BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Berat badan pada neonatus cenderung menurun secara fisiologis karena

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pencernaan, perkembangan otak dan pertumbuhan bayi. 9

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. dimana 75% berasal dari penghancuran eritrosit dan 25% berasal dari

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Bilirubin merupakan produk dari sejumlah destruksi normal dari sirkulasi eritrosit dimana

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

Metabolisme Bilirubin di Hati 1. Pembentukan bilirubin Langkah oksidase pertama adalah biliverdin yang dibentuk dari heme dengan bantuan enzim heme

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Metabolisme bilirubin meliputi sintesis, transportasi, intake dan konjugasi serta

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Bilirubin merupakan produk samping pemecahan protein hemoglobin di

TATALAKSANA FOTOTERAPI PADA BAYI KURANG BULAN. Roro Kurnia Kusuma W

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. retikuloendotelial. Neonatus akan memproduksi bilirubin dua kali lipat dari

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

ASUHAN HIPERBILIRUBIN

HIPERBILIRUBINEMIA PADA NEONATUS

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

METABOLISME BILIRUBIN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terbentuk akibat terbukannya cincin karbon- dari heme yang berasal dari

C. Pengaruh Sinar Fototerapi Terhadap Bilirubin Pengaruh sinar terhadap ikterus pertama sekali diperhatikan dan dilaporkan oleh seorang perawat di

BAB I PENDAHULUAN. Bayi menurut WHO ( World Health Organization) (2015) pada negara

BAB I PENDAHULUAN. Ikterus merupakan perubahan warna kuning pada kulit, jaringan mukosa,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Bilirubin Bilirubin adalah pigmen kuning yang berasal dari perombakan heme dari hemoglobin dalam proses pemecahan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PEMERIKSAAN GOLONGAN DARAH RHESUS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Angka kematian bayi di negara-negara ASEAN seperti Singapura

SINDROM DOWN HIPERBILIRUBINEMIA

Carolina M Simanjuntak, S.Kep, Ns AKPER HKBP BALIGE

HUBUNGAN BERAT LAHIR DENGAN KEJADIAN IKTERIK PADA NEONATUS TAHUN 2015 DI RSUD. DR. H. MOCH. ANSARI SALEH BANJARMASIN

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan umur bayi atau lebih dari 90 persen.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN HIPOTESIS

HUBUNGAN ANTARA INSIDEN IKTERUS NEONATORUM DENGAN PERSALINAN SECARA INDUKSI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ikterus neonatorum merupakan masalah yang sering dijumpai pada perawatan bayi baru lahir normal, khususnya di

PENGERTIAN Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) ialah bayi baru lahir yang berat badannya saat kelahiran kurang dari gram (sampai dengan g

BAYI DARI IBU DIABETES

dr.ika Setyawati, M.Sc. Blok 6 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Hati merupakan organ sentral dalam metabolisme di tubuh. Berat rata

IKTERUS NEONATORUM A. PENGERTIAN B. EPIDEMIOLOGI C. KLASIFIKASI

berusia 21 tahun mengalami ikterus dan untuk dirawat. Ikterus ini ia alami sudah 1 menunjukkan banyak kelainan kecuali

TINJAUAN PUSTAKA Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) Definisi Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah

(FACTOR ANALYSIS - FACTORS RELATED TO THE INCIDENT HIPERBILLIRUBIN) Lilis Fatmawati*, Sumiati** ABSTRAK

Kuning pada Bayi Baru Lahir: Kapan Harus ke Dokter?

