KUAT LEKAT TULANGAN BAMBU WULUNG DAN PETUNG TAKIKAN PADA BETON NORMAL (208S)

dokumen-dokumen yang mirip
KAJIAN KUAT LEKAT TULANGAN BAMBU ORI BERTAKIKAN TIPE V DENGAN JARAK TAKIKAN 6 CM DAN 7 CM PADA BETON NORMAL

TINJAUAN KUAT LEKAT TULANGAN BAMBU DENGAN BETON

Kapasitas Lentur Balok Beton Tulangan Bambu Ori Takikan Jarak 20 dan 30 mm

KAJIAN KUAT LEKAT TULANGAN BAMBU WULUNG BERTAKIKAN TIPE V SEJAJAR DAN TIDAK SEJAJAR DENGAN JARAK TAKIKAN 6 CM DAN 7 CM PADA BETON NORMAL

ANALISIS KUAT LEKAT TULANGAN BAMBU ORI BERTAKIKAN TIPE U JARAK TAKIKAN 10 CM TERHADAP TULANGAN BAJA

KUAT LEKAT TULANGAN BAMBU WULUNG TAKIKAN TIPE U JARAK 15 CM

KAJIAN KUAT LEKAT TULANGAN BAMBU ORI TAKIKAN TIPE V SEJAJAR DAN TIDAK SEJAJAR DENGAN JARAK TAKIKAN 4 CM DAN 5 CM PADA BETON NORMAL

KAJIAN KUAT LEKAT TULANGAN BAMBU ORI TAKIKAN BENTUK V DENGAN JARAK ANTAR TAKIKAN 2 CM DAN 3 CM PADA BETON

PENGARUH PENAMBAHAN KAIT PADA TULANGAN BAMBU TERHADAP RESPON LENTUR BALOK BETON BERTULANGAN BAMBU

KUAT LEKAT TULANGAN BAMBU PETUNG TAKIKAN TIPE V DENGAN JARAK TAKIKAN 2 CM DAN 3 CM

KUAT LENTUR BALOK TULANGAN BAMBU PETUNG TAKIKAN TIDAK SEJAJAR TIPE U LEBAR 1 DAN 2 CM PADA TIAP JARAK 15 CM

EKSPERIMEN DAN ANALISIS BEBAN LENTUR PADA BALOK BETON BERTULANGAN BAMBU RAJUTAN

KUAT LEKAT TULANGAN BAMBU WULUNG TAKIKAN TIPE U JARAK 10 CM

KUAT LEKAT TULANGAN BAMBU ORI BERTAKIKAN TIPE U JARAK TAKIKAN 5 CM

KUAT LEKAT TULANGAN BAMBU WULUNG BERTAKIKAN TIPE U JARAK TAKIKAN 5 CM

KUAT LEKAT TULANGAN BAMBU PETUNG BERTAKIKAN TIPE U JARAK 15 CM

KUAT LEKAT TULANGAN BAMBU ORI BERTAKIKAN TIPE U JARAK 10 CM

MODEL BALOK BETON BERTULANGAN BAMBU SEBAGAI PENGGANTI TULANGAN BAJA (207S)

ANALISIS KUAT LEKAT TULANGAN BAMBU PETUNG TAKIKAN TIPE U JARAK 5 CM TERHADAP TULANGAN BAJA

KUAT LEKAT TULANGAN POLOS BAMBU (ORI, PETUNG, WULUNG)

KAJIAN KAPASITAS LENTUR PLAT BETON BERTULANGAN BAMBU WULUNG POLOS (ALTERNATIF PENGGANTI TULANGAN BAJA PADA PLAT LANTAI)

KAJIAN KUAT LEKAT TULANGAN BAMBU PETUNG TAKIKAN TIPE V SEJAJAR DAN TIDAK SEJAJAR DENGAN JARAK TAKIKAN 4 CM DAN 5 CM PADA BETON NORMAL

eissn KAJIAN KUAT LEKAT TULANGAN BAMBU PETUNG BERTAKIKAN SEJAJAR DAN ZIGZAG TIPE V DENGAN JARAK TAKIKAN 60 MM DAN 70 MMPADA BETON NORMAL

KUAT LENTUR BALOK BETON TULANGAN BAMBU PETUNG VERTIKAL TAKIKAN TIDAK SEJAJAR TIPE U LEBAR 3 CM TIAP JARAK 10 CM

KUAT LENTUR BALOK BETON TULANGAN BAMBU PETUNG TAKIKAN TIDAK SEJAJAR TIPE U LEBAR 3 CM TIAP JARAK 10 CM DENGAN POSISI KULIT DISISI DALAM

