SISTEM PEMBINAAN ATLET BERPRESTASI

dokumen-dokumen yang mirip
Oleh: Dr. Lismadiana,M.Pd. l.

FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA SILABUS METODE MELATIH FISIK PENCAKSILAT. No. Revisi : 00 Tgl. Mar 10 Hal 1 dari 3

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2010 TENTANG PROGRAM INDONESIA EMAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2010 TENTANG PROGRAM INDONESIA EMAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARAAN PEKAN DAN KEJUARAAN OLAHRAGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

TAHAPAN LATIHAN JANGKA PANJANG 25/04/2010 1

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARAAN PEKAN DAN KEJUARAAN OLAHRAGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARAAN PEKAN DAN KEJUARAAN OLAHRAGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB III METODE. Dalam suatu penelitian diperlukan suatu metode guna mengetahui arti dan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan futsal ditandai dengan banyak didirikannya lapangan. futsal di Indonesia khususnya wilayah Jakarta sejak tahun 2000.

BAB I PENDAHULUAN. Pesta Olahraga Negara-Negara Asia Tenggara (juga dikenal sebagai Sea

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARAAN PEKAN DAN KEJUARAAN OLAHRAGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 95 TAHUN 2017 TENTANG PENINGKATAN PRESTASI OLAHRAGA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2017, No Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Repub

BAB I PENDAHULUAN. tetap dapat menempatkan diri pada kedudukannya yang mulia dan dapat

Siaran Pers Kemenpora: Wakil Presiden Pimpin Rapat Asian Games 2018 di Kemenpora Rabu, 15 Maret 2017

SESEORANG YANG MEMILIKI KEAHLIAN DI SUATU BIDANG OLAHRAGA SESEORANG YANG SERBA SERBA TAHU - INDIVIDU YANG SEMPURNA UNTUK DICONTOH SEORANG PROFESIONAL

TEACHING METHODOLOGY

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 22 TAHUN 2010 TENTANG PROGRAM INDONESIA EMAS

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 22 TAHUN 2010 TENTANG PROGRAM INDONESIA EMAS

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan olahraga dapat dilihat melalui beberapa

BAB I PENDAHULUAN. seseorang. Olahraga dapat dilakukan oleh semua orang, baik muda atau orang tua,

MEMBENTUK DAYA LEDAK OTOT TUNGKAI MELALUI METODE LATIHAN MAXEX.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

DRS. HERWIN, M.PD.

I. PENDAHULUAN. teknologi keolahragaan, bahkan Harsono (1988 : 98) mengemukakkan bahwa,

BAB II TINJAUAN TEORI. 1. Angga Putra Samudra dengan judul Pengaruh Kompensasi Finansial

ARTIKEL SKRIPSI. Oleh : MINARDI

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARAAN KEJUARAAN OLAH RAGA

GENERAL FITNESS TRAINING

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. Motivasi berprestasi memiliki peranan penting yang harus dimiliki oleh setiap

PENYUSUNAN PROGRAM LATIHAN PEKAN OLAHRAGA MAHASISWA NASIONAL (POMNAS) XI PALEMBANG, Oktober 2009

TEKHNIK DASAR MENDAYUNG ROWING

Journal of Physical Education, Sport, Health and Recreations

SILABUS DAN SAP MATA KULIAH TEORI LATIHAN. Oleh : Drs. Yunyun Yudiana M.Pd Dra. Hj. Tite Juliantine M.Pd Drs. Sucipto. M.Kes Drs. Ajang Suparlan M.

KAJIAN ILMIAH KEPELATIHAN BERBASIS SPORT SCIENCE (Upaya Peningkatan SDM Pelatih Taekwondo Pengcab. Taekwondo Kota Tasikmalaya)

PERIODISASI THEORY AND METHODOLOGY OF TRAINING TUDOR O BOMPA RINGKASAN OLEH DRS. OCTAVIANUS MATAKUPAN

2014 METODE SET SYSTEM DAN METODE SUPER SET SYSTEM KAITANNYA DENGAN PENINGKATAN DAYA TAHAN OTOT:

PENYUSUNAN PROGRAM LATIHAN TIM SEPAKBOLA BAPOMI DIY PADA PEKAN OLAHRAGA MAHASISWA NASIONAL KE-XIII DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

