BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sifat Agregat Halus Sudibyo (2012), melakukan pengujian pengaruh variasi umur beton terhadap nilai kuat tekan beton dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sifat Agregat Halus Pratiwi (2016), dalam penelitiannya telah melakukan pengujian agregat halus, pengujian meliputi berat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. digunakan beton non pasir, yaitu beton yang dibuat dari agregat kasar, semen dan

BAB I PENDAHULUAN. mencampurkan semen portland, air, pasir, kerikil, dan untuk kondisi tertentu

PENAMBAHAN CaCO 3, CaO DAN CaOH 2 PADA LUMPUR LAPINDO AGAR BERFUNGSI SEBAGAI BAHAN PENGIKAT

BAB III LANDASAN TEORI

PENGARUH PENGGANTIAN SEBAGIAN AGREGAT HALUS DENGAN KERTAS KORAN BEKAS PADA CAMPURAN BATAKO SEMEN PORTLAND TERHADAP KUAT TEKAN DAN SERAPAN AIR

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Pemeriksaan Bahan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terbawa selama proses pengendapan. Pasir kuarsa yang juga dikenal dengan nama

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Vol.17 No.1. Februari 2015 Jurnal Momentum ISSN : X PENGARUH PENGGUNAAN FLY ASH SEBAGAI PENGGANTI AGREGAT TERHADAP KUAT TEKAN PAVING BLOCK

PEMANFAATAN LIMBAH ASPAL HASIL COLD MILLING SEBAGAI BAHAN TAMBAH PEMBUATAN PAVING. Naskah Publikasi

KUAT TEKAN MORTAR DENGAN MENGGUNAKAN ABU TERBANG (FLY ASH) ASAL PLTU AMURANG SEBAGAI SUBSTITUSI PARSIAL SEMEN

a. Jenis I merupakan semen portland untuk penggunaan umum yang memerlukan persyaratan persyaratan khusus seperti yang disyaratkan pada jenis-jenis

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Berat Tertahan Komulatif (%) Berat Tertahan (Gram) (%)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

PENELITIAN PEMANFAATAN SERBUK BEKAS PENGGERGAJIAN KAYU SEBAGAI BAHAN SUBSTITUSI PEMBUATAN BATA BETON (BATAKO) UNTUK PEMASANGAN DINDING

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Batako merupakan salah satu alternatif bahan dinding yang murah dan

BAB III LANDASAN TEORI. Beton pada umumnya adalah campuran antara agregat. kasar (batu pecah/alam), agregat halus (pasir), kemudian

PEMANFAATAN LIMBAH DEBU PELEBURAN BIJIH BESI (DEBU SPONS) SEBAGAI PENGGANTI SEBAGIAN SEMEN PADA MORTAR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil dari penelitian ini dapat dikelompokan menjadi dua, yaitu hasil

BAB III LANDASAN TEORI

TINJAUAN KUALITAS BATAKO DENGAN PEMAKAIAN BAHAN TAMBAH SERBUK HALUS EX COLD MILLING. Naskah Publikasi

Heri Sujatmiko Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas 17 Agustus 1945 Banyuwangi ABSTRAKSI

ANALISIS SIFAT FISIS DAN MEKANIS BATAKO PEJAL DALAM MENINGKATKAN KEKUATAN DINDING DI YOGYAKARTA 1

BAB III LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan bangunan rumah, gedung, sekolah, kantor, dan prasarana lainnya akan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

III. METODE PENELITIAN. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : Semen yang digunakan pada penelitian ini ialah semen PCC (Portland

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kerikil Lubuk Minturun 1 Berat isi 1,75gr/ 1,52 gr/ 1,66 gr/ 2 Berat jenis dan penyerapan. Kerikil Gunung Nago

PENGARUH PENAMBAHAN ABU SEKAM TERHADAP KUAT TEKAN DAN POROSITAS BETON DENGAN MENGGUNAKAN AGREGAT HALUS BATU KAPUR KRISTALIN TUGAS AKHIR PROGRAM SI

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

KAJIAN OPTIMASI KUAT TEKAN BETON DENGAN SIMULASI GRADASI UKURAN BUTIR AGREGAT KASAR. Oleh : Garnasih Tunjung Arum

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh fly ash terhadap kuat

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Semen yang digunakan pada penelitian ini ialah semen portland komposit

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pengaruh Penambahan Abu Terbang (Fly Ash) Terhadap Kuat Tekan Mortar Semen Tipe PCC Serta Analisis Air Laut Yang Digunakan Untuk Perendaman

BAB III LANDASAN TEORI. (admixture). Penggunaan beton sebagai bahan bangunan sering dijumpai pada. diproduksi dan memiliki kuat tekan yang baik.

