapangan kerja, (c) menyediakan insentif bagi para pegawai, (d) meningkatkan standar hidup bagi masyarakat, (e) menjaga lingkungan, (f) mematuhi hukum, (g) transfer pengetahuan dan teknologi kepada masyarakat, (h) memberikan kredit kepada industri menengah dan kecil. Semua hal tersebut harus dijalankan agar peranan swasta dalam pembangunan nasional dapat benar-benar dirasakan oleh seluruh masyarakat Indonesia.

4 Beberapa negara berkembang telah mendasarkan sebagian besar pembangunan industri mereka pada ekspor pakaian jadi, barang-barang elektronik, dan manufakturing ringan. Indonesia sebagai negara berkembang yang memiliki sumber daya yang melimpah, pangsa pasar dalam negeri yang sangat besar, sangat memungkinkan menjadi basis bagi pembangunan industri yang beraneka ragam. Salah satu jenis industri yang berkembang adalah industri pakaian jadi atau garmen. Industri garmen adalah industri yang mampu menyerap tenaga kerja yang sangat besar dan menjadi penyumbang devisa yang cukup tinggi bagi negara. Pangsa pasar garmen Indonesia di pasar dunia mencapai 1,57 % dengan nilai rata-rata US$ 3,9 miliar per tahun (http://www.majalahtrust.com/ekonomi/investasi/1091.php). Oleh karena itu industri garmen menjadi salah satu industri yang penting dalam perekonomian bangsa Indonesia. Kabupaten Sukabumi merupakan daerah yang memiliki karakteristik perekonomian agraris, dimana sektor pertanian masih mendominasi perekonomian daerah, sedangkan sektor industri berada pada posisi ketiga setelah sektor perdagangan. Pada periode tahun 1990-an Kabupaten Sukabumi masih dikelompokkan pada daerah yang masih tradisional dengan kontribusi sektor industri di bawah angka sepuluh persen. Namun, memasuki tahun 2001 terjadi pertumbuhan yang cukup signifikan yaitu dengan melonjaknya kontribusi sektor industri menjadi dua puluh kali lipat. Hal ini menandai mulai bergesernya tatanan perekonomian Kabupaten Sukabumi ke arah industrialisasi.

5 Sektor perindustrian (termasuk industri garmen) memberikan kontribusi yang cukup besar dalam perkembangan perekonomian Kabupaten Sukabumi yakni rata-rata sebesar 16,84 persen tiap tahunnya. Sebagian besar industri garmen yang terdapat di daerah ini adalah industri besar dan padat modal sehingga industri ini mampu menyerap tenaga kerja yang cukup banyak. Tingginya tingkat penyerapan tenaga kerja yang mampu diserap oleh sektor industri ini, menjadikan industri garmen sebagai salah satu prioritas industri yang cukup mendapatkan perhatian pemerintah Kabupaten Sukabumi. Industri garmen di Kabupaten Sukabumi tersebar dibeberapa kecamatan yaitu Kecamatan Cicurug, Cibadak, Parungkuda, Cisaat, Nagrak, Cidahu, Cisolok, dan Cikembar. Industri ini selalu mengalami perkembangan setiap tahunnya. Pada awal tahun 1990-an jumlahnya tidak lebih dari dua puluh unit, tetapi mulai tahun 1996 pertambahannya cukup pesat. Hingga saat ini jumlah seluruh industri garmen yang terdapat di Kabupaten Sukabumi sebanyak 71 unit dengan jumlah tenaga kerja yang mampu diserap sebanyak 24558 orang, dengan nilai investasi lebih dari 1,159 triliun rupiah (Disperindag Kab. Sukabumi). Perkembangan industri garmen di Kabupaten Sukabumi dalam rentang waktu 15 tahun yaitu dari tahun 1997-2007 adalah 48,75 % per tahun, atau rata-rata pertambahan lima unit usaha setiap tahunnya. Konsentrasi industri garmen paling banyak terdapat di Kecamatan Cicurug yaitu sebanyak 16 unit perusahaan dengan tingkat pertumbuhan rata-rata 18,75 % atau rata-rata satu unit usaha setiap tahunnya. Jumlah tenaga kerja yang mampu diserap sebanyak 9271 orang.

