BAB I PENDAHULUAN. mengoptimalkan proyek-proyek yang sudah ada dengan alasan:

dokumen-dokumen yang mirip
Pemodelan Near Field Scouring Pada Jalur Pipa Bawah Laut SSWJ PT. PGN

ANALISIS KAPASITAS SLUG CATCHER DI STASIUN BOJONEGARA PADA PROYEK SOUTH SUMATRA-WEST JAVA GAS PIPELINE

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG. Gas bumi merupakan sumber energi yang kandungannya berlimpah di tanah air.

PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk. Lainnya: Press Release - PGN Jamin Pasokan Gas PLTGU Muara Tawar

1.1 LATAR BELAKANG BAB

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB VII PERHITUNGAN RINCI PENGEMBANGAN SISTEM DISTRIBUSI AIR BERSIH UTAMA KOTA NIAMEY

BAB I PENDAHULUAN. PT. Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk, (PGN) merupakan perusahaan

HASIL PEMERIKSAAN BPK ATAS KETEPATAN SASARAN REALISASI BELANJA SUBSIDI ENERGI (Tinjauan atas subsidi listrik)

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dapat terpenuhi secara terus menerus. mengakibatkan kegagalan operasi pada transformator.

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai salah satu perguruan tinggi negeri di Indonesia, Universitas

COMPANY PROFILE PT GAGAS ENERGI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. maka kegiatan pemerintahan yang berkaitan dengan hukum dan perundangundangan

FULL DEVELOPMENT OF PIPELINE NETWORKING AT X FIELD

2018, No Peraturan Pemerintah Nomor 67 Tahun 2002 tentang Badan Pengatur Penyediaan dan Pendistribusian Bahan Bakar Minyak dan Kegiatan Usah

PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk. Lainnya: Keterbukaan Informasi: PGN dan Hoegh-Rekind Tandatangani Kontrak LO&M dan EPCIC Medan LNG FSRF

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk adalah perusahaan yang bergerak

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk. Tanggal dan Jam 30 Nop :28:04 Laporan Hasil Public Expose

LOGO PERBANDINGAN ANALISA FREE SPAN MENGGUNAKAN DNV RP F-105 FREESPANING PIPELINE DENGAN DNV 1981 RULE FOR SUBMARINE PIPELINE

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 DATA DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. PT Perusahaan Gas Negara (Persero), Tbk disingkat PGN adalah sebuah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1. BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Kebutuhan Energi Domestik (5) Sumatera 22,6% Jawa 56,9% Kalimantan 9% Sulawesi Bali & NT.

PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk. Lainnya: Keterbukaan Informasi - Press Release PGN Memenuhi Kebutuhan Gas Untuk Industri di Jawa Timur

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Sidang Tugas Akhir (MO ) Oleh Muhammad Catur Nugraha

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya. Oleh sebab itu propinsi-propinsi yang berkembang dan padat

BAB IV HASIL DAN PENGUJIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Pemanfaatan potensi..., Andiek Bagus Wibowo, FT UI, Universitas Indonesia

BAB I P E N D A H U L U A N. sebagai sarana untuk memperlancar mobilisasi barang dan jasa serta sebagai

BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISA

PERENCANAAN STRUKTUR CHIMNEY (CEROBONG ASAP) DI PLTU KABUPATEN LAHAT SUMATERA SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II DATA PROYEK DATA UMUM PROYEK

ANALISIS INVESTASI PROYEK PEMBANGUNAN TERMINAL LIQUEFIED NATURAL GAS (LNG) DI LABUAN MARINGGAI BERDASARKAN ANALISA BEBAN MODAL

BAB I PENDAHULUAN. reasonable, karena kekurangan pasokan daya tentu paling tepat diatasi

2016, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Presiden tentang Tata Cara

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan secara vertikal yaitu Pembangunan gedung bertingkat. bangunan gedung yang tepat sangat diperlukan.

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENETAPAN DAN PENANGGULANGAN KRISIS ENERGI DAN/ATAU DARURAT ENERGI

RINGKASAN PORTOFOLIO IIF Sampai dengan Desember 2016

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia kaya akan sumber daya alam. Salah satunya adalah gas bumi.