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. dipakai dalam pembangunan. Akibat besarnya penggunaan beton, sementara material

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pengaruh Variasi Jumlah Semen Dengan Faktor Air Yang Sama Terhadap Kuat Tekan Beton Normal. Oleh: Mulyati, ST., MT*, Aprino Maramis** Abstrak

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

KARAKTERISTIK MORTAR PADA LIMBAH ABU KELAPA SAWIT. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Kampus Binawidya Km 12,5 Pekanbaru, 28293, Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III LANDASAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Batako merupakan salah satu jenis batu yang biasanya digunakan sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN. Beton sebagai salah satu bahan konstruksi banyak dikembangkan dalam

BAB I PENDAHULUAN. dalam dunia konstruksi modern saat ini.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB III LANDASAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Beton Ringan Berbahan Dasar Lumpur Bakar Sidoarjo dengan Campuran Fly Ash dan Foam

BAB III LANDASAN TEORI

1.1. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pemeriksaan Gradasi Agregat Halus (Pasir) (SNI ) Berat Tertahan (gram)

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. Agregat yang digunakan untuk penelitian ini, untuk agregat halus diambil dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH PENAMBAHAN SERBUK GERGAJI KAYU JATI TERHADAP KUAT TEKAN KUAT LEKAT DAN ABSORFSI PADA MORTAR SEMEN. Oleh : Dedi Sutrisna, M.Si.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Semakin meningkatnya suatu proses produksi dapat berpengaruh juga akan

PEMANFAATAN SERBUK KACA SEBAGAI SUBSTITUSI PARSIAL SEMEN PADA CAMPURAN BETON DITINJAU DARI KEKUATAN TEKAN DAN KEKUATAN TARIK BELAH BETON

BAB III LANDASAN TEORI. Belanda. Kata concrete dalam bahasa Inggris berasal dari bahasa Latin concretus

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. beton, minimal dalam pekerjaan pondasi. Semakin meluasnya penggunaan beton

NASKAH SEMINAR JURUSAN TEKNIK SIPIL, FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PEMANFAATAN LUMPUR LAPINDO SEBAGAI PENGGANTI AGREGAT KASAR BETON

Pengujian agregat dan kuat tekan dilakukan di Laboratorium Bahan

BAB I PENDAHULUAN. serta bahan tambahan lain dengan perbandingan tertentu. Campuran bahan-bahan

Kartika Purwitasari, Achfas Zacoeb, Siti Nurlina ABSTRAK Kata Kunci : 1. Pendahuluan

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL PENELITIAN. Tabel V-1 Hasil analisa fly ash Analisis kimia Satuan Fly ash Pasaran

BAB III METODOLOGI DAN RANCANGAN PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB III LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH PERENDAMAN AIR PANTAI DAN LIMBAH DETERGEN TERHADAP KUAT TEKAN DAN KUAT LENTUR DINDING PASANGAN BATA MERAH.

Berat Tertahan (gram)

PENGARUH PENAMBAHAN PECAHAN KERAMIK PADA PEMBUATAN PAVING BLOCK DITINJAU DARI NILAI KUAT TEKAN

PEMANFAATAN SEKAM PADI PADA BATAKO

BAB III LANDASAN TEORI. untuk bangunan gedung, jembatan, jalan, dan lainnya baik sebagai komponen