6 Kecamatan Cicurug merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Sukabumi yang paling banyak memiliki kegiatan industri garmen. Perkembangan industri ini tentu didukung oleh berbagai faktor yang mempengaruhinya. Faktorfaktor pendukung tersebut antara lain lokasi yang strategis, akses jalan menuju ibu kota negara yang relatif dekat, sumber daya yang melimpah, upah tenaga kerja yang murah, harga sewa lahan yang relatif murah, serta faktor sarana dan prasarana transportasi yang menghubungkan Kecamatan Cicurug dengan wilayah lainnya yang terus membaik. Sebagian besar kawasan industri garmen di Kecamatan Cicurug terkonsentrasi di sepanjang jalan propinsi yang menghubungkan Kabupaten Sukabumi dengan Kabupaten Bogor, penyebarannya dominan dibagian barat Kecamatan Cicurug. Wilayah tersebut merupakan lokasi yang paling strategis dibandingkan dengan wilayah lainnya. Lokasi perusahaan di suatu tempat tidak dapat dipandang terlepas dari pengaruhnya terhadap lingkungan masyarakat di sekitarnya. Demikian halnya keberadaan industri garmen di Kecamatan Cicurug akan memberikan dampak bagi masyarakat setempat baik yang terlibat secara langsung maupun tidak langsung, perubahan itu memasuki berbagai aspek kehidupan penduduknya. Perubahan yang dirasakan secara langsung adalah terbukanya lapangan kerja baru bagi penduduk. Tersedianya lapangan kerja baru tentu akan berpengaruh terhadap orientasi mata pencaharian penduduk setempat. Reorientasi mata pencaharian penduduk diharapkan dapat menjadi peluang besar bagi perbaikan pendapatan, pendidikan, kepemilikan fasilitas hidup yang lebih baik, serta berbagai aspek kehidupan lainnya.

7 Industrialisasi memang selalu menjanjikan peningkatan devisa negara, pendapatan asli daerah, penyediaan lapangan kerja, maupun peningkatan kesejahteraan masyarakat. Tetapi tidak jarang industrialisasi malah menciptakan marginalisasi masyarakat lokal dan kerusakan lingkungan. Banyak industri yang berjalan mulus, seperti halnya pertumbuhan industri garmen di Kecamatan Cicurug, tetapi tidak sedikit proyek industri yang menghadapi perlawanan dari penduduk setempat, bahkan tidak jarang justeru menimbulkan trauma sosialekonomi bagi mayarakat. Berdasarkan latar belakang di atas, penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian dengan mengangkat judul Pengaruh keberadaan industri garmen terhadap kondisi sosial ekonomi penduduk di Kecamatan Cicurug Kabupaten Sukabumi. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas dan untuk memberikan arah pada penelitian ini, maka penulis membatasi masalahnya sebagai berikut : 1. Bagaimanakah pengaruh keberadaan industri garmen terhadap mata pencaharian penduduk? 2. Bagaimanakah pengaruh keberadaan industri garmen terhadap tingkat pendapatan penduduk? 3. Bagaimanakah pengaruh keberadaan industri garmen terhadap tingkat pendidikan penduduk?