PROGRAM LATIHAN JANGKA PANJANG (5 TAHUN 12 TAHUN)

PRES I DEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 95 TAHUN 2017

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Olahraga merupakan suatu fenomena yang mendunia dan menjadi bagian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB II LANDASAN TEORI. dicapainya. Tujuan tersebut diraih dengan mendayagunakan sumber-sumber

BAB I PENDAHULUAN. membuat progam latihan untuk pembinaan kondisi fisik seorang atlet. Hal ini

EVALUASI PROGRAM LATIHAN FISIK SEPAKBOLA MENGGUNAKAN METODE CIPP

Bab 1 PENDAHULUAN. Di Indonesia kegiatan psikologi olahraga belum berkembang secara meluas.

CONTOH SURAT PERJANJIAN KERJA SAMA DALAM BIDANG OLAHRAGA

BAB I PENDAHULUAN. Tinju merupakan salah satu cabang olahraga bela diri, tetapi perkembangan

BUPATI SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI SEMARANG NOMOR 17 TAHUN 2016 TENTANG

O2SN SD TINGKAT PROVINSI DIY TAHUN Oleh. Abdul Alim, S.Pd.Kor

BAB I PENDAHULUAN. Ahmad Hendra Dana, 2014

SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Pada Jurusan PENJASKESREK OLEH :

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Prestasi olahraga dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain kesesuaian

SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Pada Jurusan PENJASKESREK OLEH :

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manusia menjadi sehat dan kuat secara jasmani maupun rohani atau dalam istilah

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG DUKUNGAN PENYELENGGARAAN ASIAN GAMES XVIII TAHUN 2018 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. kemungkinan bagi sumber daya wanita untuk berkarya. Khususnya di kota-kota besar dimana

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2005 TENTANG SISTEM KEOLAHRAGAAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

BAB I PENDAHULUAN. secara menyeluruh, karena antara faktor yang satu dengan faktor yang lainnya

Studi Analisis Keberhasilan Atlet Kota Metro dalam Pekan Olahraga Daerah (Porda) Lampung

BAB I PENDAHULUAN. Permainan bola basket di Indonesia telah berkembang sangat pesat. Event kejuaraan olahraga

PELANTIKAN PENGURUS KONI KABUPATEN MALINAU MASA BAKTI KAMIS, 31 MARET 2016 YSH. KETUA, WAKIL KETUA DAN ANGGOTA DPRD KABUPATEN MALINAU; YSH.

BAB I PENDAHULUAN. pembentukan watak dan kepribadian yaitu sikap sportivitas dan disiplin. Sehingga

PEMAHAMAN PERSONAL Oleh: Agus Supriyanto.

BAB I PENDAHULUAN. Beberapa abad yang lalu pada waktu penduduk dunia belum sepadat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. diperoleh suatu fungsi alat-alat tubuh yang dapat bekerja dengan normal dan

BAB I PENDAHULUAN. yang melelahkan selama waktu tertentu. Kemudian tujuan olahraga prestasi

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Kabupaten Maros, maka dalam bab ini akan diuraikan kesimpulan dan saran

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan dengan olahraga sepak bola dan bulutangkis. Peminat olahraga hoki

PENGEMBANGAN VARIASI LATIHAN GULAT TEKNIK BANTINGAN LENGAN TAHUN 2017

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan dunia olahraga khususnya pada olahraga prestasi saat ini semakin

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hakekat olahraga merupakan kegiatan teknik yang mengandung sifat permainan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. ditunjang oleh atlet yang berbakat dalam cabang olahraga tertentu maka

BAB 1 PENDAHULUAN. membina, serta mengembangkan potensi jasmani, rohani, dan sosial. 1

Membangun Kedisiplinan Melalui Aktivitas Berlatih Di Klub Pembinaan Olahraga Prestasi. Oleh: Danang Wicaksono

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang

SILABUS RANCANGAN PEMBELAJARAN SEMESTER

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Olahraga saat ini telah menjadi kebutuhan setiap individu karena

BAB I PENDAHULUAN. terbesar bersumber dari atlet, meskipun faktor-faktor yang lain sebagai pendukung

