TINJAUAN PUSTAKA. dan atau legum dengan jenis rumput/ legum yang tahan terhadap injakan ternak

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Ketersediaan pakan khususnya pakan hijauan masih merupakan kendala. yang dihadapi oleh para peternak khususnya pada musim kemarau.

AD1. FAKTOR IKLIM 1. FAKTOR IKLIM 2. FAKTOR KESUBURAN TANAH 3. FAKTOR SPESIES 4. FAKTOR MANAJEMEN/PENGELOLAAN 1. RADIASI SINAR MATAHARI

PENDAHULUAN. untuk menentukan suatu keberhasilan dari sebuah peternakan ruminansia, baik

HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pegaruh Perlakuan terhadap Produksi Hijauan (Bahan Segar)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA Mucuna Bracteata DC.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Panjang akarnya dapat mencapai 2 m. Daun kacang tanah merupakan daun

II. TINJAUAN PUSTAKA. Mentimun dapat diklasifikasikan kedalam Kingdom: Plantae; Divisio:

PUPUK DAN PEMUPUKAN PADA BUDIDAYA BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

II. TINJAUAN PUSTAKA. luas di seluruh dunia sebagai bahan pangan yang potensial. Kacang-kacangan

PUPUK DAN PEMUPUKAN PADA BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kacang hijau termasuk suku (famili) leguminoseae yang banyak

TINJAUAN LITERATUR. Buah jeruk merupakan salah satu jenis buah - buahan yang banyak

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Tanaman kedelai (Glycine max L. Merrill) memiliki sistem perakaran yang

II. TINJAUAN PUSTAKA

Menurut van Steenis (2003), sistematika dari kacang tanah dalam. taksonomi termasuk kelas Dicotyledoneae; ordo Leguminales; famili

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan tanaman yang berasal

TINJAUAN PUSTAKA Deskripsi Kacang Tanah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. D. cinereum (nama lainnya Desmodium rensonii) merupakan tanaman

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Sistem perakaran tanaman bawang merah adalah akar serabut dengan

HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. Botani dan Morfologi Kacang Tanah

TINJAUAN PUSTAKA. Faktor Lingkungan Tumbuh Kelapa Sawit

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung merupakan salah satu komoditas strategis yang bernilai

II. TINJAUAN PUSTAKA. Padi termasuk golongan tumbuhan Graminae dengan batang yang tersusun

II. TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. diikuti oleh akar-akar samping. Pada saat tanaman berumur antara 6 sampai

I. PENDAHULUAN. merupakan bagian yang tidak terpisahkan dan merupakan kunci keberhasilan

I. PENDAHULUAN. Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan salah satu komoditi tanaman

HUBUNGAN AIR DAN TANAMAN STAF LAB. ILMU TANAMAN

TINJAUAN PUSTAKA. Pengaruh naungan terhadap tanaman disamping mengurangi cahaya

4. Jenis pupuk. Out line. 1. Definisi pupuk 2. Nutrien pada tanaman dan implikasinya 3. Proses penyerapan unsur hara pada tanaman

BAB I. PENDAHULUAN. Tanaman penutup tanah atau yang biasa disebut LCC (Legume Cover

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kacang tunggak (Vigna unguiculata (L.)) merupakan salah satu anggota dari

Gambar 2. Centrosema pubescens

TINJAUAN PUSTAKA. kedalaman tanah sekitar cm (Irwan, 2006). dan kesuburan tanah (Adie dan Krisnawati, 2007).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA Pemupukan

HUBUNGAN AIR DAN TANAMAN STAF LAB. ILMU TANAMAN

PENGARUH PEMBERIAN NITROGEN DAN FOSFOR TERHADAP PERTUMBUHAN LEGUM Calopogonium mucunoides, Centrosema pubescens DAN Arachis pintoi SKRIPSI

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merr.) merupakan tanaman pangan terpenting ketiga

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Tabel 4.1. Zona agroklimat di Indonesia menurut Oldeman

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TANAMAN STYLO (Stylosanthes guianensis) SEBAGAI PAKAN TERNAK RUMINANSIA

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 8. FOTOSINTESISLatihan Soal ph (derajat keasaman) apabila tidak sesuai kondisi akan mempengaruhi kerja...

