IBUKOTA JAKARTA TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUFI PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA,

dokumen-dokumen yang mirip
GUBERNUR SUMATERA BARAT

LEMBARAN BERITA DAERAH KABUPATEN KARAWANG

WALIKOTA BLITAR PERATURAN WALIKOTA BLITAR NOMOR 31 TAHUN 2011 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PEMBERIAN DAN PEMANFAATAN INSENTIF PEMUNGUTAN PAJAK DAERAH

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI SUKOHARJO TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PEMBERIAN DAN PEMANFAATAN INSENTIF PEMUNGUTAN PAJAK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 66 TAHUN 2010 TENTANG

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

PERATURAN BUPATI BERAU NOMOR 15 TAHUN 2013 TENTANG

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 22 TAHUN 2017 TENTANG PEMBERIAN DAN PEMANFAATAN INSENTIF PEMUNGUTAN PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH

BUPATI SUKOHARJO TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PEMBERIAN DAN PEMANFAATAN INSENTIF PEMUNGUTAN RETRIBUSI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 51 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 22 TAHUN 2012 TENTANG

2 6. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 89, Tambahan Le

SALINAN BUPATI BERAU,

GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA NOMOR 35 TAHUN 2011 TENTANG PEMBERIAN DAN PEMANFAATAN INSENTIF PEMUNGUTAN PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH

BERITA DAERAH KOTA SALATIGA NOMOR 22 TAHUN 2011 PERATURAN WALIKOTA SALATIGA NOMOR 22 TAHUN 2011

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 37 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERIAN DAN PEMANFAATAN INSENTIF PEMUNGUTAN PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH

2 6. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 89, Tambahan Le

..f6uaotaj~ PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 86 TAHUN 2014 TENTANG INSENTIF PEMUNGUTAN RETRIBUSI DAERAH

NOMOR : 8 TAHUN 2013 TENTANG

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN BUPATI PANDEGLANG NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 20 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN BUPATI SIMEULUE NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN DAN PEMANFAATAN INSENTIF PEMUNGUTAN PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH

GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 28 TAHUN 2010 T E N T A N G TATA CARA PEMBERIAN DAN PEMANFAATAN INSENTIF PEMUNGUTAN PAJAK DAERAH

BUPATI GARUT P E R A T U R A N B U P A T I G A R U T NOMOR 321 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN DAERAH KOTA SAWAHLUNTO NOMOR 4 TAHUN 2011 T E N T A N G PEMBERIAN DAN PEMANFAATAN INSENTIF PEMUNGUTAN PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH

NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG PEMBERIAN DAN PEMANFAATAN INSENTIF PEMUNGUTAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN DI KABUPATEN MAJALENGKA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

WALIKOTA PROBOLINGGO

GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 45 TAHUN 2010 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN DAN PEMANFAATAN INSENTIF PEMUNGUTAN PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KENDAL NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN BUPATI BREBES NOMOR 001 TAHUN 2018 TENTANG TENTANG TATA CARA PEMBERIAN INSENTIF PEMUNGUTAN PAJAK DAERAH DI KABUPATEN BREBES

PERATURAN BUPATI PENAJAM PASER UTARA NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN DAN PEMANFAATAN INSENTIF PAJAK DAERAH

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI TANGERANG PERATURAN BUPATI TANGERANG. Nomor : 6 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN DAN PEMANFAATAN INSENTIF PEMUNGUTAN PAJAK DAERAH

BUPATI SINJAI PERATURAN BUPATI SINJAI NOMOR 28 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PEMBERIAN INSENTIF PEMUNGUTAN PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH

BERITA DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2010 NOMOR : 46 PERATURAN WALIKOTA BANDUNG NOMOR : 867 TAHUN 2010 TENTANG

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 148 TAHUN 2016 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat

WALIKOTA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 12 TAHUN 2013 T E N T A N G

BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2012 NOMOR 14 SERI E

GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG

PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR : 56 TAHUN 2017 T E N T A N G

PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 10 TAHUN TAHUN 2014 TENTANG PEMBERIAN INSENTIF PEMUNGUTAN PAJAK DAERAH DI PROVINSI JAWA TENGAH

BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 88 TAHUN 2010 TENTANG

WALIKOTA PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 33 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENGELOLAAN INSENTIF PEMUNGUTAN RETRIBUSI DAERAH

PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 12 TAHUN 2016 T E N T A N G

BUPATI DHARMASRAYA PERATURAN BUPATI DHARMASRAYA NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN BUPATI SRAGEN NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG

WALIKOTA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 4 TAHUN 2012 T E N T A N G

BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 43 TAHUN 2016 T E N T A N G

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 37 TAHUN 2017 TENTANG

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 6,

Gubernur Jawa Barat PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR 73 TAHUN 2010

69 TAHUN 2010 TATA CARA PEMBERIAN DAN PEMANFAATAN INSENTIF PEMUNGUTAN PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DA

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 12 Tahun : 2015

BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL

BUPATI MEMPAWAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 14 TAHUN 2017 T E N T A N G

PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA

PERATURAN WALIKOTA DUMAI NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG TAMBAHAN PENGHASILAN BAGI PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA DUMAI

2016, No Tunjangan Kinerja Pegawai di Lingkungan Badan Kepegawaian Negara; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sip

PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 42 TAHUN 2017 TENTANG

TENTANG TATA CARA PEMBERIAN DAN PEMANFAATAN INSENTIF PEMUNGUTAN PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH GUBERNUR JAWA BARAT,

4. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 1997 tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 42, Tambahan

BUPATI KAUR. PERATURAN BUPATI KAUR Nomor : TAHUN 2013 TENTANG

GUBERNUR GORONTALO PERATURAN GUBERNUR GORONTALO NOMOR 05 TAHUN 2015

WALIKOTA PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 4 TAHUN 2018 TENTANG

WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 53 TAHUN 2017 TENTANG

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 97 TAHUN 2017 TENTANG

BUPATI BANTUL PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 52 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI CILACAP PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 54 TAHUN 2013 TENTANG TARGET KINERJA PENERIMAAN PAJAK DAERAH DI KABUPATEN CILACAP TAHUN 2013

PROVINSI RIAU PERATURAN BUPATI SIAK NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN BUPATI PANDEGLANG NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

WALIKOTA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 60 TAHUN 2013 TENTANG

WALIKOTA YOGYAKARTA, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 31 TAHUN 2017

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR TAHUN TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI TENGAH NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK PENERANGAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI CILACAP PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 74 TAHUN 2012 TENTANG

4. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan

LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA REPUBLIK INDONESIA

WALIKOTA TEGAL PERATURAN WALIKOTA TEGAL NOMOR 385.TAHUN 2012 TENTANG

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 14 TAHUN 2017 TENTANG

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 24 TAHUN 2015 TENTANG

-1- REPUBLIK INDONESIA

Transkripsi:

I SALlNAr~ GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA PER.t\TlIf~ANGUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 183TAHUN 2015 TENTANG I~,ISENTIF PEMUNGUTAN PAJAK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUFI PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA, Menimbang a. bahwa dalam rangka mengoptimalkan target penerimaan pajak daerah dan meningkatkan kinerja pemungutan pajak daerah sebagai tugas dari Dinas Pelayanan Pajak Provinsi Daerah Khusus ibuiwta Jakarta sebagaimana diatur dalam Peraturan Daerah Nornor 12 Tahun 2014 tentang Organisasi Perangkat Daerah, perlu mengatur kembali mengenai insentif pemungutan pajak daerah ka:ena sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan saat ini; b. ba';wa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam hu 'uf a, perlu menetapkan Peraturan Gubernur tentang Insentif Pemungutan Pajak Daerah; Mengingat 1, Urdang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tf'ntang Keuangan Negaro; 2. Ur,(Jang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara; 3. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksc,iln Pel~~~elolaan dan Tanggung Jawab Keuan,Jan Negara; 4. Unclang-Undang Nomor 29 Tahun 2007 tentang Pemerintahan Prl), 'insi Daerah Khusus Ibukota Jakart:'. sebagai Ibukota Negc.ra j'~e>atuan Republik Indonesia; 5. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Re,tribusi Daerah; 6. UnrJang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentul:an Peraturan Perundang-undangan;