2016 HUBUNGAN MOTIVASI DENGAN TINGKAT PARTISIPASI SISWA-SISWI SEKOLAH MENENGAH ATAS DALAM CABANG OLAHRAGA JUDO

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA TENTANG. nasional di tingkat internasional, perlu melakukan penyempurnaan terhadap pengaturan mengenai

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan efek samping yang bersifat kontra produktif terhadap upaya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

UPAYA MENINGKATKAN INDUSTRI OLAHRAGA

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN. Temuan dan ulasan yang telah disajikan dalam Bab IV, berkenaan dengan

PEMBAYARAN SEKETIKA PERTAMA DI DUNIA Rencana Kompensasi

BUPATI BULUNGAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN KEOLAHRAGAAN DAERAH

Uji keberbakatan atlet panahan usia tahun melalui sport search

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS Perencanaan Pengembangan Karier

BUPATI KABUPATEN OGAN ILIR PROVINSI SUMATERA SELATAN

NARASI KEGIATAN PROGRAM PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT PELATIHAN PENYUSUNAN RENCANA PROGRAM LATIHAN

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN KEOLAHRAGAAN

PENYUSUNAN PROGRAM LATIHAN CABOR PANAHAN KEJURNAS PPLM DAN UKM UPI, BANDUNG, 25 November-1 Desember 2010

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

SISTEM PEMBINAAN ATLET BERPRESTASI Oleh: Dede Rohmat Nurjaya Disampaikan pada acara Latihan Dasar Kepemimpinan Mahasiswa, HMJ Pendidikan Kepelatihan Olahraga, FPOK UPI Bandung Ahad 21 Desember 2008 1

SURAT KETERANGAN Himpunan Mahasiswa Jurusan Pendidikan Kepelatihan Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan UPI dengan ini menerangkan bahwa; Makalah dengan judul Sistem Pembinaan Atlet Berprestasi telah disampaikan pada acara Latihan Dasar Kepemimpinan Mahasiswa (LDKM), Himpunan Mahasiswa Jurusan Pendidikan Kepelatihan Olahraga, Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan (FPOK) Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung Ahad 21 Desember 2008). Bandung, 27 Agustus 2009 HMJ Pendidikan Kepelatihan Olahraga Ketua Achmad Yani NIM. 0705005 2

SISTEM PEMBINAAN ATLET BERPRESTASI Oleh: Dede Rohmat Nurjaya (Disampaikan pada acara Latihan Dasar Kepemimpinan Mahasiswa, HMJ Pendidikan Kepelatihan Olahraga, FPOK UPI Bandung Ahad 21 Desember 2008). A. Profil Kita semua telah menonton atau melihat para atlit kelas dunia, dan telah begitu kagum dengan kemampuan mereka. Kita juga telah melihat hasil-hasil Olimpiade dan kompetisi-kompetisi kelas dunia lainnya dan sadar bahwa sebagian besar medali dan record diperoleh oleh para atlit dari sebagian kecil negara atau olahragawan yang telah mengembangkan program-program yang sistematis dan komprehensif untuk membantu para atlit. Kehadiran atau munculnya atlet elite selalu berkait erat dengan kerja dan waktu yang diinvestasikan oleh pembina atau pelatih kepada atlet yang mempunyai kemampuan alami (genetis) superior. Agar potensi, waktu, dan energi yang dimiliki pelatih tidak terbuang tanpa arti serta hanya memperoleh hasil yang jauh dari optimal, maka atlet yang dilatih adalah atlet yang mempunyai kemungkinan paling besar untuk mengembangkan potensinya. Dengan kata lain atlet yang akan dilatih harus mempunya talenta dan motivasi yang tinggi. Seperti diungkapkan dalam Olympiq Solidarity (1998), bahwa atlet Having special talent, strong motivation, and a willingness to work extremely hard, are characteristics of the successful athlete. Berkaitan dengan proses, maka sasaran pembinaan atlet tertuju pada 5 aspek penting yang harus dimiliki oleh seorang atlet juara, seperti diungkapkan oleh Rusli Lutan dkk. (1999) yakni: 1. Sikap mental terhadap pelaksanaan pelatihan, meliputi (1) kesediaan untuk melaksanakan kerja keras sebagai syarat mutlak untuk sukses, (2) kesiapan menerima kepemimpinan pelatih dan (3) kesiapan untuk menjalin kerja sama dalam sebuah tim. 2. Kualitas mental, mencakup (1) kemampuan memikul dan mengatasi stress, (2) kemampuan memotivasi diri, (3) pengendalian diri, (4) 3

