BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Megannuary Ruchwanda Putra Sae, 2015

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Penerapan Model Pembelajaran Active Learning Tipe Quiz Team Dengan Keterampilan Bertanya Probing Question

T, 2015 PENGGUNAAN METODE PROBLEM SOVING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA DALAM MEMECAHKAN MASALAH PADA PEMBELAJARAN IPS

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era globalisasi yang terjadi saat ini ditandai dengan adanya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. diberikan mulai dari SD/MI/SDLB sampai SMP/MTs/SMPLB. IPS mengkaji

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pembelajaran adalah suatu kegiatan yang bernilai edukatif. Nilai edukatif

BAB I PENDAHULUAN. Guru memegang peranan penting dalam membentuk watak bangsa dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

2016 PENINGKATAN KEMAND IRIAN BELAJAR SISWA D ENGAN MENGGUNAKAN MOD EL D ISCOVERY LEARNING D ALAM PEMBELAJARAN IPS

seperti adanya fasilitas-fasilitas yang ada di sekolah seperti bangunan sekolah yang baik, juga tersedia alat atau media pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Itan Tanjilurohmah,2013

BAB I PENDAHULUAN. berkembangnya saat ini pendidikan anak usia dini. baik dalam aspek fisik-motorik, kognitif, bahasa, moral dan agama, sosial

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Nana Sutarna, 2015

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Perkembangan zaman yang semakin modern pada era globalisasi menuntut adanya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mutu pendidikan nasional dan menghasilkan lulusan yang memiliki keunggulan

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa yang maju adalah bangsa yang mampu menunjukan tingkat

BAB I PENDAHULUAN. Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) pada tahun 2006 menuntut perubahan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Pembelajaran Bahasa Indonesia meliputi empat aspek ketermpilan, yaitu mendengar,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. inovatif oleh pihak-pihak terkait, mulai dari tingkat pusat, daerah, maupun

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembela jaran IPS berkaitan dengan kehidupan manusia yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. belajar yang baik secara langsung maupun tidak langsung menjadi dasar

BAB I PENDAHULUAN. latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah,

BAB I PENDAHULUAN. memuat materi Geografi, Sejarah, Sosiologi, dan Ekonomi (Sapriya 2011:11).

BAB I PENDAHULUAN. Geografi merupakan satu dari sekian banyak disiplin ilmu yang dipelajari,

BAB I PENDAHULUAN. segi kepribadian, pengetahuan, kemampuan maupun tanggung jawabnya. dalam yaitu dari diri manusia itu sendiri.

2015 PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN THINK TALK WRITE (TTW) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN ANALISIS PESERTA DIDIK DALAM PEMBELAJARAN GEOGRAFI

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah sebuah proses yang memegang peranan penting dalam

pilan tersebut saling berhubungan dan menjadi acuan dalam setiap pembelajaran bahasa Indonesia. Pada mata pelajaran bahasa Indonesia di kelas X

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan ruang lingkup penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dan sikap-sikap yang diharapkan dapat membuat seseorang menjadi lebih baik.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu tolak ukur bagi kehidupan suatu bangsa. Bangsa

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan sosial (IPS) di tingkat sekolah dasar (SD). Pembelajaran IPS

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Pendidikan pada dasarnya merupakan interaksi antara peserta didik

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah pembelajaran pengetahuan, keterampilan, dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. intelektual, spiritual, dan mandiri sehingga pada akhirnya diharapkan masyarakat kita

PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT)

BAB I PENDAHULUAN. BAB II pasal 3 tentang Sistem Pendidikan Nasional, bahwa:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Siti Nurjanah,2013

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dampak globalisasi saat ini sangat berpengaruh bagi perkembangan IPTEK dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. kehidupan sosial masyarakat yang diseleksi dengan menggunakan konsep-konsep

BAB I PENDAHULUAN. negara yang baik dan bertanggung jawab (Gunawan, 2013: 48). Berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. memiliki peran penting dalam menghasilkan generasi muda yang berkualitas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa adalah rangkaian bunyi-bunyi yang dihasilkan alat ucap manusia

Jurnal Swarnadwipa Volume 1, Nomor 2, Tahun 2017, E-ISSN PERAN GURU SEBAGAI MOTIVATOR DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH KELAS X SMA N 6 METRO

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Menurut UU No.20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional menyatakan. bahwa:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan tujuan pendidikan. Tujuan pendidikan dapat dicapai dengan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. timbul pada diri manusia. Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003 Bab 1 Pasal 1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan sarana mutlak yang dipergunakan untuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

2015 PENGGUNAAN MEDIA TWITTER UNTUK MENINGKATKAN PARTISIPASI SISWA MENGEMUKAKAN PENDAPAT DALAM PEMBELAJARAN IPS

BAB I PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh kemampuan dan ketepatan guru dalam memilih dan. untuk belajar, khususnya pada mata pelajaran IPS.

