BAB I PENDAHULUAN. para pejabat Kementerian Pendidikan Nasional, Kepala Dinas Pendidikan di daerah,

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan prasyarat mutlak

BAB I PENDAHULUAN. Mengingat mutu pendidikan adalah hal yang penting, pembelajaran pun harus

BAB I PENDAHULUAN. kewibawaan guru di mata peserta didik, pola hidup konsumtif, dan sebagainya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap anak mempunyai hak yang sama untuk mendapatkan pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Elin Budiarti, 2014

BAB I PENDAHULUAN. adalah generasi penerus yang menentukan nasib bangsa di masa depan.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ulin Ni mah, 2014 Metode tanya jawab untuk meningkatkan keterampilan bertanya siswa dalam pembelajaran sejarah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

Jurnal Swarnadwipa Volume 1, Nomor 2, Tahun 2017, E-ISSN PERAN GURU SEBAGAI MOTIVATOR DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH KELAS X SMA N 6 METRO

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Jurnal SAP Vol. 1 No. 3 April 2017 p-issn: X e-issn: MEMBANGUN KARAKTER BANGSA MELALUI PEMBELAJARAN SEJARAH

2015 PEMBELAJARAN MUATAN LOKAL KE PUI AN PERSATUAN UMAT ISLAM SEBAGAI UPAYA MENANAMKAN KESADARAN SEJARAH

Kompetensi Inti Kompetensi Dasar

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. wahana penting. Alasannya menurut Hasan (Tt: 1) disebabkan adanya keyakinan

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai makhluk hidup manusia dituntut memiliki perilaku yang lebih baik dari

BAB I PENDAHULUAN. isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman

BAB I PENDAHULUAN KAJIAN KETERBACAAN DAN NILAI KARAKTER TEKS ARTIKEL HARIAN KOMPAS SERTA UPAYA PEMANFAATANNYA SEBAGAI BAHAN AJAR MEMBACA KRITIS

BAB I PENDAHULUAN. seminar, dan kegiatan ilmiah lain yang di dalammnya terjadi proses tanya-jawab,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Oleh karena itu, pendidikan menuntut orang-orang yang terlibat di. pengetahuan dan teknologi yang berkembang saat ini.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu hal yang amat penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. kearah suatu tujuan yang dicita-citakan dan diharapkan perubahan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sepanjang hayat. Berbagai desain model dan metode pembelajaran di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan pendidikan, sampai kapanpun dan dimanapun ia berada.

BAB I PENDAHULUAN. secara terus-menerus. Hal ini disebabkan karena pada dasarnya manusia memiliki

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

2015 KONTRIBUSI PEMBELAJARAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL TERHADAP KEPEDULIAN SOSIAL DI KALANGAN SISWA SMA.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tujuan pendidikan nasional dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003

BAB 1 PENDAHULUAN. semua negara dalam menghadapi arus globalisai, sebab daya saing. pergeseran era akan daya saing yang tinggi.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan sistem yang harus dijalankan secara terpadu dengan

BAB I PENDAHULUAN. mengalami gejolak dalam dirinya untuk dapat menentukan tindakanya.

BAB I PENDAHULUAN. kualitas kepribadian serta kesadaran sebagai warga negara yang baik.

BAB I PENDAHULUAN. Implementasi Kurukulum 2013 Pada Pembelajaran PAI Dan Budi Pekerti

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah modal utama bagi suatu bangsa dalam upaya meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bhakti tri Gunarto, 2015

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu sendi kehidupan. Melalui pendidikan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Mempelajari geografi sebagai ilmu pengetahuan tidak lepas dari fenomenafenomena

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ida Rosita, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Maimunah, 2014

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dari belum mengerti sampai mengerti agar lebih maju dan handal dalam

PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KARAKTER BANGSA BERBASIS KEARIFAN LOKAL* 1

BAB I. A. Latar Belakang Penelitian. sistem yang lain guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. sangat membutuhkan pendidikan melalui proses penyadaran yang berusaha

BAB I. I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. di hampir semua aspek kehidupan manusia. Di satu sisi perubahan itu bermanfaat

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan fenomena manusia yang fundamental, yang juga

BAB I PENDAHULUAN. penindasan bangsa lain, pada era global ini harus mempertahankan. identitas nasional dalam lingkungan yang kolaboratif.

