UNDANG-UNDANG DARURAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 1956 TENTANG KEDUDUKAN KEUANGAN KETUA, WAKIL KETUA DAN ANGGOTA KONSTITUANTE

dokumen-dokumen yang mirip
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa perlu diadakan peraturan tentang kedudukan keuangan Ketua, Wakil Ketua dan anggota M.P.R.S.

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1953 TENTANG KEDUDUKAN KEUANGAN KETUA DAN ANGGAUTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

Bentuk: UNDANG-UNDANG (UU) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor: 81 TAHUN 1958 (81/1958) Tanggal: 23 OKTOBER 1958 (JAKARTA)

Mengingat: pasal 7 Penetapan Presiden No. 3 tahun 1959 tentang Dewan Pertimbangan Agung Sementara;

Mengingat : Pasal-pasal 73, 89 dan 90 ayat 1 Undang-undang Dasar Sementara Republik Indonesia.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 1954 TENTANG KEDUDUKAN KEUANGAN KETUA, WAKIL KETUA DAN ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 81 TAHUN 1958 TENTANG KEDUDUKAN KEUANGAN KETUA, WAKIL KETUA DAN ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT

UU 81/1958, KEDUDUKAN KEUANGAN KETUA, WAKIL KETUA DAN ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT *)

KEDUDUKAN KEUANGAN KETUA DAN ANGGAUTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 207 TAHUN 1961 TENTANG KEDUDUKAN KEUANGAN MENTERI PERTAMA, WAKIL MENTERI PERTAMA DAN MENTERI

UU 12/1959, KEDUDUKAN KEUANGAN PERDANA MENTERI, WAKIL-WAKIL PERDANA MENTERI, MENTERI DAN MENTERI MUDA REPUBLIK INDONESIA.

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : bahwa perlu diadakan peraturan untuk menentukan penggantian kerugian bagi anggota Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia Serikat;

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN DAERAH PROPINSI DAERAH TINGKAT I JAWA BARAT

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH TINGKAT I LAMPUNG NOMOR 2 TAHUN 1978

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTAMADYA KEPALA DAERAH TINGKAT II YOGYAKARTA

Bentuk: UNDANG-UNDANG (UU) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor: 1 TAHUN 1959 (1/1959) Tanggal: 14 JANUARI 1959 (JAKARTA)

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 1956 TENTANG PERATURAN PERJALANAN DINAS DALAM NEGERI BAGI PARA MENTERI

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN DAERAH JAWA TENGAH Seri C 1973 Nr 63

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 1956 TENTANG PERATURAN PERJALANAN DINAS DALAM NEGERI BAGI PARA MENTERI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1959 TENTANG KEDUDUKAN KEUANGAN KETUA, WAKIL KETUA DAN ANGGOTA KONSTITUANTE

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BADUNG Nomor : 19 Tahun1981 Seri D Nomor 19

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG HAK KEUANGAN/ADMINISTRATIF MENTERI NEGARA DAN BEKAS MENTERI NEGARA SERTA JANDA/DUDANYA.

Presiden Republik Indonesia,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

GUBERNUR KEPALA DAERAH TINGKAT I JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH TINGKAT I JAWA TIMUR NOMOR 15 TAHUN 1981 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BADUNG NOMOR : 2 TAHUN 1977 TENTANG

UU 1/1959, KEDUDUKAN KEUANGAN KETUA, WAKIL KETUA DAN ANGGOTA KONSTITUANTE *) Tentang:KEDUDUKAN KEUANGAN KETUA, WAKIL KETUA DAN ANGGOTA KONSTITUANTE *)

PERATURAN DAERAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II SURAKARTA. No : 25 TAHUN 1977

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 1981 TENTANG PERAWATAN, TUNJANGAN CACAD, DAN UANG DUKA PEGAWAI NEGERI SIPIL

UU 11/1959, KEDUDUKAN KEUANGAN PRESIDEN, WAKIL PRESIDEN DAN PEJABAT YANG MENJALANKAN PEKERJAAN JABATAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 1955 TENTANG PENETAPAN PERATURAN PERJALANAN DINAS DALAM NEGERI BAGI PEGAWAI NEGERI SIPIL

PERATURAN PEMERINTAH (PP) 1947 NO. 13) (13/1947) PERATURAN TENTANG ONGKOS JALAN UNTUK PEGAWAI NEGERI, YANG MELAKSANAKAN PERJALANAN DINAS.