I. PENDAHULUAN. teknologi, pergeseran kekuatan ekonomi dunia serta dimulainya perdagangan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. merupakan integrasi dari berbagai cabang Ilmu Sosial. Supardi (2011: 183)

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENYIMAK TERHADAP MATERI VERBAL MELALUI PENGGUNAAN MEDIA AUDIO RECORDING DALAM PEMBELAJARAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (IPS)

BAB I PENDAHULUAN. sepanjang hidupnya. Wujud dari proses belajar yaitu adanya interaksi antara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

SANTI BBERLIANA SIMATUPANG,

BAB I PENDAHULUAN. media juga dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap pelajaran.

I. PENDAHULUAN. menjelaskan bahwa pendidikan dalam pembangunan nasional berupa. seutuhnya. Mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam proses belajar disiplin belajar sangat penting dalam menunjang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. lebih mudah mengarahkan peserta didik untuk mencapai tujuan pembelajaran, akhirnya akan berpengaruh pada hasil belajar.

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

2016 PENERAPAN MODEL CONNECTED MATHEMATICS PROJECT (CMP) DENGAN METODE HYPNOTEACHING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN INDUKTIF MATEMATIS SISWA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu masalah pokok dalam pembelajaran pada pendidikan formal

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dapat ditingkatkan, baik di kalangan nasional maupun. agar mutu kehidupan masyarakat dapat meningkat. Melalui pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. mengatasi segala jenis tantangan di era modern dewasa ini. Lebih lanjut

BAB I PENDAHULUAN. diselenggarakan sebagai proses pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya. Pendidikan diarahkan agar peserta didik memiliki spiritual

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS. Pembahasan pada Bab II ini terdiri dari tinjauan pustaka, hasil penelitian yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. pembelajaran dan evaluasi. Untuk mendapat out-put belajar-mengajar yang

BAB I PENDAHULUAN. belajar apabila dalam dirinya telah terjadi perubahan perilaku dan tidak tahu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Belajar merupakan kegiatan yang dilakukan oleh manusia sejak masih kecil hingga sepanjang hidupnya. Proses mencari tahu mengenai hal-hal yang berhubungan dengan kehidupan merupakan bagian dari belajar. Seperti yang diungkapkan oleh Gagne (dalam komalasari, 2010, hlm. 2) mendefinisikan belajar sebagai suatu proses perubahan tingkah laku yang meliputi perubahan kecenderungan manusia seperti sikap, minat, atau nilai dan perubahan kemampuannya yakni peningkatan kemampuan untuk melakukan berbagai jenis performance (kinerja). Timbulnya kapabilitas tersebut adalah dari (i) stimulasi yang berasal dari lingkungan, dan (ii) proses kognitif yang dilakukan oleh pebelajar. Maka dapat dikatakan bahwa setiap orang belajar untuk mendapatkan pengetahuan baru sehingga dapat menghasilkan suatu nilai dan keterampilan yang baru. Berkaitan dalam proses belajar, setiap orang memiliki tujuan serta motivasi yang berbeda sesuai dengan kebutuhan serta profesinya masing-masing. Seperti halnya Guru dan Peserta didik. Peserta didik pergi kesekolah untuk belajar dengan tujuan mendapatkan ilmu dan pengetahuan yang baru, motivasinya meraih dan mendapatkan prestasi belajar yang baik. Sedangkan Guru kesekolah untuk mengajar dan bekerja dengan tujuan memberikan ilmu dan pengetahuan yang baru, motivasinya mencerdaskan peserta didik hingga meraih sukses. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa setiap orang belajar dipengaruhi oleh tujuan dan motivasi yang berbeda-beda. Motivasi yang dimaksud disini adalah suatu keinginan untuk belajar dan mengetahui sesuatu yang belum diketahui. Oleh karena itu, apabila seseorang tidak memiliki motivasi atau keinginan untuk belajar dan mencari hal-hal baru, maka orang tersebut tidak dapat maju dan berkembang. Adapun dengan melihat fenomena atau fakta yang banyak terjadi di masyarakat adalah malas untuk belajar. Kondisi malas tersebut dapat terjadi pada