PENDIDIKAN KEPRAMUKAAN SEBAGAI PEMBENTUKKAN KARAKTER SISWA KELAS V SDN NGLETH 1 KOTA KEDIRI

BAB I PENDAHULUAN. dipisahkan dari kehidupan suatu bangsa. Pendidikan menjadi sarana dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang tercantum dalam pembukaan Undang-Undang Dasar Negara

BAB I PENDAHULUAN. produktif. Di sisi lain, pendidikan dipercayai sebagai wahana perluasan akses.

BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI PENELITIAN. permasalahan yang telah dirumuskan pada bagian terdahulu. Berdasarkan hasil analisis

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Bab 2 pasal 3 UU Sisdiknas berisi pernyataan sebagaimana tercantum

BAB I PENDAHULUAN. Akhlak sebagai potensi yang bersemayam dalam jiwa menunjukkan

I. PENDAHULUAN. Upaya pemerintah dalam menanamkan kembali nilai-nilai karakter (luhur) dilatar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Pesatnya pembangunan dalam dunia pendidikan dilaksanakan dalam. rangka meningkatkan kualitas manusia yang berhubungan dengan proses

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu proses pertumbuhan dan perkembangan

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Vita Rosmiati, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. nilai-nilai patriotisme. Lunturnya nilai-nilai patriotisme pada sebagian masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi yang penuh dengan persaingan dalam seluruh aspek

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Yunita, 2014

BAB 1 PENDAHULUAN. daya manusia merupakan prasyarat mutlak untuk mencapai tujuan pembangunan. Salah satu

BAB I PENDAHULUAN. sikap, perilaku, intelektual serta karakter manusia. Menurut Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Mata pelajaran sejarah merupakan pelajaran yang mempunyai objek

BAB I PENDAHULUAN. dan melaksanakan pendidikan. Anak-anak menerima pendidikan dari

T, 2015 PENGGUNAAN METODE PROBLEM SOVING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA DALAM MEMECAHKAN MASALAH PADA PEMBELAJARAN IPS

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. kelas, tapi seorang guru juga harus mampu membimbing, mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan karakter merupakan salah satu upaya kebijakan dari pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. BP. Dharma Bhakti, 2003), hlm Depdikbud, UU RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta :

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Dirjen Pendidikan Anak Usia Dini dalam Kerangka Besar. Pembangunan PAUD menyatakan :

BAB I PENDAHULUAN. rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi

BAB I PEDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. khas sekaligus aset bagi bangsa Indonesia. Generasi muda sudah banyak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. arti formal, yaitu pendidikan yang diterima oleh siswa melalui guru dan biasanya

I. PENDAHULUAN. suku bangsa, ras, bahasa, agama, adat-istiadat, maupun lapisan sosial yang ada

A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. dan masa kini. Sebagai implikasinya terkandung makna link and match yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan usaha sadar dan disengaja oleh guru untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sendiri. Namun, sangat disayangkan dari produksi yang ada mayoritas disisipi

BAB I PENDAHULUAN. dipenuhi. Mutu pendidikan yang baik dapat menghasilkan sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN. BP. Dharma Bhakti, 2003), hlm. 6. 2

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Akhir-akhir ini istilah pendidikan karakter banyak dibicarakan. Mulai dari para pejabat Kementerian Pendidikan Nasional, Kepala Dinas Pendidikan di daerah, sampai pengawas pendidikan membahas istilah pendidikan karakter. Istilah pendidikan karakter juga merambah pada wilayah kegiatan lain seperti seminar, pelatihan ataupun workshop. Kegiatan ini semakin berkembang sejak diintegrasikannya pendidikan karakter dalam KTSP. Berkembangnya pendidikan karakter juga menyibukan para guru yang harus menyusun dan mengaplikasikan silabus serta rencana program pembelajaran berbasis karakter (Mustakim, 2011: 1). Dalam pengembangkan karakter tidak semudah seperti membalikkan telapak tangan karena untuk mengembangkan dan menumbuhkan karakter bangsa di masa sekarang memiliki banyak kelemahan dari segala kalangan termasuk pada kalangan remaja. Akibat dari tidak adanya pengembangan dan penanaman karakter bangsa di kalangan remaja maka terjadi makin meningkatnya tawuran antarpelajar, keinginan untuk menghargai lingkungan masih jauh di bawah standar, lebih menyukai atau mencintai produk luar negeri ketimbang produk dalam negeri dan lebih mencintai budaya luar dibandingkan dengan budaya sendiri, kurangnya kesadaran sejarah (Samani dan Hariyanto, 2011: 1).