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Batako semen atau batako pres merupakan batako yang dibuat dari campuran semen, pasir atau dapat juga diberi bahan tambah seperti abu batu dan bahan lainya. Ada yang dibuat secara manual (menggunakan tangan) dan ada juga yang menggunakan mesin. A. Sifat Sifat Agregat Halus Harianja dan Barus (2008), dalam pengujianya dalam penelitian penggunaan damdek sebagai bahan tambah pada campuran beton Harijan dan Barus menguji agregat halus dari pasir kali progo dari pengujianya pasir Progo tersebut telah memenuhi standar ASTM 33-82, dengan modulus halus butir (MHB) pasir = 3,4782 dan berat jenis pasir 2,50, kandungan lumpur 2,15% lolos standar SNI kandungan lumpur tidak lebih dari 5%, hasil pemeriksaan kadar air dalam keadaan SSD 1,379%, pemeriksaan berat satuan pasir 1,52 gram/cm 3. Pratiwi (2016), melakukan pengujian agregat halus, pengujian meliputi berat jenis, penyerapan air, berat satuan pasir, kadar lumpur, kadar air, dan modulus halus butir yang berasal dari Kali Progo. Hasil pengujian berat jenis 2,58, penyerapan air yang didapat sangat kecil yaitu 0,26%, berat satuan pasir 1,31 gram/cm 3, kadar lumpur agregat halus pasir Progo yang diuji memenuhi syarat yaitu 4,532% tidak lebih dari 5%, kadar air 4,575% dan modulus halus butir 2,648. Sylviana (2015), memeriksa berat jenis, penyerapan air, kadar lumpur dan modulus halus butir agregat halus yang berasal dari Kali Progo. Dalam pengujianya didapatkan hasil dari pengujian berat jenis 2,656, penyerapan air 2,090%, kadar lumpur 3,482% lolos syarat yaitu tidak lebih dari 5%, dan modulus halus butir 2,418. Perbedaan pengujian agregat halus yang berasal dari Kali Progo dapat dilihat pada Tabel 2.1. 4

5 No Jenis Pengujian Agregat Tabel 2.1 Perbedaan agregat halus Kali Progo Satuan Harianja dan Barus (2008) Penguji Pratiwi (2016) Sylviana (2015) 1 Gradasi butiran - Daerah 1 Daerah 2 Daerah 2 2 Modulus halus butir - 3,478 2,648 2,418 3 Kadar air % 1,379 4,575-4 Berat jenis - 2,5 2,58 2,656 5 Penyerapan air % - 0,26 2,090 6 Berat satuan gram/cm 3 1,52 1,31 7 Kadar lumpur % 2,15 4,532 3,482 B. Sifat Sifat Batu Bata Merah Pejal Nur (2008), melakukan pengujian sifat fisik dan mekanis batu bata berdasarkan sumber lokasi dan posisi batu bata dalam proses pembakaran. Lokasi pengambilan sampel berada di tiga tempat yaitu Padang panjang, Lubuk alung, dan yang terakhir Batu sangkar, Dari data pengujian dapat disimpulkan bahwa batu bata dari daerah Batusangkar (lapisan bawah) memiliki densitas yang paling besar yaitu 1,79 gr/cm 3, tinggi rendahnya densitas suatu batu bata dipengaruhi oleh komposisi bahan dasar atau tanah lempung yang digunakan sebagai bahan campuran pembuatan batu bata yang mempengaruhi pada daya ikat antara butiran material dan yang memiliki modulus of rupture rata-rata paling baik adalah batu bata dari daerah Batusangkar (lapisan bawah) 18,60 MPa. Modulus of rupture dari batu bata sangat dipengaruhi oleh kualitas ikat antara material dari batu bata itu sendiri. Dari pengujian kuat tekan batu bata daerah Batusangkar (lapisan bawah) memiliki kuat tekan terbesar yaitu kuat tekan rata-rata 8,27 MPa diikuti daerah Padang Panjang (lapisan tengah) sebesar 6,66 MPa dan Lubuk Alung (lapisan bawah) dengan kuat tekan sebesar 5,79 MPa. Hasil penelitian sifat fisis dan mekanis batu bata dari pengujian Nur dapat dilihat pada Gambar 2.1, Gambar 2.2 dan Gambar 2.3

6 Padang Panjang Lubuk Alung Batu Sangkar Daerah Pengambilan Sampel Gambar 2.1 Densitas batu bata merah pejal (Nur, 2008) Padang Panjang Lubuk Alung Batu Sangkar Daerah Pengambilan Sampel Gambar 2.2 Modulus of Rupture rata-rata batu bata merah pejal (Nur, 2008)