2, Pemerintahan Daerah adalah Gubemur dan Perangkat Daerah sebaaai unsur oenvelenaaara Pemerin!'h",n n"'e>r",h 2 7, Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah beberapa I<ali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015; 8, Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 tentang Administrasi Pemerintahan; 9,?eraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah; 10,?eraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Klnerja Instansi Pemerintah; 11 Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahull 2007 tentang Organisasi' Perangkat Daerah; 12, Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil; 13, ~eraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 2010 tentang Tata Caia ~emberian dan Pemanfaatan Insentif Pajak Daerah dan Retribusi Oaerah; 14, Pl:3raturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang F'edoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Menteri Dalam l'>legeri Nomor 21 Tahun 2011; 15, Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2007 tentang Pokok-pokok Pengelolaan Keuangan Daerah; 16, I"eraturan Daerah Nomor 12 Tahun 2014 tentang Organisasi Perangkat Daerah; 17, Peraturan Gubernur Nomor 242 Tahull 2014 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Pelayanan Pajak; MEMUTUSKAN: Menetapkan PEI~TURAN GUBERNUR TENTANG INSENTIF PEMUNGUTAN PA,JAK DAERAH, BABI KETENTUAN UrvUM Pasal1 Dalam Peraturan Gubernur ini yang dimaksud dengan : 1, Caerah adalah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta,

3 3. Gubernur adalah Kepala Daerah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta. 4. Wakil Gubernur adalah Wakil Kepala Daerah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta. 5. Sekretaris Daerah adalah Sekretaris Daerah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta. e. Dinas Pelayanan Pajak adalah Dinas Pelayanan Pajak Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta. 7. Kepala Dinas Pelayanan Pajak adalah Kepala Dinas Pelayanan Pajak Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta. 8. Satuan Kerja Perangkat Daerah yang selanjutnya disingkat SKPD adalah SKPD Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta, yang ditetapkan dengan Peraturan Daerah dengan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. 9. Instansi Pelaksana Pemungut Pajak adalah Dinas Pelayanan Pajak Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. 10. Camat adalah Camat di Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta. 11. Lurah adalah Lurah di Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta. 12. Pejabat adalah pegawai yang diberi jabatan dan tugas tertentu di bidang perpajakan daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. 13. f'egawai adalah Pegawai Negeri Sipil Dinas Pelayanan Pajak yang memiliki tugas pokok dan fungsi melakukan pemungutan pajak daerah. 14. Calon Pegawai Negeri Sipil yang selanjutnya disingkat CPNS adalah Calon Pegawai Negeri Sipil Dinas Pelayanan Pajak. 15. Pihak Lain adalah instansi/badan yang membantu instansi pelaksana pemungut pajak daerah. 16. Tenaga Lainnya adalah tenaga yang mendapat penugasan dari Kepala Dinas Pelayanan Pajak untuk membantu pelaksanaan (;emungutan Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan. 17. Pajak Daerah yang selanjutnya disebut Pajak adalah kontribusi ii'ajib kepada daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, den~lan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk k'3perluan daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. 18. Pemungutan Pajak Daerah adalah suatu rangkaian kegiatan mulai dari penghimpunan data objek dan subjek pajak, penentuan besarnya pajak yang terutang sampai kegiatan penagihan pajak kepada Wajib Pajak Daerah serta pengciwasan penyetorannya.

