BAB III METODOLOGI PENELITIAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. motilitas spermatozoa terhadap hewan coba dilaksanakan di rumah hewan,

BAB III METODE PENILITIAN. Penelitian ini telah dilakukan selama 3 bulan (Januari - Maret 2012).

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek atau bahan penelitian ini adalah daging buah paria (Momordica

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dengan Rancangan Acak Terkontrol (RAT). bulan November sampai dengan Desember 2012.

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan merupakan penelitian eksperimen karena

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan merupakan penelitian eksperimen, karena

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sampel atau bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kacang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sampel atau bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian. Bahan dan Alat Metode Penelitian Pembuatan Larutan Ekstrak Rumput Kebar

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. penelitian yang dilakukan dengan mengadakan manipulasi terhadap objek penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sampel atau bahan penelitian ini adalah daun M. australis (hasil

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. polyanthum) asal NTB. Untuk memastikan identitas dari tanaman salam

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Laboratorium Kimia untuk pembuatan ekstrak Myrmecodia pendens Merr. &

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian berdasarkan kehadiran variabel adalah penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek atau bahan penelitian ini adalah biji paria (Momordica charantia)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sampel dari penelitian ini adalah daun murbei (Morus australis Poir) yang

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan Juni 2012.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Hewan Coba Departemen Biologi

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Sains dan Teknologi Universitas Airlangga Surabaya sebagai tempat

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Lokasi Pengambilan Sampel, Waktu dan Tempat Penelitian. Lokasi pengambilan sampel bertempat di sepanjang jalan Lembang-

BAB III METODE PENELITIAN. dengan tempat penelitian sebagai berikut :

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. (RAL). Perlakuan dikelompokkan menjadi 7 kelompok dengan 5 kali ulangan.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. dengan rancangan acak lengkap. Penelitian ini menggunakan empat kelompok

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun Artocarpus

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Neraca analitik, tabung maserasi, rotary evaporator, water bath,

METODOLOGI PENELITIAN. eksperimental dengan Rancangan Acak Terkontrol. Desain ini melibatkan 5

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Lokasi Pengambilan Sampel dan Tempat Penenlitian. Sampel yang diambil berupa tanaman MHR dan lokasi pengambilan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. salam dan uji antioksidan sediaan SNEDDS daun salam. Dalam penelitian

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Dalam kegiatan penelitian ini yang diperlukan adalah peralatan laboratorium,

LAMPIRAN Lampiran 1. Hasil identifikasi tumbuhan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset, Jurusan Pendidikan Kimia,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Material Jurusan Pendidikan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni - Juli 2015 di Laboratorium Zoologi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Siklus kelamin poliestrus (birahi) g jantan dan betina

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Instrumen Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang pengaruh pemberian ekstrak etanol daun sirsak (Annona

BAB III METODE PENELITIAN. di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Laboratorium Kimia Analitik

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Lokasi Pengambilan Sampel, Waktu dan Tempat Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain neraca analitik,

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. rancangan penelitian yang digunakan adalah acak lengkap dengan lima kelompok,

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. (RAL). Perlakuan dikelompokkan menjadi 5 kelompok dengan 5 kali ulangan.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang pengaruh pemberian ekstrak etanol daun sirsak (Annona

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset, Jurusan Pendidikan Kimia,

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Riset Kimia, Laboratorium Riset

BAB III MATERI DAN METODE. Persentase Hidup dan Abnormalitas Spermatozoa Entok (Cairina moschata), telah

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Lampung pada bulan Juni sampai Juli 2015.

keterangan: T = jumlah perlakuan R= jumlah replikasi

BAB III METODE PENELITIAN. formula menggunakan HPLC Hitachi D-7000 dilaksanakan di Laboratorium

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Fisiologi Tumbuhan dan

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi pengambilan sampel bertempat di daerah Cihideung Lembang Kab

BAB III METODE PENELITIAN A.