KUAT LENTUR BALOK BETON TULANGAN BAMBU PETUNG TAKIKAN TIDAK SEJAJAR TIPE U LEBAR 1 DAN 2 CM PADA TIAP JARAK 5 CM

KAJIAN KAPASITAS LENTUR BALOK BETON BERTULANGAN BAMBU PETUNG DENGAN TAKIKAN TIDAK SEJAJAR

KUAT LENTUR BALOK BETON TULANGAN BAMBU PETUNG POSISI VERTIKAL TAKIKAN SEJAJAR TIPE U LEBAR 1 DAN 2 CM PADA TIAP JARAK 10 CM

KUAT LENTUR BALOK BETON BERTULANG BAMBU ORI TAKIKAN TIPE U JARAK 5 CM. Shendy Nurcahyo Putro1), Agus Setiya Budi2), Endang Rismunarsi3)

KAJIAN KAPASITAS LENTUR BALOK BETON BERTULANGAN BAMBU PETUNG DENGAN TAKIKAN SEJAJAR

KAPASITAS LENTUR PLAT BETON BERTULANGAN BAMBU PETUNG DENGAN TAKIKAN SEJAJAR

KAJIAN KUAT LENTUR BALOK BETON BERTULANGAN BAMBU ORI TAKIKAN TIPE V DENGAN JARAK 2 CM DAN 3 CM

KUAT LEKAT DAN PANJANG PENANAMAN TULANGAN BAMBU PETUNG DAN BAMBU TALI PADA BETON NORMAL

PEMANFAATAN BAMBU UNTUK TULANGAN JALAN BETON

KUAT LENTUR BALOK BETON TULANGAN BAMBU PETUNG VERTIKAL TAKIKAN SEJAJAR TIPE U LEBAR 1 CM DAN 2 CM PADA TIAP JARAK 5 CM

KUAT LENTUR BALOK BETON TULANGAN BAMBU PETUNG VERTIKAL TAKIKAN TIPE U LEBAR 3 CM TIAP JARAK 10 CM DENGAN POSISI KULIT DI SISI DALAM

PENGARUH VARIASI MODEL TERHADAP RESPONS BEBAN DAN LENDUTAN PADA RANGKA KUDA-KUDA BETON KOMPOSIT TULANGAN BAMBU

ANALISIS KAPASITAS LENTUR BALOK BETON BERTULANG BAMBU PETUNG TAKIKAN TIPE U JARAK 15 CM, PADA LEBAR TAKIKAN 2 CM TERHADAP TULANGAN BAJA

PENGARUH RASIO TULANGAN TERHADAP KUAT LENTUR BALOK BERTULANGAN BAMBU DENGAN KAIT. Ronny Setiawan, Sri Murni Dewi, Eva Arifi

KAJIAN KAPASITAS LENTUR BALOK BETON BERTULANGAN BAMBU WULUNG TAKIKAN TIPE V DENGAN JARAK TAKIKAN 4 CM DAN 5 CM

KAJIAN KUAT LEKAT TULANGAN BAMBU WULUNG TAKIKAN TIPE V SEJAJAR DAN TIDAK SEJAJAR DENGAN JARAK TAKIKAN 40 MM DAN 50 MM PADA BETON NORMAL

UJI CABUT TULANGAN BAMBU DENGAN VARIASI JARAK KAIT DARI KLEM SELANG NASKAH PUBLIKASI TEKNIK SIPIL

Jln. Ir. Sutami 36 A, Surakarta 57126; Telp

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

ANALISIS DAN EKSPERIMEN PELAT BETON BERTULANG BAMBU LAPIS STYROFOAM

TINJAUAN KUAT LENTUR BALOK BETON BERTULANGAN BAMBU LAMINASI DAN BALOK BETON BERTULANGAN BAJA PADA SIMPLE BEAM. Naskah Publikasi

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

KUAT LENTUR BALOK BETON TULANGAN BAMBU PETUNG VERTIKAL TAKIKAN TIDAK SEJAJAR TIPE U LEBAR 2 CM TIAP JARAK 15 CM

KUAT LENTUR BALOK BETON TULANGAN BAMBU PETUNG VERTIKAL

KAJIAN KUAT LENTUR BALOK BETON BERTULANG BIASA DAN BALOK BETON BERTULANGAN KAYU DAN BAMBU PADA SIMPLE BEAM. Naskah Publikasi

Aplikasi EYM Model Pada Analisis Tahanan Lateral Sambungan Sistim Morisco-Mardjono: Sambungan Tiga Komponen Bambu Dengan Material Pengisi Rongga

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Studi Eksperimental Kuat Geser Pelat Beton Bertulang Bambu Lapis Styrofoam

Analisis Bambu Walesan, Bambu Ampel dan Ranting Bambu Ampel sebagai Tulangan Lentur Balok Beton Rumah Sederhana

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

ANALISIS EFEKTIVITAS BETON BERTULANG BAMBU DENGAN STRAND BAMBOO (SBW) PADA BANGUNAN AIR. Oleh :

