BAB II LANDASAN TEORI

dokumen-dokumen yang mirip
I. Flow-chart. Dimas Hidim, mahasiswa EPI C, Penjelasan alur/flow chat akad musyarakah :

BAB V PENGAWASAN KEGIATAN LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH 1

2017, No penyusunan dan pelaksanaan kebijakan perkreditan atau pembiayaan bank bagi bank umum; e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana di

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TIN102 - Pengantar Teknik Industri Materi #11 Ganjil 2014/2015 SISTEM TIN102 PENGANTAR TEKNIK INDUSTRI

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN,

BAB II KAJIAN PUSTAKA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN,

BAB II LANDASAN TEORI. 2.1 PengertianTentang BUMN (Badan Usaha Milik Negara)

BAB II KAJIAN PUSTAKA. (Mulyadi, 2010:5). Prosedur adalah suatu urutan pekerjaan klerikal (clerical),

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Menurut Sinungan (1991 : 46), tentang kredit sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN. perkembangannya. Pertumbuhan ini dapat dilihat dari semakin banyaknya bankbank

I. PENDAHULUAN. keberadaan bank sebagai lembaga keuangan telah bertansformasi menjadi dua

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN,

No. 10/ 14 / DPbS Jakarta, 17 Maret S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK SYARIAH DI INDONESIA

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan

ISTILAH-ISTILAH DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2008 TENTANG PERBANKAN SYARI AH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI. bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 13/14/PBI/2011 TENTANG PENILAIAN KUALITAS AKTIVA BAGI BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Mulyadi (2012:5), prosedur adalah urutan kegiatan klerikal yang

2017, No khusus terhadap kredit atau pembiayaan bank bagi daerah tertentu di Indonesia yang terkena bencana alam; e. bahwa berdasarkan pertimba

memenuhi kriteria kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan serta diatur dalam Pasal 1 Undang-Undang No.20 Tahun 2008.

BAB 5 KEGIATAN MENGALOKASIKAN DANA

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

MANAJEMEN KEUANGAN SYARIAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dengan bahasa latin kredit berarti credere yang artinya percaya. Maksud dari

BAB I PENDAHULUAN. perantara keuangan antara pihak yang memiliki dana dan pihak yang

MUDHARABAH dan MUSYARAKAH. Disusun untuk Memenuhi Tugas Manajemen Pembiayaan Bank Syariah C. Dosen Pengampu : H. Gita Danupranata, SE., MSI.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Uundang-Undang Nomor 10 Tahun 1998, yang

II. TINJAUAN PUSTAKA Pengertian kredit Kata dasar kredit berasal dari bahasa Latin credere yang berarti

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. atau account dimana artinya sama. Dengan memiliki simpanan atau

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan perbankan syariah berawal pada tahun 1950an.

BAB II LANDASAN TEORI Pengertian Data, Informasi dan Sistem Informasi. Menurut Lilis Puspitawati dan Sri Dewi Anggadini (2011 : 13) data dapat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bank selain sebagai tempat menyimpan uang juga dikenal sebagai

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Kredit

2017, No pemberian kredit atau pembiayaan oleh bank umum untuk pengadaan tanah dan/atau pengolahan tanah; e. bahwa berdasarkan pertimbangan seb

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu agama yang mengajarkan prinsip at ta awun yakni saling

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pembiayaan atau pembayaran baik dalam menghimpun dana maupun lembaga. yang melancarkan arus uang dari masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian, Fungsi,Jenis dan Sumber Dana Bank. rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 6/ 19 /PBI/2004 TENTANG PENYISIHAN PENGHAPUSAN AKTIVA PRODUKTIF BAGI BANK PERKREDITAN RAKYAT SYARIAH

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 10/18/PBI/2008 TENTANG RESTRUKTURISASI PEMBIAYAAN BAGI BANK SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH.

LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH THALIS NOOR CAHYADI, S.H. M.A., M.H., CLA

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 13/14/PBI/2011 TENTANG PENILAIAN KUALITAS AKTIVA BAGI BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. usahanya. Sejalan dengan perkembangan perekonomian nasional maupun. dalam rangka peningkatan taraf hidup rakyat banyak.

- 1 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN,

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 6/18/PBI/2004 TENTANG GUBERNUR BANK INDONESIA,

Kesimpulan dan Saran 47 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

akan berpengaruh terhadap pertumbuhan bank tersebut, baik dilihat dari sudut pandang operasional bank dan dampak psikologis yang terjadi.

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Mekanisme Akad Mudharabah dalam Pembiayaan Modal Kerja di KJKS Mitra

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II LANDASAN TEORI. diberikan oleh pemilik dana kepada pengguna dana. Bank percaya kepada

Bab I Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini begitu banyak perusahaan yang bergerak dalam dunia bisnis

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah untuk menjalankan bisnis dengan izin operasional sebagai

BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN

LAMPIRAN: Keputusan Ketua Bapepam dan LK Nomor : Kep-./BL/. Tanggal : PENERBITAN EFEK SYARIAH DI PASAR MODAL

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIA PUSTAKA DA KERA GKA PEMIKIRA

LEMBARAN DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2012 NOMOR : 14 PERATURAN DAERAH KOTA CILEGON NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI. dengan mengambil judul Analisis Kelayakan Pembiayaan Mikro pada Bank

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. atau kelebihan dana (surplus spending unit-ssu) dan menyalurkan kredit kepada

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL PENELITIAN. A. Prosedur Pengikatan Jaminan Pada Pembiayaan Murabahah di BPRS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. A. Syarat-syarat Pemberian Kredit Umum BPR Nusamba

BAB I PENDAHULUAN. perbankan nasional yang terbagi menjadi dua macam yaitu perbankan

BAB II LANDASAN TEORITIS. secara dini indeksi-indeksi penyimpangan (deviation) dari kesepakatan

B AB I PENDAHULUAN. peraturan bank tersebut. Sebelumnya, calon nasabah yang akan meminjam

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB IV HASIL PENELITIAN. A. Pelaksanaan Jaminan Fidusia di Bank Syariah Mandiri KCP Solok. menanyakan langsung kepada pihak warung mikro itu sendiri.

BAB IV. Hasil Penelitian dan Pembahasan. mengetahui bagaimanakan sistem pengendalian kredit Gambaran Singkat Koperasi Simpan Pinjam TABITA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERBANKAN. BI. Bank Syariah. Dana Jasa. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4896)

BAB I PENDAHULUAN. nasional, kearah peningkatan taraf hidup rakyat banyak. Perbankan di Indonesia termasuk Hukum Perbankan Indonesia.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pokoknya adalah menghimpun dana dan menyalurkan kembali dana tersebut

BAB II LANDASAN TEORI. bentuk pembiayaan didasarkan pada kepercayaan yang diberikan oleh pemilik

BAB II KAJIAN PUSTAKA. orang dalam satu departemen atau lebih, yang dibuat untuk menjamin penanganan

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Pemberian Kredit Pada Bank Rakyat Indonesia (BRI) Cabang Pasir Pengaraian

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Proses Akad Ijarah Multiguna Untuk Biaya Umroh. multiguna untuk biaya umroh yang diserahkan kepada nasabah diharapkan

BAB III TINJAUAN PUSTAKA TENTANG BANK. menyimpan benda-benda berharga, seperti peti emas, peti berlian, peti uang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. mengembangkan dan memperbesar usaha-usaha mereka, baik secara

BAB III SK PNS SEBAGAI JAMINAN DALAM PEMBIAYAAN DI BANK SYARIAH. Negara Indonesia yang memenuhi syarat tertentu, diangkat sebagai Pegawai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. dan perdagangan sehingga mengakibatkan beragamnya jenis perjanjian

