MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di kebun petani Desa Rimbo Panjang

dokumen-dokumen yang mirip
MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di kebun petani Desa Rimbo Panjang

III. MATERI DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan di kebun petani Desa Rimbo Panjang

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

BAHAN DAN METODE. Alat yang digunakan dalam penelitian ini meliputi: cangkul, parang, ajir,

III. MATERI DAN METODE

I. MATERI DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan di lahan percobaan Fakultas Pertanian

I. BAHAN DAN METODE. dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau Pekanbaru,

III. MATERI DAN METODE. Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau, terletak dijalan

III. MATERI DAN METODE

III. MATERI DAN METODE

III. MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan dilahan percobaan Fakultas Pertanian dan

III. MATERI DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan dari bulan Januari sampai Mei. Baru Panam, Kecamatan Tampan, Kotamadya Pekanbaru.

III. BAHAN DAN METODE

III. MATERI DAN METODE

III. MATERI DAN METODE. No. 155 KM. 15 Simpang Baru Panam Kecamatan Tampan Pekanbaru, dari bulan

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Universitas Medan Area yang berlokasi di jalan Kolam No. 1 Medan Estate,

III. MATERI DAN METODE

III. MATERI DAN METODE

MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di lahan percobaan Fakultas Pertanian dan

III. MATERI DAN METODE. Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau. Penelitian dilakukan

III. MATERI DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan di lahan percobaan Fakultas Pertanian dan

III. MATERI DAN METODE

III. MATERI DAN METODE. Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau Pekanbaru, selama 3 bulan dimulai dari

III. MATERI DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan di lahan kampus Universitas Islam Negeri

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian. Bahan dan Alat

III. MATERI DAN METODE

MATERI DAN METODE. Urea, TSP, KCl dan pestisida. Alat-alat yang digunakan adalah meteran, parang,

III. MATERI DAN WAKTU

III. MATERI DAN METODE. Laboratorium Agronomi. Waktu penelitian dilakaukan selama ± 4 bulan dimulai

III. MATERI DAN METODE. HR. Soebrantas KM 15 Panam, Pekanbaru. Penelitian ini dilakukan mulai bulan Mei

MATERI DAN METODE. dilaksanakan di lahan percobaan dan Laboratorium. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih pakcoy (deskripsi

BAHAN DAN METODE. Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau, Kelurahan

III. MATERI DAN METODE

III. MATERI DAN METODE. beralamat di Jl. H.R. Soebrantas No. 155 Km 18 Kelurahan Simpang Baru Panam,

III. MATERI DAN METODE. Jl. HR. Soebrantas KM 15 Panam, Pekanbaru. Penelitian ini dilaksanakan pada

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan

MATERI DAN METODE. A 2 : 120 g/tanaman. A 3 : 180 g/tanaman

III. MATERI DAN METODE

BAHAN DAN METODE. Faktor kedua adalah jumlah bibit per lubang yang terdiri atas 3 taraf yaitu : 1. 1 bibit (B 1 ) 2. 2 bibit (B 2 ) 3.

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan

III. MATERI DAN METODE

MATERI DAN METODE Tempat dan Waktu

III. MATERI DAN METODE. Agrostologi, Industri Pakan dan Ilmu Tanah dan 2). Laboratorium Ilmu Nutrisi

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan Alat dan Bahan Metode Percobaan

III. BAHAN DAN MATODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei 2013 sampai Agustus 2013 di

MATERI DAN METODE. Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau, terletak di jalan

III. MATERI DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas

III. MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan dari bulan Juli sampai dengan Oktober 2013 di lahan

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian

III. MATERI DAN METODE. Penelitian ini dileksanakan dari bulan Juni sampai September 2013, lahan

III. BAHAN DAN METODE

III BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan. Kabupaten Pesawaran dari Oktober 2011 sampai April 2012.

III. MATERI DAN METODE. Agronomi Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan

III. BAHAN DAN METODE. laut, dengan topografi datar. Penelitian dilakukan mulai bulan Mei 2015 sampai

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada di lahan sawah milik warga di Desa Candimas

III. MATERI DAN METODE. Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau

III. MATERI DAN METODE. Penelitian ini bertempat dilahan percobaan Fakultas Pertanian dan

MATERI DAN METODE. Jl. HR. Soebrantas KM 15 Panam, Pekanbaru. Penelitian ini dilaksanakan pada

BAB III BAHAN DAN METODE. Medan Area yang berlokasi di Jalan Kolam No. 1 Medan Estate, Kecamatan

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu, Laboratorium Ilmu

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Screen House, Balai Penelitian Tanaman Sayuran

BAB III METODOLOGI. Penelitian ini dilakukan dari bulan Oktober 2014 sampai bulan Januari 2015

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE

III. MATERI DAN METODE. Laboratorium Agrostologi, Industri Pakan dan Ilmu tanah, Fakultas Pertanian dan

BAB III METODE PENELITIAN. dilakukan dengan memberi perlakuan (treatment) terhadap objek. penelitian serta adanya kontrol penelitian.

BAHAN DAN METODE 1.1. Tempat dan Waktu 1.2. Bahan dan Alat 1.3. Metode Penelitian

III. MATERI DAN METODE

BAHAN DAN METODE. Y ijk = μ + U i + V j + ε ij + D k + (VD) jk + ε ijk

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di lahan Percobaan dan Laboratorium

III. BAHAN DAN METODE

BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

MATERI DAN METODE. = 0 minggu = 1 minggu = 2 minggu = 3 minggu = 4 minggu = 5 minggu = 6 minggu = 7 minggu = 8 minggu P 1 P 2 P 3 P 4 P 5 P 6 P 7 P 8

II. Materi dan Metode. Pekanbaru. waktu penelitian ini dilaksanakan empat bulan yaitu dari bulan

III. MATERI DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu, Fakultas Pertanian,

III. MATERI DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Perternaka UIN Suska Riau. Pelaksanaan penelitian ini berlangsung dari tanggal

III. MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai Juni 2013 di lahan

III. MATERI DAN METODE. Hortikultura yang beralamat di Jl. Kaharudin Nasution KM 10, Padang Marpoyan

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2016 sampai dengan Juli 2016

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode

I. MATERI DAN METODE

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di lahan percobaan Fakultas Pertanian dan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di kebun percobaan Fakultas Pertanian

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung (POLINELA). Waktu

BAB III. METODE PENELITIAN

MATERI DAN METODE. Perlakuan P 0 P 1 P 2 P 3 M 1 M 1 P 0 M 1 P 1 M 1 P 2 M 1 P 3 M 2 M 2 P 0 M 2 P 1 M 2 P 2 M 2 P 3

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Medan Area yang berlokasi di jalan Kolam No.1 Medan Estate, Kecamatan

III. BAHAN DAN METODE. Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau Pekanbaru, pada

I. BAHAN DAN METODE. Soebrantas KM. 15 Panam, Pekanbaru. Penelitian ini dilaksanakan selama 3 bulan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sinar Agung, Kecamatan Pulau Panggung,

III. BAHAN DAN METODE. Sultan Syarif Kasim Riau, Jalan H. R. Soebrantas No. 115 km 18 Kelurahan. Simpang Baru, Kecamatan Tampan, Pekanbaru.

Transkripsi:

III. MATERI DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di kebun petani Desa Rimbo Panjang Kecamatan Tambang, Kabupaten Kampar yang dimulai dari bulan November 2013 sampai April 2014. Penyemaian dilakukan di green house Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau pada bulan November 2013 sampai Desember 2013. 3.2. Alat dan Bahan Alat yang digunakan adalah seperangkat alat tanam seperti cangkul, parang, meteran, ember, hansprayer, polybeg 15 x 10 cm, mulsa plastik hitam perak (MPHP), gembor, tali rafia, pisau, timbangan, penggaris, alat tulis, dan alat lainnya. Adapun bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu empat varietas cabai yaitu : Pelita, Genie, Bara dan Mahameru, media semai berupa campuran topsoil dan pupuk kandang ayam dengan perbandingan 1:1, pupuk dasar (TSP, KCl dan Urea), Gandasil D, Gandasil B, kapur, NPK mutiara (16-16-16). Pestisida yang digunakan terdiri dari Berbahan Aktif Prefonofos dan Mankozeb. 3.3. Metode Penelitian Penelitian ini disusun menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) berupa percobaan plot dengan 4 perlakuan varietas yaitu Pelita, Bara, Genie, mahameru dan 6 ulangan sehingga didapat jumlah plot sebanyak 24 plot. Setiap 16

plot terdapat 8 tanaman sehingga ada 192 populasi. Pengamatan dilakukan terhadap 3 tanaman sampel per plot. 17

3.4. Pelaksanaan Penelitian Pengolahan Lahan/ Pembuatan Bedengan Penyemaian Pemberian Dolomit Pemberian Pupuk Kandang Pemupukan Dasar Pemasangan Mulsa Pembuatan Lubang Pemasangan Ajir Penanaman Pengendalian HPT Pemupukan Susulan Pemeliharaan Panen Penyulaman Perempelan Penyiangan Penyiraman Pengambilan Data Gambar 3.1. Bagan Tahapan Penelitian 18

Keterangan : a. Pembuatan Bedengan Lahan dibuat dalam bentuk bedengan dengan luas 2 m x 1m. Bedengan dibuat dengan tinggi 0,3 m dan jarak antar bedengan 0,5 m sedangkan jarak tanam yang digunakan adalah 0,5 m x 0,5 m. Pembuatan bedengan dilakuan selama dua minggu. b. Penyemaian Di minggu kedua dilakukan penyemaian benih. Benih cabai yang akan disemai direndam dengan air hangat kuku (43 C). Hal tersebut untuk mempercepat pengecambahan benih, selain itu untuk memisahkan benih yang terendam dan benih yang terapung. Benih yang terendam diambil dan benih yang terapung dibuang karena benih yang terapung tidak bagus. Kemudian benih cabai ditanam dalam polibag ukuran 15 x 10 cm. Media tanam berupa campuran topsoil dan pupuk kandang dengan perbandingan volume 1 : 1 (satu ember). Benih dimasukan kedalam polibag sebanyak 2 benih. Pada waktu bibit berumur 2 MSS dilakukan pemupukan yaitu pupuk Gandasil D dengan dosis 2 gram/liter air. Aplikasi pemberian gandasil D dengan berbahan aktif profenofos dengan dosis 1 ml/liter. Gandasil D dan pestisida diberi dengan cara disemprot pada tanaman. c. Pemberian Kapur/Dolomit dan Pupuk Kandang Pemberian kapur tanah bertujuan untuk meningkatkan ph tanah, lahan diberi kapur/dolomit. Pemberian dolomit dilakukan pada minggu ketiga setelah pembuatan bedengan. Berdasarkan analisis tanah yang dilakukan di Laboratorium 19

Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Universitas Riau, maka didapatkan ph tanah yaitu 4,5. ph ini tergolong rendah sehingga perlu dilakukan pengapuran untuk meningkatkan ph kebutuhan dosis dolomit yang diberikan adalah sebesar 7.39 ton/ha (Lampiran 1.1). Cara pemberian dolomit yaitu dolomit ditebar diatas bedengan kemudian diaduk merata. Setelah dolomit diberikan lalu dibiarkan minimal selama satu minggu. Kemudian dilakukan pemberian pupuk kandang. Kebutuhan pupuk kandang untuk tanaman cabai adalah 15 ton/ha (Balai Penelitian Tanah, 2007). Cara pemberiannya yaitu diaduk rata dengan tanah dan dibiarkan selama satu minggu. d. Pemupukan Dasar Pupuk dasar diberikan sebelum pemasangan mulsa. Pupuk dasar yang digunakan yaitu Urea, TSP dan KCl. Menurut Balai Penelitian Tanah (2007) dosis pemberian pupuk Urea, TSP dan KCl berturut-turut adalah 200, 400 dan 300 kg/ha. Sehingga dosis per bedengan untuk pupuk Urea sebanyak 0,04 kg/bedengan, TSP sebanyak 0,08 kg/bedengan dan KCl sebanyak 0,06 kg/bedengan. Perhitungan dosis lampiran 1.3, 1.4 dan1.5 e. Pemasangan Mulsa, Pembuatan Lubang, Pemasangan Ajir Pemasangan mulsa bertujuan untuk menekan pertumbuhan gulma, menjaga kestabilan kelembaban tanah (Wijoyo, 2009). diikuti dengan pembuatan lobang tanam dan pemasangan ajir pembuatan lubang dengan jarak 0,5 m x 0,5 m Tujuan pemasangan ajir sebelum penanaman adalah untuk mengurangi resiko kerusakan akar. 20

f. Penanaman Pada minggu keenam setelah bibit berumur 5 MSS (minggu setelah semai) maka bibit dipindahkan ke lahan. Penanaman dilakukan pada sore hari hal ini bertujuan untuk mengurangi stress pada bibit akibat terkena panas sinar matahari. g. Pemupukan Susulan dan Pengendalian HPT Setelah bibit berumur dua minggu setelah tanam (2 MST) maka dilakukan pemupukan susulan. Selanjutnya pada tiap minggu diberi pupuk NPK Mutiara (16-16-16), dengan dosis 10 g/ liter air kemudian disiram pada daerah perakaran tanaman sebanyak 250 ml pertanaman. Pada pemupukan juga dicampurkan fungisida berbahan aktif Mankozeb 2 g/liter untuk mengatasi jamur, lalu disiram pada daerah perakaran. Untuk merangsang pembungaan dan pembuahan digunakan pupuk gandasil B dengan dosis 2 gr/liter air. Aplikasi pemberian gandasil B dilakukan secara bersamaan dengan pestisida dengan berbahan aktif Profenofos dengan dosis 1 ml/liter. Gandasil B dan pestisida diberikan dengan cara disemprot pada daun dan cabang tanaman (Maharijaya & Syukur, 2014). h. Pemeliharaan Pemeliharaan dilakukan dengan cara yaitu penyulaman yang dilakukan dengan cara menanam kembali tanaman yang mati di lapangan. Perempelan yaitu dengan merempel terhadap tunas air yang muncul pada batang utama. Selanjutnya dilakukan penyiangan terhadap rumput-rumput yang tumbuh disekitar area pertanaman. Kemudian dilakukan penyiraman yang dilakukan 2 kali sehari dengan menggunakan gembor sesuai dengan kondisi lapangan. 21

i. Panen Panen pertama dilakukan ketika buah matang yaitu 75 % buah telah berwarna merah. Pemanenan dilakukan sampai 8 kali panen, yang dilakukan seminggu dua kali. 3.5. Parameter Pengamatan Karakter yang diamati mengacu pada pedoman penilaian dan pelepasan varietas hortikultura (Direktorat Jenderal Bina Produksi Hortikultura, 2011), sedangkan cara pengamatan berdasarkan deskriptor cabai (IPGRI, 1995). Variabel yang diamati adalah sebagai berikut : 1. Tinggi tanaman (cm ), diukur dari permukaan tanah sampai titik tumbuh tanaman tertinggi, setelah panen pertama. 2. Tinggi dikotomus (cm), diukur dari permukaan tanah sampai percabangan pertama, setelah panen pertama. 3. Diameter batang (cm), diukur pada bagian tengah batang utama, setelah panen pertama. 4. Habitus tanaman, 3) menyamping, 5) kompak dan 7) tegak, diamati setelah panen pertama untuk setiap sampel. 22

Gambar 3.2. Habitus Tanaman Cabai Berdasarkan IPGRI. 3) Menyamping, 5) Kompak, 7) Tegak 5. Warna batang, 1) hijau, 2) hijau garis ungu, 3) ungu dan lainnya, diamati setelah panen pertama. 6. Lebar kanopi (cm), lebar kanopi diukur d ari titik tajuk terlebar, setelah panen pertama. 7. Bentuk daun, bentuk daun diamati setelah panen pertama untuk setiap sampel dengan kriteria 1) delta, 2) oval, dan 3) lanset. Gambar 3.3. Bentuk Daun Berdasarkan IPGRI 23

8. Warna daun, 1) hijau muda, 2) hijau dan 3) hijau tua, diamati setelah panen pertama. 9. Panjang daun (cm), panjang daun diukur dari pangkal daun sampai ujung daun, diukur dari 10 daun dewasa, setelah panen pertama. 10. Lebar daun (cm), lebar daun diukur dari 10 daun dewasa, diukur setelah panen pertama. 11. Umur berbunga (HST), Jumlah hari setelah transplanting sampai 50 % populasi dalam plot tanaman telah mempunyai bunga mekar. 12. Posisi Bunga, kedudukan bunga terhadap batang dengan kriteria yaitu 3) merunduk, 5) sedang dan 7) tegak, diamati ketika 50% populasi tanaman mempunyai bunga mekar. Gambar 3.4. Posisi Bunga Berdasarkan IPGRI 13. Umur Panen (HST), jumlah hari setelah transplanting sampai 50 % populasi dalam plot telah mempunyai buah masak. 14. Jumlah buah pertanaman. Penjumlahan rata-rata buah mulai dari panen pertama sampai panen ke delapan. 15. Panjang buah (cm), p anjang buah diukur dari pangkal hingga ujung buah. Dihitung dari rata-rata dari 10 buah masak pada saat panen kedua. 16. Diameter buah (cm), d iamter buah diukur pada bagian tengah buah. Dihitung rata-rata dari diameter 10 buah masak pada saat panen kedua. 24

17. Warna buah muda, 1) hijau muda, 2) hijau dan 3) hijau tua 4) kuning. Diamati saat berbuah. 18. Warna buah masak, 1) putih, 2) kuning, 3) lemon, 4) oranye, 5) merah terang, 6) merah, 7) merah tua, 8) ungu, 9) coklat dan 10) hitam. Diamati saat buah masak. 19. Bentuk buah, bentuk buah diamati pada saat panen kedua dengan kriteria (1) memanjang, (2) bulat, (3) kerucut, (4) tidak beranturan, (5) kotak/bel. Gambar 3.5. Bentuk buah Berdasarkan IPGRI 20. Bentuk ujung buah, runcing (1), tumpul (2), berlekuk (3), bergelombang (4). Diamati pada 10 buah masak pada saat panen kedua Gambar 3.6. bentuk ujung buah berdasarkan IPGRI 21. Irisan melintang pada buah, agak bergelombang (3), bergelombang (5), dan sangat bergelombang (7), diamati pada saat panen kedua. 25