2 Beberapa akibat yang telah dijelaskan sebelumnya, merupakan sebagian kecil masalah yang muncul dalam kehidupan masyarakat. Kita tentu sadar bahwa dengan pendidikan semua fenomena yang ada pada bangsa ini dapat diselesaikan dengan baik, karena pendidikan merupakan makanisme institusional yang akan mengakselerasikan pembinaan karakter bangsa dan juga berfungsi sebagai arena mencapai tiga hal prinsipal dalam pembinaan karakter bangsa. Pendidikan juga merupakan salah satu lembaga yang berfungsi sebagai media pewarisan nilai-nilai yang dianut sebuah masyarakat. Formulasi nilai yang dianut sebuah masyarakat cenderung untuk diwariskan pada generasi selanjutnya melalui proses pendidikan, baik pendidikan formal maupun pendidikan non-formal serta tidak ketinggalan adalah pendidikan dalam keluarga. Pendidikan dalam keluarga merupakan pendidikan yang mendasari anak untuk memiliki karakter. Oleh karena itu, pendidikan pada hakekatnya merupakan upaya untuk mempersiapkan seseorang untuk memasuki masa depan yang mungkin memunculkan nilai-nilai baru, tapi juga beranjak dari berlakunya nilai-nilai lama sebagai penjelmaan kesejarahan (historicity) yang memungkinkan terpeliharannya kesinambungan antar generasi dalam masyarakat sebagai pendukung budaya (culture bearers) (Hasan, 1995). Beranjak dari fenomena bangsa yang sedang mengalami penurunan dalam aspek moral dan karakter bangsa, diharapkan pembelajaran sejarah dapat menumbuhkan dan mengembangkan karakter. Karena pelajaran sejarah mempunyai potensi-potensi yang dapat dikembangkan. Sebagaimana yang dikemukakan oleh

3 Hasan (2008a) yang menyatakan bahwa sesungguhnya pendidikan sejarah mempunyai potensi-potensi yang dapat dikembangkan bagi guna mebangun karakter bangsa. Potensi-potensi tersebut sebagai berikut : 1) Mengembangkan kemampuan berpikir kritis 2) Mengembangkan rasa ingin tahu 3) Mengembangkan kemampuan berpikri kreatif 4) Mengembangkan sikap kepahlawanan dan kepemimpinan 5) Membangun dan mengembangkan semangat kebangsaan 6) Mengembangkan kepedulian social 7) Mengembangkan kemampuan berkomunikasi 8) Mengembangkan kemampuan mencari, mengolah, mengemas, dan mengkomunikasikan informasi. Dari potensi tersebut, jelaslah bahwa pelajaran sejarah bisa dijadikan sebagai wahana pembelajaran dalam mengembangkan karakter bangsa, karena pendidikan sejarah merupakan salah satu pembelajaran yang dapat mengembangkan karakter bangsa. Beberapa karakter yang bisa dikembangkan pada pembelajaran sejarah, merujuk pada pemikiran Hasan tersebut di atas antara lain mengembangkan sikap cinta tanah air, mengembangkan sikap tanggung jawab, mengembangkan sikap kepahlawanan dan kepemimpinan serta membangun dan mengembangkan semangat kebangsaan (Hasan, 2012: 63-65). Pendapat tersebut diperkuat oleh Ismaun (2001) yang menyatakan bahwa pembelajaran sejarah dapat disampaikan pesan nilai-nilai luhur dari generasi tua kepada genarasi muda sehingga generasi muda mempunyai identitas diri yang kuat dalam menghadapi tantangan di masa yang akan datang serta dengan kata lain pembelajaran sejarah memiliki fungsi memberikan pengalaman dan peluang bagi tumbuhnya tindakan moral positif (Shounara, 2003: 14-15).