BAB 1 PENDAHULUAN. kejang pada bayi baru lahir, infeksi neonatal. 1 Hiperbilirubinemia merupakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut W.J.S Poerwodarminto, pemahaman berasal dari kata "Paham

BAB V PEMBAHASAN. A. Analisis Hasil Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di RSUD Dr. Moewardi September hingga

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tanpa memandang masa kehamilan. Dahulu neonatus dengan berat badan lahir kurang

KONSEP GOLONGAN DARAH ABO DAN RHESUS. Ns. Haryati

BAYI BARU LAHIR DARI IBU DM OLEH: KELOMPOK 14

HUBUNGAN USIA GESTASI DAN JENIS PERSALINAN DENGAN KADAR BILIRUBINEMIA PADA BAYI IKTERUS DI RSUP NTB. Syajaratuddur Faiqah

BAB 1 PENDAHULUAN. Kelahiran prematur merupakan masalah kesehatan perinatal yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

STATUS GIZI IBU HAMIL SERTA PENGARUHNYA TERHADAP BAYI YANG DILAHIRKAN

Pengertian. Bayi berat lahir rendah adalah bayi lahir yang berat badannya pada saat kelahiran <2.500 gram [ sampai dengan 2.

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan data dari World Health Organization (WHO), pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di Amerika Serikat, dari 4 juta neonatus yang lahir setiap

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

HUBUNGAN INSIDEN IKTERUS NEONATORUM DENGAN PERSALINAN SECARA VAKUM EKSTRAKSI

BAB I PENDAHULUAN. dengan prevalensi tertinggi dialami negara berkembang termasuk Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Hiperbilirubinemia merupakan peningkatan kadar plasma bilirubin 2 standar

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. berat badannya kurang atau sama dengan 2500 gr disebut low birth weight infant (berat

FAKTOR RISIKO YANG BERHUBUNGAN DENGAN IKTERUS NEONATORUM DI RUANG RAWATAN KEBIDANAN RSI. SITI RAHMAH PADANG TAHUN Skripsi

II. TINJAUAN PUSTAKA. Seseorang dengan katarak akan melihat benda seperti tertutupi kabut, lensa mata

BAB 1 PENDAHULUAN. Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) masih merupakan masalah di bidang

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN HIPERBILIRUBINEMIA

BAB V PEMBAHASAN. bersalin umur sebanyak 32 ibu bersalin (80%). Ibu yang hamil dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hal ini tanpa melihat mempertimbangkan penggunaan insulin atau adanya gangguan

BAB I PENDAHULUAN. spermatozoa dan ovum kemudian dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kehamilan merupakan suatu keadaan fisiologis yang menjadi dambaan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Gastrointestinal Disorder in Infant Born with Small for Gestational Age

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Hubungan antara Apgar Score Dengan Ikterus Neonatorum Fisiologis di RSUD Al-Ihsan Kabupaten Bandung Tahun 2014

ETIOLOGI : 1. Ada 5 kategori virus yang menjadi agen penyebab: Virus Hepatitis A (HAV) Virus Hepatitis B (VHB) Virus Hepatitis C (CV) / Non A Non B

ASUHAN KEPERAWATAN PADA BAYI RESIKO TINGGI DENGAN BBLR. Mei Vita Cahya Ningsih

BAB I PENDAHULUAN. Berat bayi lahir rendah (BBLR) didefinisikan oleh World Health

BAB 1 PENDAHULUAN. sangat rendah (BBLSR) yaitu kurang dari 1000 gram juga disebut sebagai

PRAKTIKUM II : DARAH, PEMBULUH DARAH, DARAH DALAM BERBAGAI LARUTAN, PENGGOLONGAN DARAH SISTEM ABO DAN RHESUS.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. merah. Normalnya dalam darah pada laki-laki 15,5gr/dl dan pada wanita 14,0gr/dl.

BAB I PENDAHULUAN. Angka Kematian Bayi (AKB) atau Infant Mortality Rate merupakan. indikator yang lazim digunakan untuk menentukan derajat kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

HASIL DAN PEMBAHASAN

HUBUNGAN ANTARA KEHAMILAN SEROTINUS DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA PADA BAYI BARU LAHIR DI RSUD INDRAMAYU PERIODE 01 SEPTEMBER-30 NOVEMBER TAHUN 2014

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. bulan, 80% anak meninggal terjadi saat umur 1-11 bulan. 1 Menurut profil

BAB I PENDAHULUAN. yang sering dihadapi tenaga kesehatan terjadi pada sekitar 25-50% bayi

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Neonatus yang baru lahir akan ditimbang dalam beberapa menit setelah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB V PEMBAHASAN. dengan preeklamsi di RSUD Dr. Moewardi Surakarta yang sesuai kriteria inklusi

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Shabrina Jeihan M XI MIA 6 SISTEM TR A N SFU SI D A R A H

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Selama proses pencernaan, karbohidrat akan dipecah dan diserap di dinding

Kehamilan akan meningkatkan metabolisme energi karena itu kebutuhan energi dan zat gizi lainnya juga mengalami peningkatan selama masa kehamilan.