8 4. Bagaimanakah pengaruh keberadaan industri garmen terhadap tingkat kepemilikan fasilitas hidup penduduk? C. Definisi Operasional Dalam penelitian ini terdapat beberapa istilah yang perlu dijelaskan berkaitan dengan makna istilah dalam konteks penelitian ini. Beberapa istilah yang dimaksud antara lain: 1. Industri Garmen Industri menurut Sandy (1988:48) adalah usaha untuk memproduksi barang-barang jadi dalam jumlah besar sehingga barang-barang itu diperoleh dengan harga satuan rendah, tetapi dengan mutu setinggi mungkin. Garmen menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002:337) adalah pakaian jadi. Menurut Arifah A. Riyanto (2003:276) Garmen adalah usaha besar dalam bidang busana dengan jangkauan pasar umumnya sudah mencapai taraf global. Sejalan dengan yang dikatakan oleh Joanne Blair dalam Mulyati (2003:8) bahwa Industri garmen adalah salah satu bentuk usaha bidang busana yang memproduksi busana dalam jumlah besar dari tiap varian produknya. Jadi dapat dikatakan bahwa industri garmen adalah suatu lapangan usaha yang khusus membuat pakaian jadi. Adapun ciri khusus pakaian jadi yang diproduksi industri garmen yaitu ukuran standar, jenis kain, teknik jahit dan garnitur pakaian, model pakaian yang diproduksi dengan model yang sama dan sederhana dalam jumlah yang banyak.

9 2. Kondisi Sosial Ekonomi Kondisi sosial ekonomi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah gambaran umum mengenai keadaan atau tingkat sosial ekonomi penduduk yang berada di Kecamatan Cicurug Kabupaten Sukabumi. Kondisi sosial ekonomi tersebut meliputi: Mata pencaharian, dengan menganalisis orientasi mata pencaharian penduduk, sebelum dan sesudah ada industri garmen. Pendapatan, dengan menganalisis tingkat pendapatan sebelum dan sesudah ada industri garmen. Pendidikan, dengan menganalisis tingkat kesadaran pendidikan sebelum dan sesudah ada industri garmen. Kepemilian fasilitas hidup, dengan menganalisis tingkat kepemilikan fasilitas hidup sebelum dan sesudah ada industri garmen. 3. Penduduk Penduduk menurut UU No. 10 Tahun 1992 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Sejahtera adalah Orang dalam matranya sebagai diri pribadi, anggota keluarga, anggota masyarakat, warga negara, dan himpunan kuantitas yang bertempat tinggal di suatu tempat dalam batas wilayah negara pada waktu tertentu. Penduduk dapat juga diartikan sebagai orang yang secara hukum berhak tinggal di suatu daerah. Sedangkan penduduk dalam pengertian sosiologi adalah kumpulan manusia yang menempati wilayah geografis dan ruang tertentu. Adapun penduduk yang dimaksud dalam penelitian

10 ini adalah penduduk Kecamatan Cicurug yang berada di sekitar lokasi industri garmen. D. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran mengenai kecenderungan pengaruh keberadaan industri garmen terhadap kondisi sosial ekonomi penduduk di Kecamatan Cicurug Kabupaten Sukabumi, yaitu untuk mendapatkan gambaran mengenai : 1. Kecenderungan pengaruh keberadaan industri garmen terhadap mata pencaharian penduduk di Kecamatan Cicurug. 2. Kecenderungan pengaruh keberadaan industri garmen terhadap tingkat pendapatan penduduk di Kecamatan Cicurug. 3. Kecenderungan pengaruh keberadaan industri garmen terhadap tingkat kesadaran penduduk untuk mendapatkan pendidikan. 4. Kecenderungan pengaruh keberadaan industri garmen terhadap tingkat kepemilikan fasilitas hidup penduduk di Kecamatan Cicurug E. Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah: 1. Dapat mengetahui informasi dengan jelas dan lengkap mengenai pengaruh keberadaan industri garmen di Kecamatan Cicurug Kabupaten Sukabumi.

11 2. Sebagai bahan masukan bagi pemerintah Kabupaten Sukabumi dalam upaya pengembangan sektor industri garmen di Kabupaten Sukabumi. 3. Memberikan pengalaman, pendalaman, dan pengayaan keilmuan bidang geografi bagi penulis khususnya.