4 Pendapat yang sama dikemukakan oleh Sartono Kartodidjo (1988) yang menyatakan bahwa dalam rangka pembangunan bangsa, pengajaran sejarah tidak semata-mata berfungsi untuk memberikan pengetahuan sejarah sebagai kumpulan informasi fakta sejarah tetapi juga bertujuan menyadarkan anak didik atau membangkitkan kesadaran sejarahnya. Sementara Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) Nomor 22 Tahun 2006 Tentang Standar Isi menegaskan bahwa pengetahuan masa lampau mengandung nilai-nilai kearifan yang dapat digunakan untuk melatih kecerdasan, membentuk sikap,watak dan kepribadian peserta didik. Untuk itu nilai-nilai sejarah harus dapat tercermin dalam pola prilaku nyata peserta didik. Diharapkan dengan melihat pola prilaku yang tampak, dapat diketahui kondisi kejiwaan dan tingkat penghayatan pada makna dan hakekat sejarah pada masa kini dan masa mendatang. Dan melalui pengamatan tersebut kita bisa melihat apakah pembelajaran sejarah berfungsi dalam proses pembentukan sikap atau tindakan (tersedia http://edukasi.kompasiana.com/2011/09/20/pendidikan-budayadan-karakter-bangsa-implikasinya-dalam-dunia-pendidikan-ilmu-pengetahuansosial/). Terkait dengan itu, I Gde Widja dalam Turmuzi (2011), mengungkapkan bahwa bertolak dari pikiran tiga dimensi sejarah maka proses pendidikan, khususnya pengajaran sejarah, ibarat mengajak peserta didik menengok ke belakang dengan tujuan melihat ke depan. Makna yang tertuang dari pendapat ahli tersebut adalah dengan mempelajari nilai-nilai kehidupan masyarakat di masa lampau, diharapkan peserta didik mencari atau mengadakan seleksi terhadap nilai-nilai kompleks di masa

5 kini maupun yang akan datang. Proses mencari atau proses seleksi jelas menekankan pada pendekatan proses, serta menuntut untuk lebih diciptakan aktivitas fisik-mental dan kreativitas siswa dalam belajar sejarah. Hal ini sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Sartono Kartodirdjo (1992) bahwa hendaknya pengajaran sejarah memberi pengertian yang mendalam serta suatu keterampilan. Dalam kaitan dengan hal ini, guru sejarah mempunyai peranan yang sangat penting karena guru sejarah akan menjadi sasaran ujung tombak pertama yang berada di depan dalam proses pembelajaran sejarah di sekolah. Dapat dikatakan bahwa jika guru sejarah lemah dalam memberikan motivasi dan inovasi pada proses belajar mengajar di kelas maka makna dari pembelajaran sejarah tidak akan tersampaikan dengan baik (Tukidi,2011: 33). Maka dari itu, guru sejarah harus mempunyai wawasan yang luas serta mendalam dan mempunyai motivasi yang tinggi dalam proses pembelajaran sejarah sehingga makna yang terkandung dalam mata pelajaran sejarah dapat tersampaikan. Guru sejarah mempunyai peran yang penting dalam pengembangan karakter siswa sebagaimana yang tertuang dalam Permen no.16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi dan Kompetensi Guru menyatakan bahwa guru sejarah harus menguasai struktur keilmuan, ruang lingkup, dan objek geografi; membedakan pendekatan-pendekatan sejarah; menguasai materi sejarah yang luas dan mendalam serta menunnjukkan manfaat mata pelajaran sejarah. Selain itu, guru sejarah harus membantu dalam proses internalisasi nilai-nilai positif di dalam diri siswa yang tidak bisa digantikan oleh media pendidikan secanggih apapun.

6 Selain itu, pendidikan karakter membutuhkan teladan hidup (living model) yang hanya bisa ditemukan dalam pribadi para guru khususnya guru sejarah (Munip, 2009:3). Sehubungan dengan ini, maka pendidikan karakter pada pembelajaran sejarah memerlukan guru yang dapat menyampikan makna atau nilai-nilai yang terkadung di dalamnya. Karena tanpa guru, dalam hal ini guru sejarah perlu menggali kembali nilai-nilai yang ada pada pembelajarn sejarah sebagai pijakan untuk menumbuhkan dan mengembangkan karakter bangsa yang sudah pudar. Pembelajaran sejarah yang akan dikembangkan dalam penelitian ini adalah pembelajaran sejarah yang berbasis karakter bangsa, karena pembelajaran sejarah merupakan salah satu mata pelajaran yang dapat mengembangkan karakter bangsa sehingga dalam penyampaian materi pada pembelajaran sejarah harus bermakna sehingga dapat mendorong dan memotivasi siswa agar mempunyai karakter yang lebih baik. Pendapat tersebut seiring dengan yang diungkapkan oleh Hasan (2012) yang menyatakan bahwa Pendidikan sejarah mempunyai peranan yang penting dalam membentuk karakter bangsa karena pelajaran Sejarah memiliki arti strategis dalam pembentukan watak dan peradaban bangsa yang bermartabat serta dalam pembentukan manusia Indonesia yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air. Berkaitan dengan kondisi yang telah dikemukakan, peneliti memilih SMA Negeri 1 Majalengka adalah salah satu sekolah menengah atas yang berada di wilayah kota Majalengka. Sekolah ini merupakan sekolah yang sudah menerapkan pembelajaran yang berbasis karakter salah satunya pada pembelajaran sejarah. Dalam pelaksanaan pada pembelajaran sejarah, guru sejarah memasukan nilai-nilai atau