Hubungan Antara Anemia Pada Ibu Hamil Dengan Kejadian Bayi Berat Lahir Rendah Di RS Pendidikan Panembahan Senopati Bantul

KOMPLIKASI PADA IBU HAMIL, BERSALIN, DAN NIFAS. Ante Partum : keguguran, plasenta previa, solusio Plasenta

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Asupan gizi yang baik selama kehamilan merupakan hal yang penting,

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perubahan Berat Badan pada neonatus Berat badan pada neonatus cenderung menurun secara fisiologis karena masalah menyusui serta bisa disebabkan faktor lain akibat cairan ekstraseluler yang persentase lebih tinggi pada neonatus yang dikeluarkan lewat urin sehingga berat turun. 17 Berat badan neonatus mengalami penurunan selama hari-hari pertama kelahirannya sampai hari keempat kelahirannya. Penurunan berat badan neonatus sekitar 4-7% karena penyesuaian diri dengan dunia luar. 10 Berat badan neonatus akan kembali pada berat badan lahir semula pada hari ke 10 sampai hari ke 14. Jika berat badan menurun lebih 7% sampai 10% dianggap patologis ditandai dengan dehidrasi dan intake kalori yang rendah. 11-14 Sehingga pemantauan berat badan neonatus harus dilakukan dengan cara ditimbang 48-72 jam setelah lahir selama neonatus tinggal dirumah sakit dan kemudian pada minggu pertama atau dua minggu setelah kelahiran jika neonatus memiliki masalah kesehatan, pemeriksaan berat badan dapat dijadwalkan lebih sering supaya neonatus terhindar dari hal yang tidak di inginkan. Persentase perubahan berat badan dari berat badan lahir merupakan indikator kecukupan makan. 7

8 2.1.1 Faktor yang mempengaruhi perubahan berat badan neonatus, antara lain: 18-19 Faktor Neonatus 1. Pemberian ASI 2. Prematur 3. Neonatus yang terinfeksi dalam kandungan Faktor Maternal 1. Usia Ibu 2. Umur kehamilan 3. Faktor kebiasaan ibu (obat-obatan, alkohol, merokok)ibu dengan konsumsi gizi yang buruk selama kehamilan. - Faktor Neonatus 1. Pemberian ASI ASI adalah nutrisi alami yang terbaik dan yang paling aman dari bakteri dan selalu diproduksi sehingga merupakan nutrisi yang fresh untuk neonatus. Nutrisi yang terkandung dalam ASI lebih mudah diabsorbsi daripada susu formula. ASI mengandung faktor pertumbuhan yang dapat membantu perkembangan otak dan sistem gastrointestinal. ASI juga mengandung faktor imun yang dapat meningkatkan imunitas pada neonatus. The American Academy of Pediatrics merekomendasikan ASI sebagai nutrisi tunggal neonatus selama 6 bulan pertama atau yang sering disebut dengan istilah ASI

