BAB I PENDAHULUAN. potensi sumber daya yang dimiliki suatu negara, baik berupa kekayaan alam

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. faktor yang ikut mendorong pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan

BAB I PENDAHULUAN. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) berasal dari pajak. Sehingga tidak dapat dipungkiri lagi bahwa Wajib Pajak merupakan

BAB I PENDAHULUAN. memaksimalkan target pemasukan sumber dana negara. Pemasukan sumber

: Pelaksana Seksi Ekstensifikasi Perpajakan KPP Pratama Serpong. 1. Apa tujuan yang melatarbelakangi kegiatan ekstensifikasi Wajib Pajak di

BAB I PENDAHULUAN. penerimaan negara dari pajak juga perlu ditingkatkan karena pajak merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Untuk memenuhi dana pembangunan Negara, Pemerintah. masyarakat Indonesia, karena berdasarkan tax ratio Indonesia dengan

Susanti, Liberti Pandiangan

BAB I PENDAHULUAN. Tanpa pajak akan sangat mustahil sekali negara ini dapat melakukan

BAB I PENDAHULUAN. sampai dengan tahun 2012 terlihat pada tabel berikut ini: Tabel 1.1 Perkembangan Penerimaan Pajak (triliun rupiah)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pemerintah selalu ingin mensejahterakan rakyatnya dan ini dapat dilihat

BAB I PENDAHULUAN. sejak saat itulah Indonesia menganut Self Assessment System. di Indonesia memberi kepercayaan kepada pengusaha kena pajak dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang yang dapat

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. pendaftaran NPWP bagi Wajib Pajak potensial di wilayah kerja KPP Pratama Jakarta

BAB I PENDAHULUAN. Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945 bertujuan mewujudkan tata. Tujuan yang luhur demikian itu hanya dapat diwujudkan melalui

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat Indonesia. Sebagian masyarakat telah menganggap pajak sebagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pajak merupakan sumber pendapatan utama negara yang digunakan

BAB 1 PENDAHULUAN. pajak dapat memperbaiki hal tersebut dan menjadi solusi yang efektif.

BAB I PENDAHULUAN. wilayah Asia Tenggara dengan jumlah penduduk mencapai lebih dari 250 juta

BAB 1 PENDAHULUAN. perpajakan Indonesia dari sistem Official Assessment ke sistem Self Assessment.

BAB I PENDAHULUAN. dari negara. Seperti yang tercantum dalam pancasila, sila ke-5 yang berbunyi :

BAB I PENDAHULUAN. Dalam melaksanakan pemerintahan suatu negara, terutama di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. pajak dan juga petugas pajak agar pembangunan dapat terwujud.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dari tahun ke tahun kontribusi pajak pada penerimaan negara terus

BAB I PENDAHULUAN. pajak sebesar 70% terhadap total penerimaan negara. Kontribusi tersebut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kontribusi terbesar penerimaan negara Indonesia saat ini berasal dari sektor

BAB I PENDAHULUAN. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) adalah rencana

BAB I PENDAHULUAN. Pemungutan Pajak Daerah dalam upaya peningkatan pendapatan asli. secara terus menerus melalui penggarapan sumber-sumber baru dan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan perekonomian global terutama di Indonesia, ikut memacu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. disebabkan masih banyak masyarakat yang tidak mengetahui dengan baik

BAB I PENDAHULUAN. macam kemudahan, kecepatan akses informasi, efektifitas dan efisiensi pekerjaan

BAB I PENDAHULUAN. langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran

BAB 1 PENDAHULUAN. Pajak digunakan untuk membiayai pembangunan yang berguna bagi

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 6 Tahun diubah/disempurnakan dalam Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009, pajak

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. pengaruh ektensifikasi Wajib Pajak dan Intensifikasi Pajak dalam meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara berkembang memiliki tujuan untuk mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan sumber penerimaan utama Negara yang digunakan untuk

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah dalam membenahi semua sektor, terutama sektor perekonomian. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. terus meningkat. Konstribusi pajak yang terus mengalami peningkatan pada