7 karakter bangsa dalam proses pembelajaran yang disesuaikan dengan materi yang diajarkannya. Sehingga siswa dapat mengembangkan karakter yang dimulai dari dalam dirinya sendiri tanpa adanya paksaan dari siapa pun. Berdasarkan uraian di atas, penulis merasa tertarik untuk mengkaji dan menganalisis mengenai pengembangan dan penanaman kembali karakter bangsa yang sudah lama memudar di kalangan siswa dalam pembelajaran sejarah. Maka dalam tesis ini peneliti mengangkat judul mengenai Membangun Karakter Bangsa melalui Pembelajaran Sejarah (Penelitian dengan Pendekatan Mixed Methods terhadap siswa kelas XI IPS SMA Negeri 1 Majalengka ). 1.2 Rumusan Masalah Agar masalah penelitain ini terfokus, berikut dirumuskan fokus-fokus masalah penelitian dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan penelitian. 1. Bagaimana bentuk pengembangan pendidikan karakter yang ideal menurut guru sejarah? 2. Apakah pembelajaran sejarah mempunyai konstribusi terhadap pengembangan karakter siswa? 3. Kendala-kendala apa yang dihadapi guru sejarah dalam membangun karakter melalui pembelajaran sejarah?

8 1.3 Tujuan Penelitian 1. Menemukan pola pengembangan pendidikan karakter dalam pembelajaran sejarah yang ideal. 2. Menemukan konstribusi pembelajaran sejarah terhadap pengembangan karakter siswa. 3. Menemukan kendala-kendala yang dihadapi oleh guru dalam membangun karakter melalui pembelajaran sejarah. 1.4 Manfaat Penelitian 1. Diharapkan dapat menerapkan karakter bangsa terutama nilai-nilai yang ada kaitannya dengan pembelajaran sejarah sehingga dapat diimplentasikan dalam kehidupan sehari-hari baik di lingkungan sekolah maupun di lingkungan masyarakat. 2. Dapat membantu dalam menumbuhkan dan mengembangkan karakter bangsa di dalam diri siswa melalui pembelajaran sejarah terutama yang berhubungan dengan nilai-nilai yang ada pada pembelajaran sejarah. 3. Memberikan informasi tentang kendala-kendala yang dihadapi oleh guru dalam menumbuhkan dan mengembangkan nilai-nilai yang ada pada pembelajaran sejarah.

9 1.5 Sistematika Penulisan Bab I Pendahuluan Berisi uraian tentang pendahuluan. Pendahuluan berisi latar belakang penelitian, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat atau signifikansi penelitian, metode penelitian, dan sistematika penulisan. Bab II Kajian Pustaka Kajian pustaka berfungsi sebagai landasan teoritik dalam menyusun pertanyaan penelitian, tujuan serta hipotesis. Bab III Metodologi Penelitian Bab III berisi penjabaran lebih rinci mengenai metode penelitian, termasuk beberapa komponen sebagai berikut: Lokasi dan subjek populasi/ sampel penelitian, Desain Penelitian, Metode Penelitian, Definisi Operasional, Instrumen Penelitian, Proses Pengembangan Instrumen, Teknik Pengumpulan Data, Analisis Data. Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan Bab ini terdiri dari dua hal utama yakni: 1) pengolahan atau analisis data untuk menghasilkan temuan berkaitan dengan masalah penelitian, pertanyaan penelitian, hipotesis penelitian, tujuan penelitian; 2) pembahasan atau analisis temuan. Bab V Kesimpulan dan Saran Bab Kesimpulan dan Saran menyajikan penafsiran dan pemaknaan peneliti terhadap hasil analisis temuan penelitian.

10 Daftar Pustaka Daftar pustaka memuat semua sumber tertulis (buku, artikel jurnal, dokumen resmi, atau sumber-sumber lain dari internet) atau tercetak (misalnya CD, video, film atau kaset) yang pernah dikutip dan digunakan dalam penulsan karya tulis ilmiah. Lampiran-Lampiran Lampiran-lampiran berisi semua dokumen yang digunakan dalam penelitian dan penulisan hasil-hasilnya menjadi satu karya tulis ilmiah.