Lampiran 1.Identifikasi tumbuhan

Lampiran 1. Hasil Persetujuan Etik Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. yang diperoleh dari daerah Soreang dan Sumedang. Tempat penelitian menggunakan

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli Oktober Pembuatan ekstrak

BAB III METODE PENELITIAN Lokasi Pengambilan Sampel, Waktu dan Tempat Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia dan Laboratorium Kimia Instrumen

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Prosedur Penelitian Persiapan Bahan Baku

BAB III METODE PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Besar Veteriner Wates sebagai tempat pembuatan preparat awetan testis.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. eksperimental dengan menggunakan rancangan penelitian Post Test. Randomized Control Group Design.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April hingga Mei 2015.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kimia Instrumen Jurusan

BAB III METODE PENELITIAN. (RAL). Perlakuan dikelompokkan menjadi 7 kelompok dengan 5 kali ulangan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

Transkripsi:

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Sampel dan Lokasi Penelitian Sampel atau bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah biji karabenguk (Mucuna pruriens var. utilis (L.) DC) yang berasal dari Bantul, Yogyakarta sedangkan untuk hewan uji didapatkan dari Laboratorium Sekolah Ilmu Teknologi Hayati ITB. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Riset (LKR), Laboratorium Kimia Organik dan Bahan Alam (LKOB), Laboratorium Kimia Instrumen (LKI), Jurusan Pendidikan Kimia Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Pendidikan Indonesia (FPMIPA UPI). Laboratorium Kimia Bahan Alam Jurusan Farmasi Fakultas Sekolah Farmasi Institut Teknologi Bandung (SF ITB) dan Laboratorium Mikroteknik Hewan Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Padjadjaran (FMIPA UNPAD). 3.2. Alat dan Bahan Penelitian 3.2.1. Alat Peralatan yang digunakan pada tahap ekstraksi dalam penelitian ini meliputi alat-alat gelas, maserator, penguap berputar vakum (vaccum rotary evaporator), pompa vakum, corong Buchner, ultrasonic vibrator dan Freeze drier. Sedangkan alat instrumen yang digunakan untuk analasis kandungan L- dopa adalah HPLC, Peralatan yang digunakan pada tahap pengujian fertilitas mencit meliputi bak plastik (kandang), tempat minum mencit, sondel, spet, pisau bedah, gunting bedah, bak bedah, jarum pentul, mikroskop cahaya, cawan petri, hemositometer, Neubauer Improved, pipet,kertas label dancounter.

24 3.2.2. Bahan Pada tahapn ekstraksi bahan-bahan yang digunakan meliputi biji karabenguk, etanol teknis 98%, asam sitrat teknis, aquabides, H 3 PO 4 p.a, Metanol p.a., aquades, kertas saring, NaOH teknis dan L-Dopa standar (3,4-Dihydrocxy-Lphenylalanine) SIGMA. Sedangkan bahan yang digunakan untuk pengujian fertilitas meliputi hewan uji yakni mencit, ekstrak karabenguk, pakan mencit, PBS (Phosfate Buffered Saline), PGA (Polyglycolic acid), aquades, eosin dan etanol 70%. 3.3. Alur Penelitian Pelaksanaan penelitian dilakukan dengan beberapa tahapan. Tahapan tersebut yaitu tahapan pra uji fertilitas meliputi penyiapan sampel, ekstraksi, dan penentuan kadar L-Dopa serta pengujian fertilitas ekstrak karabenguk terhadap mencit. Bagan alir penelitian yang dilakukan dapat dilihat pada Gambar 3.1.

25 Biji Karabenguk Dicuci Dikupas Dipisahkan antara kulit dan dagingnya Kulit Karabenguk Daging Karabenguk Dikeringkan Dihaluskan Maserasi dengan air:etanol (1:1) ph 3 Maserat Dievaporasi Difreeze dryer Residu Ekstrak Kering Analisis HPLC Kadar L-dopa Uji fertilitas terhadap mencit Pra Uji Fertilitas Uji Fertilitas Dibagi dalam 3 kelompok Kelompok Kontrol (-) Kelompok Kontrol (+) Kelompok Perlakuan Hanya diberi pakan dan minum Analisa Sperma Diberi L-dopa murni dengan konsentrasi 50 mg/kg berat badan selama 30 hari Dimatikan lalu diambil spermanya Meliputi Diberi ekstrak daging biji karabenguk dengan konsentrasi 50, 100, 150, 200 dan 250 mg/kg berat badan selama 30 hari Konsentrasi Sperma Motilitas Sperma Morfologi Sperma Uji Statistik Hasil Analisa Statistik Gambar 3.1 Bagan Alir Penelitian