BAB III PEMBAHASAN DAN ANALISA. A. Ketentuan Jaminan Pembiayaan Murabahah di BPRS Asad Alif

EVALUASI PENGAWASAN KREDIT MODAL KERJA SEBAGAI UPAYA MENEKAN TUNGGAKAN KREDIT

BAB II LANDASAN TEORI. 10 November 1998 tentang perbankan, menyatakan bahwa yang dimaksud

LAMPIRAN III SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /SEOJK.03/2015 TENTANG PRODUK DAN AKTIVITAS BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH

Transkripsi:

BAB II LANDASAN TEORI A. Uraian Teoritis 1. Pengertian Sistem Menurut James A.Hall (2001:5), sebuah sistem adalah sekelompok dua atau lebih komponen-komponen yang saling berkaitan atau subsistemsubsistem yang bersatu untuk mencapai tujuan yang sama. Melalui sistem maka penyelenggaraan operasional perusahaan diharapkan dapat terjalin rapi dan terkoordinasi. Sedangkan menurut Mulyadi (2001:5), sistem adalah suatu jaringan prosedur yang dibuat menurut pola yang terpadu untuk melaksanakan kegiatan pokok perusahaan sehingga tujuan dapat tercapai secara efektif dan efisien. Dari beberapa pengertian diatas maka dapat diambil kesimpulan mengenai pengertian sistem bahwa sistem adalah prosedur/tahapan yang saling berkaitan untuk mencapai tujuan yang sama. 2. Elemen sistem Ada beberapa elemen yang membentuk sebuah sistem (http://id.wikipedia.org/wiki/sistem), yaitu : a. Tujuan Setiap sistem memiliki tujuan (Goal), entah hanya satu atau mungkin banyak. Tujuan inilah yang menjadi pemotivasi yang mengarahkan sistem. Tanpa tujuan, sistem menjadi tak terarah dan tak terkendali. Tentu saja, tujuan antara satu sistem dengan sistem yang lain berbeda. b. Masukan Masukan (input) sistem adalah segala sesuatu yang masuk ke dalam sistem dan selanjutnya menjadi bahan yang diproses. Masukan dapat berupa hal-hal yang berwujud (tampak secara fisik) maupun yang tidak tampak. Contoh masukan yang berwujud adalah bahan mentah, sedangkan contoh yang tidak berwujud adalah informasi (misalnya permintaan jasa pelanggan).

c. Proses Proses merupakan bagian yang melakukan perubahan atau transformasi dari masukan menjadi keluaran yang berguna dan lebih bernilai, misalnya berupa informasi dan produk, tetapi juga bisa berupa hal-hal yang tidak berguna, misalnya saja sisa pembuangan atau limbah. Pada pabrik kimia, proses dapat berupa bahan mentah. Pada rumah sakit, proses dapat berupa aktivitas pembedahan pasien. d. Keluaran Keluaran (output) merupakan hasil dari pemrosesan. Pada sistem informasi, keluaran bisa berupa suatu informasi, saran, cetakan laporan, dan sebagainya. e. Batas Batas (boundary) sistem adalah pemisah antara sistem dan daerah di luar sistem (lingkungan). Batas sistem menentukan konfigurasi, ruang lingkup, atau kemampuan sistem. Sebagai contoh, tim sepakbola mempunyai aturan permainan dan keterbatasan kemampuan pemain. Pertumbuhan sebuah toko kelontong dipengaruhi oleh pembelian pelanggan, gerakan pesaing dan keterbatasan dana dari bank. Tentu saja batas sebuah sistem dapat dikurangi atau dimodifikasi sehingga akan mengubah perilaku sistem. Sebagai contoh, dengan menjual saham ke publik, sebuah perusahaan dapat mengurangi keterbasatan dana. f. Mekanisme Pengendalian dan Umpan Balik Mekanisme pengendalian (control mechanism) diwujudkan dengan menggunakan umpan balik (feedback). Umpan balik ini digunakan untuk mengendalikan baik masukan maupun proses. Tujuannya adalah untuk mengatur agar sistem berjalan sesuai dengan tujuan. g. Lingkungan Lingkungan adalah segala sesuatu yang berada diluar sistem. Lingkungan bisa berpengaruh terhadap operasi sistem dalam arti bisa merugikan atau menguntungkan sistem itu sendiri. Lingkungan yang merugikan tentu saja harus ditahan dan dikendalikan supaya tidak mengganggu kelangsungan operasi sistem, sedangkan yang menguntungkan tetap harus terus dijaga, karena akan memacu terhadap kelangsungan hidup sistem. 3. Kredit a. Pengertian Kredit Menurut Veithzal Rivai (2006 : 4) kredit adalah Penyerahan barang, jasa, atau uang dari satu pihak (kreditor/ pemberi pinjaman) atas dasar kepercayaan kepada pihak lain (nasabah/pengutang) dengan janji membayar dari penerima kredit kepada pemberi kredit pada tanggal yang telah disepakati kedua belah pihak.