I. PENDAHULUAN. Mentimun (Cucumis sativus L.) merupakan salah satu tanaman sayuran yang

NERACA HARA PUSAT PENELITIAN KOPI DAN KAKAO

I. PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) adalah tanaman semusim yang tumbuh

TINJAUAN PUSTAKA. Kacang tanah dapat diklasifikasikan sebagai berikut Kingdom: Plantae,

BAB I PENDAHULUAN. Ternak ruminansia seperti kerbau, sapi, kambing dan domba sebagian besar bahan

TINJAUAN PUSTAKA. Di Indonesia umumnya jahe ditanam pada ketinggian meter di

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kopi merupakan tanaman yang dapat mudah tumbuh di Indonesia. Kopi

II. TINJAUAN PUSTAKA. Selada merupakan tanaman semusim polimorf (memiliki banyak bentuk),

HASIL DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. udara yang baik untuk pertumbuhan tanaman cabai adalah 25-27º C pada siang

umbinya tipis berwarna kuning pucat dengan bagian dalamnya berwarna putih

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh

I. PENDAHULUAN. Cabai (Capsicum annuum L.) merupakan komoditas sayuran yang mempunyai

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman Sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) berasal dari negara Afrika.

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULAN. A. Latar Belakang. Dalam usaha mempertahankan kelangsungan hidupnya, manusia berusaha

BAB VI PEMBAHASAN. lambat dalam menyediakan unsur hara bagi tanaman kacang tanah, penghanyutan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Syarat Tumbuh Tanaman Selada (Lactuca sativa L.)

KULIAH 2 HUBUNGAN AIR, TANAH DAN TANAMAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Gambar 4. Perubahan Jumlah Daun Rumput Raja (A) dan Rumput Taiwan (B) pada Berbagai Dosis Pemberian Dolomit

BAB I PENDAHULUAN. tanaman kedelai, namun hasilnya masih kurang optimal. Perlu diketahui bahwa kebutuhan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kedelai termasuk family leguminosae yang banyak varietasnya.

PENGANTAR. Latar Belakang. Hijauan merupakan sumber pakan utama bagi ternak ruminansia.

TINJAUAN PUSTAKA. A. Kompos Limbah Pertanian. menjadi material baru seperti humus yang relatif stabil dan lazim disebut kompos.

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Deptan (2006) sistematika tumbuh-tumbuhan, kacang tanah

VII. KEHARAAN DAN PEMUPUKAN

TINJAUAN PUSTAKA Brachiaria humidicola

PENGANTAR ILMU PERTANIAN PERTEMUAN KE-8 SUMBERDAYA LAHAN

TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Penutup Tanah

I. PENDAHULUAN. terutama pangan dan energi dunia, termasuk Indonesia akan dihadapkan pada

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara tropis yang memiliki keanekaragaman tumbuhtumbuhan,

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. dicotyledoneae. Sistem perakaran kailan adalah jenis akar tunggang dengan

TINJAUAN PUSTAKA. Budidaya kedelai pada tingkat petani di Indonesia, belum diusahakan pada

II. TINJAUAN PUSTAKA. Melon (Cucumis melo L.) merupakan tanaman sayuran buah termasuk Famili

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Botani, Klasifikasi, dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

PENANAMAN Untuk dapat meningkatkan produksi hijauan yang optimal dan berkualitas, maka perlu diperhatikan dalam budidaya tanaman. Ada beberapa hal yan

II. TINJAUAN PUSTAKA. vegetasinya termasuk rumput-rumputan, berakar serabut, batang monokotil, daun

II. TINJAUAN PUSTAKA. Hidroponik adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan tentang cara

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman bawang merah berakar serabut dengan sistem perakaran dangkal

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Jagung Manis. Tanaman jagung manis diklasifikasikan ke dalam Kingdom Plantae (Tumbuhan),

I. PENDAHULUAN. cruciferae yang mempunyai nilai ekonomis tinggi. Sawi memiliki nilai gizi yang

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tomat (Lycopersicum esculentum Mill.) merupakan tanaman sayuran yang

Transkripsi:

TINJAUAN PUSTAKA Potensi Padang Penggembalaan Padang penggembalaan merupakan tempat menggembalakan ternak untuk memenuhi kebutuhan pakan dimana pada lokasi ini telah ditanami rumput unggul dan atau legum dengan jenis rumput/ legum yang tahan terhadap injakan ternak Faktor faktor yang memepengaruhi padang pengembalaan antara lain: 1). Air. Air berfungsi untuk fotosintesis, penguapan, pelarut zat hara dari atas ke daun; 2). Intensitas sinar mata hari. Peningkatan pertumbuhan tanaman sejalan dengan peningkatan intensitas cahaya. Jumlah energi matahari yang diterima seawal mungkin pada saat munculnya sampai periode pemasakan adalah penting untuk akumulasi berat kering selama periode tersebut; 3). Kompetisi zat zat makanan. Kompetisi terjadi antara Companion Crop dengan tanaman utama; 4). Kekompakan tanah. Pastura yang digembala dengan stocking rate yang tinggi (8 sampai 10 ekor/ha) akan menyebabkan tanah menjadi kompak, padat dan berakibat mengurangi aerasi akar dan daya tembus air; 5). Pengambilan zat zat makanan. Makin sering pastura dipotong makin sedikit daun yang gugur yang menambah humus dan pada waktu yang sama, makin banyak zat-zat makanan yang hilang; 6).Berkurangnya Produksi. Pastura yang terlalu tinggi menyebabkan sulit untuk mengumpulkan biji atau buah yang dipetik yang berjatuhan ke tanah (Anonimus, 2009) Padang penggembalaan dapat diklasifikasikan menjadi empat golongan utama, yaitu : padang penggembalaan alam, padang penggembalaan permanen yang sudah diperbaiki, padang penggembalaan buatan (Temporer), dan padang

