GUBERNUR KEPALA DAERAH TINGKAT I JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH TINGKAT I JAWA TIMUR NOMOR 5 TAHUN 1992 TENTANG

dokumen-dokumen yang mirip
GUBERNUR KEPALA DAERAH TINGKAT I JAWA TIMUR

PEMERINTAH KABUPATEN JEMBER

GUBERNUR KEPALA DAERAH TINGKAT I JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH TINGKAT I JAWA TIMUR NOMOR 9 TAHUN 1994 TENTANG

GUBERNUR KEPALA DAERAH TINGKAT I JAWA TIMUR

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BADUNG NOMOR 4 TAHUN 1998 TENTANG PENERTIBAN PENEBANGAN POHON DAN BAMBU DI LUAR KAWASAN HUTAN

PEMERINTAH PROPINSI DAERAH TINGKAT I JAWA TIMUR

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BADUNG NOMOR 8 TAHUN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TK II SLEMAN

NOMOR : 7 TAHUN 1989 (7/1989)

GUBERNUR KEPALA DAERAH TINGKAT I JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH TINGKAT I JAWA TIMUR NOMOR 31 TAHUN 1994 TENTANG

PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH TINGKAT I LAMPUNG NOMOR 6 TAHUN 1988 TENTANG

KETENTUAN PEMELIHARAAN TERNAK BUPATI MAROS

SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA NOMOR 5 TAHUN 2006 TENTANG HUTAN KOTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANGKA,

GUBERNUR KEPALA DAERAH TINGKAT I JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH TINGKAT I JAWA TIMUR NOMOR 7 TAHUN 1994 TENTANG

GUBERNUR KEPALA DAERAH TINGKAT I JAWA TIMUR

PERATURAN DAERAH KOTA BIMA NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PERLINDUNGAN HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BIMA,

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 03 TAHUN 2002 TENTANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TARAKAN,

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI TULUNGAGUNG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN TULUNGAGUNG NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN PROBOLINGGO S A L I N A N

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II S U M E D A N G NOMOR 8 TAHUN 1997 SERI C.1 PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II S U M E D A N G

GUBERNUR KEPALA DAERAH TINGKAT I JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH TINGKAT I JAWA TIMUR NOMOR 29 TAHUN 1994 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU

LEMBARAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 14 TAHUN 2001 SERI C NOMOR 1 PERATURAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 14 TAHUN 2001 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BADUNG NOMOR 12 TAHUN 1998 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR

LEMBARAN DAERAH PROPINSI DAERAH TINGKAT I JAWA BARAT

PEMERINTAH KOTA SURABAYA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 19 TAHUN 2001 TENTANG TONASE DAN PORTAL

LEMBARAN DAERAH KOTA SAMARINDA SALINAN

PEMERINTAH KOTA SURABAYA PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR 3 TAHUN 2005 T E N T A N G RUMAH SUSUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II SUMEDANG NOMOR : 2 TAHUN : 1993 SERI : C.2

PEMERINTAH KOTA SURABAYA

BAB IV NAMA, OBJEK, SUBJEK DAN JENIS RETRIBUSI Pasal 4

GUBERNUR KEPALA DAERAH TINGKAT I JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH TINGKAT I JAWA TIMUR NOMOR 6 TAHUN 1995

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BANTUL NOMOR : 3 TAHUN 1992 TENTANG PAJAK POTONG HEWAN BUPATI KEPALA DAERAH TINGKAT II BANTUL

PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR 06 TAHUN 2004

LEMBARAN DAERAH TINGKAT II YOGYAKARTA ( Berita Resmi Daerah Tingkat II Yogyakarta )

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA NOMOR 4 TAHUN 2005 TENTANG IJIN PEMUNGUTAN HASIL HUTAN BUKAN KAYU DI WILAYAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA

SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA PEDAGANG KAKI LIMA

PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TENGAH NOMOR 3 TAHUN 2004 TENTANG IZIN PEMANFAATAN HASIL HUTAN KAYU LINTAS KABUPATEN/KOTA DI PROPINSI JAWA TENGAH

NOMOR 28 TAHUN 1985 TENTANG PERLINDUNGAN HUTAN

GUBERNUR KEPALA DAERAH TINGKAT I JAWA TIMUR

GUBERNUR KEPALA DAERAH TINGKAT I JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH TINGKAT I JAWA TIMUR NOMOR 27 TAHUN 1995