Sementara dalam Undang-undang Republik Indonesia nomor 10 tahun 1998, (malayu, 2007 : 87) menyebutkan Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersama-kan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga. b. Tujuan Kredit Adapun tujuan kredit menurut Kasmir (2002 : 97) adalah: 1) Mencari keuntungan. 2) Membantu usaha nasabah. 3) Membantu pemerintah. c. Fungsi Kredit Menurut Veithzal Rivai (2006 : 7), fungsi kredit dapat dikemukakan sebagai berikut: 1) Kredit dapat meningkatkan utility (daya guna) dari modal/uang. 2) Kredit dapat meningkatkan utility (daya guna) suatu barang. 3) Kredit meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang. 4) Kredit menimbulkan kegairahan berusaha masyarakat. 5) Kredit sebagai alat stabilisasi ekonomi. 6) Kredit sebagai jembatan untuk peningkatan pendapatan nasional. 7) Kredit sebagai alat hubungan ekonomi internasional. d. Pengertian Kredit Modal Kerja Kredit Modal Kerja menurut Kasmir (2000 : 76) adalah: kredit yang akan digunakan untuk menambah modal usaha debitur. Contoh kredit modal kerja untuk membeli bahan baku.

Kredit Modal Kerja menurut Indra Bastian dan Suhardjono (2006 : 251) yaitu kredit yang diberikan oleh bank untuk menambah modal kerja debitur. Kredit ini diberikan untuk pembiayaan modal kerja perusahaan baik perusahaan perorangan maupun yang berbadan hokum. Kredit modal kerja memiliki jangka waktu pengembalian maksimal satu tahun (bisa diperpanjang sesuai kebutuhan) yang dapat dimanfaatkan untuk membiayai stok barang, piutang dagang, pembelian bahan baku ataupun kebutuhan modal kerja perusahaan lainnya. Adapun Kelebihan dari kredit modal kerja adalah: Jumlah pinjaman sesuai skala usaha Bunga bersaing Proses kredit cepat dan mudah e. Prosedur Dalam Pemberian Kredit Pemberian kredit yang dilakukan antara bank satu dengan bank lainnya tidak selalu sama baik syarat-syarat maupun prosedurnya. Menurut kasmir (2002:110), secara umum prosedur yang digunakan dalam pemberian kredit adalah sebagai berikut: 1) Pengajuan berkas-berkas Pemohon kredit mengajukan permohonan kredit dalam suatu proposal yang berisi latar belakang, maksud dan tujuan, besarnya kredit dan jangka waktu, cara pemohon mengembalikan kredit, jaminan kredit, akte notaris, tanda daftar perusahaan, nomor pokok wajib pajak, neraca dan laporan laba rugi 3 tahun terakhir, bukti diri dari pimpinan perusahaan, serta fotocopy sertifikat jaminan. 2) Penyelidikan berkas 3) Wawancara I Wawancara I merupakan penyelidikan kepada calon peminjam untuk meyakinkan apakah berkas tersebut sesuai dengan yang bank inginkan. 4) On the spot On the spot merupakan kegiatan pemeriksaan lapangan dengan meninjau berbagai objek yang akan dijadikan usaha atau jaminan. 5) Wawancara II Wawancara II merupakan kegiatan perbaikan berkas-berkas. 6) Keputusan kredit Keputusan kredit memberitahukan apakah kredit ini diterima atau ditolak. 7) Penandatanganan Perjanjian Kredit Perjanjian kredit merupakan salah satu bentuk perjanjian pinjam meminjam. Dalam praktek bentuk dan materi perjanjian kredit antara satu bank dengan bank lainnya tidak sama sesuai dengan kebutuhan bank masing-masing. Perjanjian kredit mempunyai beberapa fungsi, diantaranya sebagai perjanjian pokok yang menentukan batal atau tidaknya perjanjian, sebagai alat bukti

