BAB I PENDAHULUAN. lebih tinggi. Di lain segi istilah tersebut bertujuan untuk menggambarkan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah makroekonomi jangka

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dalam mengelola sumber daya daerah tersebut. menentukan kebijakan untuk masa mendatang.

ANALISA PENGARUH INVESTASI PMA DAN PMDM, KESEMPATAN KERJA, PENGELUARAN PEMERINTAH TERHADAP PDRB DI JAWA TENGAH PERIODE TAHUN

JUNIAR HENDRO NUGROHO

BAB I PENDAHULUAN. Masalah yang muncul dinegara yang sedang berkembang adalah. bagaimana meningkatkan pertumbuhan ekonomi serta menciptakan lapangan

BAB I PENDAHULUAN. masa depan perekonomian dunia. Menurut Kunarjo dalam Badrul Munir (2002:10),

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan merupakan suatu proses perubahan yang berlangsung

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional pada dasarnya dilaksanakan di daerah. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan jumlah orang yang mencar i pekerjaan. Keadaan ini sangat

SKRIPSI ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESEMPATAN KERJA DI SUMATERA BARAT ( )

BAB I PENDAHULUAN. (Adrimas,1993). Tujuannya untuk mencapai ekonomi yang cukup tinggi, menjaga

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional secara keseluruhan dengan tujuan akhir untuk. daerah, umumnya perencanaan pembangunan ekonomi beorientasi pada

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan daerah dan menserasikan laju pertumbuhan antar daerah

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tolok ukur keberhasilan pembangunan di bidang ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. sangat sentral sekali untuk dibicarakan karena hal tersebut berhadapan

BAB I PENDAHULUAN. tidak dapat berkembang dengan baik hal terburuk yang akan muncul salah. satunya adalah masalah pengangguran.

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintahan yang sentralisasi menjadi struktur yang terdesentralisasi dengan

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP INVESTASI SEKTOR PERTANIAN DI JAWA TENGAH PERIODE

ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERTUMBUHAN SEKTOR PERDAGANGAN DI JAWA TENGAH TAHUN SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. menerus dalam jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi adalah salah satu indikator

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kependudukan dan pertumbuhan ekonomi memiliki hubungan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam usahanya untuk mensejahterakan dan memakmurkan

BAB I PENDAHULUAN. dan penerimaan (atau pendapatan) dimasa yang akan datang. Umumnya

BAB I PENDAHULUAN. terbukanya perdagangan dunia, ketidakmampuan dalam meningkatkan daya saing

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN SRAGEN TAHUN

PENGARUH INVESTASI, JUMLAH UNIT USAHA, EKSPOR, TINGKAT UPAH, INFLASI TERHADAP PENYERAPAN TENAGA KERJA INDUSTRI KECILDI PROPINSI JAWA TIMUR TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. penghambat adalah pertumbuhan penduduk yang tinggi. Melonjaknya. pertumbuhan penduduk yang cepat dan dinamis (Sadhana, 2013).

ANALISIS PENGARUH INVESTASI, INFLASI, PENGELUARAN PEMERINTAH, PENAWARAN UANG DAN EKSPOR TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TAHUN

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pertumbuhan ekonomi berarti perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang

BAB I PENDAHULUAN. (Groos Domestic Product) dan GNP (Gross National Product) tanpa

BAB I PENDAHULUAN. lalu-lintas modal, dan neraca lalu-lintas moneter. perdagangan dan neraca jasa. Terdapat tiga pokok persoalan dalam neraca

ANALISIS PENGARUH JUMLAH PENDUDUK, INFLASI DAN PENGELUARAN PEMERINTAH TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KOTA SURAKARTA TAHUN

ANALISIS PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI, JUMLAH TENAGA KERJA, DAN INFLASI TERHADAP KEMISKINAN DI KOTA SURAKARTA TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan harga minyak tanah tentunya akan berdampak pada kondisi

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan seluruh bangsa tersebut. Hal ini di Indonesia yang salah satunya

ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGELUARAN KONSUMSI MASYARAKAT DI INDONESIA PERIODE TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. dari definisi ini bahwa pembangunan ekonomi mempunyai tiga sifat penting

BAB I PENDAHULUAN. penghambat adalah pertumbuhan penduduk yang tinggi. Melonjaknya

BAB I PENDAHULUAN. dengan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan, oleh karena itu harus

BAB I PENDAHULUAN. Sedangkan jasa meliputi barang-barang tidak kasat mata, seperti potong. rambut, layanan kesehatan, dan pendidikan (Mankiw, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. GDP baik secara keseluruhan maupun per kapita. Tujuan dari pembangunan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan nasional adalah pembangunan manusia seutuhnya serta

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan berbagai indikator-indikator yang dapat menggambarkan potensi. maupun tingkat kemakmuran masyarakat suatu wilayah.

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang penting dalam

ANALISIS UPAH MINIMUM di JAWA TENGAH DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA TAHUN

BAB 1 PENDAHULUAN. ekspor dan impor ke atas pengeluaran agregat (Sadono, 2015). Menurut I Gede

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan pada hakekatnya merupakan suatu proses kemajuan dan

BAB I PENDAHULUAN. Hampir semua negara baik negara maju maupun negara berkembang

BAB I PENDAHULUAN. telah memberikan kontribusi yang besar terhadap menurunnya laju inflasi dan

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESEMPATAN KERJA DI JAWA TENGAH PERIODE TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pembangunan ekonomi dapat diartikan sebagai suatu proses yang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi menjadi prioritas utama bagi negara-negara

ANALISIS PENGARUH INFLASI, PDRBk, UPAH, JUMLAH UNIT USAHA, JUMLAH PENDUDUK TERHADAP PENGANGGURAN DI PROPINSI JAWA TENGAH TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. rakyat banyak. Dana yang dikumpulkan oleh perbankan dalam bentuk

I. PENDAHULUAN. setiap negara yang ada di dunia untuk berlomba lomba meningkatkan daya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara sedang berkembang yang sekarang ini

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi suatu bangsa. Industrialisasi dapat diartikan sebagai suatu proses

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT PENGANGGURAN DI SUMATERA UTARA TAHUN 2005 SAMPAI 2015

BAB I PENDAHULUAN. dari tahun ke tahun dapat mengalami peningkatan, hal ini disebabkan karena

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian menuju perekonomian yang berimbang dan dinamis. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan proses berkelanjutan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu masalah pokok yang dihadapi Bangsa dan Negara Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan perkapita, atau yang biasa disebut pertumbuhan ekonomi. Indikator

BAB I PENDAHULUAN. perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat dan institusiinstitusi

BAB I PENDAHULUAN. pada sebuah ketidakseimbangan awal dapat menyebabkan perubahan pada sistem

BAB I PENDAHULUAN. untuk membangun dirinya untuk mencapai kesejahteraan bangsanya. meliputi sesuatu yang lebih luas dari pada pertumbuhan ekonomi.

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN UANG KARTAL RIIL DI INDONESIA TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. bahasa Inggris (consumption), berarti pembelanjaan yang dilakukan untuk

BAB I PENDAHULUAN. kestabilan harga. Masalah pertumbuhan ekonomi adalah masalah klasik

PENDAHULUAN. perubahan struktur sosial, sikap hidup masyarakat, dan perubahan dalam

I. PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi banyak dilakukan di beberapa daerah dalam

BAB I PENDAHULUAN. dan masyarakatnya mengelola sumberdaya-sumberdaya yang ada dan. swasta untuk menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan pertumbuhan ekonomi dibutuhkan peran pemerintah, tingkat

BAB I PENDAHULUAN. kemakmuran rakyat dilakukan secara terencana, rasional, optimal, bertanggung jawab dan sesuai kemampuan daya dukungnya dengan

BAB I PENDAHULUAN. kata bahasa Inggris Consumption, berarti pembelanjaan yang dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. nasional dimana keadaan ekonominya mula-mula relatif statis selama jangka

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan proses berkelanjutan. merupakan kondisi utama bagi kelangsungan pembangunan ekonomi.