2 semua orang dan dapat memberikan pengaruh atau dampak yang berbeda pula pada setiap orangnya. Kebanyakan kondisi malas dialami oleh mahasiswa, pekerja, guru dan peserta didik. Sebagian besar, merasa malas apabila upah yang didapatkan tidak sesuai dengan pekerjaan yang dikerjakan, nilai yang didapatkan tidak sesuai dengan tugas yang dikerjakan, dan lain sebagainya. Bagi peserta didik biasanya rasa malas muncul karena sulit bangun pagi, jarak sekolah dan rumah cukup jauh, belum mengerjakan tugas, tidak suka dengan mata pelajarannya, serta kurang merasa nyaman dengan guru mata pelajarannya. Dengan demikian, apabila kondisi atau rasa malas sudah menguasai diri seseorang maka mereka tidak akan mendapatkan hasil yang baik dalam setiap pekerjaan yang dilakukan. Kondisi tersebut dapat dipengaruhi oleh kurang atau tidak adanya motivasi dalam diri untuk mengarahkan pada kondisi terbaiknya. Seperti Hamzah (2007, hlm. 20) menyatakan bahwa motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak psikis di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, menjamin kelangsungan kegiatan belajar dan memberikan arahan pada kegiatan belajar itu demi mencapai tujuan. Motivasi merupakan syarat mutlak untuk belajar dan mempengaruhi arah aktivitas yang dipilih serta intensitas keterlibatan seseorang dalam suatu aktivitas. Berbicara mengenai motivasi yang disebabkan oleh tidak menyukai mata pelajaran, sebagian besar peserta didik yang duduk di Sekolah Menengah Pertama (SMP) tidak menyukai atau jenuh dengan mata pelajaran yang bersifat hafalan, hitungan, dan yang terlalu banyak teori. Dalam hal ini, banyaknya materi yang berisi teori dan hafalan, sering ditemukan dalam mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Berkenaan dengan hal pandangan tentang ilmu pengetahuan sosial (IPS) menurut Welton dan Mallan (dalam Sapriya, 2008, hlm. 4) IPS sebagai mata pelajaran gabungan dari disiplin ilmu sosial seperti sejarah, geografi, sosiologi, eknomi, dan kewarganegaraan dalam jenjang SMP bertujuan dengan hubungan masalah-masalah kemasyarakatan. IPS merupakan pelajaran yang mempelajari tentang bagaimana kita bisa berinteraksi sosial dengan baik, bagaimana caranya kita bisa melakukan keterampilan sosial yang baik, dan bagaimana kita bisa membentuk karakter yang baik. Guru yang mengajarkan materi IPS hendaknya