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 12 TAHUN 2004 TENTANG PERLINDUNGAN HUTAN DAN HASIL HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TARAKAN,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKULU UTARA NOMOR 03 TAHUN 2002 TENTANG

GUBERNUR KEPALA DAERAH TINGKAT I JAWA TIMUR

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLORA NOMOR 12 TAHUN 2001 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN KESEHATAN HEWAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BLORA

PERATURAN DAERAH KOTA BONTANG NOMOR 7 TAHUN 2003 TENTANG PENGELOLAAN HUTAN MANGROVE DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BONTANG,

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TAPIN NOMOR 04 TAHUN 2006 TENTANG PENGATURAN DAN PEMBINAAN PEDAGANG KAKI LIMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BADUNG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II S U M E D A N G NOMOR 14 TAHUN 1997 SERI C.2 PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II S U M E D A N G

PERATURAN DAERAH. Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Pemerintahan di Daerah ;

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 40 TAHUN 2005

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 20 TAHUN 2001 TENTANG PENGATURAN PEDAGANG KAKI LIMA DAN PEDAGANG KAKI LIMA MUSIMAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUKUMBA NOMOR 13 TAHUN 2013 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BULUKUMBA,

WALIKOTA KENDARI PROVINSI SULAWESI TENGGARA PERATURAN DAERAH KOTA KENDARI NOMOR 7 TAHUN 2015 T E N T A N G

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II JEMBRANA NOMOR 10 TAHUN 1994 TENTANG

PEMERINTAH PROPINSI DAERAH TINGKAT I J A W A T I M U R

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA BARAT

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG PENGENDALIAN KEBAKARAN LAHAN DAN ATAU HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK

PERATURAN DAERAH KOTA PRABUMULIH NOMOR 4 TAHUN 2003 TENTANG SURAT IZIN TEMPAT USAHA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PRABUMULIH,

SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA IZIN PEMANFAATAN HASIL HUTAN PADA TANAH MILIK DAN KEBUN RAKYAT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II S U M E D A N G NOMOR 23 TAHUN 1997 SERI B.8

PEMERINTAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II GRESIK PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II GRESIK NOMOR 06 TAHUN 1995 TENTANG

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 18 TAHUN 1999 T E N T A N G KETERTIBAN DAN KEBERSIHAN KOTA TARAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 04 TAHUN 2007 TENTANG KETENTRAMAN DAN KETERTIBAN UMUM DI KABUPATEN LAMONGAN

LEMBARAN DAERAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II UJUNG PANDANG NOMOR 1 TAHUN 1997 SERI B NOMOR 1 PERATURAN DAERAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II UJUNG PANDANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BADUNG NOMOR 2 TAHUN 1990 TENTANG PAJAK POTONG HEWAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 04 TAHUN 2002 TENTANG LARANGAN DAN PENGAWASAN HUTAN MANGROVE DI KOTA TARAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN TANAH BUMBU IZIN USAHA PERKEBUNAN

PERATURAN DAERAH KOTA BIMA NOMOR 6 TAHUN 2004 TENTANG TATA CARA PEMASUKKAN KAYU DARI LUAR DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN JEMBER

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI NOMOR : 7 TAHUN 2006 SERI : C NOMOR : 2 PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI NOMOR 7 TAHUN 2006 T E N T A N G

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TOJO UNA-UNA PERATURAN DAERAH KABUPATEN TOJO UNA-UNA NOMOR 18 TAHUN 2006 TENTANG PAJAK PENGGUNAAN GERGAJI RANTAI (CHAIN SAW)

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULELENG NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PENERTIBAN PENEBANGAN POHON DAN BAMBU DI LUAR KAWASAN HUTAN

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR

LEMBARAN DAERAH KOTA SAMARINDA SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA SAMARINDA NOMOR 21 TAHUN 2013

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 11 TAHUN 2002 TENTANG PENEBANGAN POHON PADA PERKEBUNAN BESAR DI JAWA BARAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARITO UTARA NOMOR 11 TAHUN 2001 TENTANG IZIN PEMUNGUTAN HASIL HUTAN KAYU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA PAGAR ALAM NOMOR 9 TAHUN 2004 TENTANG PEMELIHARAAN HEWAN TERNAK BERKAKI EMPAT DALAM KOTA PAGAR ALAM

PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA (PERDA DIY) NOMOR : 15 TAHUN 1987 (15/1987) TENTANG USAHA PETERNAKAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK NOMOR 15 TAHUN 2001

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH ISTIMEWA ACEH NOMOR 47 TAHUN 2001

LEMBARAN DAERAH KOTA JAMBI

LEMBARAN DAERAH PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR : 120 TAHUN 1987 SERI : D

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 21 TAHUN 1999 TENTANG HUTAN KOTA TARAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TARAKAN,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BALANGAN NOMOR 09 TAHUN 2011 TENTANG PENGENDALIAN KEBAKARAN LAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BALANGAN,

RUMAH SUSUN BAGIAN HUKUM SEKRETARIAT DAERAH KABUPATEN BONE LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BONE NOMOR 26 TAHUN 2009 DISUSUN OLEH

PERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR 1 TAHUN 2000 TENTANG PENGATURAN DAN PEMBINAAAN PEDAGANG KAKI LIMA DI WILAYAH KOTA MALANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJAR NOMOR 13 TAHUN 2001 TENTANG PENGATURAN DAN PEMBINAAN PEDAGANG KAKI LIMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR: 2 TAHUN 2004 TENTANG FATWA PENGARAHAN LOKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TASIKMALAYA

PEMERINTAH KOTA SINGKAWANG

PERATURAN DAERAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II PEKANBARU NOMOR : 4 TAHUN 1993 T E N T A N G RENCANA UMUM TATA RUANG KOTA PEKANBARU

Transkripsi:

GUBERNUR KEPALA DAERAH TINGKAT I JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH TINGKAT I JAWA TIMUR NOMOR 5 TAHUN 1992 TENTANG PERLINDUNGAN HUTAN DI PROPINSI DAERAH TINGKAT I JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KEPALA DAERAH TINGKAT I JAWA TIMUR MENIMBANG : a. bahwa ketentuan-ketentuan yang masih berlaku dalam rangka melindungi hutan di Jawa Timur, sebagian sudah tidak sesuai lagi dengan tuntutan pembangunan dan upaya pelestarian lingkungan hidup; b. bahwa dalam rangka mendukung upaya untuk menjamin kepentingan masyarakat serta perlindungan hutan secara berdaya guna dan berhasil guna, disamping sebagai pelaksanaan lebih lanjut dari ketentuan dalam pasal 10 dan pasal 11 Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 1985 tentang Perlindungan Hutan berikut peraturan pelaksanaannya, dipandang perlu menetapkan ketentuan mengenai perlindungan hutan di Propinsi Daerah Tingkat 1 di Jawa Timur dengan menuangkannya dalam suatu Peraturan Daerah. MENGINGAT : 1. Undang - undang Nomor 5 Tahun 1974 tentang pokok-pokok Pemerintahan di Daerah. 2. Bos ordonansi Jawa Madura 1927, Lembaran Negara Nomor 221, Seperti yang telah diubah dan ditambah pada Lembaran Negara Tahun 1928 Nomor 65 Tahun 1931 Nomor 168 dan Tahun 1934 Nomor 63; 3. Undang - undang Nomor 5 Tahun 1967 tentang Ketentuan -Ketentuan Pokok Kehutanan; 4. Undang - undang Nomor 4 Tahun 1982 tentang Ketentuan -ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup; 5. Undang - undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya; 6. Bos Verordening Jawa dan Madura Tahun 1932 (Lembaran Negara 1932 Nomor 466 juncto 1935 Nomor 134 dan 1937 Nomor 340); 7. Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 1985 tentang Perlindungan Hutan; 8. Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 1986 tentang Perusahaan Umum Kehutanan Negara; 9. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 14 Tahun 1974 tentang Bentuk Peraturan Daerah; Dok. Informasi Hukum-JDIH Biro Hukum Setda Prop Jatim /2008 1