7 Padang Panjang Lubuk Alung Batu Sangkar Daerah Pengambilan Samepl Gambar 2.3 Pengujian kuat tekan rata-rata batu bata (Nur, 2008) Rochadi dan Irianta (2007). Menguji kualitas bata merah dari pemanfaatan tanah bantaran sungai banjir kanal timur. dari hasil penelitian didapat Daya serap air bata relatif tinggi 111,605 gram/dm²/menit sehingga apabila digunakan perlu dilakukan perendaman di dalam air terlebih dahulu. Kuat tekan bata relatif kecil rata-rata 12,1343 kg/cm² berarti tidak masuk dalam kategori kelas kuat manapun karena untuk mutu kelas III berdasarkan kelas kuat tekan rata-rata 60-80 kg/cm² sedangkan berdasarkan kelas 25 juga tidak memenuhi karena kuat tekan minimum benda uji 25 kg/cm². Kuat tekan bata yang rendah dimungkinkan karena bata banyak mengandung retak-retak pada permukaannya dan terdapat banyak rongga akibat bahan campuran serbuk gergajian kayu dan sekam padi yang ikut terbakar. Hubungan daya serap air dan kuat tekan bata tidak ada korelasinya dan bahan baku tanah bantaran sungai tidak baik untuk pembuatan batu bata jika dimungkinkan untuk menggunakan tanah tersebut, tanah harus diperbaiki gradasinya dengan mencampurkan tanah dari daerah lain agar menjadi adonan yang lebih padat sehingga meningkatkan kekuatan dan mengurangi retak-retak pada permukaan. Hasil pengujian dapat dilihat pada Gambar 2.4

8 Gambar 2.4 Hubungan daya serap air dan kuat tekan bata (Rochadi dan Irianta, 2007) C. Sifat Sifat Bata Beton Wiryasa dan Sudarsana (2009) menguji pemanfaatan lumpur lapindo sebagai bahan substitusi semen dalam pembuatan bata beton pejal. Dalam penelitian ini dibuat 5 jenis adukan dengan perbandingan berat antara semen Portland dengan pasir adalah 1:8 dengan faktor air semen (f.a.s) 0,40. Adapun kelima jenis adukan tersebut, yaitu : Adukan (A) komposisi semen portland 100% dari berat perekat hidrolisnya, adukan (B) komposisi semen portland 90% dan lumpur Lapindo 10%, adukan (C) komposisi semen portland 80% dan lumpur Lapindo 20%, adukan (D) komposisi semen portland 70% dan lumpur Lapindo 30%, adukan (E) komposisi semen portland 60% dan lumpur Lapindo adalah 40%. Dari data yang diperoleh dalam penelitian didapatkan kuat tekan rata-rata dari kelima jenis adukan bata beton pejal, berdasarkan dari Gambar 2.5 dapat dilihat bahwa kuat tekan rata-rata bata beton pejal dari adukan A hingga adukan E semakin menurun. Hal ini disebabkan karena kandungan CaO dari adukan A-E terjadi penurunan, dimana CaO merupakan kandungan kimia yang berfungsi sebagai bahan pengikat, sedangkan kandungan SiO 2 yang berfungsi sebagai bahan pengisi dari adukan A-E terus meningkat dan meningkatnya kandungan SiO 2 pada tiap-tiap adukan juga

9 mengakibatkan porositas bahan semakin kecil, sehingga volume penyerapan air dari adukan A hingga adukan D menurun. Berdasarkan analisis regresi, titik jenuh menurunnya volume penyerapan air terdapat antara adukan D dan E (tepatnya pada kandungan lumpur sebesar 24,56% dengan besar penyerapan air 18,215%), dimana hal ini diakibatkan oleh kecilnya kandungan CaO yang menyebabkan menurunnya keterikatan antara material. Jadi kecilnya daya serap air lebih dipengaruhi oleh besarnya kandungan SiO2, tetapi juga mesti didukung oleh peranan kandungan CaO dalam menjaga keterikatan antara material dalam bata beton pejal. Lihat Gambar 2.5 dan Gambar 2.6. Gambar 2.5 Kuat tekan rata-rata (wiryasa dan sudarsana, 2009) Gambar 2.6 Volume penyerapan air (wiryasa dan sudarsana, 2009)

10 Gambar 2.7 Hubungan kuat tekan batako dengan presentase limbah gypsum (Nugroho, 2014) Gambar 2.8 Hubungan kuat tarik belah batako dengan presentase limbah gypsum (Nugroho, 2014) Nugroho (2014) menguji tinjauan kualitas batako dengan pemakaian bahan tambah limbah gypsum. Dari penelitianya didapat kuat tekan batako pada umur 28 hari dengan fas 0,4, diperoleh bahwa pada penambahan limbah gypsum 0%; 1%; 2%; 3%; 4%, secara berturut-turut didapatkan nilai kuat tekan