mengenai batasan hak dan kewajiban kreditur dan debitur serta sebagai alat monitoring kredit. 8) Realisasi kredit 9) Penyaluran dana f. Analisa Pemberian Kredit Tingkat persaingan usaha yang semakin ketat, telah mendorong keberanian bank untuk take risk dengan pertimbangan tertentu untuk menerima syarat dan ketentuan yang sangat ringan. Bank yang menerima permohonan nasabah pada akhirnya memberikan fasilitas kredit dengan mengurangi prinsip kehati-hatian. Agar tidak terjadi apa yang tidak diharapkan dari tujuan bank tersebut, maka dilakukan analisa dalam pemberian kredit. Analisa Kredit menurut Menurut Veithzal Rivai (2006:287), merupakan kajian yang dilakukan untuk mengetahui kelayakan dari suatu permasalahan kredit. Melalui hasil analisis ini dapat diketahui apakah usaha ini layak dan dapat dipasarkan dan menguntungkan serta dapat dilunasi tepat waktu. Dalam pendanaan kepada nasabah dalam bentuk pemberian kredit, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan berkaitan dengan penilaian kredit, sesuai dengan penjelasan pasal 8 UU No.10 tahun 1998 tentang Perbankan (Try Widiyono, 2009 : 26) bahwa untuk memperoleh keyakinan tersebut, sebelum memberikan kredit, bank harus melakukan penilaian yang seksama terhadap Character (watak), Capacity (kemampuan), Capital (modal), Collateral (jaminan), Condition of Economy (kondisi ekonomi) atau yang disebut dengan Analisis 5C (The Five C s of Credit Analysis). Tri Widiyono dalam bukunya Agunan Kredit dalam Financial Engineering (2009 : 5) menjelaskan :