10.Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor I94/Kpts-II/ 1986 tentang Petunjuk Pengerjaan Hutan lainnya; 11.Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 195/Kpts-II/ 1986 tentang Petunjuk tentang Usaha Pencegahan dan Pemadaman Kebakaran Hutan; 12.Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 196/Kpts-II/ 1986 tentang Petunjuk tentang Penggembalaan Ternak dalam Hutan, Pengambilan Rumput dan Makanan Ternak Lainnya serta Serasah Dari Dalam Hutan. Dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Propinsi Daerah Tingkat I JawaTimur. MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG PERLINDUNGAN HUTAN DI PROPINSI DAERAH TINGKAT I JAWA TIMUR BAB I KLETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Daerah ini, yang dimaksud dengan : a. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Propinsi Daerah Tingkat I Jawa Timur, b. Kepala Daerah adalah Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Jawa Timur; c. Perlindungan Hutan adalah semua upaya untuk menjaga kelestarian hutan agar dapat memenuhi fungsinya; d. Hutan adalah suatu lapangan bertumbuhan pohon-pohon yang secara keselurahan merupakan peresekutuan hidup alam hayati beserta alam lingkungannya dan yang ditetapkan oleh Pemerintah sebagai hutan, e. Kawasan Hutan adalah Wilayah tertentu yang oleh Menteri Kehutanan ditetapkan untuk dipertahankan sebagai hutan tetap; f. Hutan lainnya adalah hutan yang berada diluar kawasan hutan dan diluar hutan cadangan, misalnya hutan yang terdapat pada tanah milik atau tanah yang dibebani hak-hak lainnya; g. Pejabat yang berwenang adalah Pejabat yang berdasarkan ketentuan peraturan Perundang-undangan yang berlaku mempunyai wewenang untuk memberikan ijin; h. Kayu adalah kayu jati dan kayu rimba yang tumbuh di wilayah Propinsi Daerah Tingkat I Jawa Timur; i. Hasil hutan lainnya adalah hasil hutan selain kayu dan satwa; j. Kebakaran hutan adalah suatu keadaan dimana hutan dilanda api, sehingga mengakibatkan kerusakan hutan dan atau hasil hutan yang menimbulkan kerugian ekonomis dan atau nilai lingkungan; k. Pencegahan kebakaran hutan adalah setiap usaha yang dilakukan agar hutan terhindar dari bahaya kebakaran; Dok. Informasi Hukum-JDIH Biro Hukum Setda Prop Jatim /2008 2

l. Pemadaman kebakaran hutan adalah kegiatan penanggulangan kebakaran hutan sehingga kebakaran tersebut teratasi secara tuntas; m. Pengendalian kebakaran hutan adalah usaha pencegahan dan pemadaman kebakaran hutan; n. Deteksi kebakaran hutan adalah kegiatan untuk mengetahui sedini mungkin terjadinya kebakaran hutan agar langkah-langkah pengendalian dapat diambil dengan tepat dan dapat dilaksanakan segera sebelum api melanda areal yang lebih luas; o. Ternak adalah hewan peliharaan yang apabila dilepaskan dalam hutan dapat membahayakan struktur dan tekstur tanah dan tegakan hutan; p. Pengembalaan ternak dalam hutan adalah kegiatan pemeliharaan dan penjagaan ternak di dalam hutan oleh masyarakat disekitar dan atau masyarakat di dalam hutan; q. Makanan ternak lainnya adalah segala jenis hijauan, buah-buahan, umbi-umbian dan bagian-bagian tumbuh-tumbuhan yang terdapat di dalam hutan dan lazim dimakan oleh ternak. r. Serasah adalah daun-daunan, ranting-ranting dan bagian tumbuhtumbuhan yang berada di lantai hutan. BABA II TUJUAN DAN SASARAN Pasal 2 Tujuan Perlindungan adalah : a. Terkendalinya pemanfaatan sumber daya hutan secara lestari; b. Meningkatnya peran serta masyarakat dalam pengendalian, pencegahan terjadinya kebakaran hutan, penggembalaan ternak dalam hutan, pengambilan rumput, makanan ternak lainnya serta serasah dari dalam hutan. Pasal 3 (1) Upaya perlindungan hutan dimaksudkan untuk menjaga kelestarian hutan sehingga dapat memenuhi fungsinya secara berdayaguna dan berhasil guna; (2) Upaya tersebut ayat (1) pasal ini meliputi kegiatan: a. Pengawasan dan pengamanan kayu dan hasil hutan lainnya; b. Pengendalian terhadap kebakaran hutan dan penggembalaan ternak dalam hutan, pengambilan rumput dan makanan ternak lainnya serta serasah dari dalam hutan; BAB III PENGAWASAN DAN PENGAMAN KAYU DAN HASIL HUTAN LAINNYA Pasal 4 (1) Setiap orang dan atau badan hukum, yang akan menebang kayu yang tumbuh pada tanah hak milik atau hutan lainnya, wajib memiliki izin dari pejabat yang berwenang; Dok. Informasi Hukum-JDIH Biro Hukum Setda Prop Jatim /2008 3