4 19. Il~sentif Pemungutan Pajak Daerah "ang selanjutnya diseout Ir::;entif adalah tambahan penghasilan yang diberikan sebagai penghargaan atas kinerja tertentu dalam melaksanakan pemungutan pajak daerah. 20. Kinerja Tertentu adalah pencapaian target penerimaan pajak daerah yang ditetapkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah yang dijabarkan secara triwulan dalam Peraturan Gubernur. 21. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah yang selanjutnya disingkat APBD adalah Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta. BAB II INSENTIF Bagian Kesatu Penerirna Insentif Pasal 2 (1) Insentif diberikan kepada Instansi Pelaksana Pernungut Pajak. (2) Insentif sebagaimana dimaksud pada ayat (1), secara proporsional diberikan kepada : a. Pejabat dan Pegawai Instansi Pelaksana Pemungut Pajak termasuk CPNS; b. Gubernur dan Wakil Gubernur sebagai penanggung jawab pengelolaan keuangan daerah; c. Sekretaris Daerah selaku koordinator pengelolaan keuangan daerah; d Pernungut Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan pada tingkat Kelurahan dan Kecamatan, Lurah dan Camat dan tenaga lainnya yang ditugaskan oleh Instansi Pelaksana Pemungut Pajak; dan e. Pihak lain yang membantu Instansi Pelaksana Pemungut Pajak. (3) lnsentif kepada Gubernur, Wakil Gubernur dan Sekretaris Daerah.sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b dan huruf c, dapat jiberikan dalarn hal yang bersangkutan belum menerima remunerasi. Bagian Kedua Target Kinerja Pasal 3 (1) I'ejabat, Pegawai dan CPNS Instansi Pelaksana Pemungut Pajak oapat diberikan insentif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, apabila mencapai target kinerja pemungutan pajak.

5 (2) Pemberian insentif sebagaimana dimaksud pada ayat (1), rr'empertimbangkan kinerja individual, ~etaatan terhadap aturiin dan kehadiran dari Pejabat, Pegawai dan CPNS Instansi Pelaksana Pemungut Pajak. (3) Pemberian insentif sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dibayarkan setiap triwulan pada awal triwulan berikutnya. (4) Dalam hal target kinerja pemungutan pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak tercapai, insentif untuk triwulan tersebut dibayarkan pada awal triwulan berikutnya sebesar 50% dari bl~saran insentif yang ditetapkan berdasarkan rencana penerimaan pajak setelah target kinerja pemungutan pajak triwulan yang ditentukan tercapai. (5) Dalam hal target kinerja pemungutan pajak pada akhir tahun anggaran penerimaan tidak tercapai, tidak membatalkan insentif yang sudah dibayarkan untuk triwulan sebelumnya. Pasal4 (1) Kinerja pemungutan pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1), merupakan pencapaian target penerimaan tiap jenis pajak yang ditetapkan pada APBD tahun berkenaan dan dijabarkan secara triwulanan. (2) Pencapaian target kinerja pemungutan pajak sebagaimana dirnaksud pada ayat (1), ditetapkan sebagai berikut : a. Untuk setiap jenis pajak selain Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkataan (PBB-P2), yaitu : '1. sampai dengan Triwulan I 2. sampai dengan Triwulan II :.!. sampai dengan Triwulan III 4. sampai dengan Triwulan IV mlnlltlum 12,5% (dua belas kama lima persen); minimum 40% (empat puluh persen); minimum 70% (tujuh puluh persen); dan minimum 100% (seratus persen). b. L:ntuk PBB-P2, yaitu : f. sampai dengan Triwulan I '/... sampai dengan Triwulan II 3. sampai dengan Triwulan III 4. sampai dengan Triwulan IV minimum 2,5% (dua kama lima persen); minimum 15% (lima belas persen); minimum 70% (tujuh puluh persen); dan minimum 100% (seratus persen\. (3) F'embayaran insentif berdasarkan penetapan kinerja pemungutan tiajj jenis pajak selain PBB-P2 sebagaimana dimaksud pada avat (2), dilakukan apabila :