ketekunan dan ketabahan, dan (5) kecepatan dan kejernihan pikiran dalam membuat putusan. 3. Efektivitas teknik yang mencakup penguasaan keterampilan dalam cabang olahraga dayung yang didukung oleh koordinasi yang halus. 4. Efektivitas keterampilan taktis, mencakup kemampuan untuk menerapkan teknik yang sesuai dengan keadaan yang berubah-ubah 5. Kualitas fisik, mencakup (1) kemampuan daya tahan anaerobic dan aerobik, (2) kemampuan daya tahan otot, (3) kemampuan fleksibilitas, (4) kemampuan koordinasi, (5) kecepatan, (6) daya tahan kecepatan, (7) maximum strength, dan (8) power. B. Persyaratan-persyaratan Pokok Setelah Olympic Games Atlanta pada tahun 1996. sebuah survey dilakukan oleh NOC dari negara maju, menanyakan 15 atlet yang meraih medali dan 7 orang pelatih dari atlet tersebut untuk memberikan komentar tentang persiapan mereka dalam menghadapi Atlanta, dan kondisi-kondisi yang mereka hadapi disana. Jawaban-jawaban ini sangat bermakna bagi semua NOC. 1. Para atlet memerlukan dukungan finansial yang jauh lebih besar untuk dapat benar-benar memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasar. Tetap ada penekanan yang sangat besar pada para atlit untuk menemukan dukungan dasar yang penting. Mereka yang tidak bisa melakukan hal ini akan berada dalam kerugian/kekalahan. 2. Para atlit memerlukan dukungan individual dan/atau dukungan perusahaan (corporate) disamping dukungan yang diberikan oleh federasi olahraga nasional mereka, sebagian agar mempunyai kemandirian dari federasi mereka, sebagian agar memiliki dana yang lebih besar dibanding yang bisa diberikan dengan cara lain. 3. Para atlet memerlukan bantuan dan kesempatan untuk merencanakan, atau untuk menetapkan karir-karir mereka selama masa-masa pelatihan mereka, dan tentu saja membutuhkan beberapa dukungan dengan segera setelah mereka pensiun dari kompetisi. Dengan membuat kemajuan yang berhasil di dalam bidang ini mungkin mendorong beberapa orang untuk terus berlatih demi mencapai keberhasilan. 4

4. Pelatihan bagi kompetisi dunia memerlukan 25 35 jam per minggu selama beberapa tahun sebelum pertandingan bagi mereka yang ingin mendapatkan medali. Waktu dan komitmen keduanya adalah sangat penting bagi peraihan medali. Sebagian besar atlet berlatih antara 12-18 latihan per minggu. 5. Ada sebagian kecil tim atlet nasional yang berkualitas di dalam sistem, sebagian sebagai hasil dari program-program pengembangan, waktu dan pengorbanan yang diperlukan untuk menjadi unggul, dan kurangnya dukungan atau dorongan untuk tetap terlibat pada waktu yang panjang. 6. Sistem tidak memberikan insentif dan dorongan khusus bagi para atlet terbaik untuk tetap sebagai pesaing bagi pertandingan lainnya, ataupun untuk tetap di dalam olahraga dengan beberapa kapasitas (misalnya sebagai pelatih) setelah karir mereka. 7. Hampir semua atlet yang diwawancarai tidak dimotivasi oleh kemungkinan reward finansial, dan sebagai gantinya, berterima kasih dan dihargai dengan kesempatan untuk bergabung di dalam Tim Olimpiade. Apakah persyaratan-persyaratan pokok dari program pelatihan tingkat puncak untuk mengembangkan para atlit yang berkualitas tinggi? 1. Pelatihan (Coaching) Tidak diragukan lagi, kualitas pelatihan, dan hubungan antara atlit dengan pelatih adalah merupakan ciri-ciri pokok dalam pengembangan para atlit. Tak ada satu faktor pun yang lebih penting darinya. Kualitas pelatihan menentukan kualitas lingkungan pelatihan. Para atlet tidak akan berkembang jauh tanpa para pelatih berkualitas yang dapat membuat dan mengarahkan rencana pelatihan yang cerdas. Komitmen pelatih pada prestasi tertinggi atau sasaran-sasaran yang realistis akan dapat menentukan tingkat pelatihan. Waktu yang dimiliki oleh seorang pelatih adalah penting guna menentukan pelatihan yang memadai. Seringkali, waktu pelatih yang tersedia tergantung pada sejauh mana ia bisa dibayar untuk tanggung jawabtanggung jawab pelatihannya. Jumlah atlet yang harus dilatih oleh pelatih mempengaruhi kualitas pelatihan. 5