BAB 1 PENDAHULUAN. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan salah satu indikator tingkat

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan ekonomi yang bervariasi, mendorong setiap daerah Kabupaten

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia ( Sadono Sukirno, 1996:33). Pembangunan ekonomi daerah

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan perkapita akan selalu mengalami kenaikan. Adanya resesi

BAB I PENDAHULUAN. sektor swasta dan masyarakat (Saragih, 2009). merupakan salah satu indikator keberhasilan pembangunan.

BAB I PENDAHULUAN. bagi masyarakat. Akan tetapi masih banyak ditemui penduduk yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. nasional dimana keadaan ekonominya mula-mula relatif statis selama jangka

BAB I PENDAHULUAN. suatu daerah. Pertumbuhan ekonomi yang berkesinambungan dapat meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Nasional secara makro pada hakekatnya bertujuan untuk

ANALISIS PENGARUH JUMLAH TENAGA KERJA, INVESTASI DAN INFLASI TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI JAWA TIMUR SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Tidak dapat dipungkiri bahwa uang merupakan bagian yang tidak. terpisahkan dalam kehidupan masyarakat dan perekonomian suatu negara

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional identik dengan pembangunan daerah karena

Analisis penyerapan tenaga kerja pada sektor pertanian di Kabupaten Tanjung Jabung Barat

Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 /

BAB I PENDAHULUAN. (Tanuwidjaya, 2013). Sejak tahun 1969 Pemprov Bali bersama masyarakat telah

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEMISKINAN DI INDONESIA TAHUN

ABSTRAK. ketimpangan distribusi pendapatan, IPM, biaya infrastruktur, investasi, pertumbuhan ekonomi.

I.PENDAHULUAN. Pembangunan di negara-negara berkembang lebih ditekankan pada pembangunan

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYERAPAN TENAGA KERJA INDUSTRI PENGOLAHAN DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. dinantikan serta diinginkan oleh rakyat Indonesia. Harapan dan cita-cita yang

BAB I PENDAHULUAN. berbagai masalah yang sedang dihadapi (Sandika, 2014). Salah satu usaha untuk

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi nasional. Campur tangan pemerintah dalam kegiatan ekonomi

PENERAPAN MODEL SOLOW-SWAN UNTUK MEMACU PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN DEMAK

ABSTRAK. Kata Kunci: pertumbuhan ekonomi, inflasi, investasi, pertumbuhan ekonomi.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam analisis mikro ekonomi perkataan pertumbuhan ekonomi mempunyai dua segi pengertian berbeda. Di satu pihak istilah pertumbuhan ekonomi digunakan untuk menggambarkan bahwa suatu perekonomian telah mengalami pertumbuhan ekonomi dan mencapai hasrat kemakmuran yang lebih tinggi. Di lain segi istilah tersebut bertujuan untuk menggambarkan tentang masalah ekonomi yang dihadapi dalam jangka panjang (Sukirno, 2000). Tujuan pembangunan ekonomi adalah peningkatan kesejahteraan masyarakat yang merata. Pemerataan pembangunan yang dimaksudkan adalah pembangunan pemerataan pusat dan daerah seperti yang diharapkan dalam penyelenggaraan otonomi daerah. Sesuai dengan UU No. 22 tahun 1999 tentang penyelenggaraan daerah otonomi yang berkaitan dengan pengaturan pembangunan dan pemanfaatan sumber daya nasional yang berkeadilan serta penimbangan keuangan pusat dan daerah dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia. Prinsip dasar dari otonomi daerah adalah memberi kewenangan yang luas dan nyata yang bertanggungjawab kepada daerah secara proporsional yang diwujudkan dengan pengaturan, pembagian dan pemanfaatan sumber daya nasional yang berkeadilan serta penimbangan keuangan pusat dan daerah, jadi prinsip otonomi daerah itu akan mendukung 1