2015, No Sumber Daya Mineral tentang Ketentuan dan Tata Cara Penetapan Alokasi dan Pemanfaatan Serta Harga Gas Bumi; Mengingat : 1. Undang-Und

MENTERI ENERG! DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA

Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

2016, No Tahun 2004 tentang Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi sebagaimana telah dua kali diubah terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nom

NATURAL GAS TO LIQUIFIED NATURAL GAS

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR SEKTOR ESDM

BAB I PENDAHULUAN. Ada beberapa hal yang menyebabkan banyaknya bangunan tinggi diberbagai

BAB I PENDAHULUAN. dampak pada perubahan pola kehidupan sosial masyarakat dengan trend

I. PENDAHULUAN. listrik. Dimanapun kita tinggal, listrik sudah menjadi kebutuhan primer yang

2016, No Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 2004 tentang Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (Lembaran Negara Republik lndonesia Tahu

BAB I PENDAHULUAN. Industri minyak dan gas bumi merupakan salah satu sektor penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. bertulang, mulai dari jembatan, gedung - gedung perkantoran, hotel,

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Batu bara

Laporan Tugas Akhir Rekayasa Nilai Pembangunan RS Mitra Husada Slawi 29

BAB I PENDAHULUAN. Pasal 33 ayat (3) bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh

menambatkan kapal untuk melakukan bongkar-muat bahan baku, batu bara, pupuk impact, dan pupuk curah. Selain untuk kegiatan impor bahan baku, dermaga

PENGUMUMAN PENGADAAN No Peng/LG.01.00/KP-LOG/2014

BAB I PENDAHULUAN. apabila terjadi gangguan di salah satu subsistem, maka daya bisa dipasok dari

BAB I PENDAHULUAN. sektor minyak dan gas bumi. Pengusahaan kekayaan alam ini secara konstitusional

Tugas Akhir KL 40Z0 Penilaian Resiko Terhadap Pipa Bawah Laut Dengan Sistem Skoring BAB V PENUTUP

BAB I LATAR BELAKANG

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. berinvestasi dalam bentuk investasi berwujud seperti emas, tanah ataupun rumah. Akan

BAB I PENDAHULUAN SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 5,1% dan akan. mengalami peningkatan menjadi sebesar 5,2% pada tahun 2015.

BAB III PROFIL PERUSAHAAN

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Fasilitas rumah atau asrama yang dikhususkan untuk tempat tinggal

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2004 TENTANG KEGIATAN USAHA HILIR MINYAK DAN GAS BUMI

Model Jaringan. Asumsikan himpunan C sebagai himpunan simpul yang terhubung dan C sebagai himpunan simpul yang tidak terhubung.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pramudiani Ayu Prihastiti, 2015

FORM INSPEKSI. f. Issue Lingkungan : Air/ Udara/ Bunyi/ Keterangan : g. Analisis Resiko : Banjir/ Kebakaran/ Longsor/ Keamanan/

BAB I PENDAHULUAN. melonjak dengan tinggi dan cepat, khususnya kebutuhan listrik bagi rumah

BAB I PENDAHULUAN. I. 1. Latar Belakang. Banyak faktor yang mempengaruhi perkembangan dan kemajuan suatu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Tugas Akhir (ME )

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Peran dan Karakteristik Angkutan Kereta Api Nasional

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH NASIONAL (RPJMN) TERKAIT BAHAN BAKAR UNTUK KENDARAAN BERMOTOR

Diperlukannya dermaga untuk fasilitas unloading batubara yang dapat memperlancar kegiatan unloading batubara. Diperlukannya dermaga yang dapat

Perancangan Mesin Pengangkut Produk Bertenaga Listrik (Electric Low Loader) PT. Bakrie Building Industries BAB III

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Peran dan Karakteristik Angkutan Kereta Api Nasional

Materi Paparan Menteri ESDM Strategi dan Implementasi Program MW: Progres dan Tantangannya

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. disesuaikan dengan tema bangunan yaitu sebuah fasilitas hunian yang

PERBANDINGAN AD WIKA DAN USULAN AD WIKA ANGGARAN DASAR PADA SAAT INI PENYESUAIAN ANGGARAN DASAR REFERENSI

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Di jaman modern seperti sekarang ini, listrik menjadi kebutuhan yang amat

PERENCANAAN KONSTRUKSI DINDING PENAHAN TANAH UNDERPASS JEMURSARI SURABAYA

Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

BAB III METODOLOGI. LAPORAN TUGAS AKHIR III 1 Perencanaan Struktur Gedung Perkantoran Badan Pusat Statistik