Jumlah tanggung jawab, selain dari pelatihan (coaching), yang harus dilakukan oleh seorang pelatih (yakni, pencarian dana, administrasi), berkurangnya kemampuan untuk melatih secara berhasil. 2. Atlet Harus memiliki bakat khusus, motivasi yang kuat, dan keinginan untuk bekerja keras, semua ini merupakan karakteristik dari atlit yang berhasil. Mencari individu-individu semacam ini, dan mendorong mereka untuk mengejar bakat-bakatnya secara penuh seringkali merupakan tantangan utama. Kadang-kadang, agar seorang olahragawan dapat berhasil dalam mengembangkan kemampuannya ke tingkat yang sangat tinggi, program identifikasi bakat harus diimplementasikan. Jelas bahwa di negara-negara dimana terdapat sumber daya manusia, fasilitas, kesempatan-kesempatan kompetisi dan finansial yang terbatas, boleh jadi terdapat sedikit kesempatan bagi para generasi muda untuk mampu mencari olahraga dimana mereka bisa unggul. Dengan demikian, pemegang kebijakan dalam olahraga perlu mengkonsentrasikan sumber daya yang terbatas hanya pada sebagian kecil olahraga, guna mencapai beberapa perbaikan / peningkatan. Penting bagi para pemegang kebijakan dalam olahraga untuk memahami apakah sasaran-sasaran adalah untuk program olahraga khusus (apakah kompetisi Olimpiade atau hanya kompetisi daerah) agar mereka bisa memberikan lingkungan yang baik bagi perkembangan atlet. 3. Sarana dan Prasarana Seringkali, kurangnya sarana dan prasarana menjadi faktor penghambat bagi perkembangan olahraga. Walaupun masalah ini bisa dipecahkan, namun akan sulit mengembangkan para atlit ke tingkat-tingkat tertinggi. Bagaimanapun, sebagian besar atlet Olimpiade telah berhasil walaupun sarana dan prasarana pelatihan terbatas, karena motivasi dan komitmen mereka tinggi untuk bekerja keras. Beberapa contoh bisa diberikan dimana pelatih dan atlet dibuat seadanya dalam rangka menciptakan lingkungan yang memadai. Kadang-kadang mengatasi kondisi-kondisi pelatihan yang sulit 6

memperkuat atlit memecahkan dan memberikan keunggulan kepada dirinya selama kompetisi. Akan tetapi, penting bagi para administrator olahraga mencoba meningkatkan sarana dan menciptakan lingkungan positif yang mendorong pelatihan yang pantas. Dibawah ini disebutkan beberapa saran yang kemungkinan membantu dalam meningkatkan sarana dan prasarana: Identifikasilah secara jelas kebutuhan-kebutuhan sarana atau prasarana anda. Anda perlu tahu secara tepat apa yang anda butuhkan dan prioritasnya. Cobalah membuat kebutuhan-kebutuhan olahraga anda diketahui kepada kepala sekolah, pemerintahan daerah atau para politisi, kepada militer, kepada perusahaan, kepada kelompok-kelompok jasa atau kepada pemerintah. Temui apakah mereka bisa membantu atau memberikan masukan. Bergabunglah dengan olahragawan lainnya atau dengan kelompokkelompok masyarakat untuk mengembangkan rencana atau strategi mencapai kebutuhan-kebutuhan anda. Perhatikanlah apakah dukungan perusahaan tersedia untuk memberikan sarana atau prasarana dibawah ketentuan-ketentuan yang pantas. Perhatikan sponsorship yang masuk atau perjanjian-perjanjian pemberian ijin bagi barang-barang atau cash, dengan imbalan bagi perusahaan menggunakan simbol-simbol Olimpiade atau pernyataan-pernyataan official sponsor. Dekatilah International Sports Federations tertentu untuk menentukan apakah mereka bisa membantu dalam memberikan bantuan dalam mendesain sarana olah raga atau memberikan prasarana. Perhatikan pelatihan selama beberapa tahun di dalam sarana yang ada di beberapa lokasi lainnya guna meningkatkan kualitas pelatihan. Pastikan anda mengetahui semua sarana pelatihan yang ada atau kemungkinan-kemungkinan di dalam masyarakat anda. Boleh jadi bahwa masalah anda terletak dalam mendapatkan akses pada fasilitas-fasilitas yang ada dan jika ini masalahnya, anda harus memperhatikan jenis 7