penggembalaan dengan Irigasi. Padang penggembalaan dapat terdiri atas rumputrumputan, kacang-kacangan atau campuran keduanya (McIlroy, 1976). Padang penggembalaan yang bersifat terbuka untuk semua penggembalaan berupaya untuk memelihara dan membawa ternaknya sebanyak mungkin ke padang penggembalaan, hingga menghasilkan persoalan yaitu jumlah ternak lebih besar dari daya tampung padang penggembalaan yang berdampak pasokan dimana produktivitas rumput padang penggembalaan menjadi berkurang dan rusak (Tjitradjaja, 2008). Potensi Sumber Daya Lahan Perkebunan Kelapa Sawit Lahan perkebunan kelapa sawit sangat cocok untuk usaha ternak ruminansia karena mampu menyediakan pakan dalam jumlah yang cukup. Pelepah daun kelapa sawit yang secara periodik dipangkas dapat dijadikan pakan ternak. Selain itu rumput yang tumbuh diantara pokok tanaman juga cukup melimpah sehingga mampu mendukung usaha ternak sebanyak 2 ekor/ha secara berkelanjutan. Hasil penelitian di Kalimantan Selatan menunjukkan bahwa bahan hijauan yang dihasilkan dari lahan perkebunan mencapai 6,25 ton bahan kering/ha/tahun dan mampu mendukung 1-3 ekor sapi/ha untuk di gembalakan (Suryana dan Sabrani, 2005). Setiap agroekosistem memiliki daya dukung terhadap ternak yang berbeda-beda. Hal ini sangat berkaitan dengan kemampuan lahan pertanian menyediakan pakan dalam jumlah yang cukup dan berkualitas bagi ternak. Jika kawasan perkebunan dalam kondisi TBM (Tanaman Belum Menghasilkan) dikelola dengan pola tumpang sari, maka produk yang dihasilkan sangat

bergantung pada tanaman sela yang dibudidayakan. Kondisi ini mengindikasikan bahwa ketersediaan pakan hijauan berupa vegetasi alam atau produk samping tanaman sela yang dapat tumbuh di kawasan kelapa sawit sangat terbatas dan tidak cukup untuk mendukung penyediaan pakan hijauan yang berkelanjutan (Mathius, 2009). Ketersediaan pakan yang cukup dan berkualitas menjadi hal yang penting dalam mendukung program swasembada daging. Rendahnya pertambahan berat badan ternak disebabkan rendahnya kandungan protein rumput yang tersedia. Semakin terbatasnya lahan penggembalaan dan penanaman hijauan untuk peternakan juga menjadi salah satu kendala yang harus diatasi. Lahan diperlukan untuk penyediaan hijauan bahan berprotein tinggi sebagai pengganti biji-bijian. Pola peternakan dengan pakan yang bertumpu pada biji-bijian sebagai sumber protein terbukti tidak berkelanjutan karena harga bijian yang meningkat mahal sebagai akibat kenaikan permintaan sebagai bahan baku biofuel. Dibandingkan dengan rumput unggul, rumput lapangan memberikan kontribusi yang paling kecil dalam mencukupi kebutuhan hijauan pakan ternak ruminansia. Tanaman kelapa sawit normal yang telah berbuah akan menghasilkan kira-kira 20-22 tandan/tahun dan semakin tua produktivitasnya menurun menjadi 12-14 tandan/tahun. Pada tahun pertama tanaman kelapa sawit berbuah atau pada tanaman yang sehat berat tandannya berkisar antara 3-6 kg. Tanaman semakin tua, berat tandan pun bertambah yaitu antara 25-35 kg/tandan. Mulai dari penyerbukan sampai buah matang diperlukan waktu kurang lebih 5-6 bulan (Hanafi, 2005).