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan, pemerintah mengandalkan sumber-sumber penerimaan negara. Nota Keuangan dan APBN Indonesia tahun 2015 yang diunduh dari

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa sekarang ini, pemerintah sangat mengandalkan penerimaan dari

Bab 1. Pendahuluan. Pajak merupakan sumber penerimaan utama negara yang digunakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pajak adalah iuran wajib yang dibayarkan oleh warga negara kepada

KONTRIBUSI PAJAK PENGHASILAN ORANG PRIBADI (PPh OP) TERHADAP PENERIMAAN PAJAK PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PATI

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan dalam pelaksanaan pembangunan. Pengeluaran utama negara adalah

BAB I PENDAHULUAN. Bangunan (PBB), Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB).

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Analisis Sunset Policy Terhadap Jumlah Wajib Pajak Terdaftar

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara hukum yang berdasarkan Pancasila dan

BAB I PENDAHULUAN. Negara Republik Indonesia merupakan negara hukum berlandaskan Pancasila dan

BAB I PENDAHULUAN. Pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan undang-undang (yang

BAB 4 EVALUASI DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. pajak bersedia memenuhi kewajibannya untuk membayar pajak, tentunya akan

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan tulang punggung penerimaan negara dan digunakan untuk

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan demi tercapainya kesejahteraan dan kemakmuran rakyat, sesuai

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Negara Indonesia adalah Negara yang sedang giat-giatnya melakukan

BAB I PENDAHULUAN. sumber dana yang penting bagi pembiayaan nasional. yaitu mulai berlakunya sistem pemungutan pajak self assessment system sejak

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan penerimaan negara dengan melakukan tax reform. Tax reform adalah

BAB I PENDAHULUAN. potensial. Undang Undang Pajak, sebagai bagian dari hukum di Indonesia yang

BAB I PENDAHULUAN. infrastruktur dan lainnya, tidak terkecuali dengan Negara Indonesia. Untuk

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menjalankan sebuah pemerintahan, Negara membutuhkan dana

BAB I. Pajak merupakan sumber penerimaan negara yang paling potensial. Pemasukan dari pajak diharapkan terus meningkat salah satunya dengan membuat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dirumuskan dalam Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar kekuasaan belaka. Begitu pula dengan kewenangan negara untuk

SE - 113/PJ/2010 PENGGALIAN POTENSI DAN PENGAMANAN PENERIMAAN PAJAK WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI BARU

BAB I PENDAHULUAN. tujuan tersebut, maka pemerintah perlu banyak memperhatikan masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian An Inquiry Into The Nature and Causes of the Wealth of Nation

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung terus-menerus dan berkesinambungan yang bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. pengeluaran pemerintah dan pembangunan. Penerimaan pajak digunakan

BAB III OBJEK PENELITIAN. Januari 2002 di Jalan Letjen S. Parman Nomor 102, Jakarta Barat berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. dapat dilakukan oleh setiap warga negara yaitu dengan membayar pajak. Sesuai

BAB IV PEMBAHASAN. penerimaan pajak. Dalam meningkatkan penerimaan negara tersebut. Undang-undang, dan reformasi perpajakan.

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional adalah kegiatan yang terus-menerus berlangsung secara

BAB I PENDAHULUAN. meningkat seiring dengan peningkatan pembangunan itu sendiri. Salah satu sumber pendanaan proyek pembangunan yang dilakukan oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. negara Indonesia saat ini bersumber dari dalam negeri yaitu pajak. yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak

BAB I PENDAHULUAN. Penerimaan pajak merupakan sumber dana bagi pemerintah yang digunakan

PENGARUH PEMAHAMAN PROSEDUR PERPAJAKAN TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK BADAN DALAM MEMENUHI KEWAJIBAN PAJAK PENGHASILAN DI KPP PRATAMA KLATEN

BAB 1 PENDAHULUAN. orang pribadi atau badan yang besifat memaksa berdasarkan undang-undang,

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan masyarakat dan perkembangan zaman, di antaranya dengan. mengembangkan e-government sebagai trend global birokrasi.

