PRIORITAS PEMELIHARAAN BANGUNAN PENGENDALI SEDIMEN PASCA ERUPSI GUNUNG KELUD 2014 (STUDI KASUS : BANGUNAN PENGENDALI SEDIMEN KALI KONTO)

dokumen-dokumen yang mirip
Contents BAB I... 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pokok Permasalahan Lingkup Pembahasan Maksud Dan Tujuan...

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang,

PREDIKSI KAPASITAS TAMPUNG SEDIMEN KALI GENDOL TERHADAP MATERIAL ERUPSI GUNUNG MERAPI 2006

PRESENTASI PROPOSAL TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. Salah satu fungsi pembangunan sabo dam adalah untuk

BAB I PENDAHULUAN I - 1

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ABSTRAK UCAPAN TERIMA KASIH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. prasarana pengairan seperti waduk. Sejumlah besar waduk di Indonesia saat ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB III METODOLOGI BAB III METODOLOGI

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

MIGRASI SEDIMEN AKIBAT PICUAN HUJAN ( KASUS KALI GENDOL GUNUNG MERAPI YOGYAKARTA )

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kondisi geografis Indonesia terletak pada busur vulkanik Circum Pacific and

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ANALISA POTENSI SEDIMEN DEBRIS DI DAS KONTO PASCA ERUPSI GUNUNG KELUD 2014

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENGENDALIAN SEDIMEN. Aliran debris Banjir lahar Sabo works

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

STUDI MANAJEMEN PEMELIHARAAN ASET PADA INFRASTRUKTUR SUNGAI (STUDI KASUS BANGUNAN REVETMENT SUNGAI PEPE DI SURAKARTA)

Kemampuan Tampungan Sungai Code Terhadap Material Lahar Dingin Pascaerupsi Gunungapi Merapi Tahun 2010

PERUBAHAN MORFOLOGI SUNGAI CODE AKIBAT ALIRAN LAHAR PASCA ERUPSI GUNUNGAPI MERAPI TAHUN Dian Eva Solikha

BAB III LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

OLEH : TOMI DWICAHYO NRP :

BAB I PENDAHULUAN. terbanyak di dunia dengan 400 gunung berapi, terdapat sekitar 192 buah

IDENTIFIKASI KERUSAKAN AKIBAT BANJIR BANDANG DI BAGIAN HULU SUB DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) LIMAU MANIS ABSTRAK

BAB IV EVALUASI SEDIMEN DI WADUK SELOREJO DAN ALTERNATIF PENANGANANNYA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENGANTAR. menjadi dua yaitu bahaya primer dan bahaya sekunder. Bahaya primer

PRESENTASI TUGAS AKHIR PERENCANAAN BENDUNG TETAP SEMARANGAN KABUPATEN TRENGGALEK PROPINSI JAWA TIMUR KHAIRUL RAHMAN HARKO DISAMPAIKAN OLEH :

KAJIAN MUATAN SEDIMEN TERSUSPENSI DI SUNGAI CODE DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA. Rutsasongko Juniar Manuhana

BAB I PENDAHULUAN. Bab Pendahuluan I 1

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Studi Pengaruh Lahar Dingin Pada Pemanfaatan Sumber Air Baku Di Kawasan Rawan Bencana Gunungapi (Studi Kasus: Gunung Semeru)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB 1 PENDAHULUAN. Peristiwa banjir lahar dingin biasanya mengancam daerah-daerah di. yang lalu Gunung Merapi di Jawa Tengah meletus,

ANALISIS SEDIMENTASI DI MUARA SUNGAI PANASEN

PENGEMBANGAN KONSERVASI LAHAN TERHADAP EROSI PARIT/JURANG (GULLY EROSION) PADA SUB DAS LESTI DI KABUPATEN MALANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Sungai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PENDEKATAN MORFOLOGI SUNGAI UNTUK ANALISIS LUAPAN LAHAR AKIBAT ERUPSI MERAPI TAHUN 2010 DI SUNGAI PUTIH, KABUPATEN MAGELANG

BAB I PENDAHULUAN. topografi dibatasi oleh punggung-punggung gunung yang menampung air hujan

BAB II. Tinjauan Pustaka

Laju Sedimentasi pada Tampungan Bendungan Tugu Trenggalek

BAB 1 PENDAHULUAN I-1

PEMODELAN DECISION SUPPORT SYSTEM MANAJEMEN ASET IRIGASI BERBASIS SIG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Sungai

BAB I PENDAHULUAN. Istimewa Yogyakarta merupakan gunung paling aktif di dunia. Gunung Merapi

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

3 BAB III METODOLOGI

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

STUDI MUATAN SEDIMEN DI MUARA SUNGAI KRUENG ACEH

Desa Tlogolele tak Lagi Terisolir Ambrolnya Dam Kali Apu oleh hantaman banjir lahar hujan pasca erupsi Merapi 2010, menyebabkan Desa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1. Pengantar 1.1. Latar Belakang Erupsi Gunung Merapi pada tahun 2010 merupakan bencana alam besar yang melanda Indonesia dan

PENGARUH PERUBAHAN TATA GUNA LAHAN DAN KERUSAKAN HUTAN TERHADAP KOEFISIEN PENGALIRAN DAN HIDROGRAF SATUAN

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

STUDI PENGARUH BANJIR LAHAR DINGIN TERHADAP PERUBAHAN KARAKTERISTIK MATERIAL DASAR SUNGAI

BAB III LANDASAN TEORI

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

Gambar 4.1 Peta lokasi penelitian (PA-C Pasekan)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

LEMBAR PENGESAHAN TUGAS AKHIR PENGENDALIAN SEDIMEN SUNGAI SERAYU DI KABUPATEN WONOSOBO

METODOLOGI. Lokasi dan Waktu Penelitian Kegiatan penelitian dilaksanakan pada bulan Februari Juni 2010 di DAS

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tinjauan Umum 1.2 Latar Belakang

BAB V PEMBAHASAN. menentukan tingkat kemantapan suatu lereng dengan membuat model pada

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

ANALISIS ANGKUTAN SEDIMEN TOTAL SUNGAI PERCUT KABUPATEN DELI SERDANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sampai Maluku (Wimpy S. Tjetjep, 1996: iv). Berdasarkan letak. astronomis, Indonesia terletak di antara 6 LU - 11 LS dan 95 BT -

BAB 1 PENDAHULUAN. Proses pengangkutan dan pengendapan sedimen tidak hanya tergantung pada

Pemetaan Daerah Risiko Banjir Lahar Berbasis SIG Untuk Menunjang Kegiatan Mitigasi Bencana (Studi Kasus: Gunung Semeru, Kab.

BAB I PENDAHULUAN. Bencana lahar di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah telah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB III III - 1METODOLOGI

kerugian yang bisa dihitung secara nominal misalnya rusaknya lahan pertanian milik warga. Akibat bencana tersebut warga tidak dapat lagi melakukan pek

EVALUASI JEMBATAN DI SUNGAI BOYONG YOGYAKARTA PASCA ERUPSI GUNUNG MERAPI 2010

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Letusan Gunung Merapi pada tanggal 26 Oktober sampai 5 Nopember

Stenly Mesak Rumetna NRP : Pembimbing : Ir.Endang Ariani,Dipl. H.E. NIK : ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN 1

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB III LANDASAN TEORI

BAB V PERENCANAAN DAM PENGENDALI SEDIMEN

Pemodelan Penyebaran Polutan di DPS Waduk Sutami Dan Penyusunan Sistem Informasi Monitoring Kualitas Air (SIMKUA) Pendahuluan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan letak astronomis, Indonesia terletak diantara 6 LU - 11 LS

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 1, (2016) ISSN: ( Print)

BAB II KONDISI WILAYAH STUDI

Transkripsi:

PRIORITAS PEMELIHARAAN BANGUNAN PENGENDALI SEDIMEN PASCA ERUPSI GUNUNG KELUD 2014 (STUDI KASUS : BANGUNAN PENGENDALI SEDIMEN KALI KONTO) Dita Widyo Putro 1), Wasis Wardoyo 2), Theresia Sri Sidharti 2) 1) Program Studi Magister Manajemen Aset Infrastruktur Jurusan Teknik Sipil - FTSP, Institut Teknologi Sepuluh Nopember e-mail: dito.blackshadow@gmail.com 2) Dosen Jurusan Teknik Sipil, Institut Teknologi Sepuluh Nopember ABSTRAK Sepanjang aliran Kali Konto merupakan daerah lahan irigasi pertanian, banyak bangunan air irigasi yang dibangun termasuk Bangunan Pengendali Sedimen (BPS) yang dilengkapi pintu pengambilan air. Namun bencana lahar dingin yang terjadi pasca letusan Gunung Kelud 2014 membawa material sedimen dan batuan yang menyebabkan kerusakan infrastruktur BPS Kali Konto dan membahayakan penduduk sekitar serta terganggunya kegiatan irigasi. Oleh karena itu perlu dilakukan pemeliharaan perbaikan BPS tersebut ke kondisi semula. Permasalahan yang timbul adalah dana yang tersedia tidak mencukupi untuk melakukan semua usaha perbaikan infrastruktur tersebut. Untuk itu perlu dilakukan prioritas BPS yang akan diperbaiki. Penelitian ini menghitung angkutan sedimen total yang terjadi menggunakan rumus angkutan sedimen kemudian dibandingkan dengan uji sedimen laboratorium. Kemudian analisa kondisi struktur BPS dan fungsi bangunan dari sisi volume tampungan dan layanan pengambilan air irigasi sawah. Hasil analisa tersebut menjadi inputan proses analisa prioritas pemeliharaan BPS dengan AHP. Dari kajian didapat dari empat belas BPS hanya lima bangunan yang memiliki pintu pengambilan air irigasi dengan urutan prioritas perbaikan yakni BPS 1 Lemurung luas layanan 50 Ha, BPS 2 Siman luas layanan 166 Ha, BPS 3 Oro-oro Ombo luas layanan 50 ha, BPS 4 Damarwulan luas layanan 50 ha, BPS 5 Badas luas layanan luas 200 ha. Kata kunci: Bangunan Pengendali Sedimen, Prioritas Pemeliharaan, Angkutan Sedimen, AHP. PENDAHULUAN Bencana lahar dingin/debris atau sedimen sering terjadi di daerah Kabupaten Kediri dan Blitar, hal ini disebabkan endapan material piroklastik di lereng Gunung Kelud yang terbawa air hujan kemudian turun terbawa aliran sungai-sungai yang berhulu di Gunung Kelud. Material yang telah bercampur dengan air hujan ini memiliki berat jenis lebih besar daripada air sehingga tentu memiliki daya rusak yang hebat terhadap sekitarnya. Untuk mengatasi kemungkinan bencana yang timbul akibat aliran lahar dingin ini maka dibangunlah Bangunan Pengendali Sedimen (BPS) atau dikenal sebagai Sabo Dam. Bangunan Pengendali Sedimen adalah suatu teknologi berupa bangunan yang dapat dibuat, dioperasikan, dan dipelihara secara mudah, praktis dan berbiaya renda, berfungsi untuk mengendalikan muatan sedimen yang terdapat pada alur sungai (Kementerian Pekerjaan Umum, 2014). Salah satu jalur yang dilalui aliran sedimen Gunung Kelud adalah melalui Kali Konto pada Gambar 1, berhulu di Gunung Anjasmoro dan Argowayan aliran Kali Konto mengalir dari daerah batu turun ke pujon lalu ke ngantang. Disini Kali Konto dibendung pada suatu B-2-1

waduk yang bernama Selorejo. Dalam perjalanan menuju hilir di sungai Brantas, Kali Konto mendapat tambahan debit aliran air dari sungai Namba'an, Nogo dan Sambong. Ketiga Sungai ini bagian hulunya berasal dari Gunung Kelud. Sehingga pada saat terjadi erupsi Kelud kemudian muncul lahar dingin yang memporak-porandakan infrastruktur dan lahan pertanian di sekitar Kali Konto pelaku utamanya adalah ketiga anak sungai tersebut dengan kontribusi sedimen transport yang cukup besar. Banyaknya bangunan pengairan di sepanjang aliran Kali Konto seperti PLTA Mandalan, PLTA Siman siphon Lemurung, siphon Prayungan serta bendung-bendung irigasi merupakan indikator bahwa kontinuitas aliran air Kali Konto mengalir sepanjang tahun. Pada tanggal 13 Februari 2014 Gunung Kelud mengalami Erupsi setelah terakhir terjadi pada 2007 silam. Sebaran material hasil erupsi menurut Pusat Vulkanologi Mitigasi dan Geologi (PVMBG) sebesar 100 juta - 120 juta meter kubik dan berada di lereng Gunung Kelud berpotensi menjadi banjir lahar dingin apabila terjadi hujan intensitas tinggi. Terbukti banjir lahar pertama terjadi berselang 5 hari setelah letusan pertama pada tanggal 18 Februari 2014 di Kali Konto dimana debit banjir yang terpantau di peilschale BPS Siman mencapai 850 meter kubik perdetik yang mengakibatkan beberapa bangunan infrastruktur yang rusak diantaranya fasilitas bangunan sabo pada aliran Kali Konto seperti Kantong Lahar I Kali Konto (Badas) terisi penuh material sedimen lahar dingin, Tanggul BPS Dam Oro-oro Ombo jebol, BPS Siman Gambar 2 dan BPS Lemurung rusak parah, beberapa infrastruktur seperti jembatan,jaringan irigasi mengalami kerusakan dimana semua infrastruktur tersebut berada di wilayah administrasi Pemerintah Daerah Tingkat II Kabupaten Kediri. Gambar 1 Lokasi Bangunan Sabo Kali Konto Untuk merehabilitasi semua infrastruktur BPS yang rusak seperti semula dibutuhkan biaya yang tidak sedikit. Dana yang ada harus dioptimalkan penggunaanya, oleh karena itu penelitian ini berupaya mencari langkah penanganan dengan melakukan prioritas pemeliharaan BPS di Kali Konto. Usaha tersebut membutuhkan faktor-faktor yang digunakan dalam pengambilan keputusan pemilihan prioritas. Dalam penelitian ini penulis menggunakan faktor kondisi bangunan dan volume tampung sedimen sebagai dasar prioritas, faktor lainnya adalah pertimbangan bahwa dengan banyaknya bangunan pengairan di Kali Konto yang B-2-2

membuktikan kontinuitas aliran air Kali Konto sepanjang tahun berarti terdapat pula lahan irigasi pertanian di sepanjang Kali Konto. Selain itu manfaat BPS terhadap lingkungan sekitar juga menjadi faktor yang dipertimbangkan oleh penulis. Batasan masalah yang digunakan penulis agar bahasan penelitian fokus sesuai tujuan yakni BPS yang ditinjau hanya yang berada di bawah kewenangan Pemerintah Pusat dalam hal ini BBWS Brantas. METODE Gambar 2 BPS Siman Hancur. Penelitian ini secara garis besar terdiri dari dari tiga tahap, yaitu tahap pra-lapangan, lapangan dan pasca lapangan. Penelitian ini juga menggunkan beberapa rumus angkutan sedimen total seperti metode Chih Ted Yang, Engelund and Hansen dan Shen Hung serta metode pengambilan keputusan multi kriteria dengan Analytic Hierarchy Process (AHP). Tahap Pra-Lapangan Tahap pra-lapangan dilakukan dengan identifikasi kondisi lapangan dengan cara survey lokasi untuk mendapatkan permasalahan yang ada, identifikasi BPS baik jenis dan lokasi serta pemeliharaan serta wawancara dengan pihak pelaksana teknis lapangan PPK Pengendalian Lahar Gunung Kelud. Selain itu dalam tahap ini juga dilakukan studi literatur yang mendukung penelitian. Tahap Lapangan Tahap lapangan dilakukan untuk mendapatkan data primer dan data sekunder yang dibutuhkan dalam penelitian. Yakni : 1. Data Primer Data primer yang digunakan dalam penelitian antara lain : lokasi koordinat BPS, Kondisi aktual BPS kerusakan komponen bangunan BPS, dokumentasi dan kuesioner bobot kriteria pemeliharaan BPS. Komponen BPS yang dinilai antara lain : a. Main Dam b. Sayap c. Dinding tepi d. Apron e. Sub dam f. Lubang Air g. Pintu Pengambilan h. Bagian pelengkap lainnya. Metode Analytic Hierarchy Process (AHP) digunakan untuk mengambil keputusan dengan multi kriteria. Hasil survey menjadi bahan pertimbangan para pengambil kebijakan di instansi yang berwenang yang didapatkan dengan kuesioner kemudian diolah dengan pairwise comparison untuk mendapatkan bobot masing-masing kriteria dan prioritas BPS yang akan dipelihara. B-2-3