KAJIAN KAPASITAS LENTUR BALOK BETON BERTULANGAN BAMBU WULUNG DENGAN TAKIKAN TIDAK SEJAJAR

Jalan Ir.Sutami No.36A Surakarta Telp

KAJIAN KAPASITAS LENTUR BALOK BETON BERTULANGAN BAMBU WULUNG TAKIKAN TIPE V DENGAN JARAK TAKIKAN 6 CM DAN 7 CM

PENGGUNAAN RANTING BAMBU ORI (BAMBUSA ARUNDINACEA) SEBAGAI KONEKTOR PADA STRUKTUR TRUSS BAMBU (053S)

BERAT VOLUME DAN KEKAKUAN PLAT SATU ARAH PADA PLAT BETON BERTULANGAN BAMBU DENGAN LAPIS STYROFOAM

PERILAKU RUNTUH BALOK DENGAN TULANGAN TUNGGAL BAMBU TALI

KUAT LEKAT TULANGAN PADA BERBAGAI VARIASI MUTU BETON NORMAL

PENGARUH MODIFIKASI TULANGAN BAMBU GOMBONG TERHADAP KUAT CABUT BAMBU PADA BETON (198S)

KAJIAN KUAT LENTUR DAN KUAT LEKAT BALOK BETON BERTULANGAN BAMBU WULUNG POLOS

KAJIAN KUAT LENTUR BALOK BETON BERTULANGAN BAMBU ORI TAKIKAN TIPE V DENGAN JARAK 4 CM DAN 5 CM

KAJIAN KAPASITAS LENTUR BALOK BETON BERTULANGAN BAMBU PETUNG TAKIKAN TIPE V DENGAN JARAK 6 DAN 7 CM

KAPASITAS LENTUR BALOK BETON TULANGAN BAMBU PETUNG DENGAN TAKIKAN TIDAK SEJAJAR TIPE U LEBAR 1 CM DAN 2 CM PADA TIAP JARAK 5 CM

Jalan Ir.Sutami No.36A Surakarta Telp

STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH SERAT BAMBU TERHADAP SIFAT-SIFAT MEKANIS CAMPURAN BETON

KAPASITAS LENTUR PLAT BETON BERTULANGAN BAMBU WULUNG DENGAN TAKIKAN TIDAK SEJAJAR

NILAI KUAT TARIK BELAH BETON DENGAN VARIASI UKURAN DIMENSI BENDA UJI

PENGARUH JARAK KAIT TERHADAP KUAT LENTUR BALOK BERTULANGAN BAMBU DENGAN KAIT NASKAH TERPUBLIKASI TEKNIK SIPIL

PEMANFAATAN BAMBU DAN KARET TALI TIMBA SEBAGAI ALTERNATIF PENGGANTI TULANGAN BAJA PADA PELAT BETON PRA CETAK

UJI TARIK DAN PENGARUH VARIASI POLA PILINAN BAMBU TERHADAP KUAT LEKAT BALOK BETON NASKAH PUBLIKASI TEKNIK SIPIL

KAPASITAS LENTUR KOLOM BETON BERTULANGAN BAMBU PETUNG POLOS

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Kata kunci: Tulangan Bambu Pilin, Tulangan Baja, Peningkatan Rasio Tulangan, Kuat Lentur, Pola Retak. ABSTRACT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

RUMAH SEDERHANA DENGAN SISTEM STRUKTUR BETON BERTULANG BAMBU PETUNG NUSA PENIDA

PENGARUH PENGGUNAAN WIRE ROPE SEBAGAI PERKUATAN LENTUR TERHADAP KEKUATAN DAN DAKTILITAS BALOK BETON BERTULANG TAMPANG T (040S)

ANALISIS KAPASITAS LENTUR BALOK BETON BERTULANG BAMBU PETUNG TAKIKAN TIPE U JARAK 10 CM, PADA LEBAR TAKIKAN 2 CM TERHADAP TULANGAN BAJA

PENGARUH VARIASI UKURAN TULANGAN DAN PENGGUNAAN KLEM SELANG TERHADAP KUAT CABUT TULANGAN BAMBU

APLIKASI AGREGAT RINGAN UNTUK MERIDUKSI BERAT BETON KOMPOSIT. Arif Wahono 7

KAPASITAS LENTUR KOLOM BETON BERTULANGAN BAMBU WULUNG POLOS

ANALISIS KAPASITAS LENTUR BALOK BETON BERTULANG BAMBU PETUNG TAKIKAN TIPE U JARAK 5 CM

PENGARUH JENIS KAIT TERHADAP KUAT LENTUR BALOK BERTULANGAN BAMBU DENGAN PENGAIT PUBLIKASI ILMIAH TEKNIK SIPIL

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

3. SIFAT FISIK DAN MEKANIK BAMBU TALI Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN. pengkajian dan penelitian masalah bahan bangunan masih terus dilakukan. Oleh karena