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 1950 TENTANG PERATURAN PERJALANAN DINAS DALAM NEGERI BUAT PEGAWAI NEGERI SIPIL

LAMPIRAN. PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 13 TAHUN 1947

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 1950 TENTANG PERATURAN PERJALANAN DINAS DALAM NEGERI BUAT PEGAWAI NEGERI SIPIL

PERATURAN PERJALANAN DINAS DALAM NEGERI BUAT PEGAWAI NEGERI SIPIL. Pasal 1.

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG DARURAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 1957 TENTANG KEDUDUKAN KEUANGAN KETUA, WAKIL KETUA DAN ANGGOTA KONSTITUANTE

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 1981 TENTANG PERAWATAN, TUNJANGAN CACAD, DAN UANG DUKA PEGAWAI NEGERI SIPIL

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJAR TINGKAT II BANJAR NOMOR : 1 TAHUN 1981 TENTANG : KEDUDUKAN KEUANGAN KETUA, WAKIL KETUA DAN

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

NAMA JABATAN DAN GELAR, KEDUDUKAN, PENGHASILAN DAN LARANGAN KEANGGOTAAN PARTAI POLITIK WAKIL KEPALA DAERAH TINGKAT I

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1956 TENTANG PERJALANAN LUAR NEGERI TENAGA BANGSA ASING PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN DAERAH PROVINSI BALI

GUBERNUR KEPALA DAERAH TINGKAT I JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH TINGKAT I JAWA TIMUR NOMOR 5 TAHUN 1990

PERATURAN DAERAH PROPINSI LAMPUNG NOMOR 7 TAHUN 1990

*) Disetujui D.P.R. dalam rapat pleno terbuka ke-70 tanggal 2 Nopember 1956 pada hari Jum'at, P. 41/

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG


PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UU 2/1959, PENETAPAN UNDANG UNDANG DARURAT NO Bentuk: UNDANG-UNDANG (UU) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor: 2 TAHUN 1959 (2/1959)

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PENETAPAN BAGIAN VIIIB (KEMENTRIAN PERHUBUNGAN JAWATAN PELAYARAN) DARI ANGGARAN REPUBLIK INDONESIA TAHUN DINAS 1954 *)

Kampanye WALHI Sulsel 1

PEMERINTAH PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 12 TAHUN 1996

L E M B A R A N D A E R A H

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1957 TENTANG PANITIA NEGARA PERIMBANGAN KEUANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 1955 TENTANG PERATURAN PERJALANAN DINAS LUAR NEGERI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Memutuskan :

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PP 12/1981, PEERAWATAN, TUNJANGAN CACAD, DAN UANG DUKA PEGAWAI NEGERI SIPIL. Tentang:PERAWATAN, TUNJANGAN CACAD, DAN UANG DUKA PEGAWAI NEGERI SIPIL

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BADUNG NOMOR 8 TAHUN 1990 TENTANG

WALIKOTA PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA PASURUAN NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA SERIKAT

KEMENTERIAN NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI PERATURAN SEKRETARIS MENTERI NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI, REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1957 TENTANG PEMBERIAN TUNJANGAN KEJURUAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

WALIKOTA BENGKULU PROVINSI BENGKULU PERATURAN WALIKOTA BENGKULU NOMOR 02 TAHUN 2016 TENTANG PERJALANAN DINAS PEMERINTAH KOTA BENGKULU

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI TENGAH NOMOR 29 TAHUN 2000

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2015 TENTANG JAMINAN KECELAKAAN KERJA DAN JAMINAN KEMATIAN BAGI PEGAWAI APARATUR SIPIL NEGARA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2006 TENTANG

PENETAPAN BAGIAN VIIIB (KEMENTRIAN PERHUBUNGAN-JAWATAN PELAYARAN) DARI ANGGARAN REPUBLIK INDONESIA UNTUK TAHUN- TAHUN DINAS 1952 DAN 1953

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Mengingat: Pasal 113 dari Undang-undang Dasar Sementara Republik Indonesia. Dengan Persetujuan: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT,