(2) Kayu dan hasil hutan lainnya dalam Propinsi Daerah Tingkat I Jawa Timur yang akan diangkut dan atau dimanfaatkan wajib dilengkapi dengan surat keterangan yang sah dari pejabat yang berwenang; (3) Petunjuk sebagaimana pemberian izin dimaksud pada ayat (1) dan (2) pasal ini ditetapkan lebih lanjut oleh Gubernur Kepala Daerah. Pasal 5 (1) Untuk kelancaran dan ketertiban kegiatan tersebut dalam pasal 4 Peraturan Daerah ini, diadakan pengendalian dan pengawasan sesuai dengan ketentuan yang berlaku; (2) Pengendalian dan pengawasan tersebut pada ayat (1) pasal ini dilakukan secara terpadu antar instansi terkait yang diatur lebih lanjut oleh Gubernur Kepala Daerah. BAB IV PENGENDALIAN KEBAKARAN HUTAN Pasal 6 (1) Upaya pengendalian kebakaran hutan dilakukan melalui kegiatan pencegahan dan pemadaman kebakaran; (2) Kegiatan pengendalian kebakaran hutan tersebut pada ayat (1) pasal ini dilakukan dengan cara merencanakan pencegahan dan melaksanakan operasi pemadaman kebakaran hutan serta melakukan koordinasi dengan instansi terkait. Pasal 7 Pencegahan dimaksud dalam pasal 6 Peraturan Daerah ini dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut: a. Pendidikan dan penyuluhan kepada masyarakat khususnya yang berada di sekitar hutan; b. Peningkatan kewaspadaan semua aparat yang terkait dalam usaha pencegahan kebakaran hutan; c. Pengamatan terhadap kemungkinan terjadinya kebakaran hutan. Pasal 8 Selain petugas kehutanan, setiap orang dilarang: a. Membawa benda-benda yang menyala dan berapi, pada permulaan musim kemarau sampai dengan permulaan musim hujan dalam batas-batas hutan dan atau di dalam hutan kecuali ditempat lain yang telah diberi tanda-tanda oleh pejabat yang berwenang; b. Menyalakan api pada areal yang berbatasan dengan hutan kecuali lebih dahulu membuat aliran harus selalu dijaga; c. Menjemur rumput atau makanan ternak lainnya atau serasah yang disabit, dikumpulkan di dalam hutan; d. Menimbun, menumpuk benda-benda yang dapat mudah terbakar dalam batas hutan, kecuali sebelumnya telah melaporkan dan diizinkan oleh pejabat yang berwenang atau petugas yang ditunjuk. Dok. Informasi Hukum-JDIH Biro Hukum Setda Prop Jatim /2008 4