Gambar 3.7. Irisan Melintang Berdasarkan IPGRI 22. Berat per buah (g), berat per buah ditimbang. Lalu dihitung rata-rata berat buah dari 10 buah masak pada saat panen kedua. 23. Berat buah per tanaman (g), hasil penjumlahan dari berat buah panen pertama hingga panen kedelapan. 24. Panjang akar (cm), diukur dari ujung dan pangkal akar terpanjang setelah panen terakhir. 25. Berat basah akar, berat basah tajuk dan berangkasan (g), ditimbang berat segar tanaman sampel setelah panen terakhir. 26. Berat kering akar, berat kering tajuk dan berangkasan (g), ditimbang berat kering tanaman yang sudah dikeringkan setelah panen terakhir. 3.6. Analisis Data Data pengamatan dianalisis dengan uji F menggunakan software SAS 9.1. jika terdapat perbedaan diantara perlakuan, maka dilakukan uji lanjut dengan uji DMRT taraf 5 %. Data hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan sidik ragam berdasarkan model linier : Y ij = + i + j + ij Keterangan : Y ij = Nilai pengamatan varietas ke-i, ulangan ke-j μ = Nilai tengah populasi 26

α i = Pengaruh varietas ke-i (i=1,2,3 dan 4) β j = Pengaruh ulangan ke-j (j=1,2,3,4, 5 dan 6) ε ij = Pengaruh galat percobaan varietas ke-i, ulangan ke-j Apabila terdapat berbeda nyata dari perlakuan sidik ragam maka di lanjutkan dengan menggunakan DMRT (Duncan Multiple Range Test) pada taraf 5%. Analisis ragam disusun menurut Syukur et al. (2012) sebagai berikut : Tabel 3.1. Analisis Ragam Untuk Rancangan Acak Kelompok Sumber Keragaman (SK) Kelompok Varietas Galat Total Terkoreksi Derajat Bebas (DB) r-1 g-1 (r-1)(g-1) (r x g)-1 Jumlah Kuadrat (JK) JKr JKg JKe Kuadrat Tengah (KT) KTr KTg KTe Fhitung KTg/KTe Keterangan : a. Faktor Koreksi (FK) =... b. Jumlah Kuadrat Total (JKT) = (Y 11 ) 2 +(Y 21 ) 2 + +(Y 64 ) 2 FK c. Jumlah Kuadrat Kelompok (JKR) = (. ) (. ) (. ) FK d. Jumlah Kuadrat Varietas (JKG) = ( ) ( ) ( ) FK e. Jumlah Kuadrat Galat (JKE) =JKT JKR JKG f. Kuadrat Tengah Kelompok (KTR) = g. Kuadrat Tengah Varietas (KTG) = h. h. Kuadrat Tengah Galat (KTE) = i. f hitung kelompok = j. f hitung varietas = k. Rataan X = l. KK = x 100% 27

Berdasarkan tabel tersebut, Pendugaan heritabilitas diturunkan dari sidik ragam dengan persamaan : σ 2 E = KTE σ 2 G = σ 2 P = σ G + σ h 2 bs = σ σ x 100% Syukur et al. (2012) kreteria nilai heritabilitas dikelaskan sebagai berikut : Rendah : h 2 bs < 20 % Sedang : 20% < h 2 bs 50 % Tinggi : h 2 bs > 50 % Keterangan : h 2 bs : Heritabilitas arti luas σ 2 e σ 2 p σ 2 g r : ragam lingkungan : ragam fenotipe : ragam genetik : Ulangan Ragam fenotipe, ragam lingkungan, ragam genetik, standar deviasi ragam genetik, dan standar deviasi ragam fenotipe dihitung menggunakan rumus mengikuti (Syukur et al., 2010). σσ²g = ² ² + ² σσ²p = ² ² 28

Kriteria luas dan sempitnya variabilitas genetik dan fenotipik karakter yang diamati mengikuti Anderson dan Brandcoft (1952) cit Fajriani et al., (2012) sebagai berikut : σ²g 2(σ σ²g ) : Variabilitas genetik luas, σ²g < 2(σ σ²g ) :Variabilitas genetik sempit σ²p 2(σ σ²p ) : Variabilitas Fenotip luas, σ²p < 2(σ σ²p ) : Variabilitas fenotip sempit 29