1) Watak (Character) adalah pribadi, kelakuan, sikap, tingkah laku, dan nilainilai dari debitur yang dapat dilihat dari track record, yaitu sejarah hidup dari curriculum vitae calon debitur. Data ini dapat diperoleh dari Bank Indonesia. 2) Kemampuan (Capacity) adalah kemampuan debitur dalam mengelola fasilitas kredit yang diberikan sehingga dapat memberikan nilai tambah, yang akhirnya dapat mengembalikan fasilitas kredit sesuai dengan waktu yang diperjanjikan. Oleh karena itu, dalam pemberian kredit harus dianalisis, antara lain mengenai kondisi keuangan yang bersangkutan untuk mengetahui jumlah fasilitas yang dibutuhkan dan kondisi perusahaan yang sebenarnya. 3) Modal (Capital) adalah modal yang dimiliki oleh debitur yaitu apa yang dijadikan modal debitur dalam melakukan usahanya. 4) Agunan (Collateral) adalah benda bergerak seperti kendaraan bermotor, tanah, bangunan, emas, mesin, Serta benda tidak bergerak seperti tanah bersertifikat yang diserahkan debitur kepada kreditur untuk menjamin apabila fasilitas kredit tidak dibayar kembali sesuai waktu yang telah ditetapkan. Jika hal demikian terjadi, maka benda tersebut dapat dijual untuk pelunasan fasilitas kredit. 5) Prospek Usaha (Condition of Economy) adalah dukungan lingkungan, baik keadaan ekonomi maupun peraturan perundang-undangan yang berlaku serta keadaan daerah setempat yang memungkinkan suatu usaha yang dibiayai dapat berjalan dengan baik dan menguntungkan. Pencairan kredit hanya dapat dilakukan, apabila seluruh syarat-syarat yang telah ditetapkan dalam persetujuan dan pencairan kredit telah dipenuhi oleh pemohon kredit (debitur). Oleh karena itu sebelumnya bank harus memastikan bahwa seluruh aspek yang berkaitan dengan kredit telah diselesaikan dan memberi perlindungan yang memadai bagi bank. 4. Pembiayaan a. Pengertian Pembiayaan Pembiayaan menurut Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998 (www.sweetim.com/uu_21_08_syariah.pdf) adalah: Pembiayaan merupakan penyediaan dana atau tagihan yang dipersamakan dengan itu berupa: 1) transaksi bagi hasil dalam bentuk mudharabah dan musyarakah. 2) transaksi sewa-menyewa dalam bentuk ijarah atau sewa beli dalam bentuk ijarah muntahiya bittamlik. 3) transaksi jual beli dalam bentuk piutang murabahah, salam, dan istishna.

4) transaksi pinjam meminjam dalam bentuk piutang qardh, dan 5) transaksi sewa-menyewa jasa dalam bentuk ijarah. 6) untuk transaksi multijasa berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara Bank Syariah dan/atau UUS dan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai dan/atau diberi fasilitas dana untuk mengembalikan dana tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan ujrah, tanpa imbalan, atau bagi hasil. b. Tujuan Pembiayaan Menurut UU RI Nomor 21 tahun 2008 tentang perbankan syariah bab II pasal 3: Perbankan Syariah bertujuan menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan keadilan, kebersamaan, dan pemerataan kesejahteraan rakyat (www.sweetim.com/uu_21_08_syariah.pdf). c. Pembiayaan Musyarakah Pembiayaan Musyarakah menurut wirdyningsih (2005: 101) adalah Musyarakah yaitu pembiayaan sebagian kebutuhan modal pada suatu usaha untuk jangka waktu terbatas sesuai kesepakatan. Ayat al-qur an yang menjelaskan pembiayaan musyarakah sebagai berikut: dan sesungguhnya kebanyakan dari orang-orang yang berserikat itu sebagian mereka berbuat zalim kepada sebagian yang lain, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh, dan amatlah sedikit mereka ini. (Qs.Shad : 24) Dalam fatwa DSN No.08/DSN-MUI/IV/2000 (Wirdyaningsih, 2005:119) ketentuan-ketentuan pembiayaan musyarakah adalah: (1) Ijab Kabul Yang dinyatakan oleh para pihak yang harus diperhatikan adalah sebagai berikut: (a) Penawaran dan penerimaan harus secara eksplisit menunjukkan tujuan kontrak (akad). (b) Penerimaan dari penawaran yang dilakukan pada saat kontrak.