9 eksklusif. Kecukupan ASI mempengaruhi perubahan berat badan pada neonatus. Penurunan berat badan neonatus yang diberi ASI lebih tinggi dibandingkan dengan susu formula. Tanda bahwa neonatus mendapat cukup ASI adalah 1. Produksi ASI akan berlimpah pada hari ke-2 sampai hari ke-4 setelah melahirkan, nampak dengan payudara bertambah besar, berat, lebih hangat dan seringkali ASI menetes dengan spontan. 2. Neonatus menyusu 8-12 kali sehari, dengan perlekatan yang benar pada setiap payudara dan menghisap secara teratur selama minimal 10 menit pada setiap payudara. 3. Neonatus akan tampak puas setelah menyusu dan seringkali tertidur pada saat menyusu, terutama pada payudara yang kedua. 4. Frekuensi buang air kecil (BAK) > 6 kali sehari. Kencing berwarna jernih, tidak kekuningan. Butiran halus kemerahan (yang mungkin berupa kristal urat pada urin) merupakan salah satu tanda ASI kurang. 5. Frekuensi buang air besar (BAB) > 4 kali sehari dengan volume paling tidak 1 sendok makan, tidak hanya berupa noda membekas pada sendok neonatus, pada neonatus usia 4 hari sampai 4 minggu. Sering ditemukan neonatus yang BAB setiap kali menyusu, dan hal ini merupakan hal yang normal. 6. Feses berwarna kekuningan dengan butiran-butiran berwarna putih susu diantaranya (seedy milk), setelah neonatus berumur 4 sampai 5

10 hari. Apabila setelah neonatus berumur 5 hari fesesnya masih beupa mekonium (berwarna hitam seperti teh), atau transisi antara hijau kecoklatan, mungkin ini merupakan salah satu tanda neonatus kurang ASI. 7. Puting payudara akan terasa sedikit sakit pada hari-hari pertama menyusui. Apabila sakit ini bertambah dan menetap setelah 5-7 hari, lebih-lebih apabila disertai dengan lecet, hal ini merupakan tanda neonatus tidak melekat dengan baik saat menyusu. Apabila tidak segera ditangani dengan membetukan posisi dan perlekatan neonatus maka hal ini akan menurunkan produksi ASI. 8. Berat badan neonatus tidak turun lebih dari 10% dibanding berat lahir. 9. Berat neonatus kembali seperti berat lahir pada usia 10-14 hari setelah lahir. 19 2. Prematur Neonatus yang lahir dengan umur kehamilan 37 minggu atau kurang saat kelahiran. Prematur mempunyai kemampuan penyediaan nutrisi yang terbatas dan organ tubuh belum berfungsi seperti neonatus matur dan ekskresi bilirubin berkurang dan terjadi penimbunan bilirubin. 3. Infeksi dalam lahir Infeksi hepatitis terhadap kehamilan bersumber dari gangguan fungsi hati dalam mengatur dan mempertahankan proses metabolik tubuh, sehingga aliran nutrisi ke janin dapat terganggu atau berkurang. Oleh karena itu,

11 pengaruh infeksi hepatitis menyebabkan abortus atau persalinan prematur dan kematian janin dalam rahim. Wanita hamil dengan infeksi rubella akan berakibat buruk terhadap janin. Infeksi ini dapat menyebabkan berat lahir neonatus rendah, cacat bawaan dan kematian. - Faktor Maternal 1. Usia Ibu Kehamilan dibawah umur 20 tahun merupakan kehamilan berisiko tinggi daripada wanita cukup umur. Pada usia yang masih muda, perkembangan organ-organ reproduksi dan fungsi fisiologisnya belum optimal serta emosi kejiwaanya belum cukup matang. Sehingga saat kehamilan ibu belum dapat menanggapi kehamilannya secara sempurna dan sering komplikasi. Kehamilan diatas 35 tahun sangat berbahaya,karena usia ini sering muncul penyakit hipertensi dll 2. Umur Kehamilan Umur kehamilan dapat menentukan berat badan janin, semakin tua kehamilan maka berat badan janin akan semakin bertambah. Pada umur kehamilan 28 minggu berat janin ± 1000 gram, sedangkan pada kehamilan 37 42 minggu berat janin di perkirakan mencapai 2500-3500 gram.