3 mempunyai empat karakter tersebut, sehingga peserta didik bisa menyerap dari ilmu IPS tersebut dengan baik. Namun pada kenyataannya yang peneliti lihat sekarang adalah kecenderungan tidak adanya antusias baik guru yang mengajarkan materi tersebut, serta dengan reaksi peserta didik terhadap mengikuti pelajaran IPS. Selain itu, peserta didik merasa materi IPS sulit untuk dipahami, membosankan, serta sulit diaplikasikan ke dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian mata pelajaran IPS kurang diminati oleh peserta didik sebab, tidak menumbuhkan rasa ketertarikan peserta didik dan termotivasi untuk mempelajarinya. Berdasarkan fenomena tersebut, perlu adanya upaya untuk mencari dan menemukan solusi sebagai alternatif untuk meningkatkan motivasi belajar peserta didik terhadap pembelajaran IPS, serta dapat memberikan pengalaman belajar yang baru. Upaya tersebut dapat berupa penerapan metode hypnoteaching dengan menggunakan teknik sugesti dalam kegiatan belajar mengajar. Hypnoteaching merupakan sebuah metode pembelajaran yang dalam penyampaian materi, guru memakai bahasa-bahasa melalui alam bawah sadar yang bisa menumbuhkan ketertarikan tersendiri kepada peserta didik. Hal tersebut sejalan dengan pendapat dari Semiun (2006, hlm. 82) yang mengatakan bahwa hypnoteaching adalah penyajian materi pelajaran yang menggunakan bahasabahasa bawah sadar yang menimbulkan sugesti siswa untuk berkonsentrasi secara penuh pada ilmu yang disampaikan oleh guru. Sedangkan sugesti merupakan proses psikologis dengan membimbing atau mengarahkan pikiran, perasaan dan perilaku orang lain dengan hal-hal yang positif. Hal demikian sejalan dengan yang diungkapkan oleh Carpenter dan Braid (dalam Semiun, 2006, hlm. 202) yang mengatakan bahwa sugesti adalah proses psikologis dimana seseorang membimbing pikiran, perasaan atau perilaku orang lain. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa, metode hypnoteching dengan mengunakan teknik sugesti merupakan suatu penyajian materi ajar yang memberikan arahan pada pikiran dan perasaan peserta didik sehingga menimbulkan rasa ketertarikan dan motivasi untuk belajar khusunya belajar materi Ilmu Pengetahuan Sosial.

4 Penelitian yang demikian, dapat ditelaah lebih dalam dengan melihat langsung guru yang menerapkan metode hypnoteaching kepada peserta didik. Lokasi tersebut adalah SMP Negeri 44 Bandung. Peneliti menilai metode hypnoteaching dengan menggunakan teknik sugesti dan hipnosis ini bisa memberikan dampak tersendiri bagi pesertadidik dalam mengikuti pelajaran IPS. Metode tersebut merupakan metode yang belum pernah dilakukan oleh guru untuk menerapkan metode tersebut. Dengan catatan guru tersebut bisa menggunakan hipnosis kepada peserta didik. Tidak perlu untuk bisa menghipnotis siswa, karena butuh keahlian khusus. Maksud dari hipnosis di sini yaitu mengubah sudut pandang siswa melalui bahasa-bahasa bawah sadar. Artinya guru harus mempunyai keahlian dalam berbicara, dalam meyakini peserta didik. Sehingga peserta didik mengikuti segala perintah yang diberikan oleh guru. Dengan metode pembelajaran tersebut maka peserta didik terus termotivasi untuk mengikuti proses pembelajaran, karena menganggap itu adalah hal yang baru di kelas. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti di SMP Negeri 44 Bandung, latar belakang didasari oleh keterbukaan metode-metode dalam belajar dan pembelajaran yang sudah biasa. Artinya menurut pak Said selaku guru IPS di SMP Negeri 44 Bandung berpendapat metode-metode pembelajaran yang diterapkan oleh berbagai guru hanya itu-itu saja (kurangnya memberikan motivasi belajar pada peserta didik). Sehingga peserta didik merasa tidak ada motivasi untuk belajar, sehingga membuat mereka acuh terhadap pembelajaran IPS. Dalam hal ini memberikan pandangan bahwa IPS itu mempelajari tentang hal-hal yang berhubungan dengan gejala-gejala sosial. Dalam hal ini peserta didik dituntut untuk berkonsentrasi penuh dengan pemahaman materi IPS. Teknik hypnoteaching sebagai terobosan baru untuk memotivasi siswa dengan tujuan meningkatkan motivasi siswa dan prestasi belajar para siswa itu sendiri. Dengan demikian perlu adanya upaya untuk memberikan pengalaman belajar yang baru seperti menerapkan metode hypnoteaching dengan menggunakan teknik sugesti dalam kegiatan belajar mengajar yang dirumuskan dalam Rencana Pengajaran dan Pembelajaran (RPP). Dalam hal ini, pembelajaran IPS digunakan sebagai pencipta suasana sugestif, stimulus, dan sekaligus menjadi jembatan antara guru dengan