BAB I PENDAHULUAN. kepada keadilan sosial. Untuk dapat mencapai tujuan tersebut, negara harus

BAB I PENDAHULUAN. tersebut sesuai dengan Pasal 2 Ayat (1) Undang-Undang nomor 16 tahun 2009

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

DAFTAR KANWIL DJP DAN KPP BERDASARKAN KELOMPOK TARGET RASIO KEPATUHAN PENYAMPAIAN SPT TAHUN 2017

BAB I PENDAHULAN. perundang undangan. Setiap wajib pajak dituntut untuk memahami. semua aturan perpajakan yang berlaku. Tetapi tidak semua semua wajib

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penulisan

BAB I PENDAHULUAN. dalam pembiayaan pemerintah dan pembangunan sangatlah penting. Dengan

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Bhayangkara Jaya

BAB I PENDAHULUAN. langsung dan digunakan untuk membayar pengeluaran-pengeluaran negara yang

BAB I PENDAHULUAN. seluruh negara di dunia.. Sehingga tidak bisa dipungkiri tuntutan ekonomi dalam memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah mengandalkan berbagai pemasukan negara sebagai sumber

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sumber penerimaan negara di peroleh dari berbagai sektor, baik sektor

BAB I PENDAHULUAN. berlangsungnya pembangunan yang berkesinambungan. Pemerintah melalui Dirjen

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional dan pertumbuhan perekonomian perlu melakukan

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintahan dan pembangunan di negara kita ini, tentu membutuhkan

Pengertian pajak menurut Pasal 1 UU No.28 Tahun 2007 tentang Ketentuan. Umum dan Tata Cara Perpajakan adalah Kontribusi wajib pajak kepada kas negara

BAB I PENDAHULUAN. Sumber pendanaan dan pemasukan bagi Negara berasal dari pajak yang

BAB II LANDASAN TEORI. bukunya Mardiasmo (2011 : 1) :

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam menjalankan pemerintahan dan pembangunan, pemerintah membutuhkan dana yang tidak sedikit. Dana tersebut dikumpulkan dari segenap potensi sumber daya yang dimiliki suatu negara, baik berupa kekayaan alam maupun iuran dari masyarakat. Salah satu bentuk iuran masyarakat adalah pajak. Sebagai unsur penerimaan negara disamping penerimaan dalam negeri lainnya, penerimaan negara dari sektor pajak dirasakan semakin penting. Kontribusi penerimaan pajak terhadap penerimaan negara diharapkan semakin meningkat dari tahun ke tahun, seiring dengan menurunnya peranan minyak dan gas bumi terhadap penerimaan negara dan dengan adanya keinginan pemerintah untuk meningkatkan kemandirian bangsa Indonesia dalam membiayai pembangunan dan pemerintahan melalui partisipasi aktif masyarakat berupa pajak. Keinginan pemerintah Indonesia adalah tepat sebagaimana halnya yang terjadi pada pemerintahan di negara lain. Sumber utama penerimaan di negaranegara lain tersebut berasal dari penerimaan pajak. Salah satu penyebab peningkatan penerimaan pajak adalah karena semenjak tahun fiskal 1984 pemerintah memberlakukan reformasi perpajakan dengan menerapkan sistem self assessment dalam pemungutan pajak. Berbeda dengan sistem perpajakan terdahulu, yaitu official assessment. Sistem self assessment memberikan kepercayaan penuh kepada Wajib Pajak untuk menghitung, memperhitungkan, menyetor, dan melaporkan seluruh pajak yang 1