Bentuk: UNDANG-UNDANG (UU) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor: 7 TAHUN 1978 (7/1978) Tanggal: 18 DESEMBER 1978 (JAKARTA)

Presiden Republik Indonesia,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 51 TAHUN 2001 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG BARAT,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 1995 TENTANG TUNJANGAN PANITERA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Transkripsi:

UNDANG-UNDANG DARURAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 1956 TENTANG KEDUDUKAN KEUANGAN KETUA, WAKIL KETUA DAN ANGGOTA KONSTITUANTE PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. Bahwa gaji dan tunjangan-tunjangan Ketua, Wakil Ketua dan Anggota Konstituante perlu diatur dalam suatu Undang-undang; b. bahwa karena keadaan-keadaan yang mendesak, peraturan ini perlu segera diadakan. Mengingat: Pasal 136 jo pasal 73 Undang-undang Dasar Sementara Republik Indonesia. MEMUTUSKAN Menetapkan: Undang-undang Darurat tentang kedudukan keuangan Ketua, Wakil Ketua dan Anggota Konstituante. Pasal 1 Tentang Gaji Dan Tunjangan-Tunjangan Ketua (1) Anggota Konstituante yang menjadi Ketua bertempat tinggal di Bandung. (2) Ketua mendapat gaji sejumlah Rp.2.100,- (dua ribu seratus rupiah) sebulan. (3) Di samping gaji tersebut dalam ayat (2) kepada Ketua diberikan tunjangan kemahalan dan tunjangan keluarga menurut peraturan-peraturan yang ditetapkan untuk pegawai Negeri Republik Indonesia. (4) Selama masa memangku jabatan untuk Ketua disediakan sebuah rumah kediaman kepunyaan Negara dan sebuah mobil dengan pengemudinya. Ongkos pemakaian untuk keperluan dinas dan pemeliharaan mobil itu ditanggung oleh Negara. Ongkos-ongkos pemakaian air, penerangan dan gas untuk rumah Ketua ditanggung oleh Negara. Untuk menutupi ongkos-ongkos pelayanan dan pemeliharaan rumah itu kepada Ketua diberikan tunjangan, yang banyaknya tergantung dari besarnya rumah serta pekarangan dan ditentukan oleh Menteri Keuangan dan Menteri Pekerjaan Umum dan Tenaga. (5) Kepada Ketua diberikan tunjangan jabatan sejumlah Rp. 500,-(lima ratus rupiah) sebulan. Jika Ketua terpaksa mengeluarkan ongkos representasi yang selayaknya tidak dapat dicukupi dari jumlah tunjangan jabatan yang diberikan kepadanya, dapatlah yang