2 masyarakat daerah untuk ikut melaksanakan pembangunan dan memanfaatkan hasilnya untuk kesejahteraan rakyat. Pada awal pembangunan ekonomi suatu daerah, pada umumnya perencanaan pembangunan berorientasi pada permasalahan laju pertumbuhhan ekonomi. Laju pertumbuhan ekonomi merupakan proses kenaikan output perkapita yang terjadi dalam jangka waktu yang panjang. Laju pertumbuhan ekonomi yang terjadi dari tahun ke tahun. GDP itu sendiri merupakan batang dan jasa yang dihasilkan oleh masyarakat pada suatu daerah dalam satu tahun. GDP atau PDRB merupakan ukuran paling mudah untuk mengetahui pertumbuhan ekonomi suatu daerah (Wijaya, 2000). Pembangunan ekonomi merupakan suatu peralihan atau pertambahan dari tahun ke tahun perekonomian yang bercorak sederhana menuju ke tingkat ekonomi yang lebih maju. Dalam perkembangannya tersebut terlaksana hanya satu transformasi dan pergeseran dari kegiatan sektor produksi primer ke sektor produksi sekunder (konstruksi) dan sektor tersier (jasa). Selain itu tujuan pembangunan ekonomi adalah meningkatkan taraf hidup masyarakat, memperluas lapangan pekerjaan, meratakan pendidikan masyarakat dan meningkatkan hubungan ekonomi antar daerah (Sumitro Djojohadikusumo, 1994). Keadaan perekonomian yang terjadi sebenarnya tidak selalu sama dengan perencanaan yang telah dicanangkan atau dibuat oleh pemerintah melalui badan perencanaan ekonomi (Bapenas di Indonesia). Kadang terjadi

3 inflasi yang tinggi, pengangguran yang tinggi dan pertumbuhan ekonomi yang mengalami kemacetan. Dilain waktu mungkin terjadi inflasi yang rendah, pengangguran yang tinggi dan pertumbuhan rendah. Keadaan ini merupakan gejala ekonomi makro yang tidak dikehendaki oleh masyarakat atau pemerintah sebagai pelaku ekonomi, menghadapi keadaan seperti ini perlu adanya usaha untuk mengatasi atau mencegah timbulnya masalah dalam perekonomian. Tindakan pemerintah sebagai pelaku ekonomi, atau sebagai pengatur perekonomian secara keseluruhan sangat diperlukan berupa kebijakan ekonomi makro dengan kebijakan moneter. Pertumbuhan ekonomi didalam perekonomian dipengaruhi oleh banyak variabel diantaranya inflasi dan jumlah pengangguran. Beberapa variabel tersebut memiliki hubungan yang erat terhadap pertumbuhan ekonomi di kabupaten Pekalongan. Pertumbuhan ekonomi yang terjadi di Kabupaten Pekalongan dari data diatas dari tahun ke tahun cenderung mengalami peningkatan. Periode tahun 2000-2001, PDRB Pekalongan mencapai kenaikan 4,32%. Tahun 2001 ke tahun 2002 mencapai 3,32%, tahun 2002 ke tahun 2003 mengalami peningkatan 3,56% sedangkan pada tahun 2003 sampai tahun 2004 PDRB kabupaten Pekalongan mencapai kenaikan sebesar 4,03%. Inflasi adalah merupakan salah satu indikator ekonomi yang berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi. Inflasi terjadi karena kenaikan BBM yang biasanya bertepatan pada awal bulan Ramadhan, Lebaran, Natal