menjadi kewajibannya. Dengan kata lain, Wajib Pajaklah yang menentukan sendiri besarnya pajak sesuai dengan keadaan yang ada. Sistem self assessment menuntut adanya peran aktif dari masyarakat dalam pemenuhan kewajiban perpajakannya. Kesadaran dan kepatuhan yang tinggi dari Wajib Pajak merupakan faktor terpenting dari pelaksanaan sistem tersebut. Kepatuhan memenuhi kewajiban perpajakan secara sukarela merupakan tulang punggung sistem self assessment. Wajib Pajak bertanggung jawab menentukan sendiri jumlah pajak yang terutang dan kemudian secara akurat dan tepat waktu membayar dan melaporkan pajak terutang tersebut. Mengingat Direktorat Jenderal Pajak (DJP) belum dapat memonitor banyaknya transaksi keuangan Wajib Pajak sehingga kurang dapat mengecek kebenaran pengisian SPT, maka banyak Wajib Pajak yang dengan leluasa tidak memenuhi kewajiban pajaknya. Wajib Pajak masih banyak yang bersembunyi dan tidak mendaftarkan diri untuk memperoleh Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP), atau mereka telah memiliki NPWP tetapi tidak menyampaikan SPT. Kemungkinan lainnya adalah mereka telah mempunyai NPWP dan telah menyampaikan SPT tetapi isinya tidak benar, tidak lengkap, dan tidak jelas. Upaya utama yang ditempuh oleh DJP selaku unit operasional untuk meminimalisir masalah-masalah tersebut adalah dengan ekstensifikasi dan intensifikasi pemungutan pajak. Intensifikasi difokuskan pada upaya pemeriksaan pajak (tax audit). Sedangkan fokus ekstensifikasi dilakukan melalui canvassing atau penyisiran kawasan perumahan mewah, mobil mewah, tempat keramaian seperti di mall dan pusat perdagangan. 2

Latar belakang dilaksanakannya kegiatan ekstensifikasi wajib pajak ini adalah karena masih sangat rendahnya jumlah Wajib Pajak bila dibandingkan dengan jumlah penduduk Indonesia yang mencapai 220 juta orang, yaitu belum mencapai 10% dari jumlah kepala keluarga. Padahal di negara maju, rasio jumlah Wajib Pajak dibandingkan dengan jumlah kepala keluarga relatif lebih besar bahkan ada yang mencapai di atas 30%. Hal ini antara lain dipengaruhi oleh tingkat pendapatan perkapita dan tingkat pendidikan penduduk yang cukup tinggi, (Suara Merdeka, 2007). Data di atas menunjukkan bahwa jumlah Wajib Pajak di Indonesia masih terlalu rendah sehingga perlu upaya untuk meningkatkannya. Kendala yang dihadapi dalam melakukan ekstensifikasi secara umum dilatar belakangi oleh kondisi bangsa Indonesia. Salah satu kendalanya yaitu sikap calon Wajib Pajak yang belum sepenuhnya sadar pajak. Walaupun merasa dirinya sudah memenuhi syarat, namun berupaya menghindari kewajiban untuk mendaftarkan diri sebagai Wajib Pajak. Keadaan umum di masyarakat pun kurang mendukung peningkatan kesadaran membayar pajak. Sikap maupun persepsi masyarakat masih belum berubah terhadap pajak, baik dalam pemungutan maupun penggunaannya. Berbagai upaya yang telah dan sedang dilakukan untuk menambah jumlah Wajib Pajak, antara lain dengan melakukan penyuluhan kepada masyarakat melalui media massa, seminar, maupun penataran tentang tata cara perpajakan dan pentingnya membayar pajak untuk pembangunan bangsa. Selain itu, dilakukan kerja sama dengan pihak ketiga seperti perbankan, dalam hal persyaratan memiliki NPWP dalam mengajukan kredit dengan jumlah tertentu. 3