12 3. Faktor kebiasaan ibu (obat-obatan, alkohol, merokok) Kebiasaan ibu yang merokok,minum alkohol dan pemakaian obat-obatan dapat menyebabkan berat badan neonatus rendah, gangguan perkembangan, dan anomali plasenta karena plasenta tidak mendapat nutrisi yang cukup dari arteri plasenta ataupun karena plasenta tidak mampu mengantar makanan ke janin. Penelitian di Ontario menunjukkan merokok menyebabkan terjadinya plasenta abruption dan plasenta previa. Plasenta abruption dapat terjadi akibat pengurangan aliran darah ke plasenta yang akhirnya menyebabkan nekrosis pada periper dari plasenta. Plasenta previa terjadi karena terjadinya pembesaran plasenta sebagai akibat dari berkurangnya transpot oksigen dari ke fetus akibat paparan nikotin dan karbon monoksida. 4. Ibu dengan konsumsi gizi yang buruk selama kehamilan Kekurangan gizi pada ibu hamil dapat memengaruhi proses pertumbuhan janin dan dapat menimbulkan keguguran, abortus, neonatus lahir mati, kematian neonatal, cacat bawaan, anemia pada neonatus, asfiksia. Intra partum (mati dalam kandungan) lahir dengan berat badan lahir rendah (BBLR). Hal ini disebabkan karena kurangnya suplai darah nutrisi akan oksigen pada plasenta yang akan berpengaruh pada fungsi plasenta terhadap janin.

13 2.2 Hiperbilirubinemia 2.2.1 Definisi Bilirubin adalah pigmen empedu utama yang merupakan bentuk akhir dari pemecahan katabolisme hem yang berlangsung dalam hati dan diekskresikan kedalam empedu. Hem berasal dari penghancuran eritrosit dan protein heme lainnya seperti mioglobin, sitokrom, katalase dan peroksidase. 4 Hiperbilirubinemia adalah kadar bilirubin yang tingginya di dalam darah yaitu lebih dari 13 mg/dl yang dapat menyebabkan neonatus kelihatan ikterik. 20 2.2.2 Klasifikasi Ikterus 6-7 1. Ikterus fisiologis Memiliki karakteristik sebagai berikut: Timbul pada neonatus cukup bulan terjadi setelah 24 jam, memuncak 3-5 hari, menurun setelah 7 hari. Kadar bilirubin indirek setelah 2 X 24 jam tidak melewati 15 mg% pada neonatus cukup bulan dan 10 mg% per hari pada neonatus kurang bulan. Kecepatan peningkatan kadar bilirubin tidak melebihi 5 mg% perhari. Kadar bilirubin direk kurang dari 1 mg%.

14 2. Ikterus patologis Memiliki karakteristik sebagai berikut: Ikterus terjadi sebelum 24 jam kelahiran. Peningkatan konsentrasi bilirubin 5 mg% atau lebih setelah 24 jam. Konsentrasi bilirubin serum sewaktu 10 mg% pada neonatus kurang bulan dan 12,5 % pada neonatus cukup bulan. Ikterus disertai proses hemolisis ( inkompatibilitas darah, defisiensi enzim G6PD dan sepsis). Ikterus disertai berat lahir kurang 2000 gram, masa gestasi kurang dari 36 minggu, asfiksia, hipoksia, sindrom gangguan pernafasan, infeksi, hipoglikemia, hiperkapnia, hiperosmolalitas darah. Ikterus bertahan lebih dari 8 hari pada neonatus cukup bulan dan lebih dari 14 hari pada prematur.

15 3.2.3 Mekanisme Bilirubin Pada individu normal, pembentukan dan ekskresi bilirubin berlangsung melalui langkah-langkah seperti yang terlihat dalam Gambar 1. Sekitar 80 hingga 85% bilirubin terbentuk dari pemecahan eritrosit tua dalam sistem monosit-makrofag. Masa hidup rata-rata eritrosit adalah 120 hari. Setiap hari dihancurkan sekitar 50 ml darah dan menghasilkan 250 sampai 350 mg bilirubin. Pigmen empedu total berasal dari dekstruksi sel eritrosit matur dalam sumsum tulang dan dari hemoprotein lain, terutama dari hati. Gambar1: Metabolisme bilirubin normal. Sumber : Patofisiologi,EGC (Edisi VI) Pada katabolisme hemoglobin (terutama terjadi dalam limpa), globin mulamula dipisahkan dari heme, setelah heme dirubah menjadi biliverdin. Bilirubin tak terkonjugasi kemudian dibentuk dari biliverdin. Biliverdin adalah pigmen kehijauan yang dibentuk melalui oksidasi bilirubin. Bilirubin tak terkonjugasi