Pasal 9 (1) Masyarakat wajib memperhatikan dan menaati petunjuk pengendalian kebakaran hutan yang telah diperoleh melalui pendidikan dan penyuluhan; (2) Masyarakat yang bertempat tinggal di sekitar hutan yang rawan kebakaran wajib selalu siaga dan membantu kegiatan pencegahan bahaya kebakaran hutan, baik secara perseorangan maupun melalui Lembaga Swadaya Masyarakat yang ada dengan memperhatikan petunjuk-petunjuk dari petugas yang ditunjuk; (3) Masyarakat yang bertempat tinggal di sekitar hutan yang mengetahui kebakaran wajib untuk membentuk secara aktif kegiatan pemadaman yang digerakkan oleh Satuan Pelaksana (SATLAK) pemadam kebakaran hutan, baik secara perorangan maupun melaui Lembaga Swadaya Masyarakat yang ada. Pasal 10 (1) Dalam usaha pengendalian kebakaran hutan dibentuk Pusat Pengendalian Kebakaran Hutan (PUSDAL) yang diketuai oleh Gubernur Kepala Daerah dan Kepala Kantor Wilayah Departemen Kehutanan Propinsi sebagai Wakil Ketua serta Kepala Unit PERUM PERHUTANI sebagai pelaksana harian; (2) Pembentukan dan pengaturan operasioanl pengendalian kebakaran hutan diatur lebih lanjut oleh Gubernur Kepala Daerah. BAB V PENGGEMBALAAN TERNAK DALAM HUTAN, PENGAMBILAN RUMPUT DAN MAKANAN TERNAK LAINNYA SERTA SERASAH DARI DALAM HUTAN Pasal 11 (1) Untuk mencegah timbulnya kerusakan hutan dan berkurangnya kesuburan tanah hutan, maka kegiatan penggembalaan ternak dalam hutan, pengambilan rumput dan makanan ternak lainnya serta serasah dari dalam hutan hams mendapatkan izin dari pejabat yang berwenang atau petugas yang dltunjuk; (2) Kegiatan tersebut pada ayat (1) pasal ini, hanya dapat dilakukan pada tempat khusus yang telah ditunjuk oleh pejabat yang berwenang atau petugas yang ditunjuk; (3) Penetapan tempat-tempat tersebut pada ayat (2) pasal ini berikut tata cara perizinannya ditetapkan lebih lanjut oleh pejabat yang berwenang. Pasal 12 Bagi mereka yang telah mendapat izin penggembalaan ternak dalam hutan, pengambilan rumput dan makanan ternak lainnya serta serasah dari dalam hutan dimaksud pasal 11 Peraturan Daerah ini, harus mengikuti petunjuk dan ketentuan yang diberikan oleh Pejabat yang berwenang atau petugas yang ditunjuk yaitu: Dok. Informasi Hukum-JDIH Biro Hukum Setda Prop Jatim /2008 5

a. Mengawasi dan mengendalikan ternaknya agar tidak keluar dari areal penggembalaan sehingga tidak merusak hutan; b. Memelihara dengan baik areal penggembalaan agar tetap dapat berfungsi dan menjaga kelestarian hutan; c. Mengikat ternak pada tunggak atau tegakan hutan yang cukup tua yang berada pada areal penggembalaan; d. Tidak menyalakan dan meninggalkan api untuk mencegah kebakaran; e. Tidak mendirikanbangunan untuk keperluan apapun juga; f. Memelihara dan menjaga areal dan tegakan hutan. g. Tidak menggunakan kayu hidup yang diperoleh secara memotong, mencabut atau mematahkan pohon atau tumbuhan dari hutan untuk mengangkut rumput yang disabit dan sarasah yang telah dikumpulkan. BAB IV KETENTUAN PIDANA Pasal 13 (1) Barang siapa melanggar ketentuan - ketentuan pasal 4,8 dan 12 Peraturan Daerah ini diancam pidana kurungan selama-lamanya 3 (tiga) bulan atau denda setinggi-tingginya Rp 50.000,00 lima puluh ribu rupiah); (2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud ayat (l) pasal ini adalah pelanggaran. BAB VII PENYIDIKAN Pasal 14 (1) Selain oleh Penyidik Umum yang bertugas menyidik tindak pidana, penyidikan atas tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Daerah ini dapat juga dilakukan oleh Penyidik Pegawai Negeri Sipil dilingkungan Pemerintah Daerah yang pengangkatannya ditetapkan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. (2) Dalam melaksanakan tugas penyidikan, Penyidik Pegawai Negeri Sipil sebagaimana dimaksud ayat (1) Pasal ini berwenang: a. menerima laporan atau pengaduan dari seseorang tentang adanya tindak pidana. b. melakukan tindakan pertama pada saat itu di tempat kejadian serta melakukan pemeriksaan. c. menyuruh seorang tersangka dan memeriksa tanda pengenal diri tersangka. d. melakukan penyitaan benda atau surat. e. mengambil sidikan dan memotret seseorang. f. memanggil seseorang untuk didengar dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi. g. mendatangkan orang ahli yang diperlukan dalam hubungannya dengan pemeriksaan perkara. Dok. Informasi Hukum-JDIH Biro Hukum Setda Prop Jatim /2008 6