KAJIAN KUAT LENTUR BALOK BETON BERTULANGAN BAMBU WULUNG TAKIKAN TIPE V DENGAN JARAK 2 CM DAN 3 CM

KUAT LEKAT (BOND STRENGTH) ANTARA TULANGAN DENGAN BETON BUSA (FOAMED CONCRETE) (120M)

APLIKASI BAMBU PILINAN SEBAGAI TULANGAN BALOK BETON

PENELITIAN BALOK BETON BERTULANG DENGAN DAN TANPA PEMAKAIAN SIKAFIBRE

PENINGKATAN KAPASITAS PENAMPANG BALOK BETON BERTULANGAN BAMBU WULUNG TANPA PILINAN

STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH PENGGUNAAN STELL FIBER TERHADAP UJI KUAT TEKAN, TARIK BELAH DAN KUAT LENTUR PADA CAMPURAN BETON MUTU f c 25 MPa

PERBANDINGAN KUAT LENTUR DUA ARAH PLAT BETON BERTULANGAN BAMBU RANGKAP LAPIS STYROFOAM

TINJAUAN KUAT LEKAT TULANGAN BETON DENGAN TANAH POZOLAN TULAKAN DAN KAPUR SEBAGAI PENGGANTI SEMEN. Naskah Publikasi Ilmiah

PERBANDINGAN KEKUATAN SAMBUNGAN BAMBU MENGGUNAKAN PENGISI MORTAR DENGAN ISIAN UJUNG DAN ISIAN SAMPING. Ida Nugroho Saputro

Pilinan Bambu sebagai Alternatif Pengganti Tulangan Tarik pada Balok Beton ABSTRAK

Transkripsi:

KUAT LEKAT TULANGAN BAMBU WULUNG DAN PETUNG TAKIKAN PADA BETON NORMAL (208S) Agus Setiya Budi 1, Sugiyarto 2 1 Jurusan Teknik Sipil, Universitas Sebelas Maret, Jl. Ir. Sutami 36 A Surakarta Email: setya_budi_99@yahoo.co.id 2 Jurusan Teknik Sipil, Universitas Sebelas Maret, Jl. Ir. Sutami 36 A Surakarta Email: sugiyarto_11mart@uns.ac.id ABSTRAK Penggunaan tulangan baja pada beton bertulang semakin meningkat yang berakibat tulangan baja menjadi langka dan harganya semakin mahal. Bambu dipilih sebagai alternatif pengganti karena merupakan hasil alam yang murah, mudah ditanam, pertumbuhan cepat, dapat mereduksi efek global warming serta memiliki kuat tarik sangat tinggi pada sisi kulit. Pendekatan model tulangan bambu dilakukan dengan membuat takikan pada bagian sisi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai kuat lekat tulangan bambu takikan pada beton normal. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen laboratorium. Benda uji yang digunakan dalam penelitian ini beton silinder dengan diameter 150 mm dan tinggi 300 mm. Bambu yang digunakan adalah jenis bambu Petung dan Wulung yang didatangkan dari daerah Jatipuro, Karanganyar dalam kondisi kering udara hingga kadar air 15%. Tulangan bambu takikan dengan dimensi lebar 15 mm dan tebal 5,2 mm. Sebagai pembanding tulangan baja polos dengan diameter 10 mm. Tulangan ditaman pada pusat beton silinder sedalam 150 mm. Dari hasil pengujian diperoleh nilai kuat lekat rata-rata beton dengan tulangan baja polos adalah 0,127 MPa. Kuat lekat rata-rata beton dengan tulangan bambu Petung takikan sejajar sebesar 0,0048 MPa dan tidak sejajar sebesar 0.0078 MPa. Kuat lekat rata-rata beton dengan tulangan bambu Wulung takikan sejajar sebesar 0,0024 MPa dan tidak sejajar sebesar 0,0071 MPa. Kata Kunci: beton, kuat lekat, tulangan bambu, takikan. 1. PENDAHULUAN Penggunaan beton bertulang dalam pembangunan perumahan akan semakin meningkat seiring dengan semakin pesatnya pertumbuhan penduduk. Kenaikan kebutuhan tulangan baja akan memicu kenaikan harga sehingga menjadi mahal dan langka. Selain itu, persediaan bahan dasar pembuatan baja (bijih besi) juga semakin terbatas dan tidak mungkin diupayakan peningkatan produksinya karena termasuk sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui. Para ahli struktur telah meneliti kemungkinan penggunaan bahan lain, seperti yang dilakukan oleh Morisco (1996) yaitu dengan memanfaatkan bambu sebagai tulangan beton. Bambu dipilih sebagai tulanganal ternatif beton karena merupakan produk hasil alam yang renewable, murah, mudah ditanam, pertumbuhan cepat, dapat mereduksi efek global warming serta memiliki kuat tarik sangat tinggi yang dapat dipersaingkan dengan baja (Setiya Budi, 2010). Bambu mempunyai kekuatan tarik yang cukup tinggi, antara 100-400 Mpa, setara dengan ½ sampai ¼ dari tegangan ultimate besi (Widjaja, 2001). Penelitian Morisco (1996) menunjukkan bahwa kuat tarik bambu dapat mencapai 1280 kg/cm2. Menurut Jansen (1980), kekuatan tarik bambu sejajar serat antara 200-300 Mpa beberapa jenis bambu melampaui kuat tarik baja mutu sedang. Bambu mempunyai serat yang sejajar, sehingga kekuatan terhadap gaya normal cukup baik, bambu berbentuk pipa sehingga momen lembamnya cukup tinggi oleh karena itu bambu cukup baik untuk memikul momen lentur dan berat bambu sekitar 1/9 dari berat besi (Surjokusumo dan Nugroho, 1993). Salah satu persyaratan dalam struktur beton bertulang adalah adanya lekatan antara tulangan dengan beton sehingga apabila pada struktur beton tersebut diberikan beban tidak akan terjadi selip antara tulangan dan beton, asalkan tersedia panjang penyaluran (development length) yang cukup. Hilangnya lekatan antara beton dengan tulangan pada struktur mengakibatkan keruntuhan total pada balok. Untuk menghindari hal tersebut perlu ditinjau nilai kuat lekat beton dan nilai kuat leleh tulangan agar diperoleh keseimbangan gaya antara tulangan dan beton. Keseimbangan yang dimaksud adalah gaya-gaya yang mampu ditahan oleh lekatan antara tulangan dan beton sama dengan gaya yang mampu ditahan oleh tulangan pada batas leleh. Universitas Sebelas Maret (UNS) - Surakarta, 24-26 Oktober 2013 S - 253