MODIFIKASI PERENCANAAN STRUKTUR BAJA KOMPOSIT PADA GEDUNG PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS NEGERI JEMBER

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara yang memiliki cadangan gas alam yang melimpah. Akan tetapi sampai saat ini Indonesia masih menjadi negara importir gas dari negara lain. Hal tersebut terjadi antara lain karena terbatasnya infrastruktur dan rendahnya tingkat investasi. Pemerintah berusaha untuk mengoptimalkan proyek-proyek yang sudah ada dengan alasan: 1. tingkat konsumsi energi di Indonesia yang meningkat terutama di sektor industri dan transportasi, 2. keinginan pemerintah untuk mengurangi ketergantungan import gas alam. Perusahaan Gas Negara (PGN) adalah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak di bidang penyedia dan distributor gas alam. Melihat permintaan energi yang semakin meningkat, PGN membangun jalur pipa transmisi dan jalur pipa distribusi yang menghubungkan sumber gas alam yang terletak di Sumatra Selatan dengan konsumen yang ada di Jawa Barat melalui proyek South Sumatra-West Java Gas Pipeline (SSWJ) yang terdiri dari dua fase yaitu, Pagar Dewa-Bojonegara (fase I) dan Pagar Dewa-Muara Bekasi (fase II). Tujuan pembangunan proyek SSWJ ini adalah untuk mengatasi kekurangan pasokan gas bumi dalam negeri terutama di daerah Jawa Barat. Hal ini dikarenakan daerah ini memiliki permintaan gas alam yang tinggi, yaitu dari 1

2 sektor pembangkit listrik, industri, rumah tangga, dan transpotasi. Proyek SSWJ ini meliputi pembangunan pipa onshore dan offshore dan juga stasiun transmisi dan distribusi. Salah satu bagian dari SSWJ adalah Stasiun Bojonegara yang dibangun dalam paket kontrak CP-B (Contract Package Bojonegara Station) SSWJ Phase-I. Stasiun Bojonegara merupakan stasiun penerima dan distribusi yang berlokasi di Cilegon dengan luas area 220x220 m 2. Pemilihan Cilegon sebagai lokasi stasiun penerima dikarenakan banyaknya industri yang terdapat di sekitar kota ini dengan maksud efisiensi rute distribusi. Gas yang berasal dari Stasiun Bojonegara ini akan didistribusikan ketiga area, yaitu Serpong, Krakatau Daya Listrik (KDL) yang berada di Cilegon, dan Jawa Barat. Proyek pelaksanaan konstruksi dari SSWJ Phase-I dimulai dengan proyek offshore pipeline (CP-2) yang menghubungkan Labuhan Maringgai- Stasiun Bojonegara. Salah satu target dari SSWJ Phase-I di akhir tahun 2006 adalah mendistribusikan gas ke KDL. Dikarenakan keterlambatan persiapan pembangunan Stasiun Bojonegara dan belum tersedianya jalur pipa permanen yang digunakan untuk mendistribusikan gas ke KDL, maka PGN membangun sistem penerima gas yang bersifat sementara sampai pembangunan Stasiun Bojonegara dan jalur pipa permanen ke KDL selesai. Sistem tersebut dinakamakan MMF (Minimum Modified Facilities) yang terdiri dari Slug Catcher, Regulator Unit, Gas Filter, dan Odorizer System. Peralatan yang digunakan dalam sistem MMF diambil dari fasilitas di stasiun lain, baik yang sudah berjalan maupun yang masih dalam proses pembangunan, contohnya Slug Catcher seperti

3 pada gambar 1.1 yang diambil dari SSWJ Phase-II di Labuhan Maringgai. Dari sistem MMF ini gas yang diterima di Stasiun Bojonegara didistribusikan melalui jalur pipa West Java Distribution (CP-4) yang saat itu telah selesai dipasang. Gambar 1.1 Tampak Samping Slug Catcher Eksisting di Stasiun Bojonegara Pada bulan Maret 2007, gas dari proyek SSWJ dapat mengalir ke KDL. Dikarenakan beberapa peralatan yang digunakan di sistem MMF harus segera dikembalikan ke tempat asalnya, maka pembangunan fasilitas di Stasiun Bojonegara diprioritaskan pada Outlet Gas Scrubber dan Pipa by pass 20 yang nantinya akan menggantikan sistem MMF untuk mendistribusian gas dengan kapasitas yang lebih besar. Pada awal tahun 2007 fasilitas MMF sudah dapat dibongkar dan dikembalikan ke tempat asalnya. Pembangunan fasilitas permanen di Stasiun Bojonegara dimulai pada April 2007. Namun dikarenakan pertimbangan dari segi teknis dan waktu, Slug Catcher yang seharusnya diperuntukan untuk SSWJ Phase-II Labuhan Maringgai tidak dibongkar dan menjadi salah satu fasilitas permanen di Stasiun Bojonegara.

4 Akhirnya pada bulan September 2009 pembangunan fasilitas permanen Stasiun Bojonegara telah selesai dan beroperasi sampai sekarang. 1.2 Rumusan Masalah Slug Catcher yang terdapat di Stasiun Bojonegara saat ini adalah Slug Catcher yang diperuntukan untuk Labuhan Maringgai pada proyek SSWJ Phase- II. Desain Slug Catcher tersebut tidak sesuai dengan tekanan dan flow rate maksimum gas yang akan dialirkan di Stasiun Bojonegara. Untuk saat ini hal tersebut memang tidak menjadi masalah karena flow rate dan tekanan gas yang dialirkan pada stasiun tersebut memang belum maksimal. Sesuai dokumen kontrak, nantinya gas yang akan dialirkan adalah pada tekanan dan flow rate maksimum. Oleh sebab itu perlu dilakukan analisis kapasitas Slug Catcher eksisting pada tekanan dan flow rate gas maksimum. Apabila kapasitas Slug Catcher eksisting tidak memenuhi maka akan berakibat fatal yang akan berpengaruh pada jalannya sistem distribusi. Ada beberapa alternatif solusi yang direkomendasikan apabila kapasitas Slug Catcher eksisting tidak memenuhi. 1. Menambahkan Slug Catcher baru, dimana Slug Catcher baru tersebut didesain sesuai dengan kurangnya kapasitas pada Slug Catcher eksisting. 2. Mengganti Slug Catcher eksisting dengan Slug Catcher baru yang didesain sesuai dengan kapasitas yang dibutuhkan.

5 Pengambilan keputusan mengenai masalah tersebut juga perlu dipertimbangkan faktor-faktor lain yang berpengaruh agar mendapatkan solusi yang efektif dan efisien. 1.3 BatasanMasalah Adapun batasan masalah dalam penulisan ini meliputi : 1. Perhitungan kesetimbangan uap-cair untuk mendapatkan jumlah mol fase gas dan fase cair digunakan persamaan Antoine. 2. Perhitungan desain hanya dibatasi mengenai dimensi dari Slug Catcher dan struktur yang menopang Slug Catcher tersebut, tidak termasuk nozzle dan saddle. 3. Dimensi pile yang akan digunakan dalam perancangan, mengikuti dimensi pile eksisting. 4. Spesifikasi material yang digunakan, berdasarkan Doc.No.003B-52-S- SP-001-A4. a. Beton bertulang dengan f c = 35 MPa b. Baja tulangan dengan fy = 240 MPa untuk diameter 12 mm (Bj TP) fy = 400 MPa untuk diameter > 12 mm (Bj TD) 5. Analisis dan pembahasan pada penulisan ini tidak membahas mengenai tinjauan ekonomisnya.

6 1.4 Keaslian Tugas Akhir Berdasarkan pengamatan dan penelusuran referensi yang telah dilakukan penulis, judul tugas akhir Analisis Kapasitas Slug Catcher di Stasiun Bojonegara pada Proyek South Sumatra-West Java Gas Pipeline belum pernah dilakukan oleh penulis yang lain. 1.5 Tujuan dan Manfaat Tugas Akhir Tujuan dan manfaat tugas akhir ini adalah : 1. Menganalisis kelayakan kapasitas Slug Catcher eksisting pada tekanan dan flow rate gas maksimum yang akan dialirkan di Stasiun Bojonegara. Jika kapasitasnya memenuhi maka tidak perlu dilakukan rekonstruksi ulang. Bila kapasitas tidak memenuhi maka perlu dicari solusi yang efektif dan efisien. 2. Pengembangan ilmu yang telah di dapat selama masa studi.