h. menghentikan penyidikan setelah mendapat petunjuk dan Penyidik Umum bahwa tidak terdapat cukup bukti atau peristiwa tersebut bukan merupakan tindak pidana dan selanjutnya melalui Penyidik Umum memberitahukan hal tersebut kepada Penuntut Umum, tersangka atau keluarganya. i. mengadakan tindakan lain menurut hukum yang dapat dipertanggung jawabkan. BAB VIII KETENTUAN PENUTUP Pasal 15 Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini akan ditetapkan lebih lanjut oleh Gubernur Kepala Daerah sepanjang mengenai pelaksanaannya. Pasal 16 Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan menempatkannya dalam Lembaran Daerah Propinsi Daerah Tingkat I Jawa Timur. DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROPINSI DAERAH TINGKAT I JAWA TIMUR Ketua, ttd TRIMARJONO, SH Surabaya, 28 Desember 1992 GUBERNUR KEPALA DAERAH TINGKAT I JAWA TIMUR ttd M. BASOFI SOEDIRMAN Disahkan dengan Keputusan Menteri Dalam Negeri tanggal 6 Desember 1993 Nomor 522.35-1419. MENTERI DALAM NEGERI ttd MOH. YOGIE. S.M Diundangkan dalam Lembaran Daerah Propinsi Daerah Tingkat I Jawa Timur tanggal 9 Desember 1993 Nomor 2 Tahun 1993, Seri C. A.n. GUBERNUR KEPALA DAERAH TINGKAT I JAWA TIMUR Sekretaris Wilayah/Daerah ttd Drs. SOEDJITO Pembina Utama Madya NIP 010 016 467 Dok. Informasi Hukum-JDIH Biro Hukum Setda Prop Jatim /2008 7

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH TINGKAT I JAWA TIMUR NOMOR 5 TAHUN 1992 TENTANG PERLINDUNGAN HUTAN DI PROPINSI DAERAH TINGKAT I JAWA TIMUR I. PENJELASAN UMUM. Hutan merupakan sumber daya alam hayati yang mempunyai fungsi yang sangat penting untuk pengaturan tata air, pencegahan bahaya banjir dan erosi, pemeliharaan kesuburan tanah dan pelestarian lingkungan hidup. Dalam upaya memelihara dan menjamin serta memanfaatkannya, hutan harus dilindungi dari kerusakan-kerusakan yang disebabkan antara lain oleh ulah manusia, ternak atau akibat kebakaran. Perlindungan hutan pada hakekatanya merupakan bagian integral dari Pembangunan Nasional yang berkesinambungan. Kecuali itu hutan adalah kekayaan alam milik Bangsa dan Negara yang tidak ternilai sehingga hutan dan hasilnya perlu dijaga dan dipertahankan agar dapat memenuhi fungsinya bagi kepentingan bangsa dan negara. Oleh karena sifatnya yang luas dan menyangkut kepentingan masyarakat secara keseluruhan maka upaya perlindungan hutan merupakan tanggungjawab dan kewajiban pemerintah serta masyarakat. Peran serta masyarakat akan diarahkan dan digerakkan oleh pemerintah melalui kegiatan yang berdayaguna dan berhasilguna. Untuk itu Pemerintah berkewajiban meningkatkan pendidikan dan penyuluhan bagi masyarakat yang bermukim di sekitar hutan atau yang kehidupannya menyangkut erat dengan hutan, dengan maksud meningkatkan kesadaran dan pengertian masyarakat dalam rangka sadar tentang perlindungan hutan. Tindakan-tindakan perlindungan hutan yang selama ini diatur dalam beberapa peraturan perundang-undangan dipandang sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan keadaan sekarang, sehingga oleh karena itu sesuai dengan ketentuan pasal 10 dan 11 Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 1985 tentang Perlindungan Hutan serta petunjuk dari Menteri Kehutanan, perlu dituangkan dalam Peraturan Daerah Tingakat I. Upaya perlindungan hutan meliputi usaha-usaha untuk : a. Pengawasan dan pengamanan kayu dan hasil hutan lainnya; b. Upaya mengendalikan terhadap kebakaran hutan dan pengembalaan ternak dalam hutan, pengambilan rumput dan makanan ternak lainnya serta serasah dari dalam hutan. II. PENJELASAN PASAL DEMI PASAL Pasal 1 huruf a sampai dengan g huruf h huruf i : Kayu rimba yang tumbuh diluar kawasan hutan ialah semua jenis kayu selain kayu jati, yang sejenis dengan kayu yang dihasilkan dari kawasan hutan, antara lain: maoni, sono keling, pinus, albesia, gemelina, yang ditetapkan lebih lanjut oleh Gubemur Kepala Daerah. : yang termasuk hasil hutan lainnya antara lain: rotan, damar, getah pinus, dan lak. Dok. Informasi Hukum-JDIH Biro Hukum Setda Prop Jatim /2008 8