Pada pengujian kuat lekat yang pernah dilakukan belum mengkaji mengenai model tulangan bambu dengan takikan. Oleh karena hal tersebut penelitian ini akan meninjau kuat lekat tulangan bambu takikan untuk jenis bambu Petung dan Wulung pada beton. 2. TINJAUAN PUSTAKA Bambu merupakan salah satu material konstruksi yang tersebar di seluruh daerah tropis dan subtropis. Sepanjang tradisi, penggunaan bambu secara luas telah banyak terlihat dalam berbagai bentuk konstruksi (Shupe et al, 2002). Terdapat banyak macam bambu, tetapi dari ratusan jenis itu, hanya ada empat macam saja yang dianggap penting sebagai jenis bambu dan yang umum dipasarkan di Indonesia, yaitu bambu Petung, bambu Wulung, bambu Tali dan bambu Duri (Frick, 2004). Beton mempunyai kekuatan tekan yang cukup besar, namun sangat lemah terhadap tarik. Karena itu penggunaan beton selalu dipadukan dengan bahan yang mempunyai kuat tarik tinggi yaitu baja. Beton dengan tulangan baja adalah perpaduan yang sangat kuat, sehingga beton bertulang banyak digunakan sebagai bahan bangunan (Pathurahman, 2003). Terdapat banyak macam bambu, tetapi dari ratusan jenis itu, hanya ada empat macam saja yang dianggap penting sebagai jenis bambu dan yang umum dipasarkan di Indonesia, yaitu bambu Petung, bambu Wulung, bambu Tali dan bambu Duri (Frick, 2004). Seperti diketahui bahwa Indonesia termasuk sebagai daerah rawan gempa sehingga penggunaan bambu sebagai material bangunan lebih baik karena strukturnya yang ringan menyebabkan ketahanan yang lebih tinggi terhadap getaran gempa. Meski ringan bambu memiliki kekuatan yang cukup baik, sifat mekanika berdasarkan penelitian yang dilakukan Morisco (1994) menunjukan bahwa kekuatan tarik bambu lebih tinggi dari tegangan luluh baja. Kekuatan struktur beton dengan bambu sebagai tulangan, yang terpenting adalah lekatan atau interaksi antara tulangan bambu dengan beton. Kelemahan utama penggunaan bambu sebagai tulangan beton adalah kuat lekat antara bambu dan beton yang rendah. Setelah pasta beton mengeras bambu tidak dapat menyerap air sehingga mengalami penyusutan. Akibat dari bambu yang menyusut menimbulkan rongga udara disekeliling tulangan bambu yang akan berpengaruh terhadap daya lekat antara bambu dan beton (Suseno, 2001). Penelitian telah dilakukan terhadap berbagai macam model tulangan bambu antara lain dengan bentuk bilah, pilinan dari bagian lapisan kulit, pemberian paku, takikan melingkar, atau laminasi bambu. Perlakuan untuk mengatasi permasalahan penyusutan dilakukan dengan memberi lapisan anti air (water proofing) menggunakan bahan vernis, cat, injeksi bahan minyak resin maupun memakai bahan koloid seperti getah, perekat cair, lem dan sebagainya (Janssen, 1995). Sifat fisik bambu dari beberapa penelitian menunjukkan bahwa kuat lekat tulangan bambu (petung) yang dilapisi cat dapat mencapai 1,0 MPa, sedangkan yang dilapisi aspal banyak terjadi slip (penggelinciran). Dalam satu batang bambu sifat mekaniknya berbeda-beda maka disarankan bahan tulangan diambilkan hanya bagian luar (kira-kira 30% tebal dari bambu bagian pangkal dan 50% tebal dari bambu bagian tengah atau ujung). Dari berbagai jenis bambu yang telah diteliti kuat lekatnya ternyata bambu petung mempunyai kuat lekat yang paling tinggi, yaitu sekitar 1,1 MPa (dipilin). Kuat lekat bambu apus, ori dan wulung hampir sama, yaitu sekitar 0,6 MPa. Kalau dilihat keterkaitan antara kuat lekat ini dan sifat kembang susut bambu, ternyata kembang susut bambu petung paling rendah dibandingkan dengan tiga jenis bambu tersebut (Triwiyono,2000). Percobaan pull out memberikan perbedaan yang baik antara efisiensi lekatan berbagai jenis permukaan tulangan dan panjang penanamannya (embedment length). Namun hasilnya belum memberikan tegangan lekat sesungguhnya pada struktur rangka. Pada percobaan ini beton mengalami tekan dan baja mengalami tarik, dimana bidang lekat antara beton dan tulangan mengalami tegangan yang sama (Nawy, 1990) Bambu mempunyai afinitas terhadap air, baik dalam bentuk uap maupun cairan. Kayu atau bambu mempunyai kemampuan mengabsorpsi atau desorpsi yang tergantung dari suhu dan kelembaban udara disekelilingnya. Hal itu tergantung dari umur, waktu penebangan dan jenis bambu. Penelitian oleh Morisco (1994-1999) membandingkan kuat tarik bambu Ori dan Petung dengan baja struktur bertegangan leleh 2400 kg/cm2 mewakili baja beton yang banyak terdapat dipasaran, dilaporkan kuat tarik bambu Petung mencapai 3100 kg/cm 2. S - 254 Universitas Sebelas Maret (UNS) - Surakarta, 24-26 Oktober 2013