6 a. pada akhir Triwulan I, realisasi tiap jenis pajak selain PBB-P2 mencapai 12,5% (dua belas kama lima persen) atau lebih, insentif dibayarkanpada awal Triwulall II; b. pada akhir Triwulan I, realisasi tiap jenis pajak selain PBB-P2 mencapai kurang dari 12,5% (dua belas kama lima persen) insentif tidak dibayarkan pada Triwulan II; c. pada akhir Triwulan II, realisasi tiap jenis pajak selain PBB-P2 mencapai 40% (empat puluh persen) atau lebih, insentif dibayarkan pada awal Triwulan III termasuk juga untuk Triwulan I yang telah mencapai target yang belum dibayarkan; d, pada akhir Triwulan II, realisasi tiap jenis pajak selain PBB-P2 mencapai kurang dari 40% (empat puluh persen), insentif untuk Triwulan II tidak dibayarkan pada Triwulan III; e pada akhir Triwulan III, realisasi tiap jenis pajak selain PBB-P2 mencapai 70% (tujuh puluh persen). atau lebih, insentif dibayarkan pada awal Triwulan IV termasuk juga untuk Triwulan II yang telah mencapai target yang belum dibayarkan; f. pada akhir Triwulan III, realisasi tiap jenis pajak selain PBB-P2 mencapai kurang dari 70% (tujuh puluh persen), insentif tidak dibayarkan pada Triwulan IV; g. pada akhir Triwulan IV, realisasi tiap jenis pajak selain PBB-P2 mencapai 100% (seratus persen) atau lebih, insentif dibayarkan untuk triwulan yang belum dibayarkan; dan h. pada akhir Triwulan IV, realisasi tiap jenis pajak selain PBB-P2 mencapai kurang 100% (seratus persen) tetapi mencapai 70% (tujuh puluh persen) atau lebih, insentif dibayarkan sebesar 50% (lima puluh persen) untuk Triwulan III dari triwulan sebelumnya yang belum dibayarkan, (4) P~mbayaran insentif berdasarkan penetapan kinerja pemungutan P8B-P2 sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b, dilakukan apabila: a. pada akhir Triwulan I, realisasi PBB-P2 mencapai 2,5% (dua kama lima persen) atau lebih, insentif dibayarkan pada awal Triwulan II; b. pada akhir Triwulan I, realisasi PBB-P2 mencapai kurang dari 2,5% (dua kama lima persen) inse!1tif tidak dibayarkan pada Triwulan II; c. pada akhir Triwulan II, realisasi PBB-P2 mencapai 15% (lima belas persen) atau lebih, insentif dibayarkan pada awal Triwulan III termasuk juga untuk Triwulan I yang telah mencapai target yang belum dibayarkan; d. pada akhir Triwulan II, realisasi PBB-P2 mencapai kurang dari 15% (lima belas persen) insentif untuk Triwulan II tidal< dibayarkan pada Triwulan III;

7 I::. pada akhir Triwulan III, realisasi PBB-P2 mencapai 70% (tujuh puluh persen) atau lebih, insentif dibay,3rl<,:n pada awar Triwulan IV termasuk juga untuk Triwulan II yang telah mencapai target yang belum dibayarkan; f. pada akhir Triwulan III, realisasi PBB-P2 mencapai kurang dari 70% (tujuh puluh persen) insentif tidak dibayarkan pada Triwulan IV; g. pada akhir Triwulan IV, realisasi PBB-P2 mencapai 100% (seratus persen) atau lebih, insentif dibayarkan untuk triwulan yang belum dibayarkan; dan h. pada akhir Triwulan IV, realisasi PBB-P2 mencapai kurang 100% (seratus persen) tetapi mencapai 70% (tujuh puluh persen) atau lebih, insentif dibayarkan untuk Triwulan III dari triwulan sebelumnya yang belum dibayarkan. Pasal 5 Pembayaran insentif untuk target kinerja pernungutan pajak yang telah tercapai sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2), dilakukan pada awal bulan triwulan berikutnya. Pasal 6 Penetapan pencapaian target kinerja pemungutan pajak sebagaimana dimaksud dalarn Pasal 4 ayat (2), dapat diubah sesuai dengan kete,ntuan peraturan perundang-undangan. Bagian Ketiga Sumber dan Besaran Insentif Pasal 7 Insentif bersumber dari penerimaan pajak sesuai dengan ketentl.lan peraturan perundang-undangan. Pasal 8 Besaran insentif ditetapkan sebesar 3% (tiga persen) dari rencana penerimaan pajak dalam tahun anggaran berkenaan untuk tiap jenis pajak. Pasal9 (1) Besaran pemberian insentif kepada Pejabat, Pegawai dan CPNS Instansi Pelaksana Pemungut Pajak, Gubernur dan Wakil Gubernur serta Sekretaris Daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2) huruf a, huruf b dan huruf c setiap bulannya ciitetapkan paling linggi 10 (sepuluh) kali gaji pokok dan tunjangan yang melekat. (2) Dalam hal besaran pemberian illsentif tidak mencukupi 10 (sepuluh) kali gaji pokok dan tunjangan yang melekat sebagaimana dimaksud pada ayat (1), maka besaran pemberian insentif dibayarkan secara maksimal sesuai dengan pagu anggaran yang tersedia.