berkepentingan mengajukan pertelaan pengeluaran ongkos-ongkos itu kepada Menteri Keuangan untuk disetujui dan diberikan gantinya. (6) Ongkos perjalanan dan ongkos penginapan untuk dinas diganti menurut peraturan ongkos perjalanan yang berlaku. Ia tidak terbatas dalam memilih alat-alat perjalanan. Jika dalam perjalanan dinas ternyata harus dikeluarkan lebih daripada apa yang dapat digantikan menurut peraturan ongkos perjalanan tersebut, maka kelebihannya itu dapat diajukan untuk mendapat ganti dengan pertelaan sendiri kepada Jawatan Perjalanan. Pasal 2 Tentang Tunjangan-Tunjangan Wakil Ketua Konstituante (1) Wakil-wakil ketua Konstituante menerima uang duduk, dan penggantian uang penginapan seperti yang diberikan kepada para anggota. (2) Di samping penghasilan tersebut ayat (1), para Wakil Ketua mendapat tunjangan tetap sebesar Rp.1000,- (Seribu rupiah) sebulan. (3) Untuk keperluan dinas bagi masing-masing Wakil Ketua oleh Sekretariat Konstituante disediakan sebuah mobil dengan pengemudinya. Ongkos pemakaian untuk keperluan dinas dan pemeliharaan mobil itu ditanggung oleh Negara. Penggantian kerugian ongkos pengangkutan lokal tidak diberikan kepada Wakil Ketua. (4) Aturan penggantian ongkos perjalanan dan ongkos penginapan untuk dinas bagi Wakil Ketua, selama bertindak sebagai Ketua di luar Bandung, disamakan dengan aturan penggantian ongkos perjalanan dan ongkos penginapan seperti tersebut pada pasal 1 ayat (6). Pasal 3 Tentang Uang Duduk Dan Biaya-Biaya Perjalanan, Penginapan Serta Pengangkutan Lokal Anggota (1) Anggota Konstituante, kecuali ketua, mendapat uang duduk Rp. 75,- (tujuh puluh lima rupiah) buat tiap-tiap rapat yang dihadirinya, akan tetapi sebanyak-banyaknya Rp. 150,- (Seratus lima puluh rupiah) sehari. (2) Untuk menghadiri sidang Konstituante atau rapat-rapat Konstituante, maka anggota Konstituante mempunyai hak atas penggantian ongkos perjalanan pulang pergi dan ongkos penginapan ongkos perjalanan pulang pergi dan ongkos penginapan, dengan ketentuan, bahwa jika pada waktu seorang anggota menerima panggilan untuk menghadiri sidang atau rapat-rapat Konstituante ia berada di lain tempat di dalam daerah Indonesia daripada tempat tinggalnya, ia diperbolehkan langsung berangkat dari tempat di mana ia berada ke tempat di mana sidang atau rapat itu akan diadakan. (3) Anggota Konstituante, yang bertempat tinggal di luar Bandung, selama tinggal di Bandung untuk menghadiri sidang atau rapat-rapat Konstituante mendapat penggantian kerugian ongkos pengangkutan lokal dengan ketentuan sebagai berikut: a. Anggota Konstituante, yang bertempat tinggal di luar Bandung, selama tinggal di Bandung untuk menghadiri sidang atau rapat-rapat Konstituante mendapat penggantian biaya kendaraan lokal sebanyak Rp. 20,- (dua puluh rupiah) sehari dan penggantian biaya penginapan sebanyak Rp. 35,- (tiga puluh lima rupiah) sehari, dengan ketentuan, bahwa apabila ia membuktikan dengan kwitansi telah

membayar biaya penginapan lebih dari Rp. 35,- (tiga puluh lima rupiah) sehari, biaya penginapan itu diganti sepenuhnya kepadanya. b. Kepada anggota Konstituante, yang berkediaman di luar Bandung, apabila ia sebelum sidang atau rapat-rapat Konstituante dimulai sudah tiba di Bandung, diberikan penggantian biaya penginapan sebanyak-banyaknya untuk 2 hari, kecuali, jika disebabkan oleh karena tidak ada perhubungan, ia terpaksa lebih dahulu tiba di Bandung; dalam hal ini penggantian biaya penginapan diberikan kepadanya untuk selama ia sudah ada di Bandung itu sebelum sidang atau rapat dimulai; c. Kepada anggota Konstituante yang berkediaman di luar Bandung apabila ia sesudah sidang ditutup atau rapat-rapat berakhir belum meninggalkan Bandung, diberikan penggantian biaya penginapan sebanyak-banyaknya untuk 2 hari, kecuali, jika disebabkan oleh karena tidak ada perhubungan, ia terpaksa lebih lama tinggal di Bandung; dalam hal ini penggantian biaya penginapan diberikan kepadanya untuk selama ia masih tinggal di Bandung; d. Apabila anggota Konstituante yang bertempat tinggal di luar Bandung selama menghadiri sidang tidak datang hadir pada lebih dari 2 hari rapat berturut-turut, maka untuk hari-hari yang lebih dari 2 hari rapat ia tidak datang hadir itu, kepadanya tidak diberikan uang penginapan dan uang kendaraan lokal; e. Apabila anggota Konstituante, yang bertempat tinggal di luar Bandung selama menghadiri sidang tidak sekalipun datang hadir pada hari-hari rapat, ia tidak mendapat uang penginapan dan uang kendaraan lokal; f. Apabila anggota Konstituante, yang bertempat tinggal di luar Bandung dalam waktu menghadiri sidang jatuh sakit, selama ia berada di Bandung mendapat uang penginapan. Untuk mendapat uang penginapan ini anggota yang sakit lebih dari 2 hari harus memperlihatkan surat keterangan dokter. (4) Anggota Konstituante, yang bertempat tinggal di Bandung,untuk selama waktu sidang atau rapat-rapat Konstituante mendapat pengganti kerugian ongkos pengangkutan, dengan ketentuan sebagai berikut: a. Anggota Konstituante yang bertempat tinggal di Bandung, untuk selama waktu sidang atau rapat-rapat Konstituante mendapat penggantian biaya kendaraan lokal sebanyak Rp. 20,- (dua puluh rupiah); b. Apabila Anggota Konstituante, yang bertempat tinggal di Bandung, selama menghadiri sidang tidak datang hadir pada lebih dari 2 hari rapat berturut-turut, maka untuk hari-hari yang lebih dari 2 hari rapat ia tidak datang hadir itu,kepadanya tidak diberikan uang kendaraan lokal; c. Apabila Anggota Konstituante, yang bertempat tinggal di Bandung, selama menghadiri sidang tidak sekalipun datang hadir pada hari-hari rapat, ia tidak mendapat uang kendaraan lokal, (5) Anggota Konstituante, yang menghadiri sidang atau rapat-rapat Konstituante mendapat penggantian ongkos pengangkutan untuk pulang ke tempat tinggalnya, apabila anak, isteri/suami atau orang tuanya meninggal dunia, dalam hal ini biaya pengangkutan kembali untuk menghadiri sidang atau rapat Konstituante yang bersangkutan, juga ditanggung oleh Negara, yang dimaksud dengan anak, ialah anak kandung, anak tiri/atau anak angkat, dengan isteri, ialah isteri yang di kawin dengan sah, dengan orang tua, ialah ayah dan ibu dari anggota Konstituante yang bersangkutan.