Sumber: Morisco, 1999. Gambar 1. Diagram Tegangan-Regangan Bambu dan Baja. Penelitian yang dilakukan oleh Rochman (2007), menunjukkan bahwa terdapat perbaikan kuat-lekat tulangan (bond strength bar) yang cukup signifikan n setelah bambu diberi perlakuan divernis terlebih lagi dipilin. Hasil tersebut juga membuktikan bahwa akibat divernis, kadar air bambu dapat dijaga dan penyusutan dapat dicegah sehingga gaya gesek permukaan antara tulangan dengan beton dapat dipertahankan. Dengan dipilin, terbentuk lekukan-lekukan antara untaian tulangan bambu yang terisi oleh spesi beton ketika dilakukan pengecoran (Rochman, 2007). Pendekatan model tulangan bambu dilakukan dengan membuat takikan pada bagian sisi. Hal ini diharapkan akan meningkatkan kuat lekat antara bambu dan beton seperti penggunaan tulangan baja ulir (steel deformed bar). Tulangan bambu bertakikan dapat mengurangi pengaruh penyusutan atau pengembangan karena kandungan air dengan adanya bagian saling mengunci antara permukaan tulangan dan beton (Azadeh, 2013). Gambar Penelitian Kawai et al (2000) yang dikemukakan dalam Jung (2006), meninjau kuat lekat tulangan bambu pada soil cement dengan variasi panjang takikan (notch). Hasil pengujian terbesar 1,4 N/mm 2 dengan panjang takikan 30 mm. Hasil pengujian terkecil 0,9 N/mmm 2 dengan panjang takikan 40 mm. Tulangan bambu mengalami patah atas pada panjang takikan 10 dan 20 mm. 3. METODOLOGI PENELITIAN Sumber : Azadeh, 2013 2. (1) Tipikal bentuk Tulangan Baja Deformasi dan (2) Bambu takikan. Tahapan penelitian secara skematis dalam bentuk bagan alir pada Gambar 3. Universitas Sebelas Maret (UNS) - Surakarta, 24-26 Oktober 2013 S - 255

Gambar 3. Bagan Alir Penelitian. Benda uji yang digunakan dalam penelitian ini beton silinder dengan diameter 15 cm dan tinggi 30 cm. Tulangan bambu takikan dengan dimensi panjang 50 cm, lebar 1,5 cm dan tebal 0,52 cm ditanam pada pusat beton silinder sedalam 15 cm. Sebagai pembanding tulangan baja polos dengan diameter 10 mm ditanam pada pusat beton silinder sedalam 15 cm. Berikut dalam Tabel 1 disajikan jumlah benda uji berdasarkan variasi tulangan. Tabel 1. Jumlah Benda Uji untuk Uji Kuat Lekat. No Jenis Tulangan Kode Jumlah Sampel 1 Baja polos BNB 3 2 Bambu Petung Takikan Sejajar BNBPS 3 3 Bambu Petung Takikan Tidak Sejajar BNBPT 3 4 Bambu Wulung Takikan Sejajar BNBWS 3 5 Bambu Wulung Takikan Tidak Sejajar BNBWT 3 S - 256 Universitas Sebelas Maret (UNS) - Surakarta, 24-26 Oktober 2013

Tulangan bambu takikan 15 Silinder Beton 15 30 Ukuran takikan pada sisi tulangan bambu Gambar 4. Ilustrasi tulangan bambu takikan di tanam dalam beton. 4. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Gambar 5. Nilai Kuat Lekat Variasi Tulangan Bambu pada Beton Tabel 2. Hubungan Kuat Tekan dan Kuat Lekat Beton. No. Beton dengan Tulangan 1 Baja polos f'c MPa 2 Bambu PetungTakikan Sejajar 16,5993 4,074222 0,00482 3 Bambu PetungTakikan Tidak Sejajar 16,4106 4,051011 0,00776 4 Bambu Wulung Takikan Sejajar 16,2220 4,027666 0,00243 5 Bambu Wulung Takikan Tidak Sejajar 15,8448 3,980555 0,00708 f ' c c µ MPa MPa 17,3538 4,16579 0,12662 Universitas Sebelas Maret (UNS) - Surakarta, 24-26 Oktober 2013 S - 257

Hubungan kuat tekan dan kuat lekat beton dapat dilihat dalam Tabel 2. Menurut Ferguson (1981) dalam Sahirman (2003), hubungan kekuatan lekatan µ merupakan fungsi dari kekuatan tekan beton, yaitu dengan hubungan = k., dimana k adalah konstanta yang merupakan fungsi geometri tulangan dan hubungan antara kekuatan lekatan serta kekuatan tekan beton. Gambar 6. Grafik Hubungan antara Kuat Lekat dan Akar Kuat Tekan. Perhitungan nilai konstanta untuk persamaannya adalah sebagai berikut: y= 0,059 x 0,234 µ = k. Maka: µ = 0,059. - 0,234 Pembahasan Berdasar hasil pengujian didapat bahwa kuat tarik tulangan bambu Petung sebesar 170,596 MPa, dan tulangan bambu Wulung sebesar 137,046 MPa. Kuat Lekat Beton pada Beban Saat Sesar 0,25 mm Analisis nilai kuat lekat antara beton dan tulangan menggunakan regressi polynomial pada program Microsoft Excell terhadap grafik hubungan beban-sesar. Nilai kuat lekat berbagai variasi tulangan bambu tidak berbeda jauh, rata-rata sebesar 0,00552 MPa. Kuat lekat tulangan bambu Petung lebih besar dari bambu Wulung.Nilai kuat lekat tulangan bambu Petung takikan tidak sejajar sebesar 0,007758 MPa merupakan nilai paling besar dan di atas rata-rata nilai tulangan bambu. Ditinjau dari tipe takikan, nilai kuat lekat tulangan bambu Petung takikan tidak sejajar sebesar 1,61 kali dari nilai kuat lekat tulangan bambu Petung takikan sejajar. Sedangkan nilai kuat lekat tulangan bambu Wulung takikan tidak sejajar sebesar 2,91 kali dari nilai kuat lekat tulangan bambu Wulung takikan sejajar. Hal ini menunjukkan bahwa susunan takikan yang tidak sejajar memperbesar nilai kuat lekat tulangan bambu Petung dan bambu Wulung. Hasil pengujian kuat tekan beton rata-rata sebesar 16,49 MPa. Gambar 7 memperlihatkan hubungan antara kuat lekat tulangan bambu dengan akar kuat tekan beton. Perhitungan nilai koefisien k dari persamaan trend regressi sebesar 0,059. 5. KESIMPULAN Berdasarkan analisis dari hasil pengujian pull out benda uji, dan pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa: 1. Kuat lekat rata-rata beton dengan tulangan bambu Petung takikan sejajar sebesar 0,004818 MPa dan tidak sejajar sebesar 0,007758 MPa. Nilai kuat lekat antara beton normal dengan tulangan bambu Petung takikan tidak sejajar lebih besar 1,61 kali dari nilai tulangan bambu Petung takikan sejajar. 2. Kuat lekat rata-rata beton dengan tulangan bambu Wulung takikan sejajar sebesar 0,002433 MPa dan tidak sejajar sebesar 0,007076 MPa. Nilai kuat lekat antara beton normal dengan tulangan bambu Wulung takikan tidak sejajar lebih besar 2,91 kali dari nilai tulangan bambu Wulung takikan sejajar. S - 258 Universitas Sebelas Maret (UNS) - Surakarta, 24-26 Oktober 2013