8 (3) Dalam hal realisasi pemberian insentif sebagaimana dimaksud ~lada ayat (1) terdapat sisa lebih, hal JS disetorkan ke rekening kas umum daerah sebagai penerimaan daerah. Pasal 10 (1) Besaran pemberian insentif untuk pemungut PBB-P2 sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2) huruf d, ditetapkan sebesar 5% (lima persen) dan besaran pemberian insentif untuk pihak lain sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat 2) huruf e, ditetapkan paling tinggi sebesar 10% (sepuluh persen) dari besarnya insentif yang ditetapkan sebagaimana dirnaksud dalarn Pasal8. (2) Ketentuan lebih lanjut mengenai penerima dan besarnya pemberian insentif sebagaimana dimaksud pad a ayat (1) ditetapkan dengan Keputusan Gubernur. Pasal11 Ketentuan lebih lanjut mengenai penilaian kinerja individual Pejabat, Pegawai dan CPNS sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ditetapkan dengan Keputusan Kepala Dinas. BAB III PEJABAT, PEGAWAI DAN CPNS INSTANSI PELAKSANA PEMUNGUT PAJAK TERMASUK CPNS YANG TIDAK MENERIMA INSENTIF Pasal12 PejClbat, Pegawai dan CPNS Instansi Pelaksana Pernungut Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2) huruf a, dikecualikan sebagai penerima insentif : a. Pejabat dan Pegawai yang mengambil Masa Persiapan Pensiun (MPP); b. Pejabat dan Pegawai yang berstatus Penerima Uang Tunggu; c. F'ejabat dan Pegawai yang berstatus sebagai pegawai titipan di dalam atau di luar Pemerintah Daerah; d. Fejabat, Pegawai dan CPNS yang berstatus tersangka dan ditahan oleh pihak yang berwajib; e.?ejabat, Pegawai dan CPNS yang b8rstatus sebagai terdakwa.,tau terpidana; f. Pejabat, Pegawai dan CPNS yang mengambil cuti di luar!:<:mggungan negara; dan ~. Pejabat, Pe~awai dan CPNS yan~ diberhentikan sementara.