(6) Penggantian ongkos perjalanan, ongkos pengangkutan ongkos penginapan termaksud dalam ayat (2) dan (5) pasal ini diberikan menurut ketentuan-ketentuan dalam Peraturan Perjalanan yang berlaku bagi pegawai negeri dengan ketentuan, bahwa: a. Anggota dalam hal ini dianggap termaksud golongan pertama dalam Peraturan Perjalanan itu; b. Anggota diperbolehkan memakai kapal terbang apabila jarak yang akan ditempuh jauhnya lebih dari 8 jam perjalanan dengan kereta api; c. anggota berhak atas prioriteit pertama apabila ia mempergunakan kapal terbang; d. kepada anggota, yang dalam perjalanan menginap di luar hotel diberikan penggantian biaya penginapan sebanyak Rp. 35,- (tiga puluh lima rupiah). (7) Semua anggota Konstituante yang melakukan perjalanan dinas berhak memakai alat pengangkutan umum Negara dan daerah-daerah otonom dengan percuma dan mendapat prioriteit pertama untuk memakai segala alat-alat pengangkutan umum. (8) Jawatan Pemerintahan Negara Pusat dan Daerah berkewajiban memberi bantuan alatalat pengangkutan Negara kepada anggota Konstituante, apabila alat-alat pengangkutan umum yang tersebut pada ayat (7) tidak dapat dipergunakan. (9) Anggota Konstituante, yang tidak mempergunakan alat pengangkutan tersebut pada ayat (7) pasal ini, akan tetapi mempergunakan alat pengangkutan sendiri, mendapat penggantian kerugian ongkos pengangkutan sama dengan ongkos kendaraan umum tersebut pada ayat (7). (10) Untuk mengadakan perjalanan tidak untuk dinas antara Bandung dan tempat tinggalnya, anggota Konstituante dapat menggunakan kapal terbang G.I.A. atau kapal laut kepunyaan perusahaan partikelir dengan mendapat reduksi 50% atas harga tiket. Reduksi ini dapat diberikan untuk sebanyak-banyaknya 3 kali perjalanan pulang pergi dalam waktu satu tahun, dengan pengertian bahwa setiap 3 bulan bersidang di Bandung memberikan hak perjalanan 1 kali. Pulang pergi. Pasal 4 Anggota Dewan Perwakilan Rakyat yang merangkap anggota Konstituante selama menghadiri rapat Konstituante di Bandung dan karenanya itu tidak hadir para rapat-rapat Dewan Perwakilan Rakyat dikenakan potongan menurut Pasal 3 ayat (1) (b) Undang-undang No. 2 tahun 1954) (LN. No. 9 Tahun 1954). Pasal 5 Tentang Tunjangan Kecelakaan Anggota Konstituante yang dalam atau oleh karena menjalankan kewajiban mendapat kecelakaan, menerima tunjangan menurut Undang-undang tentang tunjangan kecelakaan yang berlaku untuk pegawai negeri. Pasal 6 Tentang Biaya Pengangkutan Jenazah Dan Tunjangan Kematian (1) Apabila Ketua, Wakil Ketua atau anggota Konstituante meninggal dunia pada waktu menghadiri sidang Konstituante, maka biaya pengangkutan jenazahnya ditanggung oleh Negara hingga paling tinggi sebesar biaya untuk pengangkutan jenazah itu (dari tempat ia meninggal dunia ke tempat kediamannya.