pendekatan apa kepada manajer sarana tersebut agar bisa menjadi berhasil. 4. Dukungan Atlet Jika atlet ingin mencapai tujuan yang cukup tinggi, sistem dukungan yang memadai harus diciptakan untuk memberi kesempatan itu. Selain dari persyaratan yang jelas berupa pelatihan yang baik dan fasilitas yang memadai, atlet kaliber nasional mungkin memerlukan : Waktu yang cukup di luar sekolah atau pekerjaan untuk berlatih atlet level atas mungkin harus menghabiskan lebih dari 3 jam sehari dalam latihan serius, 7 hari seminggu. Istirahat dan makan yang cukup. Simulasi dan dorongan berkelanjutan yang menciptakan lingkungan latihan positip dan menunjukkan dukungan untuk aspirasi atlet. 5. Dukungan Keuangan Semua administrator olahraga mengetahui bahwa penghimpunan dana untuk tujuan latihan dan kompetisi adalah kebutuhan dan tanggung jawab utama. Seringkali perlu bagi pemerintah untuk memberi banyak dana yang diperlukan. Dana mungkin dibutuhkan untuk : Membayar biaya perjalanan dan kompetisi Menyediakan biaya latihan dan biaya hidup atlet Menyediakan biaya pendidikan atlet Mengganti libur dari pekerjaan Memberi palatihan atau akses yang memadai pada fasilitas 6. Dukungan Administratif Untuk mengembangkan program latihan dan kompetisi yang terorganisir, harus ada perencanaan yang baik dan derajat dukungan administratif yang adil. Idealnya, pelatih harus melatih, atlet latihan, dan administrator melakukan selebihnya. 8

Dukungan administrasi dapat mencakup penanganan korespondensi, pengaturan perjalanan, penghimpunan dana, pengaturan fasilitas latihan, kontak dengan promosi media, pertemuan, dan sebagainya. Kiranya sangat penting bahwa administrator menyadari bahwa titik fokus penting untuk kegiatan mereka adalah atlet dan pelatih. 7. Kompetisi Kompetisi, pada tingkat dan frekuensi yang tepat, sangat penting untuk perkembangan atlet. Kompetisi memberi titik fokus untuk latihan, dan motivasi penting untuk latihan setiap hari. Kompetisi memberi ujian terakhir, dimana semua faktor seperti keahlian, kondisi fisik, pengetahuan, motivasi dan strategi diuji bersama-sama. Evaluasi cermat terhadap hasil-hasil kompetisi dapat memungkinkan pelatih untuk menunjukkan kelemahan atau kekuatan, dan untuk menyesuaikan latihan jika perlu. Untuk olahraga anda, sistem nasional anda, buatlah peringkat dari level perkembangan masing-masing faktor yang disebut di bawah. Skor nol berarti tidak ada perkembangan atau kesempatan. Skor 10 berarti ada perkembangan yang sangat baik. Komponen 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Pelatihan Atlet Fasilitas dan Peralatan Dukungan Atlet Dukungan Keuangan Dukungan Administrasi Kompetisi C. Hak Atlet Atlet dilihat secara universal sebagai punya tanggung jawab untuk bertindak sebagai model peran dan duta, bersikap etis dan bebas obat-obatan, tunduk pada pengujian obat-obatan, berusaha keras untuk unggul, mematuhi program latihan 9