DAFTAR PUSTAKA ASTM C 33 99a. (1999). Standard Specification for Concrete Agregate, ASTM Book of Standards, ASTM International, West Conshokocken, PA. ASTM C234-91a. (1991). Standard Test Method for Comparing Concretes on the Basis of the Bond Developed with Reinforcing Steel, ASTM Book of Standards, ASTM International, West Conshokocken, PA. Azadeh, A. (2013). New Approaches to Bond Between Bamboo and Concrete, 14th International Conference on Non-Conventional Materials and Technologies, 24th-27th March 2013, Federal University of Paraíba, Brasil. Budi, M.U. (2008). Bambu Sebagai Alternatif Pengganti Tulangan Beton pada Bangunan Sederhana, Jurnal ORBITH, Vol. 4 No. 3 Nov. Charomaini, M.Z. (2005). Pertumbuhan Bambu Petung Dari Beberapa Populasi Asal Pulau Jawa, Jurnal BENIH,Vol 9 No 1 Feb. Dipohusodo, I., (1994). Struktur Beton Bertulang, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Frick, H. (2004). Ilmu Konstruksi Bangunan Bambu, Pengantar Konstruksi Bambu, Kanisius, Yogyakarta. Ghavami, K. (1988). Application of Bamboo as a Low-cost Construction Material, Proceedings of the 3rd Interna-tional Bamboo Workshop, 14-18 Nov 1988, INBAR. Ghavami, K. (2005). Bamboo as Reinforcement in Structural Concrete Element, Journal of Cement & Concrete Composites 27, 637 649. Gilang, C.P. (2011). Kajian KuatLekat Tulangan Bambu Pilinan dan Tulangan Baja Polos pada Beton Normal dengan Variasi Jenis Bambu, Skripsi, Jurusan Teknik Sipil, Universitas Sebelas Maret, Surakarta. Janssen, J.J.A. (1987). The Mechanical Properties of Bamboo : 250-256. In Rao, A.N., Dhanarajan, and Sastry, C.B., Recent Research on Bamboos, The Chinese Academy of Forest, People s Republic of China, and IDRC, Canada. Jung, Y. (2006). Investigation of Bamboo as Reinforcement in Concrete, Dissertation, Master of Science in Civil and Environmental Engineering, The University of Texas at Arlington. Morisco. (1996). Bambu Sebagai Bahan Rekayasa, Pidato Pengukuhan Jabatan Lektor Kepala Madya dalam Bidang Teknik Konstruksi, Fakultas Teknik, UGM, Yogyakarta. Morisco, (1999). Rekayasa Bambu, Nafiri Offset, Yogyakarta. Nawy, E. G., (alih bahasa : Bambang Suryoatmono), (1990). Beton Bertulang Suatu Pendekatan Dasar, PT Eresco, Bandung. Pathurahman, J.F.dan Anggraini, D.K. (2003). Aplikasi Bambu Pilinan Sebagai Tulangan Balok Beton, Jurnal Dimensi Teknik Sipil, Vol. 5 No.1, Maret, hal. 39-44, Jurusan Teknik Sipil, Universitas Kristen Petra, Surabaya. Purwono, R. dkk. (2009). Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung (SNI 03-2847-2002) Dilengkapi Penjelasan (S-2002). Penerbit ITS Pess, Surabaya. Rochman,A. (2005). Peningkatan Kinerja Tulangan Bambu Pada Balok Beton Bertulang, Jurnal Teknik Gelagar, Vol. 16 No. 01 April. Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah, Surakarta. Setiya Budi, A. (2010). Kapasitas Lentur Balok Bambu Wulung dengan Bahan Pengisi Mortar, Jurnal Media Teknik Sipil.Vol. IX Juli. Suseno, W. (2001). Tinjauan Kuat Lekat Bambu dalam Beton Untuk Perencanaan Bamboocrete. Jurnal Teknik Sipil SIPIL SOEPRA, volume 3 no. 8, hal 66-76. Tjokrodimulyo, K. (1996). Teknologi Beton, Gajah Mada Press, Yogyakarta. Triwiyono. A. (2000). Bambu Sebagai Tulangan Struktur Beton. Kursus Singkat Teknologi Bahan Lokal dan Aplikasinya dibidang Teknik Sipil. Yogyakarta: PAU-FT UGM. Vis, W. C. dan Gideon, H.K. (1993). Dasar-dasar Perencanaan Beton Bertulang. Penerbit Erlangga. Jakarta. Universitas Sebelas Maret (UNS) - Surakarta, 24-26 Oktober 2013 S - 259