11 batako rata-rata sebesar 4,056 MPa; 8,017 MPa; 5,847 MPa; 5,282 MPa; 5,282 MPa. Jadi nilai kuat tekan maksimum terjadi pada presentase penambahan limbah gypsum 1% dengan nilai yang dihasilkan sebesar 8,017 MPa dan nilai kuat tarik belah batako pada umur 28 hari dengan nilai fas 0,40, diperoleh bahwa pada penambahan limbah gypsum. 0%; 1%; 2%; 3%; 4%, secara berturut-turut didapat nilai kuat tarik belah batako rata-rata sebesar 0,311 MPa; 0,439 MPa; 0,453 MPa; 0,481 MPa; 0,481 MPa. Jadi nilai kuata tarik belah maksimum terjadi pada persentase penambahan limbah gypsum 3% dan 4% dengan nilai yang dihasilkan sebesar 0,481 MPa. Gambar 2.9 Komposisi abu terbang dengan kuat tekan batako (Siagian dan Dermawan, 2011) Siagian dan dermawan (2011) menguji sifat mekanik batako yang dicampur abu terbang (fly ash). Dari penelitianya dapat diketahui bahwa hasil pengujian kuat tekan Pada penambahan 5 % abu terbang (fly ash) didapat hasil kuat tekan rata-rata batako sebesar 20,76 MPa, dengan penambahan komposisi 10 % abu terbang (fly ash) didapat hasil kuat tekan rata-rata batako sebesar 26,00 MPa, dengan penambahan 15 % abu terbang (fly ash) didapat hasil kuat tekan rata-ratat batako sebesar 22,40 MPa, sedangkan batako normal yaitu tanpa penambahan abu terbang (fly ash) diperoleh kuat tekan rata-rata batako sebesar 16,46 MPa. Dari data di atas diperoleh bahwa dengan penambahan

12 bahan campuran abu terbang (fly ash) antara 5 % 10 % menghasilkan kuat tekan batako yang meningkat di bandingkan dengan batako tanpa penambahan abu terbang (fly ash). Gambar 2.10 Perbandingan kuat tekan batako (sina, dkk, 2008) Sina, dkk. (2008) menguji pengaruh penggantian agregat halus dengan kertas Koran bekas pada campuran batako. Berdasarkan hasil pengujian kuat tekan seperti yang ditunjukan pada Gambar 2.10 menunjukan bahwa penggantian kertas koran dalam campuran batako semen portland mengakibatkan terjadinya penurunan nilai kuat tekan batako semen portland. Penurunan kuat tekan akibat penambahan kertas koran dalam campuran batako semen portland berbanding lurus dengan besar persentase penggantian kertas koran. Semakin besar persentase penggantian kertas koran dalam campuran batako semen portland semakin besar pula penurunan kuat tekan yang terjadi. Salah satu penyebab terjadinya penurunan nilai kuat tekan batako yaitu karena kekuatan butiran pasir yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan kertas koran yang mengakibatkan semakin banyak pasir yang digantikan oleh kertas koran maka semakin menurun pula kuat tekan beton yang dihasilkan.

13 D. Sifat Sifat Mortar Gambar 2.11 Kuat tekan mortar (Budirahardjo, dkk, 2014) Gambar 2.12 Kuat tekan mortar campuran sekam (Budirahardjo, dkk, 2014) Budirahardjo, dkk. (2014) Menguji pemanfaatan sekam padi pada batako. kuat tekan campuran pc dengan pasir tanpa sekam berturut-turut adalah 106,42 kg/cm 2 ; 100,60 kg/cm 2 ; 82,10 kg/cm 2 ; 74,41 kg/cm 2 ; 38,45 kg/cm 2 dan 32,01 kg/cm 2. Dengan demikian semakin banyak pasir, semakin rendah kuat tekannya. Sedangkan untuk kuat tekan campuran mortar dengan sekam 1 bagian, berturut-turut adalah 10,39 kg/cm 2 ; 21,83 kg/cm 2 ; 69,22 kg/cm 2 dan 37,41 kg/cm 2. Hasil tersebut dipengaruhi oleh proses pencampuran dan penumbukan, sehingga pada sampel 1 : 6 : 1 terjadi hasil yang melonjak jauh. Dengan menggunakan 2 bagian sekam didapat berturut-turut adalah 7,48