Gambar 3 Komponen-komponen BPS 2. Data Sekunder Memberikan gambaran awal kondisi lokasi penelitian yang didapatkan dari instansi terkait antara lain : Data sedimen, data teknis BPS, biaya pemeliharaan dan kajian irigasi. Tahap Pasca Lapangan Tahap pasca lapangan mengolah semua data yang telah dikumpulkan baik data primer dan sekunder. Analisa data yang dilakukan : 1. Analisa Kondisi Infrastruktur BPS Penilaian dilakukan pada saat survey lapangan dengan peralatan GPS dan camera digital. Penilaian kondisi meliputi komponen-komponen BPS dan kondisi sekitarnya. Dengan skala penilaian 1-5 dimana masing-masing nilai memiliki parameter yang telah ditentukan oleh Balai Sabo Kementerian Pekerjaan Umum. 2. Analisa Angkutan Sedimen Total Analisa angkutan sedimen dilakukan untuk menghitung potensi sedimen yang akan turun ke hulu kali konto. Setelah volume potensi sedimen diketahui kemudian akan diperhitungkan dengan kapasitas tampung BPS yang ada. Dalam penelitian ini akan digunakan beberapa metode perhitungan angkutan sediment total seperti metode Yang s, metode Engelund dan Hansen dan metode Shen Hung untuk menghitung kapasitas angkut sedimen. Hasil perhitungan akan dibandingkan dengan hasil uji sedimen laboratorium untuk menentukan dasar rumus perhitungan yang dipakai. a. Metode Chih Ted Yang.. (1)... (2)... (3) Dimana : Ct = Konsentrasi sedimen total D50 = diameter sedimen (mm) ω = Kecepatan jatuh (m/s) V = Kecepatan Aliran (m/s) Vcr = Kecepatan Kritis (m/s) S = Kemiringan saluran U* = Kecepatan geser (m/s) B-2-4

W D Qs Qa = Lebar sungai (m) = Kedalaman saluran(m) = Muatan Sedimen (kg/s) = Debit saluran (m 3 /s) b. Metode Engelund and Hansen... (4)... (5) Dimana : τ* = tegangan geser (Kg/m 2 ) Qs = Muatan Sedimen (Kg/s) c. Metode Shen Hung... (6)... (7)... (8) Dimana : Ct = Konsentrasi sedimen total ω = Kecepatan jatuh (m/s) V = Kecepatan Aliran (m/s) W = Lebar sungai (m) D = Kedalaman saluran(m) Qs = Muatan Sedimen (kg/s) Q = Debit saluran (m 3 /s) 3. Analisa Kriteria Pemeliharaan BPS Kriteria yang menjadi faktor prioritas pemeliharaan didapatkan dengan survey langsung di lokasi disertai dengan tanya jawab dengan para expert dan pemangku kebijakan Bangunan Pengendali Sedimen serta hasil studi literatur. Hasil dari pencarian faktor-faktor kriteria kemudian diambil yang dipilih paling banyak oleh para expert. Faktor kriteria yang dipilih kemudian dicari studi literature yang menguatkan argument pemilihan faktor kriteria tersebut. 4. Analisa Prioritas Pemeliharaan BPS Hasil pemilihan kriteria pemeliharaan kemudian menjadi dasar inputan pemodelan prioritas pemeliharaan BPS. Dengan menjadikan kriteria-kriteria hasil pemilihan sebagai faktor kriteria dalam hirarki pemodelan (level 1) AHP. Setelah hirarki pemodelan prioritas pemeliharaan terbentuk dengan level 0 berupa tujuan atau goal, level 1 berupa kriteria-kriteria pemilihan dan level 2 berupa alternatif-alternatif pilihan BPS yang akan dipelihara. Kemudian dilakukan penyebaran kuesioner kepada responden. Penulis dalam hal ini menggunakan teknik purposive sampling, dimana penulis menentukan siapa saja responden yang dirasa oleh penulis memiliki pengetahuan,pengalaman dan jabatan yang terkait dengan pemangku kebijakan mengenai Bangunan Pengendali Sedimen di BBWS Brantas. Penulis menggunakan aplikasi bantu expert choice dalam mengolah hasil kuesioner. B-2-5