5 siswa untuk menciptakan suasana yang kondusif dan nyaman saat proses pembelajaran berlangsung (berinteraksi sosial). Di dalam metode hypnoteaching guru bisa melakukan hipnosis atau mensugesti peserta dengan pengaruh penggunaan bahasa-bahasa alam sadar. Teknik sugesti atau hipnosis juga memiliki kekurangan. Pertama, penggunaan teknik sugesti tidak cukup efektif bagi kelompok siswa dengan tingkat keterampilan menyimak yang rendah. Kedua, teknik ini sulit digunakan bila siswa cenderung pasif. Siswa harus aktif dikelas pada saat menyimak penjelasan guru atau dengan berkelompok terkait dengan materi IPS. Imajinasi yang terbangun baik membantu siswa dalam menggali pengalaman hidup, mengorganisasikannya, dan memberikan respon dalam bentuk interaksi dan keterampilan berpendapat dikelas yang baik. Penerapan sugesti dilakukan melalui metode hypnoteaching. Berkenaan dengan kegiatan belajar mengajar, guru IPS tersebut harus mampu meyakinkan peserta didik agar memiliki ketertarikan dalam materi yang disampaikan. Bila guru tersebut sudah mampu menarik minat belajar dari siswa atau peserta didik, secara tidak langsung guru tersebut sedang mensugesti peserta didik dengan kata-kata yang diucapkannya. Teknik sugesti ada tiga kegiatan prapembelajaran, yaitu (1) penelaahan materi agar guru benar-benar menguasai materi yang akan disampaikan, (2) pemilihan materi pelajaran yang sesuai dengan SK-KD atau KI-KD agar siswa dapat mengikuti proses belajar-mengajar dengan kondusif, dan (3) penyusunan rancangan pembelajaran yang hendaknya mencakup perumusan materi, tujuan, pendekatan, metode, media, dan evaluasi pembelajaran. Berdasarkan definisi di atas dapat dikatakan, bahwa IPS merupakan mata pelajaran penting pada setiap jenjang sekolah, yang intinya sama-sama dapat memberikan dan membentuk warga negara yang baik. Maka guru memiliki peranan penting dalam menyampaikan materi ajar yang baik agar peserta didik memahami materi ajar dan menyerapinya serta mengaplikasikannya kedalam kehidupan sehari-hari. Peneliti berharap dengan menggunakan metode hypnoteaching khususnya dalam pembelajaran IPS dapat meningkatkan motivasi belajar para siswa.

6 Adapun hal tersebut, maka dari itu perlu sekali dilakukan pembenahan pada diri guru agar mampu mengemas pembelajaran dengan penuh motivasi dengan baik terkait isi serta penyampaian, serta mampu membiasakan untuk selalu memberikan sugesti positif karena hal ini akan berujung pada terjadinya transfer ilmu dan nilai. Terjadinya kedua transfer tersebut memberikan suatu gambaran seorang guru yang tengah melakukan pendidikan bukan hanya pengajaran. Serta guru tersebut akan menjadi sosok guru yang digandrungi peserta didik dan dijadikan sebagai guru teladan oleh peserta didik, sehingga dapat menumbuhkan motivasi dalam diri peserta didik tersebut. Untuk itu peneliti tertarik untuk meneliti dengan penggunaan metode hypnoteaching sebagai bagian dari proses pembelajaran IPS, dengan tujuan sebenarnya untuk meningkatkan motivasi belajar para peserta didik di tingkat sekolah menengah pertama (SMP). Mengapa peneliti tertarik dengan metode tersebut, karena metode ini dapat diterapkan dalam pembelajaran IPS karena dapat meningkatkan keberhasilan pembelajaran. Dengan teknik sugesti, materi pelajaran tidak hanya digunakan untuk menciptakan suasana yang nyaman tetapi juga memberikan sugesti yang merangsang berkembangnya imajinasi siswa. Dalam penelitian ini diperkuat oleh penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh saudari Ludianawati (Institut Agama Islam Semarang) dalam mengembangkan metode hypnoteaching dalam pembelajaran IPS kelas V. Berdasarkan hal tersebut peneliti tertarik untuk melakukan penelitian untuk mengetahui metode hypnoteaching dalam pembelajran IPS untuk meningkatkan motivasi belajar siswa di kelas VIII di SMP Negeri 44 Bandung. B. Identifikasi Masalah Identifikasi masalah merupakan pengenalan masalah atau inventarisasi masalah. Berdasarkan pada latar belakang masalah yang peneliti uraikan diatas, maka yang menjadi fokus permasalahan dalam penelitian ini yaitu untuk mengetahui: 1. Komunikasi antara guru dengan murid menjadi faktor dalam meningkatkan motivasi belajar peserta didik kelas VIII terhadap pembelajaran IPS.