Deskripsi Tanaman Rumput dan Legum Centrosema pubescens Deskripsi legum Centrosema pubescens merayap memanjat berbunga kupu-kupu besar berwarna ungu muda kemerah-merahan. Polongannya berwarna coklat panjangnya 15 cm dan mengandung 20 biji bewarna hitam berbintik-bintik, tiap kg berat biji mengandung 40.000 butir. Modus reproduksinya adalah menyerbuk sendiri. Kekerasan kulit biji karena variasi genetik telah banyak diketahui (Humpreys, 1979). Spesies legum ini tumbuh baik di daerah-daerah tropik dengan curah hujan sedang sampai tinggi. Persyaratan tanah bagi legum ini tidak spesifik namun inokulasi rhizobium sering menguntungkan. Berbunganya tanaman dipengaruhi sangat baik dengan adanya panjang siang hari yang singkat dan photoperiode yang kritik sedikit kurang dari 12 jam (Reksohadiprodjo, 1985). Centrosema pubescens dibudidayakan di daerah tropis-lembab dengan ketinggian hingga 600-900 m. Tumbuhan ini memerlukan curah hujan tahunan sebesar 1500 mm atau lebih, namun juga toleran terhadap curah hujan yang lebih rendah. Sentro dapat tumbuh pada ladang-ladang rumput di Afrika hanya memiliki curah hujan sebesar 800 mm. Jenis ini tetap dapat tumbuh ketika tempat tumbuhnya tergenang air dan akan bertahan di musim kering yang berlangsung sekitar 3 4 bulan, namun tidak untuk masa kekeringan yang lebih panjang. Sentro tidak dapat tumbuh pada daerah bersuhu rendah. Pertumbuhannya akan menurun ketika suhu turun di bawah 20 C dan pertumbuhannya akan menjadi buruk bila suhu turun di bawah 15 C. Sentro merupakan salah satu tanaman polong-polongan yang toleran terhadap naungan dan dapat tetap tumbuh di bawah naungan sebesar 80%. Tumbuhan ini akan tumbuh pada beragam tipe tanah, yaitu

dari tanah pasir berhumus hingga tanah liat. Pertumbuhan optimum dapat tercapai bila ditanam pada tanah dengan keasaman relatif, kecukupan aluminium dapat larut yang kurang dari 0.2 meq per 100 g tanah. Kisaran ph yang dapat ditoleransi adalah 4.5 8.0, namun kisaran ph optimum yang dapat mendukung pertumbuhan nodul adalah 5.5-6.0. Meskipun sentro cukup toleran pada kadar Mn di tanah yang tinggi, namun ada keterkaitan antara keracunan Mn dengan tingkat ph rendah pada tanah-tanah asam, maka hal ini dapat diperbaiki dengan memperhatikan batasan kadar Mn dan ph tanah. Sentro dapat tumbuh dengan baik bersama-sama spesies tumbuhan lain di padang-padang rumput atau sebagai penutup tanah pada areal tanaman-tanaman pertanian. Pada daerah tropis lembab, tanaman polong-polongan yang dipilih untuk ditanam baik di tanah-tanah subur maupun kurang subur telah memanfaatkan jasa sentro. Tanah yang kekurangan mineral dapat dipulihkan dengan menginokulasikan benih-benih dengan Bradyrhizobium, dan sentro akan menunjukkan pertumbuhan dan produksi yang baik untuk tumbuh di semua tipe tanah, karena tanah akan banyak mengandung Nitrogen (http://www.proseanet.org, 2012). Calopogonium mucunoides Calopogonium muconoides berasal dari Amerika Selatan. Bersifat perennial, merambat, membelit dan hidup di daerah-daerah yang tinggi kelembaban udaranya. Daun-daun terbentuk dengan lebat dalam waktu 5 bulan. Calopo ditanam sebagai penutup tanah di perkebunan kelapa sawit, kopi, karet dan pada tanah yang baru dibuka. Calopo dipergunakan juga untuk memberantas weed atau tanaman liar lain (Reksohadiprodjo, 1981).

Calopogonium dapat tumbuh mulai dari pantai hingga ketinggian 2000 m, tetapi dapat beradaptasi dengan baik pada ketinggian 300-1500 m. Kacang ini cocok pada iklim tropis lembab dengan curah hujan tahunan lebih dari 1250 mm. Kacang ini tahan terhadap kekeringan tapi mungkin akan mati pada musim kering yang lama. Dapat tumbuh dengan cepat pada semua tekstur tanah, walaupun dengan ph rendah antara 4.5-5. Cara tumbuhnya dengan membelit, membuat calopogonium mampu beradaptasi dengan baik pada beragam kondisi ekologi. Kalopogonium tidak dapat beradaptasi dengan adanya naungan yang ditunjukkan dengan adanya penurunan pertumbuhan pucuk, akar dan pembentukan bintil akar dengan turunnya intensitas cahaya. Hal ini mungkin disebabkan karena daun-daun calopogonium tidak memiliki plastisitas di bawah keteduhan dibandingkan dengan lain tanaman-tanaman yang toleran terhadap keteduhan seperti Centrosema pubescens dan Desmodium heterocarpon subsp. heterocarpon var. ovalifolium. Di bawah intensitas cahaya rendah (< 20%) daun calopogonium akan mengurangi ukurannya sekitar 70% dibandingkan dengan daun yang berada dalam cahaya matahari penuh (http://www.proseanet.org, 2012). Pueraria javanica Pueraria javanica berasal dari India Timur yang kini telah tersebar di negara-negara tropik. Preuraria termasuk tanaman jenis leguminose berumur panjang, yang berasal dari daerah sub-tropis, tetapi bisa hidup di daerah tropik dengan kelembaban yang tinggi. Tanaman ini tumbuh menjalar dan memanjat (membelit), bisa membentuk hamparan setinggi 60-75 cm. Pueraria memiliki sistem perakaran yang dalam (1-6 m), masuk ke dalam tanah dan luas. Maka saat musim kemarau ia masih bisa bertahan, hanya meranggas daunnya, tetapi di