26 3.4 Prosedur Penelitian Pra Uji Fertilitas 3.4.1 Persiapan Sampel Tahap awal penelitian dimulai dari pengambilan sampel biji karabenguk dari daerah Yogyakarta. Biji karabenguk yang akan digunakan dibersihkan terlebih dahulu dari kotoran yang menempel. Kemudian biji karabenguk dikupas dan pisahkan antara kulit dan dagingnya. Setelah itu, daging biji karabenguk dikeringkan tanpa terkena sinar matahari langsung hingga kering. Sampel yang telah kering kemudian dihaluskan dengan mesin penggiling sampai berbentuk serbuk. Kemudian serbuk daging biji karabenguk yang diperoleh ditimbang untuk mengetahui berat dalam kondisi yang telah dikeringkan. 3.4.2 Ekstraksi Karabenguk Serbuk daging biji karabenguk (Mucuna pruriens) diekstraksi menggunakan pelarut etanol dan air dengan perbandingan 1:1 dan penambahan asam sitrat sampai ph larutan menjadi 3. Teknik ekstraksi yang digunakan ialah ekstraksi cair-padat dengan metode maserasi. Sampel direndam dalam pelarut selama 3 x 24 jam dengan pergantian pelarut baru setiap 24 jam. 3.4.3 Penentuan Kadar L-Dopa dengan Metode High Performance Liquid Chromatography (HPLC) Untuk mengetahui kadar L-Dopa yang terkandung dalam sampel dilakukan analisis menggunakan metode HPLC (High Perfomance Liquid Chromatography). Prosedur kerja yang dilakukan ialah sebagai berikut : 1. Pembuatan Fasa Gerak Metanol sebanyak 6 ml dimasukkan kedalam gelas kimia yang berisi 294 ml aquabides. Kemudian ditambah H 3 PO 4 hingga ph larutan 3 dan dihomogenkan dengan bantuan ultrasonic vibrator selama 5 menit. 2. Pembuatan Deret Larutan Standar Larutan induk dibuat terlebih dahulu dengan cara menimbang L-Dopa standar sebanyak 12,5 mg lalu dilarutkan dalam 25 ml fasa gerak dan didapat larutan induk 500 ppm. Dari larutan induk 500 ppm, dibuat larutan deret standar

27 dengan konsentrasi 25 ppm, 50 ppm, 75 ppm, 100 ppm, dan 125 ppm. Untuk larutan standar 25 ppm, 50 ppm, 75 ppm, 100 ppm, dan 125 ppm dipipet masing-masing 1,25 ml; 2,50 ml; 3,75 ml; 5,00 ml; dan 6,25 ml larutan induk 500 ppm. Selanjutnya ditandabataskan dalam labu ukur 25 ml menggunakan fasa gerak sampai tanda batas. 3. Pembuatan Larutan Sampel Sampel ekstrak ditimbang sebanyak 12.5 mg dan dilarutkan dalam 3 ml fasa gerak. Kemudian dihomogenkan dengan bantuan ultrasonik selama 10 menit. Kemudian dimasukan ke dalam labu 10 ml dan ditandabataskan dengan fasa gerak. 4. Pengukuran Standar dan Sampel Pengukuran deret standar dan sampel dilakukan dengan alat HPLC Shimadzu dengan parameter pengujian yaitu λ = 280 nm, laju alir 1 ml/menit dan perbandingan pelarut H 2 O:Metanol:H 3 PO 4 yaitu 975,5:19,5:1. 3.5 Prosedur Penelitian Tahapan Uji Fertilitas 3.5.1 Persiapan Dosis Ekstrak Daging Biji Karabenguk Dosis ekstrak daging biji karabenguk diberikan pada hewan uji 50, 100, 150, 200 dan 250 mg/kg berat badan. Pemberian dosis ini didasarkan pada hasil riset sebelumnya yang menunjukkan bahwa pemberian fraksi etanol 96% karabenguk dengan dosis 14, 28 dan 56 mg/kg berat badan dapat meningkatkan motilitas sperma dan penurunan morfologi sperma abnormal, tetapi berdasarkan uji statistik peningkatannya tidak signifikan (Winarni et al, 2011). Selain itu, diberikan pula dosis 50 mg/kg berat badan L-dopa murni sebagai kelompok kontrol positif yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh L-dopa terhadap kualitas dan kuantitas sperma. 3.5.2 Aklimatisasi Mencit Sebelum diberi perlakuan, mencit diaklimatisasi pada suhu ruangan ratarata 23-29 0 C, periode ini dilaksanakan selama tujuh hari dengan tujuan agar