7 2. Penerapan guru dalam menggunakan metode hypnoteaching untuk meningkatkan motivasi belajar terhadap peserta didik. 3. Dampak guru dalam menggunakan metode hypnoteaching untuk meningkatkan motivasi belajar peserta didik. C. Rumusan Masalah Memahami latar belakang diatas maka hal tersebut dirumuskan dalam rumusan masalah sebagai berikut : 1. Sejauh mana motivasi belajar peserta didik pada proses pembelajaran IPS di kelas VIII-F SMP Negeri 44 Bandung? 2. Bagaimana Langkah-langkah metode Hypnoteaching pada pembelajaran IPS kelas VIII-F di SMP Negeri 44 Bandung? 3. Sejauh mana metode Hypnoteaching berperan untuk meningkatkan motivasi belajar peserta pada pembelajaran IPS didik kelas VIII-F di SMP Negeri 44 Bandung? D. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan penelitian ini adalah: 1. Mengetahui sejauh mana motivasi belajar peserta didik pada pembelajaran IPS kelas VIII-F SMP Negeri 44 Bandung. 2. Mengetahui langkah-langkah metode Hypnoteaching pada pembelajaran IPS kelas VIII-F SMP Negeri 44 Bandung. 3. Mengetahui sejauh mana metode Hypnoteaching berperan untuk meningkatkan motivasi belajar peserta didik kelas VIII-F SMP Negeri 44 Bandung. E. Manfaat Penelitian ini bermanfaat sebagai berikut : a. Bahan masukan bagi sekolah, dan pendidik untuk dijadikan bahan analisis lebih lanjut. b. Menambah khasanah keilmuan tentang pendidikan khususnya metode pembelajaran.

8 c. Peneliti, karena menambah wawasan bagi peneliti tentang teori dan penerapan metode hypnoteaching untuk bisa dijadikan tolok ukur dalam menjalankan profesi keguruan. d. Sebagai bahan informasi bagi para pembaca, khususnyabagi peneliti selanjutnya, bahwa nilai-nilai yang ada pada metode hypnoteaching sangatlah membantu dalam perubahan ke arah yang lebih baik, khusus bagi guru untuk mampu berbicara,bertindak, berpenampilan positif agar selalu diupayakan, karena hal itu sangat mempengaruhi keberhasilan peserta didik dalam meningkatkan motivasi belajar. F. Struktur Organisasi Skripsi Sistematika penulisan dalam penyusunan skripsi ini, adalah sebagai berikut: BAB I PENDAHULUAN Dalam bab ini, berisi uraian tentang pendahuluan dan merupakan bagian awal dari skripsi. Pendahuluan berisi latar belakang penelitian, identifikasi masalah, rumusan masalah, dan manfaat dari rumusan masalah. BAB II KAJIAN PUSTAKA Pada bab ini, berisi penjabaran sumber-sumber pustaka, yang relevan dengan subjek penelitian yang dilakukan, yakni berisi konsep-konsep serta teori-teori yang berkaitan dengan Metode Hypnoteaching Dalam Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa. BAB III METODE PENELITIAN Pada bab ini, berisi penjabaran yang rinci mengenai metode penelitian, termasuk beberapa komponen lainnya, yaitu: lokasi dan subjek penelitian, metode penelitian, definisi istilah, instrumen penelitian, teknik pengumpulan data serta analisis data.

9 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Dalam bab ini, berisi hasil penelitian dan pembahasan yang terdiri dari tiga hal utama yakni: Gambaran umum lokasi dan subjek penelitian, deskripsi hasil penelitian, serta pembahasan dan analisis data penelitian. BAB V SIMPULAN DAN SARAN Pada bab ini, berisi penafsiran dan pemaknaan peneliti terhadap hasil analisis temuan penelitian yang dijabarkan dalam bentuk uraian padat. Saran yang direkomendasi yang ditulis setelah simpulan ditujukan kepada para pembuat kebijakan, kepada para pengguna hasil penelitian yang bersangkutan, kepada peneliti berikutnya yang berminat untuk melakukan penelitian selanjutnya, dan kepada pemecahan masalah di lapangan atau follow up dari hasil penelitian.