musim penghujan daun-daun tersebut akan tumbuh menghijau kembali. Pueraria berdaun lebar, bulat dan meruncing di bagian ujungnya dan lebat. Daun-daunnya yang masih muda tertutup bulu yang berwarna coklat, sedangkan bunganya berwarna ungu kebiruan. Karena tanaman ini daun-daunnya sangat lebar dan lebat maka sangat baik dipergunakan sebagai penutup tanah, disamping sebagai bahan pakan ternak yang disenangi oleh hewan. Tanaman ini tahan ditanam di tempat yang agak teduh (AAK, 1985). Calopogonium caeruleum Terjadi secara alami di seluruh Amerika tropis, dari Meksiko dan kepulauan Karibia di utara, ke utara Argentina di selatan. Produktivitas relatif konstan pada transmisi cahaya 60-100%. Akan tumbuh secara produktif di perkebunan kelapa matang (60-70% PAR), dan toleran terhadap naungan berat. Palatabilitasnya kurang disukai ternak dan lebih banyak mendominasi padang penggembalaan jika tidak dikendalikan. Produktivitas relatif konstan pada transmisi cahaya 60-100% (http://www.tropicalforages.info, 2012). Brachiaria humidicola Tanaman rumput tahunan yang mempunnyai banyak stolon dan rizoma dan membentuk lapisan penutup tanah yang padat. Ditanam untuk padang gembala permanen dan sebagai penutup tanah untuk menahan erosi dan gulma. Dapat digunakan sebagai hay dan untuk menekan nematoda pada sistem tanaman pangan. Tumbuh pada beragam janis tanah mulai dari tanah sangat asam tidak subur (ph 3,5), tanah liat berat merekah, sampai tanah pasir berbatu ph tinggi. Kebutuhan Ca rendah. Tahan terhadap tanah berpengairan buruk dan sering ditemukan pada tanah liat basah musiman. Tumbuh terbaik pada sinar matahari

penuh tetapi daya tahan naungan sedang (misalnya dibawah perkebunan kelapa yang sudah tua). Kurang tahan naungan dibanding Stenotaphrum secundatum. Palatabilitas sedang dan langsung dimakan ternak ketikan tanaman dipertahankan tetap rendah dan banyak daun. Palatabilitas dapat menjadi rendah ketika ditanam pada tanah asam tidak subur karena helai daun menjadi sangat berserat dan berpigmen tinggi dan susah dicerna oleh terna k sehingga tidak disukai ternak (http://www.tropicalforages.info, 2012). Stenotaphrum secundatum Stenotaphrum secundatum dikenal dengan nama umum Buffallo grass (Australia) atau St. Agustine grass (Amerika Serikat). Termasuk dalam famili Gramineae dengan sub famili Panicoideae. Stenotaphrum secundatum merupakan jenis rumput yang cocok tumbuh pada areal yang intensitas cahayanya rendah. Tanaman ini sangat cepat berkembang, memiliki rhizoma dan stolon yang padat, perakaran yang kuat, kemampuan berkompetisi dengan gulma sangat kuat sehingga mampu menekan pertumbuhan gulma serta tahan terhadap penggembalaan berat. Stenotaphrum secundatum merupakan salah satu spesies tanaman pakan ternak yang toleran terhadap naungan. Jenis rumput ini menunjukkan pertumbuhan maupun produksi yang lebih baik pada lahan naungan dibanding alam terbuka (tanpa naungan). Rumput ini memiliki palatabilitas yang tinggi saat masih muda, disukai oleh ternak ruminansia besar maupun kecil. Terdapat kandungan oksalat sejumlah ± 1% namun tidak menyebabkan keracunan pada ternak yang mengkonsumsinya karena konsentrasinya belum tinggi (Konsorsium Bioteknologi Indonesia, 2012).