(c) Akad dituangkan secara tertulis melalui korespondensi atau dengan menggunakan cara-cara komunikasi modern. (2) Para pihak yang berkontrak harus cakap hukum dan memperhatikan hal-hal berikut: (a) Kompeten dalam memberikan atau diberikan kekuasaan perwakilan. (b) Setiap mitra harus menyediakan dana dan pekerjaan, dan setiap mitra melaksanakan kerja sebagai wakil. (c) Setiap mitra memiliki hak untuk mengatur asset musyarakah dalam proses bisnis normal. (d) Setiap mitra memberi wewenang kepada mitra yang lain untuk mengelola asset dan masing-masing dianggap telah diberi wewenang untuk melakukan aktivitas musyarakah dengan memperhatikan kepentingan mitranya, tanpa melakukan kelalaian dan kesalahan yang disengaja. (e) Seorang mitra tidak diizinkan untuk mencairkan atau menginvestasikan dana untuk kepentingannya sendiri. (3) Objek akad pada musyarakah terdiri dari modal, kerja, keuntungan, dan kerugian. Masing-masing ditentukan oleh hal-hal berikut: (a) Modal 1. Modal yang diberikan harus uang tunai, emas, perak atau yang dinilainya sama. Modal dapat terdiri dari asset perdagangan seperti barang-barang, property, dan sebagainya. Jika modal berbentuk asset harus terlebih dahulu dinilai dengan tunai dan disepakati oleh para mitra. 2. Para pihak tidak boleh meminjam, meminjamkan, menyumbangkan atau menghadiahkan modal musyarakah kepada pihak lain, kecuali atas dasar kesepakatan. 3. Pada prinsipnya, dalam pembiayaan musyarakah tidak ada jaminan, namun untuk menghindari terjadinya penyimpangan, bank dapat menerima jaminan. (b) Kerja 1. Partisipasi mitra dalam pekerjaan merupakan dasar pelaksanaan musyarakah, akan tetapi kesamaan porsi kerja bukanlah syarat. Seorang mitra boleh melaksanakan kerja lebih banyak dari yang lainnya, dan dalam hal ini ia boleh menuntut bagian keuntungan tambahan bagi dirinya. 2. Setiap mitra melaksanakan kerja dalam musyarakah atas nama pribadi dan wakil dari mitranya. Kedudukan masing-masing dalam organisasi kerja harus dijelaskan dalm kontrak. (c) Keuntungan 1. Keuntungan harus dikuantifikasi dengan jelas untuk menghindarkan perbedaan dan sengketa pada waktu alokasi keuntungan atau ketika penghentian musyarakah. 2. Setiap keuntungan mitra harus dibagikan secara proporsional atas dasar seluruh keuntungna dan tidak ada jumlah yang ditentukan di awal yang ditetapkan bagi seorang mitra.

3. Seorang mitra boleh mengusulkan, bahwa jika keuntungan melebihi jumlah tertentu, kelebihan atau persentase itu diberikan kepadanya. 4. Sistem pembagian keuntungan harus tertuang dengan jelas dalam akad. (d) Kerugian harus dibagi di antara para mitra secara proporsional menurut saham masing-masing dalam modal. (4) Biaya proporsional dibebankan pada modal bersama. Adapun skema pembiayaan musyarakah adalah sebagai berikut: Gambar.2 Skema Pembiayaan Musyarakah

B. Tinjauan Penelitian Terdahulu Tahun Peneliti Judul Uraian 2006 Sri Eti Faturoh kegiatan bank syariah mandiri (bsm) dalam pemberian kredit mudharabah, tinjauan aspek yuridis. Hasil penelitian mengemukakan bahwa pelaksanaan kegiatan pemberian kredit mudharabah pada bank syariah mandiri pada prinsipnya mengedepankan rasa saling percaya antara bank dengan pihak nasabah, hal ini tercermin dalam kontak (akad) mudharabah. 2006 Dian Anggari Putri Sistem pemberian kredit pada PT.BPR Mekar Nugraha Klepu Hasil penelitian ini mengemukakan bahwa Sistem pemberian kredit pada PT. BPR Mekar Nugraha Klepu sudah berjalan dengan baik dan efektif, sesuai dengan sistem yang telah ditetapkan. Tabel.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu