TANDA PENGENAL DI LINGKUNGAN KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

dokumen-dokumen yang mirip
PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2009 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2010 TENTANG

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2010 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 60 TAHUN 2007 TENTANG

KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEPOLISIAN REPUBLIK INDONESIA. Kartu Tanda Anggota. Kartu Istri/Suami.

: PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2009 TENTANG

GUBERNUR PROVINSI PAPUA

PERATURAN DEWAN KEHORMATAN PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN BUPATI BERAU NOMOR 67 TAHUN 2009 TENTANG PAKAIAN DINAS PEGAWAI NEGERI SIPIL DILINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN BERAU BUPATI BERAU,

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NO. POL. : 7 TAHUN 2006 TENTANG KODE ETIK PROFESI KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2018, No Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5494); 3. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Penyelenggara Pemil

GUBERNUR PROVINSI PAPUA

MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN BUPATI TENTANG PAKAIAN DINAS PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BULUNGAN.

BUPATI SUKOHARJO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT

BERITA DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 8 TAHUN 2016 WALIKOTA DEPOK. PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA DEPOK NOMOR 8 TAHUN 2016

WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA,

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PAKAIAN DINAS PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI BALI

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DI KOTA PEKALONGAN

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI SIDOARJO PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 36 TAHUN 2010 TENTANG. PAKAIAN DINAS PEGAWAI NEGERI SIPIL Dl LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN SIDOARJO

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG PAKAIAN DINAS KEPALA DAERAH, WAKIL KEPALA DAERAH DAN KEPALA DESA

TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA,

GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 46 TAHUN 2014 TENTANG

2018, No Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2011 tentang Universitas Pertahanan sebagai Perguruan Tinggi yang Diselenggarakan oleh Pemerintah;

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : PM. 72 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURWOREJO,

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 45 Tahun : 2016

- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEKADAU NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DILINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN SEKADAU

LEMBARAN DAERAH KOTA TANGERANG. Nomor 7 Tahun 2000 Seri D PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG

KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

Powered by TCPDF (

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 22 TAHUN 2010 TENTANG PAKAIAN DINAS PEGAWAI NEGERI SIPIL DILINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN TANGERANG

KEPUTUSAN KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 76 TAHUN 2008 TENTANG

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 24 TAHUN 2008 TENTANG PAKAIAN DINAS PEGAWAI DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA SURABAYA

- 1 - PERATURAN BUPATI SRAGEN NOMOR 68 TAHUN 2012 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BUPATI LOMBOK BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR 19 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI GROBOGAN PROVINSI JAWA TENGAH RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GROBOGAN NOMOR TAHUN 2015 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI

2017, No ); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 tentang Pelaksanaan Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republ

PERATURAN BUPATI BIREUEN NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG PIN LAMBANG DAERAH KABUPATEN BIREUEN DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA BUPATI BIREUEN,

- 1 - BUPATI KOLAKA TIMUR PROVINSI SULAWESI TENGGARA PERATURAN BUPATI KOLAKA TIMUR NOMOR TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36/PERMEN-KP/2017 TENTANG KODE ETIK PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL PERIKANAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SAMPANG NOMOR : 4 TAHUN 2012 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG

BUPATI KEDIRI PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI KEDIRI NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG

KEPALA BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NO. POL.: 8 TAHUN 2006 TENTANG

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 74 TAHUN 2013 TENTANG

2 Serta Susunan Organisasi, Tugas Dan Fungsi Eselon I Kementerian Negara sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 135 Tahun 2

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 203 TAHUN 1961 TENTANG SATYALANCANA "SATYA DASAWARSA" BAGI PARA ANGGOTA-ANGGOTA KEPOLISIAN NEGARA

NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUWANGI,

BUPATI BATANG HARI PROVINSI JAMBI

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG SISTEM OPERASIONAL KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2009 TENTANG PENGGUNAAN KEKUATAN DALAM TINDAKAN KEPOLISIAN

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PAKAIAN DINAS PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN BADUNG

KEPALA BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN BUPATI LEBAK NOMOR TAHUN 2017 TENTANG PAKAIAN DINAS DAN ATRIBUT PEMERINTAH DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LEBAK,

BERITA DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PENAJAM PASER UTARA,

DEMO : Purchase from to remove the watermark. Bagian Ketiga Tanda Pangkat. Pasal 31

GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 7 TAHUN 2014

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG

NOMOR : 12 TAHUN 2010

PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 5 TAHUN 2009 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TANGERANG,

PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DI KABUPATEN LAMONGAN

GUBERNUR SUMATERA BARAT

LAMPIRAN PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2007 TENTANG

BUPATI BARITO UTARA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARITO UTARA NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DAERAH

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat

NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEPARA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN PASURUAN

PROVINSI PAPUA BUPATI MERAUKE PERATURAN DAERAH KABUPATEN MERAUKE NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2017 TENTANG PAKAIAN DINAS PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN KANTOR KESEHATAN PELABUHAN

RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 20 TAHUN TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2016, No Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5494); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pe

BUPATI TASIKMALAYA PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA NOMOR 10 TAHUN 2016 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL

BUPATI LAMPUNG BARAT PROVINSI LAMPUNG

2 2. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 167, Tambahan Lembaran Negara Republik I

MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2002 TENTANG KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PROVINSI JAWA BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARAWANG,

PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI BARAT NOMOR 02 TAHUN 2011 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI BARAT

BUPATI BANDUNG BARAT PROVINSI JAWA BARAT

2017, No MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TENTANG PELAKSANAAN PROMOSI JABATAN TERBUKA DI LINGKUN

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 59 TAHUN 2011 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Transkripsi:

REVISI DARI KETUA POKJA (edit Divbinkum) KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA MARKAS BESAR Hasil rpt tgl 7-9-04 KEPUTUSAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. Pol. : Kep / 45 / / 2004 tentang TANDA PENGENAL DI LINGKUNGAN KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Menimbang : Bahwa dalam rangka pelaksanaan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia Pasal 36 ayat (1) yang mengatur tentang setiap Pejabat Kepolisian Negara Republik Indonesia dan pengemban fungsi kepolisian lainnya wajib menunjukkan tanda pengenal sebagai keabsahan wewenang dan tanggung jawab dalam mengemban fungsinya, dipandang perlu menetapkan Keputusan yang khusus berlaku di Lingkungan Polri. Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia. 2. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 70 Tahun 2002 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kepolisian Negara Republik Indonesia. 3. Keputusan Kapolri No.Pol.: Kep/53/X/2002 tanggal 17 Oktober 2002 tentang Organisasi dan Tata Kerja Satuan-satuan Organisasi Pada Tingkat Markas Besar Kepolisian Negara Republik Indonesia dan perubahannya. 4. Keputusan Kapolri No.Pol.: Kep/54/X/2002 tanggal 17 Oktober 2002 tentang Organisasi dan Tata Kerja Satuan-satuan Organisasi Pada Tingkat Kepolisian Negara Republik Indonesia Daerah ( Polda ) dan perubahannya. MEMUTUSKAN Menetapkan : KEPUTUSAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TENTANG TANDA PENGENAL DI LINGKUNGAN KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA. / BAB I..

2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Keputusan Kapolri ini yang dimaksud dengan: 1. Tanda Pengenal adalah merupakan identitas yang dipakai oleh setiap Pejabat Polri yang bertugas di lingkungan Polri untuk menunjukkan keabsahan wewenang dan tanggung jawab dalam mengemban fungsinya. 2. Pejabat Polri adalah anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia yang berdasarkan undangundang memiliki wewenang umum Kepolisian. 3. Wewenang Kepolisian adalah wewenang yang diberikan undang-undang sebagaimana dimaksud dalam pasal 15 dan pasal 16 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia. Pasal 2 Tanda Pengenal di lingkungan Polri digolongkan menjadi 2 ( dua ) yaitu berupa : a. Lencana Kewenangan Kepolisian digunakan oleh Pejabat Polri. b. Lencana Kewenangan Penyidikan yang hanya digunakan oleh Pejabat Polri yang mengemban kewenangan sebagai Penyidik dan Penyidik Pembantu. Maksud dibuatnya tanda pengenal : Pasal 3 a. Sebagai Tanda Pengenal bagi Pejabat Kepolisian yang menunjukkan keabsahan wewenang dan tanggung jawab dalam mengemban Fungsi Kepolisian. b. Meningkatkan disiplin dan tata tertib di Lingkungan Polri. c. Untuk mendukung pengamanan dan mempermudah pengawasan dalam melaksanakan tugas mengemban Fungsi Kepolisian. Pasal 4 Dibuatnya tanda pengenal bertujuan agar terdapat jaminan kepastian bagi masyarakat, bahwa dirinya berhadapan dengan petugas resmi, sebagaimana dimaksud dalam penjelasan pasal 36 ayat (1 ) Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia. / BAB II

3 BAB II BENTUK, BAHAN, WARNA, UKURAN DAN MAKNA Bagian Kesatu Lencana Kewenangan Kepolisian Pasal 5 (1) Lencana Kewenangan Kepolisian berbentuk perisai/tameng dan lambang Tribrata, merupakan ciri khas Kepolisian Negara Republik Indonesia yang sudah dikenal masyarakat, serta ditambah tulisan POLISI di atas plat warna putih untuk mempertegas identitas Kepolisian Negara Republik Indonesia. (2) Pada bagian sisi belakang Lencana Kewenangan Kepolisian terdapat Nomor Register dan Tulisan MELINDUNGI & MELAYANI serta dicantumkan kode pabrik dengan tulisan tenggelam. (3) Setiap Lencana Kewenangan Kepolisian dilengkapi dengan Kartu Identitas Pemegangnya sebagaimana Lampiran A Keputusan Kapolri. Pasal 6 (1) Bahan dan warna lapisan Perisai dan Lambang Tribrata terbuat dari logam kuningan yang disepuh warna kuning emas dengan tebal 2 mm. (2) Tulisan Sasanthi Rastra Sewa Kottama pada Lencana Kewenangan Kepolisian terdapat di atas pita warna kuning emas. (3) Tulisan POLISI pada Lencana Kewenangan Kepolisian berwarna hitam di atas plat logam warna putih. Pasal 7 Lencana Kewenangan Kepolisian yang besar berukuran tinggi 65 mm dan lebar 50 mm, sedangkan Lencana Kewenangan Kepolisian yang kecil berukuran tinggi 29 mm dan lebar 22 mm sebagaimana Lampiran B Keputusan Kapolri. Pasal 8 Lencana Kewenangan Kepolisian mempunyai arti yang sama dengan Lambang Tribrata, dengan makna: a. Lapisan perisai warna kuning emas melambangkan keagungan dan kewibawaan, yang artinya setiap Anggota Polri sekalipun dapat bertindak sesuai dengan kewenangan yang diberikan oleh undang-undang, tetap memiliki sifat kepribadian yang arif, agung dan berwibawa. b. Tulisan POLISI warna hitam melambangkan sikap tenang dan mantap. / Bagian Kedua

4 Bagian Kedua Lencana Kewenangan Penyidikan Pasal 9 (1) Lencana Kewenangan Penyidikan berbentuk perisai / tameng dengan garis-garis memusat, terdapat Lambang Tribrata, Lambang Reserse Polri pada bagian dalamnya dan tulisan PENYIDIK untuk Lencana Kewenangan Penyidikan bagi Penyidik maupun Penyidik Pembantu. (2) Pada bagian sisi belakang Lencana Kewenangan Penyidikan terdapat Nomor Register serta dicantumkan kode pabrik dengan tulisan tenggelam. (3) Setiap Lencana Kewenangan Penyidikan dilengkapi dengan Kartu Identitas pemegangnya sebagaimana Lampiran C Keputusan Kapolri. Pasal 10 (1) Bahan dan warna Lapisan Perisai, Lambang Tribrata, Lambang Reserse untuk PENYIDIK terbuat dari logam kuningan yang disepuh warna kuning emas, sedangkan untuk PENYIDIK PEMBANTU Lambang Tribrata dan Lambang Reserse disepuh warna putih. (2) Tulisan Sasanthi Sidik Sakti Indera Waspada dengan tulisan tenggelam di atas pita warna kuning emas. (3) Tulisan PENYIDIK pada Lencana Kewenangan Penyidikan untuk PENYIDIK, ditulis dengan huruf timbul dan warna kuning emas, sedangkan untuk PENYIDIK PEMBANTU dengan huruf timbul dan warna putih. Pasal 11 Lencana Kewenangan Penyidikan berukuran tinggi 45 mm dan lebar 35 mm. Pasal 12 (1) Makna Perisai Tribrata dengan garis-garis memusat melambangkan tugas pokok Polri yaitu Pelindung, Pengayom dan Pelayan Masyarakat, dengan makna masing-masing lambang yang terdapat pada Lencana Kewenangan Penyidikan : a. Senjata Cakra berujung delapan dengan titik pusat berupa lingkaran berwarna hitam dan kuning keemasan yang terdapat pada Lencana Kewenangan Penyidikan melambangkan senjata pamungkas yang sangat ampuh, yang hanya digunakan pada saat diperlukan dengan tujuan menghancurkan kejahatan. b. Senjata Cakra berujung emas merupakan lambang dari keemasan indera yang harus dimiliki insan Reserse Polri. / c. Api..

5 c. Api berlidah 7 ( tujuh ) warna keemasan di atas warna merah melambangkan bahwa setiap insan Reserse Polri memiliki 7 ( tujuh ) sifat keperwiraan, yaitu : 1) Memegang teguh disiplin dan tata susila. 2) Menepati janji dan kesanggupan. 3) Menjunjung tinggi kebenaran. 4) Menjunjung tinggi kehormatan diri. 5) Menjunjung tinggi keadilan. 6) Menjunjung tinggi hak azasi manusia. 7) Memiliki sifat pengorbanan dan kejujuran. d. Bokor berbentuk bunga Teratai, merupakan lambang kesucian yang melandasi serta menjiwai sifat-sifat kesatria. e. Alur sebanyak 4 ( empat ) pada lingkaran luar alas ketajaman cakra, melambangkan bagian dari Kode Etik Kepolisian. f. Lambang Tribrata di bagian atas, menyatakan bahwa Reserse Polri merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Induknya yaitu Kepolisian Negara Republik Indonesia, berbakti sesuai tugas pokok yang diembannya. g. Pita, dibagian bawah berwarna putih dengan sasanthi bertuliskan SIDIK SAKTI INDERA WASPADA warna hitam yang memiliki arti : 1) SIDIK, mengandung arti jelas dan terang yang bermakna bahwa setiap peristiwa tindak kejahatan harus dibuat jelas dan terang berdasarkan ketentuan perundang-undangan yang berlaku untuk mencari kebenaran materiil. 2) SAKTI, bermakna bertindak tegas tanpa membedakan terhadap siapa saja yang melakukan tindak kejahatan dan melindungi yang tidak bersalah dalam arti melindungi warga masyarakat yang menjadi korban berdasarkan asas, hak asasi serta norma yang berlaku seperti tersirat dalam motto Reserse Love Humanity ( cinta kemanusiaan ); Help Delinguents (membantu yang lemah); Fight Crime ( Memerangi kejahatan ) 3) INDERA, berarti setiap tindakan yang diambil senantiasa berdasarkan pengamatan yang teliti, cermat, tajam dan obyektif melalui penginderaan yang ada. 4) WASPADA, mengandung makna kesiapsiagaan secara terus menerus dan tidak lengah/lalai sedikitpun. (2) Makna dari gambar secara keseluruhan adalah : a. Melambangkan kemampuan Penyidik Polri dalam memerangi kejahatan tanpa membeda-bedakan, dilandasi sifat kesatria, keperwiraan dan berdasarkan Kode Etik Kepolisian serta dengan memperhatikan hak asasi manusia dan undang-undang yang berlaku. / b. Sasanthi

6 b. Sasanthi SIDIK SAKTI INDERA WASPADA bermakna bahwa dalam menegakkan keadilan dan kebenaran, Penyidik dengan penuh kewaspadaan dan ketelitian serta menjunjung tinggi hak asasi, bertindak tegas tanpa membedakan setiap kejahatan berdasarkan ketentuan perundang-undangan. Bagian Ketiga Kartu Identitas Pemegang Tanda Pengenal Kewenangan Kepolisian Pasal 13 (1) Kartu Identitas Pemegang Tanda Pengenal Kewenangan Kepolisian berbentuk segi empat yang memuat : a. Tulisan TANDA PENGENAL KEWENANGAN KEPOLISIAN; b. Nama; c. Pangkat; d. Nrp; e. Surat Keputusan / Tanggal ( Surat Keputusan Pengangkatan Pertama sebagai Anggota Polri dan Surat Keputusan Pengangkatan Dalam Jabatan yang mengemban Kewenangan Kepolisian ); f. Kesatuan; g. Berlaku; h. Pasphoto berwarna ukuran 2x3 cm; i. Nomor Register; j. Cap dan Tanda Tangan Kepala Kesatuan. (2) Bahan dan warna kartu identitas pemegang tanda pengenal kewenangan Kepolisian yaitu : a. Terbuat dari kertas 80 gram warna Kuning Muda. b. Tulisan TANDA PENGENAL KEWENANGAN KEPOLISIAN warna Kuning Emas. c. Terdapat tulisan POLRI kecil-kecil warna kuning sebagai latar belakang. d. Tulisan Identitas Pemegang warna hitam. (3) Kartu identitas pemegang tanda pengenal kewenangan Kepolisian berukuran panjang 70 mm dan lebar 80 mm. Bagian Keempat Kartu Identitas Pemegang Tanda Pengenal Kewenangan penyidikan Pasal 14 (1) Kartu Identitas Pemegang Tanda Pengenal Kewenangan penyidikan berbentuk segi empat yang memuat : a. Tulisan TANDA PENGENAL KEWENANGAN PENYIDIKAN; b. Nama; / c. Pangkat..

7 c. Pangkat; d. Nrp; e. Surat Keputusan/Tanggal (Surat Keputusan Pemberian Kewenangan sebagai Penyidik/Penyidik Pembantu dari Pejabat yang berwenang); f. Kesatuan; g. Berlaku; h. Pasphoto berwarna ukuran 2x3 cm; i. Nomor Register; j. Cap dan Tanda Tangan Kepala Kesatuan. (2) Bahan dan warna kartu identitas pemegang tanda pengenal kewenangan penyidikan yaitu: a. Terbuat dari kertas 80 gram warna Kuning Muda. b. Tulisan TANDA PENGENAL KEWENANGAN PENYIDIKAN warna Kuning Emas. c. Terdapat tulisan POLRI kecil-kecil warna kuning sebagai latar belakang. d. Tulisan Identitas Pemegang warna hitam. (3) Kartu identitas pemegang Tanda pengenal kewenangan Penyidikan berukuran panjang 70 mm dan lebar 80 mm. Bagian Kelima Dompet Penyimpanan Tanda Pengenal Lencana Kewenangan Kepolisian Pasal 15 (1) Penyimpanan tanda pengenal Lencana Kewenangan Kepolisian dilekatkan pada dompet persegi empat yang dapat dilipat dua di sebelah kanan dalam, sedangkan di sebelah kiri terdapat Kartu Identitas Pemegang dilekatkan pada alas tersendiri. (2) Bentuk dompet penyimpanan Lencana Kewenangan Kepolisian sebagaimana Lampiran D Keputusan Kapolri : a. Di bagian luar sebelah kanan terdapat lambang Tribrata yang dicetak embouse / timbul. b. Di bagian dalam disebelah kiri terdapat tempat untuk Kartu Identitas Pemegang Tanda Pengenal. c. Di halaman sebelah kanan terdapat lembaran untuk tempat melekatkan Tanda Pengenal yang dijahit dibagian atasnya. (3) Bahan dan warna dompet penyimpanan Lencana Kewenangan Kepolisian yaitu: a. Terbuat dari bahan Kulit Asli. b. Warna hitam. c. Pada bagian luar terdapat Lambang Tribrata yang dicetak embouse / timbul. (4) Dompet penyimpanan Lencana Kewenangan Kepolisian berukuran : a. Keadaan terbuka, panjang 170 mm dan lebar 85 mm b. Tempat Kartu Identitas, panjang 70 mm dan lebar 80 mm c. Tempat Tanda Pengenal, panjang 70 mm dan lebar 80 mm / Bagian Keenam.

8 Bagian Keenam Dompet Penyimpanan tanda Pengenal Kewenangan Penyidikan Pasal 16 (1) Penyimpanan tanda pengenal kewenangan penyidikan yang dilekatkan pada dompet persegi empat yang dapat dilipat dua di sebelah kanan dalam, sedangkan di sebelah kiri terdapat Kartu Identitas Pemegang dilekatkan pada alas tersendiri. (2) Bentuk Dompet penyimpanan Lencana Kewenangan Penyidikan sebagaimana Lampiran E Keputusan Kapolri : a. Di bagian luar sebelah kanan terdapat lambang Tribrata yang dicetak embouse / timbul. b. Di bagian dalam di sebelah kiri terdapat tempat untuk Kartu Identitas Pemegang Tanda Pengenal. c. Di halaman sebelah kanan terdapat lembaran untuk tempat melekatkan Tanda Pengenal yang dijahit di bagian atasnya. (3) Bahan dan Warna dompet penyimpanan Lencana Kewenangan Penyidikan yaitu : a. Terbuat dari bahan Kulit Asli. b. Warna hitam. c. Pada bagian luar terdapat Lambang Tribrata yang dicetak embouse / timbul. (4) Dompet penyimpanan Lencana Kewenangan Penyidikan berukuran : a. Keadaan terbuka, panjang 170 mm, lebar 85 mm b. Tempat Kartu Identitas, panjang 70 mm, lebar 80 mm c. Tempat Tanda Pengenal, panjang 70 mm, lebar 80 mm BAB III CARA PENGGUNAAN DAN PEMAKAIAN Bagian Kesatu Lencana Kewenangan Kepolisian Pasal 17 (1) Lencana Kewenangan Kepolisian dipergunakan oleh Pejabat Polri pada saat melaksanakan tugas- tugas Kepolisian antara lain: a. Menghadapi peristiwa tindak kejahatan yang tertangkap tangan. b. Menghadapi peristiwa lain yang memerlukan tindakan kepolisian. (2) Lencana Kewenangan Kepolisian berukuran besar dipakai hanya pada saat menggunakan pakaian seragam dinas Polri ( Polisi Berseragam ) yaitu Pakaian Dinas Harian (PDH) dan Pakaian Dinas Khusus (PD Sus), yang disematkan di atas saku baju sebelah kiri; / (3) Lencana.

9 (3) Lencana Kewenangan Kepolisian berukuran kecil dipakai pada Pakaian Sipil Harian/Safari/Jas. (4) Pada saat tidak memakai pakaian seragam dinas dan seragam sipil harian, Lencana Kewenangan Kepolisian disimpan dalam dompet Lencana Kewenangan Kepolisian. (5) Guna kepentingan pengamanan dan mempermudah serta mempercepat pengambilan, Lencana Kewenangan Kepolisian disimpan pada saku baju atau saku celana yang tertutup/terkancing dan mudah dicapai. (6) Pada keadaan tertentu (untuk menunjukkan identitas sebagai petugas resmi / sebagai Pejabat Polri yang perlu diketahui oleh masyarakat ) dan untuk pengamanan agar tidak terlepas dari pemiliknya, dapat digantungkan pada ikat pinggang atau saku baju / jas / safari sebelah kiri. Bagian Kedua Lencana Kewenangan Penyidikan Pasal 18 (1) Lencana Kewenangan Penyidikan hanya dipergunakan oleh Pejabat Polri yang memiliki kewenangan sebagai Penyidik dan Penyidik Pembantu. (2) Lencana Kewenangan Penyidikan dipergunakan pada saat melaksanakan tugas-tugas Kepolisian antara lain: a. menghadapi peristiwa tindak kejahatan yang tertangkap tangan. b. menghadapi peristiwa lain yang memerlukan tindakan kepolisian. c. melakukan kegiatan pemeriksaan di TKP. d. melakukan pemeriksaan Saksi, Saksi Korban, Tersangka. (3) Lencana Kewenangan Penyidikan dipakai: a. Pada saat menggunakan pakaian sipil ( Polisi Tidak Berseragam ), digantungkan pada saku baju sebelah kiri atau digantungkan pada ikat pinggang sebelah kiri. b. Guna kepentingan pengamanan dan mempermudah serta mempercepat pengambilan, disimpan pada saku baju atau saku celana yang tertutup / terkancing dan mudah dicapai dan dapat diperlihatkan sewaktu-waktu diperlukan. c. Pada keadaan tertentu (untuk menunjukkan identitas sebagai petugas resmi/sebagai Pejabat Polri yang memiliki kewenangan penyidikan dan perlu diketahui oleh masyarakat) dan untuk pengamanaan agar tidak terlepas dari pemiliknya, dapat digantungkan pada ikat pinggang atau saku baju / jas / safari sebelah kiri. / BAB IV.

10 BAB IV ADMINISTRASI Bagian satu Masa berlaku dan Penggantian Tanda Pengenal Pasal 19 (1) Lencana Kewenangan Kepolisian tidak berlaku apabila: a. Pejabat Polri yang alih status menjadi PNS dan/atau pensiun. b. Pejabat Polri yang sedang melaksanakan Pemberhentian Sementara dari Jabatan (skorsing) dan PTDH, dicabut dan tidak memiliki kewenangan kepolisian. (2) Lencana Kewenangan Kepolisian sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) berikut Kartu Identitas Pemegang ditarik dan disimpan pada kesatuan yang menerbitkan. (3) Apabila Lencana Kewenangan Kepolisian hilang/rusak, wajib dibuatkan Berita Acara dan dilaporkan secara berjenjang serta dicatat dalam Buku Register Kesatuan yang menerbitkan. (4) Pejabat Polri yang mutasi antar kesatuan dan masih di lingkungan struktur organisasi Polri, kepadanya diberikan Surat Keterangan Mutasi untuk pengajuan di kesatuan baru. Pasal 20 (1) Lencana Kewenangan Penyidikan tidak berlaku apabila: a. Terjadi mutasi antar kesatuan di dalam atau di luar struktur organisasi Polri dan tidak mengemban tugas penyidikan. b. Penyidik / Penyidik Pembantu yang alih status menjadi PNS dan/ atau pensiun. c. Penyidik / Penyidik Pembantu yang sedang melaksanakan Pemberhentian Sementara dari Jabatan ( skorsing ) dan PTDH, dicabut dan tidak memiliki kewenangan penyidikan. (2) Lencana Kewenangan Penyidikan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) berikut Kartu Identitas Pemegang ditarik dan disimpan pada kesatuan yang menerbitkan. (3) Apabila Lencana Kewenangan Penyidikan Hilang/rusak, wajib dibuatkan Berita Acara dan dilaporkan secara berjenjang serta dicatat dalam Buku Register Kesatuan yang menerbitkan. (4) Penyidik/Penyidik Pembantu yang mutasi antar kesatuan dan masih di lingkungan struktur organisasi Polri serta masih diberikan kewenangan untuk melakukan penyidikan, kepadanya diberikan Surat Keterangan Mutasi untuk pengajuan di kesatuan baru. / Bagian Kedua.

11 Bagian Kedua Wewenang Penerbitan Administrasi Pasal 21 (1) Wewenang penerbitan adminstrasi Lencana Kewenangan Kepolisian adalah : a. Untuk Satuan Organisasi di Lingkungan Mabes Polri, Kartu Identitas Pemegang dan Registrasinya dilakukan oleh Satuan Organisasi masing-masing. b. Untuk Satuan Kewilayahan, Kartu Identitas Pemegang dan Registrasinya dilakukan oleh Satuan Organisasi Kewilayahan masing-masing. (2) Administrasi Lencana Kewenangan Kepolisian diterbitkan berdasarkan Surat Keputusan Pengangkatan Pertama menjadi Anggota Polri yang mencantumkan Nama/Pangkat/Nrp dan Surat Keputusan Pengangkatan Dalam Jabatan yang mengemban Kewenangan Kepolisian. Pasal 22 (1) Wewenang penerbitan adminstrasi Lencana Kewenangan Penyidikan adalah : a. Untuk Satuan Organisasi di Lingkungan Mabes Polri, Kartu Identitas Pemegang dan Registrasinya dilakukan oleh Satuan Organisasi masing-masing. b. Untuk Satuan Kewilayahan, kartu Identitas Pemegang dan registrasinya dilakukan oleh Satuan Organisasi Kewilayahan masing-masing. (2) Administrasi Lencana Kewenangan Penyidikan diterbitkan berdasarkan Surat Keputusan Pengangkatan Pertama menjadi Anggota Polri yang mencantumkan Nama/Pangkat/Nrp dan Surat Keputusan Pengangkatan sebagai Penyidik/Penyidik Pembantu. BAB V KETENTUAN LAIN LAIN Pasal 23 (1) Hal-hal yang tidak diperbolehkan dalam penggunaan Tanda Pengenal yaitu : a. Membuat duplikat dan/atau memperbanyak Tanda Pengenal tanpa seizin KAPOLRI. b. Merubah segala sesuatu yang telah ada pada Tanda Pengenal. c. Memindah tangankan Tanda Pengenal dengan alasan apapun kepada pihak lain selain pemegang yang telah ditentukan. (2) Pelanggaran terhadap ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), akan diambil tindakan dan dikenakan sanksi sesuai ketentuan yang berlaku. / Pasal 24..

12 Pasal 24 Tanda Pengenal di lingkungan Polri merupakan inventaris dinas, pengurusannya dilaksanakan dan diatur oleh dinas serta keamanannya dipertanggungjawabkan kepada Pemegang dan Pimpinan langsung anggota yang bersangkutan dalam rangka pengawasan melekat ( Waskat ). Pasal 25 Khusus Tanda Pengenal Kewenangan Kepolisian sebagaimana dimaksud dalam Keputusan ini tidak berlaku bagi Pengemban Fungsi Kepolisian lainnya, dan akan diatur dengan ketentuan tersendiri. BAB VI PENUTUP Pasal 26 Dengan ditetapkannya Keputusan ini, maka segala ketentuan yang bertentangan dengan isi Keputusan ini dinyatakan tidak berlaku lagi. Paraf : 1.Konseptor/Kadivbinkum Polri : Vide Draft 2. Ketua Sub Pokja : Vide Draft 3. Kasetum Polri :. Ditetapkan di : Jakarta Pada tanggal : 2004 KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA 4. Wakapolri :.. Kepada Yth : Distribusi A, B, C dan D Mabes Polri. Drs. DA I BACHTIAR, S.H. JENDERAL POLISI Paraf: 1. Konseptor/ Karo Jianstra :... 2. De SDM Kapolri :... 3. Kasetum :... 4. Wakapolri :...