Secara umum pelaksanaan ekstensifikasi Wajib Pajak diatur antara lain dalam Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor: SE-06/PJ.9/2001 tanggal 11 Juli 2001 dan Surat Keputusan Dirjen Pajak Nomor : Kep-178/PJ/2004 tanggal 22 Desember 2004 tentang Cetak Biru Kebijakan DJP Tahun 2001 sampai dengan Tahun 2010, (Berita Pajak, 2006:16). Tujuan utama dari ekstensifikasi ini adalah untuk menambah jumlah Wajib Pajak (WP). Sedangkan pelaksanaan ekstensifikasi Wajib Pajak Orang Pribadi diatur dalam Peraturan Direktorat Jenderal Pajak Nomor : 16/PJ/2007 tentang Pemberian Nomor Pokok Wajib Pajak orang pribadi yang berstatus sebagai pengurus, komisaris, pemegang saham/pemilik dan pegawai melalui pemberi kerja/bendaharawan pemerintah dan Peraturan Direktorat Jenderal Pajak Nomor : PER-175/PJ/2006 tentang tata cara pemutakhiran data objek pajak dan ekstensifikasi Wajib Pajak orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha dan/atau memiliki tempat usaha di pusat perdagangan dan/atau pertokoan. Latar belakang dibuatnya Peraturan Direktorat Jenderal Pajak Nomor : 16/PJ/2007 tentang pemberian Nomor Pokok Wajib Pajak orang pribadi yang berstatus sebagai pengurus, komisaris, pemegang saham/pemilik dan pegawai melalui pemberi kerja/bendaharawan pemerintah yaitu dalam upaya meningkatkan pelayanan kepada orang pribadi yang memperoleh penghasilan di atas PTKP, maka dalam rangka ektensifikasi Wajib Pajak orang pribadi perlu kiranya diberikan NPWP melalui pemberi kerja/bendaharawan Pemerintah dengan sistem yang sederhana. Hal-hal lain yang melatar belakangi terbitnya peraturan tersebut antara lain untuk mempercepat proses pemberian NPWP 4

kepada orang pribadi (OP) dengan sistem yang sederhana, masih kecilnya jumlah WP OP terdaftar dibandingkan dengan jumlah penduduk/kepala keluarga, serta masih adanya WP yang telah dipotong pajak/membayar pajak belum memiliki NPWP, sehingga hak dan kewajibannya sulit dilaksanakan karena tidak memiliki sarana/tanda pengenal/identitas dalam administrasi perpajakan. Maksud dan tujuan diberlakukannya Per-16/PJ/2007 antara lain untuk menciptakan tertib administrasi dibidang perpajakan, meningkatkan jumlah WP OP terdaftar sehingga bermuara pada peningkatan penerimaan pajak, Wajib Pajak melaksanakan hak dan kewajiban perpajakannya sesuai dengan ketentuan perpajakan yang berlaku, dan untuk memenuhi ketersediaan data jumlah WP OP yang riil. Kegiatan ekstensifikasi Wajib Pajak ini dirasakan semakin penting untuk dilaksanakan, mengingat semakin tingginya target penerimaan pajak yang harus dicapai. Prioritas utama dari kegiatan ekstensifikasi Wajib Pajak ini adalah untuk menambah jumlah Wajib Pajak dan Pengusaha Kena Pajak. Dengan adanya penambahan jumlah Wajib Pajak ini diharapkan dapat meningkatkan penerimaan negara dari sektor perpajakan. Dikaitkan dengan kegiatan ekstensifikasi Wajib Pajak tersebut, dalam rangka membantu tugas DJP menyelenggarakan tugas operasionalnya di bidang perpajakan, terutama dalam hal ekstensifikasi Wajib Pajak yang ditujukan untuk meningkatkan penerimaan negara dari sektor perpajakan khususnya penerimaan Pajak Penghasilan, maka dibentuklah suatu unit yang dinamakan Kantor Pelayanan Pajak (KPP). KPP Pratama Denpasar Timur merupakan salah satu KPP 5