Tabel 1 Perbandingan Berpasangan SKALA NO BPS 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 BPS 1 2 3 ELEMEN I ELEMEN I ELEMEN I ELEMEN II ELEMEN III ELEMEN IV 4 ELEMEN I ELEMEN V HASIL DAN PEMBAHASAN Gambar 4 Skor Penilaian AHP Kondisi dan Volume Tampung BPS Berdasarkan data sekunder yang didapat dari BBWS terdapat empat belas BPS di Kali Konto yang berada di bawah wewenang Pemerintah Pusat dalam hal ini BBWS BRANTAS. Dalam penelitian ini ke empat belas BPS dicatat lokasi koordinatnya kemudian ditampilkan dalam peta Gambar 1. Tabel 2 Daftar BPS di Kali Konto No NAMA BANGUNAN Lokasi Ds. Kec Kab. Th Pemb 1. Check Dam Bronjong I - V K.Konto Nambaan Kasembon Kediri 1969/1970 - hancur/hilang 2. Konsolidasi Dam VIII K.Konto Damarwulan Kandangan Kediri 1994/1996 3. Konsolidasi Dam XII (Oprit) K.Konto Orooroombo Pare Kediri 1987/1988 4. Kantong Lahar I K.Konto Badas Pare Kediri 1975/1976 5. Overflow Kantong Lahar I Badas K.Konto Badas Pare Kediri 1975/1976 & 2009 6. Konsolidasi Dam XIII K.Konto Blaru Pare Kediri 1978/1979 7. Tanggul Kantong Lahar II K.Konto Parelor Kunjang Kediri 1979/1980 8. Overflow Kantong Lahar II Rolag 70 Afvoer Besuk Parelor Kunjang Kediri 1979/1980 9. Overflow Kantong Lahar II Rolag 70 K.Konto Parelor Kunjang Kediri 1979/1980 10. Konsolidasi Dam XVI K.Konto Sumberejo Kunjang Kediri 2003 11. Konsolidasi Dam I K.Avfoer Besuk Parelor Kunjang Kediri 2003 12. Konsolidasi Dam Syphon Siman Siman Kepung Kediri 2011 13. Konsolidasi Dam Syphon Lemurung Brumbung Kepung Kediri 2011 14. Konsolidasi Dam Syphon Jatiganggong Jatiganggong Bd.Kdgmlyo Jombang 2011 Sumber : BBWS Brantas Sesuai dengan faktor yang ditinjau dari ke empat belas BPS tersebut yang memiliki keterkaitan dengan faktor irigasi dalam hal ini memiliki pintu pengambilan air berjumlah lima BPS antara lain : BPS Siman, BPS Lemurung, BPS Damarwulan, BPS Oro-oro Ombo dan BPS Badas. Kondisi struktur BPS disurvey setiap bagian komponen kemudian diberikan penilaian sesuai kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya oleh Balai Sabo. Berdasarkan klasifikasi kerusakan infrastruktur oleh Kementerian Pekerjaan Umum didapatkan BPS yang berada dalam kondisi BAIK sebanyak satu yakni BPS KL I Badas, BPS dengan kondisi RUSAK RINGAN sebanyak tiga yakni BPS Siman, BPS VIII Damarwulan dan BPS XII Oro-oro Ombo. Sedangkan sisanya RUSAK BERAT sebanyak satu yakni BPS Lemurung. B-2-6