huruf j sampai dengan n Huruf o Huruf p sampai dengan r Pasal 2 dan 3 Pasal 4 ayat (l) Ayat (2) Ayat (3) Pasal 5 ayat (l) ayat(2) Pasal 6 Pasal 7 huruf a Huruf b. : yang termasuk hewan peliharaan antara lain, sapi, kerbau, kuda dan kambing. : Surat keterangan sahnya kayu dan hasil hutan apabila dilengkapi dengan dokumen pas angkutan kayu dan hasil hutan lainnya atau Berita Acara Pemeriksaan kayu dan hasil hutan lainnya. : Kantor Wilayah Departemen Kehutanan Propinsi, Unit Perum Perhutani dan Unit Pelaksana Teknis di lingkungan Departemen Kehutanan serta petugas lain yang ditunjuk bertanggung jawab atas pengendalian dan pengawasan kayu dan hasil hutan lainnya baik di dalam maupun di luar kawasan hutan. : Apabila dipandang perlu dalam rangka pengendalian dan pengawasan kayu dan hasil hutan lainnya dapat dibentuk suatu kelompok kerja yang anggotanya dari instansi terkait. : Pendidikan dan penyuluhan diberikan kepada masyarkat yang bermukim di sekitar hutan dengan masyarakat untuk ikut mencegah terjadinya kebakaran hutan adapun cara yang ditempuh melalui : 1. Kontak langsung dengan masyarakat atau tokoh-tokoh panutannya; 2. Pendidikan dan penyuluhan; 3. Media Massa; 4. Pemasangan poster-poster, rambu-rambu peringatan di sepanjang sisi jalan yang berdekatan atau di dalam hutan. : Peningkatan kewaspadaan harus dilakukan oleh semua aparat yang terkait dalam usaha pengendalian kebakaran hutan yang dimulai pada permulaan musim kemarau dan berakhir pada musim hujan yang harus siap pada saat peningkatan kewaspadaan antara lain sebagai berikut: 1. Organisasi penanggulangan kebakaran yang telah terbentuk dan terbina secara baik struktur komando jelas tanggungjawab masingmasing petugas di setiap tingkat pahami dengan baik dan operasional telah siap; 2. Semua petugas yang terlibat dalam aktivitas pengendalian kebakaran hutan selalu siap dan waspada selama musim rawan kebakaran; Dok. Informasi Hukum-JDIH Biro Hukum Setda Prop Jatim /2008 9

3. Semua peralatan pemadam kebakaran sarana komunikasi dan sarana mobilitas dalam keadaan terpelihara dan siap pakai. Huruf C Pasal 8 Pasal 9 Pasal 10 Pasal 11 ayat (l) Ayat (2) dan (3) Pasal 12 sampai dengan 16 : Kegiatan ini dimaksudkan untuk mengetahui sedini mungkin terjadinya kebakaran agar langkah-langkah pemadaman dapat diambil dengan tepat dan pemadaman dapat dilaksanakan segera sebelum meliputi areal yang luas.. : Yang termasuk Lembaga Swadaya Masyarakat antara lain: Kelompok Pelestari Sumber Daya Alam, Kelompok Tani Hutan, Kelompok Pecinta Alam, Pramuka dan Volountier.. : Pejabat yang berwenang memberikan izin adalah pejabat di dalam kawasan hutan dan untuk hutan lainnya oleh petugas yang ditunjuk... Dok. Informasi Hukum-JDIH Biro Hukum Setda Prop Jatim /2008 10