yang terdapat di Bali. Hingga akhir tahun 2007, KPP Pratama Denpasar Timur tercatat memiliki 32.013 Wajib Pajak Orang Pribadi dan 9.066 Wajib Pajak Badan. Dari tahun 2003 hingga tahun 2007, jumlah Wajib Pajak Orang Pribadi dan Wajib Pajak Badan yang terdaftar pada KPP Pratama Denpasar Timur terus mengalami pertumbuhan. Untuk Wajib Pajak Orang Pribadi pertumbuhan terbesar terjadi pada tahun 2007, yaitu sebesar 12,33%, sedangkan pertumbuhan Wajib Pajak Badan yang terbesar terjadi pula pada tahun 2007, yaitu sebesar 9,86%. Jumlah Wajib Pajak Orang Pribadi dan Wajib Pajak Badan yang terdaftar pada KPP Pratama Denpasar Timur tahun 2003-2007 dapat dilihat pada Tabel 1.1 sebagai berikut: Tabel 1.1 Jumlah Wajib Pajak Orang Pribadi dan Badan yang Terdaftar pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Denpasar Timur Tahun 2003-2007 TAHUN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI PERTUMBUHAN (%) WAJIB PAJAK BADAN PERTUMBUHAN (%) 2003 20.717-6.504-2004 23.107 11,54 7.023 7,98 2005 25.918 12,17 7.572 7,82 2006 28.500 9,96 8.252 8,98 2007 32.013 12,33 9.066 9,86 Sumber: Kantor Pelayanan Pajak Pratama Denpasar Timur, 2008 Realisasi penerimaan Pajak Penghasilan Orang pribadi pada KPP Pratama Denpasar Timur dari tahun 2003 sampai dengan 2006 terus mengalami peningkatan seiring dengan adanya peningkatan jumlah Wajib Pajak Orang Pribadi. Peningkatan terendah terjadi pada tahun 2006, yaitu sebesar 4,89% dan peningkatan tertinggi terjadi pada tahun 2004, yaitu sebesar 46,48%. Penerimaan Pajak Penghasilan Orang Pribadi tertinggi terjadi pada tahun 2007, yaitu sebesar 6

Rp.6.469.980.631,-. Walaupun pada tahun 2007 jumlah Wajib Pajak Orang Pribadi mengalami peningkatan yang cukup signifikan, namun hal ini tidak memberikan pengaruh yang signifikan pula terhadap penerimaan pajak. Hal ini dikarenakan penambahan Wajib Pajak Orang Pribadi lebih banyak berstatus karyawan baik Pegawai Negeri Sipil (PNS) maupun karyawan swasta. PNS dan karyawan swasta tersebut sudah dipotong PPh 21 dan tidak memiliki kewajiban PPh Orang Pribadi (PPh 25/29). Hal inilah yang menyebabkab penerimaan Pajak Penghasilan Orang Pribadi tahun 2007 tidak mengalami peningkatan yang besar. Sedangkan untuk penerimaan pajak penghasilan badan peningkatan terjadi dari tahun 2003 sampai tahun 2004, dimana peningkatan tertinggi terjadi pada tahun 2004, yaitu sebesar 37,14%. Namun, pada periode 2006-2007, penerimaan pajak penghasilan badan mengalami penurunan. Penurunan ini disebabkan karena dibentuknya satu KPP baru yang bernama KPP Madya pada bulan Juli tahun 2006. KPP Madya ini merupakan KPP yang dibentuk oleh DJP untuk melayani dan menerima pembayaran dari wajib pajak besar, yaitu Wajib Pajak yang melakukan pembayaran pajak minimal Rp.200.000.000,- per tahun. Pembentukkan KPP Madya ini menyebabkan wajib pajak besar yang ada pada KPP yang lain termasuk KPP Pratama Denpasar Timur dipindahkan ke KPP Madya. Hal inilah yang menyebabkan penurunan penerimaan yang sangat tajam pada KPP Pratama Denpasar Timur. Walaupun sudah ada tambahan penghasilan dari Wajib Pajak Badan yang baru, namun hal tersebut tidak mampu menutupi besarnya penghasilan dari wajib pajak besar yang telah pindah ke KPP Madya. Penurunan paling tajam terjadi pada tahun 2007, yaitu sebesar 79,35%. 7