Pengaruh Naungan terhadap Vegetasi Naungan baik secara alami maupun buatan mengakibatkan pengurangan intensitas cahaya yang sampai pada tanaman. Sebagian besar spesies rumput tropis mengalami penurunan produksi sejalan dengan menurunnya intensitas sinar, namun spesies yang tahan terhadap naungan menunjukkan penurunan produksi yang relatif kecil atau meningkat pada naungan sedang. Tanaman yang ditanam pada kondisi tanpa naungan cenderung memiliki produksi berat kering akar yang lebih tinggi dibanding tanaman dengan naungan (Ludlow, 1978). Intensitas cahaya optimal selama periode tumbuh penting untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Pada tanaman tertentu jika menerima cahaya yang berlebihan maka akan berpengaruh terhadap pembentukan buah atau umbi. Sebaliknya berkurangnya radiasi sebagai akibat keawanan atau ternaungi akan mengurangi laju pembentukan buah dan umbi, dan menyebabkan pertumbuhan vegetatif berlebihan (Bahrudin, 2004). Pemberian naungan terhadap tanaman disamping mengurangi cahaya matahari yang tiba di permukaan dapat juga mempengaruhi iklim mikro tanaman. Naungan dapat memepengaruhi beberapa faktor lingkungan antara lain temperatur, kelengasan tanah, pergerakan udara menurunkan suhu tanah dan tanaman pada waktu siang, menaikkan suhu udara pada waktu malam, perlindungan dari limpasan hujan, pemindahan uap air dan CO 2 dan menaikkan kelembaban relatif (Stiger, 1984). Peningkatan luas daun merupakan salah satu mekanisme toleransi terhadap naungan untuk memperoleh cahaya lebih tinggi atau optimalisasi penerimaan cahaya oleh tanaman. Naungan dapat meningkatkan proporsi daun dan

menyebabkan luas daun lebih tersebar ke seluruh kanopi. Tanaman pada perlakuan naungan berusaha mendapatkan arah datangnya cahaya. Peningkatan tinggi tanaman merupakan salah satu bentuk adaptasi untuk memperoleh cahaya. Daun yang ternaungi mengabsorbsi sedikit saja pada infra merah sehingga menyebabkan perubahan karakteristik fitokrom dan tanaman jadi lebih tinggi. Tanaman pada perlakuan naungan mengalami proses etiolasi sehingga pertumbuhan tanaman lebih tinggi, begitu juga dengan luas daun dengan bertambahnya taraf naungan (Haris, 1999). Naungan dapat memberikan pengaruh terhadap kualitas hijaun, untuk dapat dilihat Gambar 1. Naungan Meningkatkan Meningkatkan Meningkatkan Menurunkan Dinding sel Daun : Batang Tannin Soluble Carbohydrate Lignin, Silika Protein, Mineral Toxin Menurunkan Meningkatkan Menurunkan Kecernaan Palatabilitas Intake Gambar 1. Dampak positif dan negatif terhadap hijauan pakan (Norton 1989).

Kemampuan adaptasi tanaman pada kondisi naungan sangat ditentukan oleh kemampuan tanaman untuk menghindar maupun untuk mentolerir keadaan kurang cahaya tersebut. Karakter fotosintetik tanaman yang dapat tumbuh dengan baik pada intensitas cahaya rendah berbeda dengan tanaman yang tidak dapat menyesuaikan diri pada kondisi ternaungi. Pada tanaman yang toleran, intensitas cahaya yang rendah dapat diatasi antara lain dengan meningkatkan kandungan pigmen perkloroplas. Disamping itu, tanaman toleran dapat beradaptasi dengan menghindari penurunan aktivitas enzim. Meningkatkan efisiensi penangkapan cahaya Meningkatkan area penangkapan cahaya Meningkatkan penangkapan cahaya per area unit fotosintetik Meningkatkan proporsi Penghindaran Refleksi Penghindaran transmisi Penghindaran absorpsi Hilangnya kutikula,lilin dan rambut pada Permukaan daun Hilangnya pigmen non kloroplas (ex.antosianin) Meningkatnya kandungan kloroplas Meningkatnya kandungan Pigmen per kloroplas Meningkatnya kandungan per sel mesofil Kloroplas dalam sel epidermis Gambar 2. Adaptasi tanaman yang menghindar terhadap kekurangan cahaya (Levitt 1980).