Tabel 3 Klasifikasi Kerusakan infrastruktur NO KONDISI DESKRIPSI REKOMENDASI 1 BAIK Tingkat Kerusakan dibawah 10% dari kondisi awal Pemeliharaan Preventif 2 3 4 RUSAK RINGAN RUSAK SEDANG RUSAK BERAT Tingkat Kerusakan 10%-20% dari kondisi awal Tingkat Kerusakan 20%-40% dari kondisi awal Tingkat Kerusakan lebih dari atau sama dengan 40% kondisi awal Pemeliharaan Korektif Pemeliharaan Korektif Pemeliharaan Rehabilitatif Tabel 4 Rekapitulasi Kondisi BPS NO BPS KONDISI PROSENTASE KONDISI 1.Kapasitas tampung penuh 1 Siman 2. Lubang air tersumbat bebatuan. 83.57 3. Kondisi Buffer Fill Dam ambrol. 2 Lemurung 1. Main Dam Terkelupas & retak 2. Lantai & dinding apron hancur dan tergerus 3. Sub Dam terkelupas 4. Kapasitas tampung penuh 51.67 1. Sedimentasi di hilir setinggi crest dam 3 KD VIII Damarwulan 2. Subdam ke tiga tertimbun sedimen 89.17 3. Lantai apron ada terkelupas. 1. Ada gerusan lokal di buffer dam 2. Bffer sub dam ambrol sbelah kiri 4 KD XII Orooro Ombo 3. Tanggul sebelah hilir kiri ambrol 84.44 4. Kapasitas tampung hampir penuh 5 KL I Badas 1. Kondisi Baik 89.23 Hasil perhitungan angkutan sedimen total Kali konto berdasarkan perhitungan rumus didapatkan Tabel 5 Angkutan Sedimen Metode Muatan Sedimen (Ton/hari) Volume Endapan (m³/hari) Volume Timbunan (m³/hari) Yang's 1081.50 654 916 Angelund and Hansen 3107.90 142 199 Shen and Hung 234.54 1,171 1640 B-2-7

Gambar 5 Kerusakan BPS Lemurung Konsentrasi sedimen hasil perhitungan menggunakan rumus 1,4 dan 6 dibandingkan dengan konsentrasi sedimen hasil uji laboratorium. Didapatkan bahwa hasil perhitungan dengan metode Chih Ted Yang dengan hasil 1388 ppm paling mendekati hasil uji 1440 ppm. Oleh karena itu dalam penelitian ini penulis menggunakan hasil tersebut. Setelah diketahui angkutan sedimen total per hari maka dengan asumsi debit air setiap harinya sama dengan pada saat pengambilan sampel sedimen lapangan sebesar 9,018 m 3 /detik maka dapat dihitung sisa umur tampungan BPS dengan membandingkan sisa kapasitas BPS setelah erupsi, dalam hal ini menggunakan data kapasitas tampung 2014. Tabel 6 Kapasitas Tampung BPS No Lokasi Kapasitas Tampung Desain (m³) Kapasitas 2014 (m³) Sisa (m³) 1 KD Siman 20,000 20,000 0 2 KD lemurung 21,500 21,500 0 3 KD VIII Damarwulan 58,981 45,000 13,981 4 KD X12 Oro-oro ombo 12,600 12,000 600 5 KL I Badas 2,000,000 1,800,000 200,000 Tabel 7 Prediksi Umur Layanan BPS No Lokasi Sisa Kapasitas Tampung (m³) Volume Endapan (m³/hari) Umur Fungsi (hari) 1 KD Siman 0 654 0 2 KD lemurung 0 654 0 3 KD VIII Damarwulan 13,981 654 21 4 KD X12 Oro-oro ombo 600 654 22 5 KL I Badas 200,000 654 328 B-2-8