dan tersedia untuk tujuan promosi. Beberapa olahraga mengharuskan atlet untuk menandatangani pelepasan liabilitas ekstensif dan siap untuk berpartisipasi dalam riset. Hak-hak utama atlet mencakup untuk keadilan dan proses yang semestinya, hak untuk pelatih yang baik, aturan yang jelas, kompetisi yang adil, kesehatan, privasi, keselamatan, kerahasiaan dan pendidikan. Atlet merasa bahwa mereka kurang terwakili dalam proses pengambilan keputusan. Secara keseluruhan gambaran atlet yang, walaupun menjadi fokus dari sistem olahraga, tidak mempunyai hak yang memadai dalam keputusan yang paling mempengaruhi mereka. Atlet sering merasa bahwa mereka tidak diberi status yang mestinya mereka terima. Walaupun atlet menerima apa yang mereka lihat sebagai beban yang perlu dari kompetisi level elit, mereka juga merasakan kebutuhan untuk suara yang lebih kuat dan kontrol yang lebih banyak atas hidup mereka sendiri. Nilai-nilai yang Berpusat pada Atlet 1. Hak atlet harus jelas 2. Mereka tidak boleh ditekan oleh dilema-dilema etika (misalnya doping) 3. Kesehatan dan keselamatan mereka harus dilindungi 4. Mereka harus mempunyai keterlibatan yang wajar dalam pengambilan keputusan 5. Mereka punya hak untuk pengalaman olahraga yang berkualitas dan pelatihan yang baik dan etis 6. Mereka harus mengalami penanganan oleh official yang adil dan fair play 7. Mereka harus punya akses pada sistem arbitrasi yang netral dan efektif 8. Harus ada kesempatan yang adil bagi perempuan dan orang cacat, dan mereka harus digambarkan oleh semua, termasuk media dengan menggunakan kata-kata dan citra yang tepat. 9. Tidak boleh ada pelecehan seksual terhadap atlet. Perilaku Etis oleh Atlet Atlet mengemban bagian tanggung jawab mereka untuk pelaksanaan etis sistem dan untuk kelakuan pribadi mereka sendiri dan pendekatan pada olahraga mereka. 10

1. Keterlibatan Atlet Perwakilan atlet (pria dan wanita) pada NF, IF, NOC, IOC mereka Komisi atlet IOC aktif Klub NOC Olympians aktif. 2. Anti Doping: Dukungan dan kepemimpinan atlet yang kuat dalam pencegahan doping; dalam penyatuan sanksi-sanksi doping; dalam peningkatan pengujian kompetisi; dalam pempromosian pendidikan anti doping. 3. Perilaku Non Diskriminatif: Event dan olahraga untuk wanita harus didorong semua atlet harus tinggal di satu Olimpiade Village untuk mendorong interaksi. 4. Kesadaran Sosial Partisipasi dalam kejuaraan olimpiade tidak boleh dihubungan dengan pembayaran bonus. Kepentingan dan kesejahteraan atlet harus menjadi kriteria terpenting untuk pemilihan kota-kota tuan rumah. Karier atlet setelah karier atletis mereka harus dibantu. 5. Atlet harus memberi kontribusi terhadap inisiatif-inisiatif IOC seperti Olympic Truce, dan perbaikan kondisi untuk anak-anak dan orang-orang yang kurang beruntung. Atlet harus menetapkan standar tertinggi untuk perilaku etis dan fair play. Sumber: Bompa, Tudor. O. (1990). Theory and Methodology of Training. The Key to Athletic Performance. Dubuque, Iowa: Kendall/Hunt Publishing Company. Martens Rainer (1990). Champaign, Illinois. Successful Coaching. Human Kinetics Publishers, INC, Olympic Solidarity (1998). Sport Administration Manual. International Olympic Committee, Lausanne, Switzerland Pyke Frank S. (1991) edited. Better Coaching Advanced Coach s Manual. Australian Coaching Council Incorporated, Belconen ACT 2616 Rusli Lutan dkk. (1999). SMEP Pelaksanaan dan Hasil Program Pelatihan Olahraga. KONI Pusat. Jakarta. US Rowing. 2002-2003 US Rowing National Team Testing Protocol. 11