14 kg/cm 2 ; 26,81 kg/cm 2 ; 28,27 kg/cm 2 dan 14,55 kg/cm 2, serta dengan 3 bagian sekam didapat berturut-turut adalah 6,03 kg/cm 2 ; 20,16 kg/cm 2 ; 19,54 kg/cm 2 dan 12,26 kg/cm 2. Kuat tekan maksimum didapat pada campuran dengan komposisi 1 pc : 6 pasir : 1 sekam. Lihat Gambar 2.11 dan 2.12 Gambar 2.13 Perbandingan kuat tekan mortar menggunakan aquades dan air laut (Erniati, dkk, 2013). Erniati, dkk. (2013). Menguji konsistensi dan kuat tekan mortar yang menggunakan air laut sebagai mixing water. Dari hasil pengujian didapat kuat tekan mortar dengan aquades pada umur 3,7 dan 28 hari berurutan 20,43 MPa, 27,10 MPa dan 31,73 MPa kemudian kuat tekan mortar dengan air laut pada umur 3,7 dan 28 hari berurutan 25,90 MPa; 29,40 MPa dan 32,77 MPa. Kuat tekan mortar akibat air laut lebih tinggi pada umur 3 hari yaitu sebesar 21,11 %, dan menurun pada umur 7 dan 28 hari yaitu sebesar 7,82% dan 3,16%. Kuat tekan yang menggunakan air laut lebih tinggi, karena adanya klorida yang ada pada air laut, yang menurut Aburawy dan Swamy, (2008), klorida mempercepat perkembangan kekuatan usia dini pada beton dengan terak sampai 7-14 hari. Disamping itu penambahan natrium klorida pada beton segar akan membentuk kristal garam friedel (friedel s salt : 3CaO, Al 2 O 3, CaCl 2, 10H 2 O) yang dapat meningkatkan ph lebih tinggi, dan alkalinitas meningkat

15 sehingga akan mengaktifkan hidrasi semen serta memberikan struktur pasta lebih padat dengan pori-pori yang lebih kecil (Pruckner, F. dan Gjorv, O.E, 2003). E. Perbedaan Sebelumnya Yang Akan Datang Tabel 2.2 Perbedaan penelitian sebelumnya dengan yang akan dilakukan. No Peneliti Tahun Jenis penelitian 1 Nur 2008 2 3 Rochadi dan Irianta Wiyarsa dan Sudarsana 2007 2009 4 Nugroho 2014 5 Siagian dan Dermawan 2011 6 Sina, dkk 2008 Substansi Materi Terdahulu Sekarang Menguji sifat fisik dan mekanis batu bata merah pejal Menguji daya serap air dan kuat tekan bata merah pejal Menguji pemanfaatan lumpur lapindo sebagai bahan substitusi semen menguji tinjauan kualitas batako dengan pemakaian bahan tambah limbah gypsum pengujian kuat tekan Pada penambahan 5 %, 10 %, 15 % abu terbang (fly ash) Menguji penganti agregat dengan kertas Koran terhadap kuat tekan batako Menguji sifat fisik dan mekanik bata beton pejal Menguji daya serap air dan kuat tekan bata beton pejal Menguji hasil produksi bata beton di beberapa tempat di Yogyakarta Menguji kualitas bata beton dari 10 tempat produksi bata beton di yogyakarta Pengujian bata beton normal tanpa penambahan bahan tambah Menguji kuat tekan mortar bata beton dan bata beton dengan perbaikan 1:2 mortar

16 Tabel 2.3 Perbedaan penelitian sebelumnya dengan yang akan dilakukan (lanjutan). No Peneliti Tahun Jenis penelitian 7 Budirahar djo, dkk. 2014 8 Erniati, dkk 2013 Substansi Materi Peneliti Terdahulu Sekarang Menguji mortar dari pengunaan pasir kali progo Menguji pemanfaatan sekam padi terhadap pengaruh kuat tekan bata beton Menguji mortar dengan perbedaan pengunaan air aquades dan air laut Menguji mortar yang digunakan untuk perataan permukaan bata beton pejal