Dalam hal pengangkutan itu terpaksa harus dilakukan dengan pesawat terbang, maka biaya yang ditanggung oleh Negara adalah sebanyak-banyaknya Rp.5.000,- (lima ribu rupiah). Yang dimaksud dengan "biaya pengangkutan jenazah" ialah semata-mata ongkos-ongkos yang harus dikeluarkan untuk mengangkut jenazah itu, tidak termasuk ongkos-ongkos lain. (2) Apabila Ketua atau Wakil Ketua Konstituante meninggal dunia, maka, kepada ahli waris masing-masing dibayarkan berturut-turut gaji atau tunjangan bulanan untuk bulan, dalam mana Ketua atau Wakil Ketua itu meninggal dunia. (3) Di samping gaji atau tunjangan bulanan termaksud ayat (2) pasal ini kepada ahli waris Ketua atau Wakil Ketua Konstituante, yang meninggal dunia dibayarkan pula tunjangan kematian sebesar satu setengah kali jumlah gaji atau tunjangan bulanan tersebut dalam ayat (2) pasal ini. Pasal 7 Tentang penggantian biaya pemeriksaan pengobatan dan perawatan kedokteran Ketua, Wakil Ketua dan anggota-anggota yang dalam atau oleh karena menjalankan kewajibannya, jatuh sakit, dapat diberi penggantian biaya pemeriksaan, pengobatan dan perawatan kedokteran menurut peraturan-peraturan yang berlaku tentang itu bagi pegawai negeri, dengan ketentuan, bahwa gaji bersih sebagaimana dimaksud dalam peraturan-peraturan tersebut tadi dalam pemberian penggantian biaya pemeriksaan, pengobatan dan perawatan kedokteran bagi mereka itu ialah penghasilan-penghasilan yang diterima menurut pasal 1 ayat (2), pasal 2 ayat (1) dan (2) dan pasal 3 ayat (1) sub a dan b. Pasal 8 Undang-undang ini mulai berlaku pada hari diundangkan. Agar supaya setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Undangundang ini dengan penempatan dalam Lembaran Negara Republik Indonesia. Ditetapkan Di Jakarta, Pada Tanggal 8 Oktober 1956 WAKIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Ttd. MOHAMMAD HATTA. PERDANA MENTERI,

Ttd. ALI SASTROAMIDJOJO MENTERI KEUANGAN, Ttd. (TAK TERBACA) Diundangkan Pada Tanggal 9 Oktober 1956 MENTERI KEHAKIMAN, Ttd MULJATNO PENJELASAN UNDANG-UNDANG DARURAT REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 3 TAHUN 1956 TENTANG KEDUDUKAN KEUANGAN KETUA, WAKIL KETUA DAN ANGGOTA KONSTITUANTE Maksud Undang-undang Darurat ini ialah supaya sebelum anggota-anggota Konstituante dilantik sudah ada peraturan yang tertentu mengenai keuangan Ketua, Wakil Ketua dan Anggota Konstituante. Pemerintah berpendapat bahwa kedudukan keuangan Ketua Konstituante dapat disamakan dengan Ketua D.P.R. Berlainan dengan anggota D.P.R. yang mendapat tunjangan tetap sebesar Rp. 1.500,- sebulan, ditambah dengan tunjangan-tunjangan kepada anggota Konstituante diberikan uang sidang sebanyak Rp. 75,- sehari. Adapun hak-hak lain yang diberikan kepada anggota D.P.R. Menurut U.U. No.2 tahun 1954, pada umumnya diberikan pula kepada anggota Konstituante.