16 larut dalam lemak, tidak larut dalam air, dan tidak dapat diekskresikan dalam empedu dan urine. Bilirubin tak terkonjugasi berikatan dengan albumin dalam suatu kompleks larut air, kemudian diangkut oleh darah ke sel-sel hati. Metabolisme bilirubin didalam hati berlangsung dalam tiga langkah: ambilan, konjugasi, dan ekskresi. Ambilan oleh sel hati memerlukan dua protein hati, yaitu yang diberi simbol sebagai protein Y dan Z( lihat gambar 1). Konjugasi bilirubin dengan asam glukuronat dikatalisis oleh enzim glukoronil transferase dalam reticulum endoplasma. Bilirubin terkonjugasi tidak larut dalam lemak, tetapi larut dalam air dan dapat diekskresikan lewat empedu dan urine. Langkah terakhir dalam metabolisme bilirubin hati adalah transport bilirubin terkonjugasi melalui membrane sel ke dalam empedu melalui suatu proses aktif. Bakteri usus mereduksi bilirubin tak terkonjugasi menjadi serangkaian senyawa yang disebut sterkobilin dan urobilinogen. Zat-zat ini menyebabkan feses berwarna coklat. Sekitar 10% hingga 20% urobilinogen mengalami siklus enterohepatik, sedangkan sejumlah kecil diekskresikan dalam urine. 20 Bilirubin indirek yang berlebihan akibat pemecahaan eritrosit yang terlalu banyak, kurang mampunya sel hati untuk melakukan konjugasi akibat penyakit hati, terjadinya refluks bilirubin direk dari saluran empedu ke dalam darah karena adanya hambatan aliran empedu menyebabkan tingginya kadar bilirubin didalam darah. keadaan ini disebut hiperbilirubinemia dengan manifestasi klinis berupa ikterus. 21

17 2.2.4 Etiologi 22-25 Hiperbilirubinemia (indirek) dapat disebabkan oleh bermacam-macam etiologi terjadinya hiperbilirubinemia: Etiologi yang sering: a. Hiperbilirubinemia fisiologis b. Inkompatibilitas golongan darah ABO dan Rhesus c. Breast milk jaundice d. Infeksi e. Hematom subdural/sefalhematoma,ekimosis,hemangioma f. Neonatus dari ibu diabetes mellitus g. Polisitemia/hiperviskositas h. Prematuritas/BBLR i. Asfiksia(hipoksia anoksia), Dehidrasi-asidosis, hipoglikemi Etiologi yang jarang: a. Defisiensi G6PD b. Defisiensi piruvat kinase c. Sferositosis congenital d. Lucey-driscoll syndrome e. Crigler-najjar disease f. Hipotiroidisme g. Hemoglobinopati

18 2.2.5 Faktor resiko 1-2.21 Faktor resiko untuk timbulnya ikterus: a. Faktor Maternal Ras atau kelompok etnik tertentu (asia,native American,yunani) Komplikasi kehamilan (DM,inkompatibilitas ABO dan Rh) Penggunaan infus oksitosin dalam larutan hipotonik Pemberian ASI b. Faktor perinatal Trauma lahir (Sefalhematom,ekimosis) Infeksi (bakteri,virus,protozoa) c. Faktor Neonatus Prematuritas genetik Polisitemia Obat (streptomisin, kloramfenikol, benzyl-alkohol, sulfisoxazol) Rendahnya asupan ASI Hipoglikemia Hipoalbuminemia