9 BABIV PEMOTONGAN INSENTIF Pasal13 Pejabat, Pegawai dan CPNS Instansi Pelaksana Pemungut Pajak,.,ikenakan pemotongan insentif dalam hal: a. ketidakhadiran tanpa keterangan yang sah dipotong 5% (lima persen) per hari; b. cuti sakit, yaitu : 1. 1 (satu) bulan sampai dengan 6 (enam) bulan dipotong 25% (dua puluh lima persen); 2. lebih dari 6 (enam) bulan sampai dengan 1 (satu) tahun dipotong 50% (lima puluh persen); 3. lebih dari 1 (satu) tahun sampai dengan 1,5 (satu koma lima) tahun dipotong 75% (tujuh puluh lima persen); 4. lebih dari 1,5 (satu koma lima) tahun dipotong 90% (sembiian puluh persen); c. cuti persalinan ketiga dan seterusnya dipotong 20% (dua puluh persen) per bulan; d. izin tidak masuk kerja dipotong 2,5% (dua koma lima persen) per hari; dan/atau e. lerlambat dan/atau pulang cepat dipotong dengan rumusan : r N - I 450 Menit X 1% Keterangan : N = Akumulasi keterlambatan tiba dan/atau kepulangan cepat dalam 1 (satu) bulan dalam hitungan menit. f. tugas belajar dapat diberikan insentif mengacu pada ketentuan )'.3ng berlaku. Pasal14 Pejabat, Pegawai dan CPNS Instansi Pelaksana Pemungut Pajak yang dijatuhi hukuman disiplin diberikan' insentif, dengan ketentuan sebagai berikut : a. hukuman disiplin tingkat ringan diberikan insentif sebesar 50% (lima puluh persen) untuk jangka waktu 1 (satu) bulan dari 1 (satu) triwulan; b. hukuman disiplin tingkat sedang diberikan insentif sebesar 50% (lima puluh persen) untuk jangka waktu 3 (tiga) bulan darl 1 (satu) tahun; dan

10 C..1ukuman disiplin tingkat berat untuk penurunan pangkat dan/atau Jembebasan jabatan diberikan insentif 25% (dua puluh lima persen) untuk jangka waktu 6 (enam) bulan dari 1 (satu) tahun. BAB V PENGANGGARAN, PELAKSANAAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN Pasal15 (1) Insentif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7, dialokasikan dalam APBD melalui Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) Dinas Pelayanan Pajak. (2) Insentif sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dikelompokkan ke dalam belanja tidak langsung yang diuraikan berdasarkan jenis belanja pegawai, objek belanja insentif pemungutan pajak. Pasal 16 Dalam hal target penerimaan pajak pada akhir tahun anggaran telah tercapai atau terlampaui, namun pembayaran insentif belum dapat dilakukanpada tahun anggaran berkenaan, maka pemberian insentif dibayarkan pada tahun anggaran berikutnya yang pelaksanaannya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Pasal17 (1) Pertanggungjawaban dalam rangka pemberian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (3), tanggung jawab Kepala Dinas Pelayanan Pajak. insentif menjadi (2) Penggunaan insentif yang diberikan oleh Dinas Pelayanan Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2) huruf e kepada pihak ain menjadi tanggung jawab pimpinan pihak lain tersebut. (3) Bentuk dan kelengkapan sebagai bukti pertanggungjawaban pembayaran insentif ini dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. BAB VI KETENTUAN LAIN-LAIN Pasal18 Tata Cara pemberian besaran insentif untuk PNS yang bertugas pada pihai< lain sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2) huruf e diatur oleh Kepala SKPD.

, 11 BAB VII KETENTUAN PENUTUP Pasal 19 Pada <>aat Peraturan Gubernur ini mulai berlaku, maka ketentuan Pasal 51 huruf b Peraturan Gubernur Nomor 207 Tahun 2014 tentang Tunjangan Kinerja Daerah dicabut dan dinya1akan tidak berlaku. Pasal 20 PeratlJran Gubernur ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan dan berlak.li surut terhitung sejak tanggal 2 Januari 2015. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Gubernur ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Diundangkan di Jakarta pada tanggal 3 Juni 20-5 SEKRETARIS DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA, ltd. SAI',FULLAH Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 29 Mei 2015 GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA, ltd. BASUKI T. PURNAMA BERITA DAERAH PRO\lINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA TAHUN 2015 NOMOR 71021 Salinan sesuai dengan aslinya KEPALA B.L80J;jV!UM SEKRETARIAT DAERAH PROVINSI,DAERiAll;i'KHUSUS IBUKOTA JAKARTA, "",,-... ' f '\.~.,?:,/-',..):.' "'J... p'''" lll' ~.,~\!~.( L/i""";,', ~ to;\'~ I "" w ~ ",_ 0..k,',"; I. '" ~,:~'-S[-{!lR.f.HAYU " NII?o1,9p:<i')'2281985032003 u"'jr:~~ <.;'-.:t!.ar~'::f'