4 dan tahun baru yang pada saat tersebut cenderung terjadi kenaikan harga barang sebesar 20% dari harga biasa, kenaikan tersebut tidak tergolong sebagai inflasi tetapi kenaikan semacam ini tidak dianggap sebagai masalah atau penyebab ekonomi atau tidak memerlukan kebijakan khusus untuk menanggulanginya (Boediono, 1996: 161). Inflasi kabupaten Pekalongan dari tahun 2000 ke tahun 2001 mengalami penurunan 3,83%, tahun 2002 mengalami kenaikan sebesar 1,90%, pada tahun 2003 turun sebesar 67,5%, sedangkan pada tahun 2004 mengalami peningkatan inflasi sebesar 69,8%. Pengangguran merupakan masalah utama ekonomi karenanya jelas mengapa upaya untuk menurunkan masalah tingkat pengangguran menjadi sangat penting, terutama mencegah pengaruh atau imbas dari pengangguran. Bertambahnya jumlah penduduk dari tahun ke tahun harus dibarengi dengan upaya pembangunan di segala bidang, sehingga pertumbuhan ekonomi dapat terus berjalan lancar. Jumlah penangguran yang merupakan angkatan kerja kabupaten Pekalongan dari tahun 2000 ke tahun 2001 mengalami penurunan yang cukup besar yaitu sebesar 65,8%, sedangkan dari tahun 2001 sampai tahun 2004 mengalami peningkatan jumlah pengangguran. Tabel 1.1 Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Pekalongan 2000-2004 Tahun PDRB Inflasi Jumlah Pengangguran 2000 2001 2002 2003 2004 862.264.910 899.546.404 929.459.026 962.618.072 1.001.444.102 11,46 11,02 10,23 3,32 5,64 630.792 215.398 651.131 665.834 569.722 Sumber : - Kantor Statistik Kabupaten Pekalongan - Survey Sosial Ekonomi Nasional (susenas)

5 Dalam suatu proses pertumbuhan ekonomi salah satu indikator yang digunakan oleh para ahli ekonomi guna melihat adanya gejala pertumbuhan ekonomi dalam suatu bangsa atau penduduk suatu daerah adalah Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB). Melalui proses pertumbuhan ekonomi tersebut akan tercermin kegiatan ekonomi yang telah dilaksanakan dan dicapai di kabupaten Pekalongan selama periode tertentu. Laju pertumbuhan ekonomi harus dikaitkan dengan laju pertumbuhan penduduk karena pada prinsipnya pertumbuhan ekonomi harus dinikmati oleh penduduk, maka laju pertumbuhan ekonomi yang tinggi belum tentu dapat dinikmati penduduk jika laju pertumbuhan penduduk jauh lebih tinggi dari laju pertumbuhan ekonomi. Tingkat kesejahteraan masyarakat itu dapat dipandang dari standar hidup masyarakat di suatu daerah. Standar hidup penduduk diukur dengan kenaikan pendapatan riil perkapita. Pendapatan riil perkapita, adalah setara dengan Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) selama satu tahun dibagi jumlah penduduk didaerah tersebut. Jadi standar hidup tidak dapat dinaikkan kecuali jika PDRB-nya meningkat dengan lebih cepat dibanding pertumbuhan penduduk. Pengeluaran pemerintah, inflasi, jumlah tenaga kerja dan jumlah penduduk akan dapat mempengaruhi PDRB. Begitu pula di kabupaten Pekalongan setiap tahunnya selalu mengharapkan adanya peningkatan PDRB melalui berbagai indikasi tersebut.

6 Berdasarkan pada hal tersebut maka dalam penelitian ini mengambil judul: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PDRB DI KABUPATEN PEKALONGAN 1979-2004. B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan diatas, maka pokok permasalahan dapat dirumuskan sebagai berikut: bagaimana pengaruh pengeluaran pemerintah, inflasi, jumlah tenaga kerja dan jumlah penduduk terhadap PDRB di kabupaten Pekalongan 1979-2004. C. Tujuan Penelitian Sesuai dengan permasalahan yang dikemukakan diatas bahwa penelitian ini akan melihat pengaruh hubungan inflasi, investasi, jumlah tenaga kerja dan jumlah penduduk terhadap PDRB. Secara spesifikasi tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh pengeluaran pemerintah, inflasi, jumlah tenaga kerja dan jumlah penduduk terhadap PDRB di kabupaten Pekalongan tahun 1979-2004. D. Manfaat Penelitian 1. Menambah pengetahuan bagi penulis tentang hubungan pengeluaran pemerintah, inflasi, jumlah tenaga kerja dan jumlah penduduk terhadap pertumbuhan PDRB di kabupaten Pekalongan. 2. Diharapkan penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan dan bahan