28 hewan uji beradaptasi dengan lingkungan yang akan ditempati selama percobaan. Mencit dikelompokkan dalam kandang berukuran 30x20x12 cm berdasarkan perlakuan yang diberikan dengan kepadatan lima ekor setiap kandang. Selama aklimatisasi, mencit diberi pakan standar PC551 dan minum secara ad libitum. Botol minuman dan kandang dibersihkan setiap tiga hari sekali dan diisi ulang dengan air yang baru apabila air telah habis. 3.5.3 Pemberian Dosis Ekstrak Daging Biji Karabenguk Pemberian ekstrak karabenguk dilakukan selama 30 hari secara oral sebanyak satu kali dalam sehari dilakukan setiap pagi. Tiap mencit dalam kelompok perlakuan diberi ekstrak daging biji karabenguk sesuai dengan dosis yang telah ditentukan. Ekstrak daging biji karabenguk yang diberikan adalah sebesar 0,3 ml/hari untuk masing-masing konsentrasi agar lambung mencit dapat menampung ekstrak daging biji karabenguk selain pakan yang diberikan. 3.5.4 Penghitungan Konsentrasi Sperma Mencit dimatikan dengan cara dislokasi leher kemudian ditempatkan pada baki bedah untuk dimulai pembedahan. Cauda epididymis di isolasi dan dibersihkan dengan menggunakan PBS (Ca 2+ dan Mg 2+ free). Cairan sperma dikeluarkan dari cauda epididymis dengan cara disemprot dengan menggunakan syringe. Cairan sperma yang diambil dari duktus epididimis diencerkan dengan 2 ml PBS sampai homogen. Suspensi sperma dihisap dengan pipet leukosit sampai tanda 1,0. Pipet yang telah berisi suspensi sperma kemudian diencerkan dengan larutan PBS sampai tanda 1,1. Kemudian pipet dikocok rata. Sebelum menghitung sperma, terlebih dahulu beberapa tetes campuran sperma dibuang agar yang terhitung nanti adalah bagian yang benar benar mengandung sperma homogen. Penghitungan konsentrasi sperma dilakukan dengan menggunakan hemositometer Improved Neubauer diamati dengan mikroskop pada perbesaran 400 kali. Penghitungan dilakukan untuk 5 kotak pada counting chamber (terdapat

29 25 kotak) untuk setiap sampel, kemudian dihitung rata-ratanya. Hasil perhitungan merupakan konsentrasi sperma dalam 10 5 ml suspensi sperma. Konsentrasi sperma (per ml) = 25/5 X pengenceran X N Keterangan: N = (jumlah sperma terhitung rata-rata) / mm 3. 3.5.5 Penghitungan Motilitas sperma Motilitas sperma dapat diamati pada suspensi sperma yang telah diteteskan pada bilik hitung Neubauer dan diamati dibawah mikroskop dengan pembesaran 400 kali. Motilitas sperma ditentukan dari 100 spermatozoa dalam satu lapangan padang. Motilitas sperma dinilai berdasarkan persen sperma dengan motilitas baik, yaitu sperma yang bergerak cepat, lurus kedepan, lincah dan aktif. 3.5.6 Penghitungan Morfologi Sperma Morfologi sperma dapat diamati pada sediaan apus dengan pewarnaan Eosin Y 1%. Pemeriksaan morfologi sperma dilakukan dengan membedakan bentuk sperma normal dan abnormal dari 100 sperma yang diamati, hingga diperoleh data bentuk sperma dalam persen. Sperma abnormal berupa kelainan pada bagian kepala seperti kepala pecah, kepala lepas, kepala pipih, bagian tengah seperti patah, bengkok, adanya droplet sitoplasma, bagian ekor seperti ekor patah, koil, dan ekor melengkung. Pengamatan dilakukan di bawah mikroskop dengan pembesaran 400 kali. 3.5.7 Analisis Data Data yang didapatkan diuji normalitasnya.uji normalitas menggunakan uji Test of Normality (Kolmogorov-Sminov). Data yang terdistribusi normal dianalisis secara statistik parameterik yaitu, Uji T (Independent-Samples T Test) Analisis data menggunakan Software SPSS 20 for Windows. Hipotesis untuk uji normalitas adalah H0 data terdistribusi normal sedangkan, H1 data terdistribusi tidak normal. Hipotesis untuk uji T adalah H0 data yang dibandingkan tidak memiliki

30 perbedaan yang signifikan, sedangkan H1 data yang dibandingkan memiliki perbedaan yang signifikan.