Sebagian besar spesies rumput tropis mengalami penurunan produksi sejalan dengan menurunnya intensitas sinar, namun spesies yang tahan terhadap naungan sering menunjukkan penurunan produksi yang relatif kecil atau masih meningkat pada naungan sedang (Samarakoon, 1990). Level naungan adalah faktor yang sangat menentukan produksi pastura yang tumbuh pada areal tanaman tahunan. Penurunan intensitas cahaya mengurangi pertumbuhan spesies pastura pada berbagai tingkatan dan mempengaruhi kompetisi. Proses-proses di dalam tanaman yang dapat dipengaruhi oleh naungan adalah fotosintesis, transpirasi, respirasi, reduksi nitrat, sintesis protein, produksi hormon, translokasi, penuaan pertumbuhan akar dan penyerapan nitrat. Spesies pastura tropis yang ditanam di bawah intensitas cahaya yang berbeda dapat menunjukkan perubahan morfologis dan fisiologis dalam nisbah pucuk atau akar, indeks luas daun, luas dan spesifik dari efisiensi penggunaan cahaya. Perubahan ini akibat dari kompatabilitas rumput bila ditanam pada lingkungan ternaungi (Sophanodora, 1991). Wrigley (1982) menyatakan bahwa ada keuntungan dan kerugian pada tanaman yang tumbuh dengan kondisi ternaungi yaitu: 1. Keuntungan Tanaman yang menaungi berperan sebagai pemecah angin, dimana angin dengan hembusan panas dapat menyebabkan transpirasi dan berbahaya bagi tanaman Fluktuasi suhu udara (iklim mikro) pada tanaman rendah Kisaran suhu daun dan tanah rendah dibawah tanah penaung Kelembaban relatif tinggi

Kelembaban permukaan rendah dan sangat penting bagi tanaman pada saat musim kering Tanaman penaung mengurangi dampak buruk dari air hujan Tanaman penaung dapat menghasilkan bahan organik Akar tanaman penaung dapat membuat pori-pori pada subsoil. 2. Kerugian Tanaman penaung akan mengurangi intensitas matahari, sehingga mengganggu pertumbuhan tanaman yang memerlukan intensitas sinar penuh Tanaman penaung berkompetisi hara, air saat musim kering, dan oksigen dengan tanaman yang ditanam dibawahnya Jatuhnya ranting tanaman penaung dapat menyebabkan kerusakan serius bagi tanaman yang ditanami dibawahnya. Tabel 1. Hasil bahan kering (g/m 2 /bulan) dari beberapa transmisi cahaya dari tanaman rumput leguminosa Tanaman Panen 1 dan Panen 3 dan Panen 5 dan 2 (LT 53%) 4 (LT 30%) 6 (LT 19%) Paspalum notatum CPI 11864 Paspalum notatum cv. Competidor 31 28 56 50 44 22 Brachiaria humidicola 83 133 59 Stenotaphrum secundatum 18 19 5 Pueraria phaseloides 28 25 8 Stylosanthes guianensis CIAT 184 92 92 33 Centrosema pubescens 42 17 8 Calopogonium caeruleum 25 25 3 Calopogonium muconoides Arachis sp. CPI 29986 31 28 0 19 0 14 Keterangan : LT (light transmission) atau Transmisi cahaya. Sumber : Ng (1990)

Pengaruh Pupuk terhadap Vegetasi Pupuk secara umum ialah suatu bahan yang bersifat organik ataupun anorganik, bila ditambah kedalam tanah atau ke tanaman, dapat memperbaiki sifat fisik, sifat kimia, sifat biologi tanah dan dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman. Pemupukan adalah metode atau cara-cara pemberian pupuk atau aplikasi pupuk ke dalam tanah atau ke tanaman melalui daun atau bagian tanaman lainnya (Damanik, 2011) Pupuk didefinisikan sebagai material yang ditambah ke tanah atau tanjuk tanaman dengan tujuan untuk melengkapi ketersediaan unsur hara. Sementara pemupukan yang efektif adalah pemupukan yang berfungsi menambahkan unsur hara yang tersedia dalam jumlah sedikit di dalam tanah. Dampak pemupukan akan terlihat pada pertumbuhan tanaman yang optimal dan keuntungan usaha tani yang naik dan signifikan. Bahan pupuk yang paling awal digunakan adalah kotoran hewan, sisa pelapukan tanaman dan arang kayu. Saat ini dikenal 16 macam unsur yang diserap oleh tanaman untuk menunjang kehidupannya. Tiga dihadapannya diserap udara, yakni karbon (C), oksigen (O), dan hidrogen (H). Sementara itu, 13 unsur mineral lain diserap tanaman dari dalam tanah, yakni nitrogen (N), Phosphor (P), kalium (K), kalsium (Ca), Magnesium (Mg), sulfur (S), besi (Fe), mangan (Mn), boron (B), seng (Zn), tembaga (Cu), molibdenum (Mo) dan khlor (Cl). Ketiga belas unsur tersebut sering disebut dengan unsur hara. Saat ini unsur hara dapat disediakan oleh berbagai macam pupuk yang tersedia di pasaran (Novizan, 2005). Pupuk merupakan kunci dari kesuburan tanah karena berisi satu atau lebih unsur untuk menggantikan unsur yang habis terisap tanaman. Jadi, memupuk