7 pertimbangan dalam menentukan langkah-langkah selanjutnya oleh pihak yang bersangkutan. 3. Menambah referensi yang sudah ada sehingga dapat memperkaya khasanah penelitian. E. Hipotesis Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap masalah penelitian yang kebenarannya harus diuji secara empiris. Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Pengeluaran pemerintah akan berpengaruh positif terhadap PDRB di kabupaten Pekalongan. 2. Inflasi akan berpengaruh negatif terhadap PDRB di Kabupaten Pekalongan. 3. Jumlah tenaga kerja akan berpengaruh positif terhadap PDRB di Kabupaten Pekalongan. 4. Jumlah penduduk akan berpengaruh positif terhadap PDRB di Kabupaten Pekalongan. F. Metode Penelitian 1. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu data yang diperlukan atau dikumpulkan dari pihak lain. Adapun sumber data dan penelitian ini berasal dari Biro Pusat Statistik (BPS) serta

8 sumber lainnya yang terikat dengan penelitian ini dan merupakan data time series dengan kurun waktu 1979-2004. 2. Alat dan Model Analisis Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi berganda dengan metode OLS. Adapun adapun model yang digunakan adalah Error Corelation Model (ECM). Untuk menganalisis pengaruh pengeluaran pemerintah, inflasi, tenaga kerja, dan jumlah penduduk terhadap PDRB digunakan model ECM (Error Corelation Model) Adapun koreksi kesalahan diformulasikan dalam hubungan jangka pendek dan jangka panjang sebagai berikut (Ramanathan, 1995: 557). Model koreksi kesalahan dalam hubungan jangka panjang: PDRB = γ 0 + γ 1 PP t + γ 2 INF t + γ 3 TK t + γ 4 JP t + γ 5 PP t-1 + γ 6 INF t-1 + γ 7 TK t-1 + γ 8 JP t-1 + γ 9 ECT + Ut...(1) Model koreksi kesalahan dalam hubungan jangka panjang: PDRB t = β 0 + β 1 PP t + β 2 INF t + β 3 TK t + β 4 JP t...(2) Dimana : ECT = PP t-1 + INF t-1 + TK t-1 + JP t-1 PDRB t-1 Koefisien jangka pendek : Y 1...Y 4 = α 1... α 4 Koefisien jangka panjang : Y 0 = β 0 Y 5 = λ (1 -β 1 )

9 Y 6 = λ (1 -β 2 ) Y 7 = λ (1 -β 3 ) Y 8 = λ (1 -β 4 ) Y 9 = λ : koefisien penyesuaian Ut = variable penganggu Keterangan : PDRB PP INF TK JP : Produk Domestik Regional Bruto (jutaan rupiah) : Peraturan Pemerintah (jutaan rupiah) : Inflasi (persen) : Jumlah tenaga kerja (jiwa) : Jumlah penduduk (jiwa) G. Sistematika Penulisan BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini berisi tentang latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian dan sistematika penulisan. BAB II LANDASAN TEORI Dalam bab ini akan menjelaskan tentang teori-teori yang melandasi penelitian dan faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kemiskinan di Indonesia.

10 BAB III METODE PENELITIAN Pada bab ini meliputi alat dan model analisis, definisi operasional variabel, penurunan model ECM, data yang terdiri dari jenis dan sumber data, pengujian asumsi klasik, uji kebaikan modal, uji validitas pengaruh. BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN Berisi tentang gambaran umum dari obyek penelitian, data yang diperoleh, analisis dan pembahasannya. BAB V PENUTUP Berisi tentang kesimpulan dan saran-saran yang sesuai dengan hasil penelitian.