Penerimaan Pajak Penghasilan Orang Pribadi dan Badan Tahun 2003-2007 dapat dilihat pada Tabel 1.2 sebagai berikut: Tabel 1.2 Penerimaan Pajak Penghasilan Orang Pribadi dan Badan pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Denpasar Timur Tahun 2003-2007 TAHUN PPH ORANG PRIBADI (Rp) PERTUMBUHAN (%) PPH BADAN (Rp) PERTUMBUHAN (%) 2003 2.823.744.189-53.039.205.124-2004 4.136.264.900 46,48 72.735.601.352 37,14 2005 5.845.158.945 41,31 81.420.627.411 11,94 2006 6.130.882.283 4,89 43.601.538.665 (46,45) 2007 6.469.980.631 5,53 9.003.896.274 (79,35) Sumber : Kantor Pelayanan Pajak Pratama Denpasar Timur, 2008 Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah: 1) Berapakah besarnya penerimaan Pajak Penghasilan sebelum dilakukan ekstensifikasi dan sesudah dilakukan ekstensifikasi Wajib Pajak? 2) Berapakah besarnya rata-rata peningkatan penerimaan Pajak Penghasilan sebelum dan sesudah dilakukan ekstensifikasi Wajib Pajak dan berapakah besarnya peningkatan penerimaan tersebut? 3) Upaya apa saja yang akan dilakukan untuk meningkatkan penerimaan pajak penghasilan pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Denpasar Timur tahun pajak 2003-2007 selain dengan ekstensifikasi wajib pajak? 8

1.2 Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1.2.1 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah: 1) Untuk mengetahui penerimaan pajak penghasilan pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Denpasar Timur sebelum dilakukan ekstensifikasi dan sesudah dilakukan ekstensifikasi wajib pajak. 2) Untuk mengetahui berapakah rata-rata peningkatan penerimaan pajak penghasilan pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Denpasar Timur setelah dilakukan ekstensifikasi wajib pajak dan berapa besarnya penambahan penerimaan tersebut. 3) Untuk mengetahui upaya-upaya apa saja yang akan dilakukan untuk meningkatkan penerimaan pajak penghasilan pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Denpasar Timur tahun pajak 2003-2007 selain dengan ekstensifikasi wajib pajak. 1.2.2 Kegunaan Penelitian 1) Kegunaan Teoritis Penelitian yang dilakukan dapat memberikan gambaran dan meningkatkan pemahaman serta untuk mengaplikasikan teori-teori yang diperoleh dalam perkuliahan pada kondisi sebenarnya, khususnya mengenai ekstensifikasi wajib pajak. 9

2) Kegunaan Praktis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan dalam memecahkan masalah-masalah yang dihadapi khususnya mengenai pelaksanaan ekstensifikasi wajib pajak dalam rangka meningkatkan penerimaan dari sektor perpajakan. 1.3 Sistematika Penulisan Untuk mempermudah pembahasan dalam skripsi ini, maka penulisannya terbagi atas lima bab secara terinci dan sistematis. Sistematika dari masingmasing bab adalah sebagai berikut: Bab I Pendahuluan Pada bab ini diuraikan tentang latar belakang, perumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian serta sistematika penulisan. Bab II Tinjauan Pustaka Pada bab ini akan diuraikan mengenai landasan teori yang akan digunakan sebagai landasan untuk memecahkan masalah yang dihadapi, meliputi: pengertian pajak, fungsi pajak, dasar hukum pajak, pengelompokkan pajak, tata cara pemungutan pajak, pengertian pajak penghasilan, pengertian Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP), fungsi NPWP, pendaftaran NPWP, pengertian ekstensifikasi wajib pajak, maksud dan tujuan ekstensifikasi wajib pajak, ruang lingkup kegiatan ekstensifikasi wajib pajak, serta persiapan dan pelaksanaan kegiatan 10

ekstensifikasi pajak. Pada bab ini juga dibahas penelitian sebelumnya yang relevan dengan penelitian ini. Bab III Metode Penelitian Bab ini menguraikan mengenai lokasi penelitian, obyek penelitian, identifikasi variabel, definisi operasional variabel, jenis data dan sumber data, metode penelitian, teknik analisis data dengan menggunakan teknik analisis kuantitatif yang bersifat deskriptif dan teknik analisis statistik deskriptif komparatif. Bab IV Hasil dan Pembahasan Pada bab ini diuraikan tentang hasil penelitian dan pembahasan meliputi: gambaran umum perusahaan, deskripsi hasil penelitian, serta pengolahan data yang memuat perhitungan-perhitungan tertentu yang dilakukan sesuai dengan teknik analisis data yang digunakan. Bab V Simpulan dan Saran Bab ini menguraikan tentang simpulan dari hasil pembahasan dan saran yang diberikan berdasarkan simpulan dari hasil penelitian. 11