19 2.2..6 Faktor-faktor yang berhubungan dengan hiperbilirubinemia pada neonatus:. 1. Asfiksia Asfiksia disebabkan adanya gangguan pertukaran gas atau pengangkutan oksigen selama kehamilan atau persalinan. Keadaan ini akan mempengaruhi fungsi sel tubuh dan bila tidak teratasi akan menyebabkan kematian. Kerusakan dan gangguan ini tergantung dari berat dan lamanya asfiksia. Selain perubahan klinis, juga terjadi gangguan metabolisme dan keseimbangan asam basa pada neonatus. Pada tingkat awal menimbulkan asidosis respiratorik, bila gangguan berlanjut terjadi metabolisme anaerob yang berupa glikosis glikogen tubuh, sehingga glikogen tubuh pada hati berkurang dan akan mengakibatkan neonatus mengalami ikterus. Bila kekurangan glikogen terjadi di otak, kerusakan sel otak dapat menyebabkan kematian. 26 2. Inkompatibilitas ABO dan Rh Penyakit inkompabilitas Rh dan ABO terjadi ketika sistem imun ibu menghasilkan antibodi yang melawan sel darah merah janin yang dikandungnya. Pada saat ibu hamil, eritrosit janin dapat masuk kedalam sirkulasi darah ibu. Bila ibu tidak memiliki antigen seperti yang terdapat pada eritrosit janin, maka ibu akan distimulasi untuk membentuk imun antibodi. Imun antibodi tipe IgG tersebut dapat melewati plasenta dan kemudian masuk kedalam peredaran darah, tubuh neonatus akan mengompensasi dengan cara memproduksi dan melepaskan sel-sel darah merah yang imatur yang berinti

20 banyak, disebut dengan eritroblas (yang berasal dari sumsum tulang) secara berlebihan. Produksi eritroblas yang berlebihan dapat menyebabkan pembesaran hati dan limpa dapat menyebabkan rusaknya hepar dan ruptur limpa terjadi pada hemolisis maka maka menyebabkan produksi bilirubin meningkat. Eritroblastosis fetalis menyebabkan terjadinya penumpukan bilirubin yang dapat menyebabkan hiperbilirubinemia, yang nantinya menyebabkan jaundice pada neonatus. Neonatus dapat berkembang menjadi kernikterus. 17 3. Ras Insiden penyakit kuning neonatal meningkat pada neonatus dari Asia Timur, Indian Amerika, dan keturunan Yunani, meskipun yang terakhir tampaknya hanya berlaku untuk neonatus yang lahir di yunani. Neonatus kulit hitam lebih sering terkena hiperbilirubinemia daripada neonatus kulit putih. 27 4. Pemberian ASI Insiden lebih tinggi pada neonatus yang mendapat ASI atau nutrisi yang tidak memadai. ASI mengandung inhibitor enzim glukoronil transferase yang berfungsi mengkonjugasi bilirubin dengan asam glukoronat, sehingga bilirubin tak terkonjugasi jumlahnya meningkat. 28 Hal ini menyebabkan hiperbilirubinemia pada neonatus. Susu formula yang mengandung hidrolisat protein telah terbukti meningkatkan ekskresi bilirubin. penelitian menyebutkan ASI berperan besar pada pertambahan berat badan neonatus.

21 5. Infeksi Infeksi pada neonatus disebabkan karena infeksi toksoplasma, rubella, cytomegalovirus atau herpes simplex dapat menyebabkan radang pada hati sehingga sel-sel hati terganggu sehingga bilirubin yang akan dikeluarkan berkurang dan terjadi penimbunan bilirubin dihati. 6. Ibu menderita Diabetes Melitus Penyakit Diabetes Melitus adalah suatu penyakit dimana badan tidak sanggup menggunakan gula sebagaimana mestinya, penyebabnya adalah penkreas tidak cukup produksi insulin / tidak dapat gunakan insulin yang ada. Akibat dari Diabetes Melitus ini banyak macamnya diantaranya adalah bagi ibu hamil bisa mengalami keguguran,neonatus lahir mati, neonatus mati setelah lahir, (kematian perinatal) karena neonatus yang dilahirkan terlalu besar, menderita edem dan kelainan pada alat tubuh neonatus. Hiperbilirubinemia ini bisa terjadi dihubungkan dengan makrosomia trauma kelahiran dan prematuritas ( fungsi hepar imatur ). 18.29 7. Genetik Insiden lebih tinggi pada neonatus dengan saudara kandung yang menderita sakit kuning neonatal signifikan dan terutama pada neonatus yang lebih tua dari yang dirawat karena penyakit kuning neonatal. Insiden juga lebih tinggi pada neonatus dengan mutasi / polimorfisme pada gen yang kode untuk enzim dan protein yang terlibat dalam metabolisme bilirubin, dan pada neonatus

22 dengan homozigot atau heterozigot glukosa-6-fosfatase dehidrogenase (G-6- PD) kekurangan dan anemia hemolitik herediter. Kombinasi varian genetik tampaknya memperburuk penyakit kuning neonatal. 27 8. Polisitemia Hiperbilirubinemia dapat timbul sebagai akibat polisitemia yang disertai peningkatan sel darah merah di mana banyak sel-sel darah merah sedang diproduksi sehingga terjadi ketidakmampuan untuk darah ibu untuk melepaskan oksigen yang berdampak pada janin terhadap kemampuan hati untuk mengolah bilirubin yang sedang disintesis oleh kelimpahan atas sel-sel darah merah sehingga darah menjadi kental dan menyebabkan berkurangnya kecepatan aliran darah ketika darah melalui pembuluh yang kecil yang dapat menyebabkan hiperbilirubinemia. 9. Jenis Persalinan Jenis persalinan spontan cenderung lebih besar sebagai penyebab trauma dibandingkan dengan seksio sesar. Pada kelahiran spontan angka kejadian neonatus dengan hiperbilirubin 48,3% disusul kelahiran seksio sesar 32,6%, ekstraksi vakum 13,3% dan forcep 5,8%. Tetapi jika menderita hiperbilirubin pada setiap jenis persalinan, maka seksio sesar merupakan presentase terbesar karena seksio sesar merupakan jenis persalinan dengan resiko paling kecil dibandingkan dengan jenis persalinan lainnya. Umumnya neonatus dilahirkan secara seksio sesar setelah mempertimbangkan beberapa faktor resiko yang terjadi selama kehamilannya. Sedangkan vakum dan forcep mempunyai

23 kecenderungan pendarahan intracranial dan cephal hematom pada kepala neonatus sehingga tindakan ini jarang dilakukan. 30 10. Jenis Kelamin Jenis kelamin merupakan salah satu penyebab hiperbilirubinemia karena obstruksi aliran empedu. Atresia empedu paling sering terjadi pada perempuan cukup bulan dengan berat badan lahir normal. Pasien-pasien ini jarang mengalami splenomegali atau nemolisis. Sebaliknya neonatus dengan hepatic neonatal (sel raksasa), kebanyakan laki-laki dengan tanda-tanda infeksi seperti splenomegali hemolisis dan retardasi pertumbuhan intrauterine, sehingga angka kejadian hiperbilirubin relative lebih besar terjadi pada lakilaki dibandingkan dengan perempuan. Pada neonatus laki-laki bilirubin lebih cepat diproduksi dari pada neonatus perempuan, hal ini karena neonatus lakilaki memiliki protein Y dalam hepar yang berperan dalam uptake bilirubin ke sel-sel hepar. 30

24 2.2.7 Hubungan penurunan berat badan dengan hiperbilirubinemia Hiperbilirubinemia erat kaitannya dengan berat badan lahir. Neonatus dengan berat badan normal antara 2500 4000, produksi bilirubin relatif lebih tinggi tetapi fungsi hepar baik dalam metabolisme bilirubin hati untuk di keluarkan dalam tubuh sehingga kadar bilirubin dalam keadaan normal dibandingkan neonatus dengan berat badan kurang dari 2500 gram juga sering mengalami hiperbilirubinemia karena organ tubuhnya yang imatur disebabkan karena fungsi hepar yang belum sempurna atau terdapat gangguan dalam fungsi hepar sehingga mengakibatkan kadar bilirubin meningkat. neonatus dengan berat badan > 4000 gram juga memiliki metabolisme bilirubin yang tinggi karena hatinya sudah matur, tetapi cenderung mengalami trauma lahir