Prioritas Penanganan BPS Bentuk model yang digunakan dalam penelitian ini adalah AHP, menggunakan kriteria yang telah ditentukan sebelumnya. Adapun kriteria yang dijadikan analisis dalam penelitian ini adalah : 1. Volume Tampungan Menunjukan kemampuan sisa kapasitas tampung BPS terhadap aliran sedimen yang akan datang. 2. Kondisi BPS Menunjukan kondisi struktur dan komponen-komponen BPS. 3. Luas Layanan Irigasi Menunjukan luas layanan irigasi yang mendapat suplesi aliran dari BPS 4. Potensi Pendapatan Potensi pendapatan hasil panen irigasi dengan adanya pintu pengambilan air di BPS. 5. Manfaat Manfaat lain dengan adanya BPS terhadap lingkungan sekitar. Pembobotan setiap elemen dalam hirarki AHP penelitian dilakukan menggunakan input penilaian responden yang telah dirata-rata. Penentuan prioritas dengan proses analisis pembobotan setiap elemen dalam hirarki struktur untuk menunjukkan skala prioritas seberapa penting kriteria atau faktor dalam pencapaian penelitian. Bobot kriteria diperoleh dari pengolahan data kuesioner yang berisi perbandingan bepasangan antar kriteria. Peringkat dari setiap faktor atau kriteria yang digunakan menunjukkan besarnya kepentingan masing-masing faktor kriteria dalam memberikan konstribusi pencapaian penelitian ini. Tabel 8 Daftar Prioritas faktor penentuan penanganan BPS No Faktor Bobot Ranking 1 Volume Tampung 0.45 1 2 Kondisi Struktur 0.29 2 3 Luas Layanan Irigasi 0.095 4 4 Potensi Pendapatan 0.065 5 5 Manfaat Sosial 0.105 3 Proses pengambilan keputusan dengan metode AHP bertujuan memberikan penilaian bagi faktor terukur dan tidak terukur yang mempengaruhi keputusan pemilihan prioritas penanganan perbaikan Bangunan Pengendali Sedimen (BPS). Penilaian perbandingan diberikan berdasarkan hasil kuesioner untuk kriteria dan berdasarkan data-data primer dan sekunder untuk perbandingan alternatif. Hasil Akhir AHP berupa suatu ranking berdasarkan penilaian bobot prioritas dari setiap alternatif yang ada. Hasil dari prioritas penanganan BPS dengan metode AHP adalah : Tabel 9 Prioritas Penanganan perbaikan BPS No Nama Bangunan Bobot Ranking Prioritas 1 BPS Lemurung 0.339 1 2 BPS Siman 0.249 2 3 BPS Oro-oro Ombo 0.167 3 4 BPS Damarwulan 0.141 4 5 BPS Badas 0.103 5 B-2-9

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Faktor kriteria volume kapasitas tampung sisa merupakan kriteria utama dalam penentuan prioritas penanganan BPS. 2. BPS Lemurung dipilih sebagai urutan pertama prioritas penanganan dengan bobot prioritas 0.339 dikarenakan volume tampung sisa yang sudah penuh dan kondisi struktur bangunan yang rusak berat. Prioritas ke dua adalah BPS dengan bobot 0.249. Prioritas penanganan ke tiga BPS Oro-oro ombo dengan bobot 0.167, Prioritas ke empat BPS Damarwulan dengan bobot prioritas 0.141 danyang terakhir adalah BPS Badas dengan bobot 0.103. Saran untuk penelitian selanjutnya adalah: 1. Faktor kriteria penanganan bisa ditambahkan lebih banyak seperti kerentanan social ekonomi, infrastruktur dan biaya. 2. Analisa prioritas ini bisa dilanjutkan dengan analisa optimasi biaya pemeliharaan apabila bisa didapatkan harga satuan dan rancangan anggaran biaya pembangunan awal BPS. DAFTAR PUSTAKA Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.03/PRT/M/2011 tentang komponen Bangunan Sabo. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.13/PRT/M/2012 tentang Pengelolaan Aset Irigasi. Badan Perencanaan Pembangunan Nasional. (2008). Penilaian Kerusakan dan Jakarta: Badan Perencanaan Pembangunan Nasional. BBWS Brantas. (2014). Bencana Letusan Kelud 2014. Surabaya: BBWS Brantas. BBWS Brantas. (2012). Brantas Kerugian. Inventaris Bangunan Pengendali Sedimen. Surabaya: BBWS Mananoma, T., Rahmat, A., & Legono, D. (2006). Prediksi Kapasitas Tampung Kali Gendol Terhadap Material Erupsi Gunung Merapi 2006. Pertemuan Tahunan (PIT) HATHI ke-23, Manado, 181-185. Mardijanto, I. (2011). Perencanaan Teknis Sabo. Yogyakarta: BBWS Serayu Opak. Sedimen Ilmiah Masaharu, F., Hiroshi, T., S, M., & Y, G. (2011). A study on the precessof collapse of sabo structures due to floods after Mt Merapi eruption in 2010. the 9th International symposium on Mitigation of Geo-disaster in Asia, 137-143. Sabo Training Centre. (2013). Centre. Pengantar Teknologi Sabo. Yogyakarta: Sabo Training Yayasan Air Adhi Eka dan Japan International Cooperation Agency. (2009). SABO untuk Penanggulangan Bencana Akibat Aliran Sedimen. Jakarta: Yayasan Air Adhi Eka dan Japan International Cooperation Agency. B-2-10