berarti menambah unsur hara kedalam tanah (pupuk akar) dan tanaman (pupuk daun). Dari segi unsur yang dikandung, ada dua golongan pupuk, yaitu pupuk makro dan pupuk mikro. Secara umum pupuk hanya dibagi dalam dua kelompok berdasarkan asalnya, yaitu: 1) pupuk anorganik seperti urea (pupuk N), TSP atau SP-36 (pupuk P), KCl (pupuk K), 2) pupuk organik seperti pupuk kandang, kompos, humus, dan pupuk hijau. Sedangkan berdasarkan banyak tidaknya unsur hara yang dikandung, pupuk ada tiga kelompok: 1) pupuk tunggal ialah pupuk yang mengandung satu jenis unsur, mineral urea, 2) pupuk majemuk ialah pupuk yang mengandung lebih satu jenis unsur, misalnya NPK, beberapa jenis pupuk daun, dan kompos, 3) pupuk lengkap ialah pupuk yang mengandung unsur secara lengkap (keseluruhan), baik unsur makro maupun mikro. Dalam pemupukan ada tiga hal yang harus dipahami bila ingin benar-benar menguasai liku-liku memupuk, yaitu kondisi tanah, jenis dan kondisi tanaman, dan komposisi pupuk (Lingga dan Marsono, 2004). Pupuk nitrogen tergolong cukup banyak ragamnya, umumnya yang tersedia di pasaran dan banyak digunakan petani adalah urea dan ZA (Zwavelzure amoniak). Nitrogen merupakan unsur esensial bagi pertumbuhan tanaman, tanpa nitrogen pertumbuhan nitrogen akan lambat. Tanaman yang mengandung cukup nitrogen untuk sekedar tumbuh saja akan menunjukkan gejala kekahatan, yakni klorosis terutama pada daun tua. Pentingnya nitrogen bagi tanaman dipertegas dengan kenyataan bahwa dalam tanaman hanya karbon, oksigen, hidrogenlah yang jumlahnya lebih banyak dari nitrogen (Whitehead, 2000). Pupuk nitrogen dapat meningkatkan jumlah tanaman penutup tanah, terutaman tanaman merambat, dimana tanaman merambat tersebut dapat

menurunkan erosi, mengurangi gulma dan mengurangi evaporasi tanah dan kelembaban. Pupuk nitrogen dibutuhkan oleh tanaman, dimana kekurangan unsur P, K, dan S dapat menjadi pembatas bagi tanaman untuk menggunakan N (Kirychuck, 2002). Kapasitas Tampung Ternak Kemampuan berbagai padanga rumput dalam menampung ternak berbedabeda karena adanya perbedaan dalam hal produktivitas tanah, curah hujan dan penyebarannya serta topografi. Oleh karena itu padang rumput sebaiknya digunakan menurut kemampuannya masing-masing. Kapasitas tampung ternak bertujuan untuk mendefinisikan tekanan penggembalaan jangka panjang dalam tingkat optimum yang secara aman berkelanjutan dan dihubungkan dengan ketersediaan pakan hijauan untuk ternak (Paat, 2010). Taksiran daya tampung menurut Hall (1964) didasarkan pada jumlah hijauan tersedia. Jumlah hijauan yang tersedia ini tidak terlepas hubungan dengan defoliasi, aspek lain dalam hal ini adalah hubungan antara tekanan penggembalaan terhadap produksi ternak. Pengertian tentang tekanan penggembalaan optimum penting artinya dalam pengelolaan padang penggembalaan, karena tekanan penggembalaan optimum dalam hal ini sesuai dengan daya tampung padang rumput bersangkutan. Othman (1989) menunjukkan bahwa terjadi penurunan komposisi legum dari umur 1-6 tahun yaitu terjadi penurunan 10% pada legum dan rumput terjadi peningkatan total bahan kering lebih dari 60%. Lebih dari 60 spesies hinjauan

telah dikontribusikan secara efektif dibawah pengelolaan yang normal pada perkebunan kelapa sawit dan 70% disukai ternak. Mengestimasi produksi pastura dan banyaknya hewan yang dapat dilepas merupakan salah satu prasyarat penggunaan dari suatu pastura. Keseimbangan akan keduanya diperlukan. Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi rumput, metode pemberian, umur hewan dan lain sebagainya, mempengaruhi kapasitas tampung. Luas pastura juga dapat mempengaruhi kapasitas tampung, hal ini disebabkan karena hewan akan lebih banyak bergerak (misalnya berjalan) di pastura yang lebih luas selanjutnya mempengaruhi tingkat konsumsi dan kapasitas tampung (Parakkasi, 1999).