PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 9 TAHUN 2003 TENTANG

dokumen-dokumen yang mirip
LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 3 TAHUN 2003 SERI E

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA YOGYAKARTA

WALIKOTA MADIUN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 4 TAHUN 2017 TENTANG LEMBAGA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT KELURAHAN

PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA PEKANBARU NOMOR 9 TAHUN 2005 T E N T A N G LEMBAGA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT KELURAHAN (LPMK) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 92 TAHUN 2011 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR : 28 TAHUN 2001 TENTANG LEMBAGA PEMBERDAYAAN PARTISIPASI PEMBANGUNAN MASYARAKAT

LEMBARAN DAERAH KOTA SOLOK NOMOR 20 SERI D. 20 =================================================================

DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA WALIKOTA SOLOK

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI

LEMBARAN DAERAH KOTA TANGERANG

PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN DAERAH KOTA BONTANG NOMOR 12 TAHUN 2003 TENTANG LEMBAGA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN RUKUN TETANGGA DALAM DAERAH KOTA BONTANG

PERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR 18 TAHUN 2001 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT KELURAHAN (LPMK) DI KOTA MALANG

PEMERINTAH KOTA SURABAYA

KEPPRES 49/2001, PENATAAN LEMBAGA KETAHANAN MASYARAKAT DESA ATAU SEBUTAN LAIN

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI

PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR 04 TAHUN 2010 TENTANG RUKUN TETANGGA DAN RUKUN WARGA

LEMBARAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 32 TAHUN 2001 SERI D NOMOR 4 PERATURAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 32 TAHUN 2001 TENTANG

PERATURAN DAERAH KOTA PALOPO NOMOR : 04 TAHUN 2006 T E N T A N G

LEMBARAN DAERAH KOTA DEPOK

LEMBARAN DAERAH KOTA DUMAI NOMOR : 3, TAHUN : 2004 SERI : D NOMOR : 1 PERATURAN DAERAH KOTA DUMAI NOMOR 2 TAHUN 2004 TENTANG

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 06 TAHUN 2002 TENTANG PEMBENTUKAN RUKUN TETANGGA DAN RUKUN WARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR : 18 TAHUN 2002

TAHUN : 2005 NOMOR : 06

LEMBARAN DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR : 9 TAHUN 2002 SERI : D NOMOR : 7 PEMERINTAH KOTA SURAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR 5 TAHUN 2002

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 25 TAHUN 2006 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA DAN KELURAHAN

WALIKOTA BANJARMASIN

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR TAHUN TENTANG

PERATURAN DAERAH KOTA PALEMBANG NOMOR 8 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN RUKUN TETANGGA (RT) DAN RUKUN WARGA (RW) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR 35 TAHUN 2011 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR : 11 TAHUN 2002 SERI : D NOMOR : 8 PEMERINTAH KOTA SRAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR 7 TAHUN 2002

PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Perda No. 5 / 2002 tentang Pembentukan Lembaga Kemasyarakatan Di Desa dan atau Kelurahan. PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 5 TAHUN 2002

PERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG LEMBAGA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2001 TENTANG PENATAAN LEMBAGA KETAHANAN MASYARAKAT DESA ATAU SEBUTAN LAIN

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA,

PERATURAN DESA KIARASARI NOMOR 1 TAHUN 2001 TENTANG PENATAAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA KIARASARI

LEMBARAN DAERAH KOTA SURAKARTA TAHUN 2011 NOMOR 9 PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN KELURAHAN

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI

PERATURAN DAERAH KOTA KUPANG NOMOR 8 TAHUN 2001 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA

WALIKOTA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 40 TAHUN 2008 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 11 TAHUN 2007

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2003 NOMOR 4 SERI D

PEMERINTAH KABUPATEN PONOROGO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PONOROGO NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN

PERATURAN DAERAH KOTA MALANG

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2002 NOMOR 38 SERI D

WALIKOTA JAMBI PROVINSI JAMBI

BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG

PERATURAN DAERAH KOTA MAKASSAR NOMOR : 41 TAHUN 2001 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM DAERAH KOTA MAKASSAR

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARITO KUALA NOMOR 8 TAHUN 2007 T E N T A N G PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA DAN KELURAHAN BUPATI BARITO KUALA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMPUNG UTARA NOMOR 01 TAHUN 2006 TENTANG LEMBAGA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA / KELURAHAN

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 10 TAHUN 2007 TENTANG RUKUN TETANGGA DAN RUKUN WARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TASIKMALAYA,

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 08 TAHUN 2002 TENTANG LEMBAGA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT KOTA TARAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KOTA CIREBON

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAY KANAN TAHUN 2007 NOMOR 10 PERATURAN DAERAH KABUPATEN WAY KANAN NOMOR : 10 TAHUN 2007 T E N T A N G

PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 18 TAHUN 2000 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN WALIKOTA PRABUMULIH NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG PEMBENTUKAN RUKUN WARGA DAN RUKUN TETANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAHAN KABUPATEN BINTAN

Tugas Pokok LPMD Tugas pokok Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa (LPMD) adalah sebagai mitra kerja Pemerintah Desa dalam:

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 5 TAHUN 2001 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT

WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH

BERITA DAERAH KOTA SEMARANG TAHUN 2012 NOMOR 17 A PERATURAN WALIKOTA SEMARANG NOMOR 17 A TAHUN 2012 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 17 TAHUN 2002 TENTANG

PEMERINTAH KOTA PONTIANAK PERATURAN DAERAH KOTA PONTIANAK NOMOR 24 TAHUN 2002 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA PEMPERDAYAAN MASYARAKAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 6 TAHUN 2005 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT KELURAHAN SE KABUPATEN JEMBRANA

PEMERINTAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 3 TAHUN 2004 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SLEMAN,

PEMERINTAH KABUPATEN MAGELANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 25 TAHUN 2008 TENTANG

WALIKOTA MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 07 TAHUN 2013 TENTANG RUKUN TETANGGA DAN RUKUN WARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA DAERAH KOTA SUKABUMI

WALIKOTA TASIKMALAYA

BERITA DAERAH KOTA BOGOR. Nomor 77 Tahun 2014 Seri D Nomor 37 PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 77 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 33 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN RUKUN TETANGGA DAN RUKUN WARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BINTAN TAHUN 2008 NOMOR 4

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 04 TAHUN 2009 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL,

BUPATI SUKAMARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKAMARA NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG RUKUN TETANGGA DAN RUKUN WARGA

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG

WALIKOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG RUKUN TETANGGA DAN RUKUN WARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN PARIGI MOUTONG

BERITA DAERAH KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2013 SERI A NOMOR 24

PEMERINTAH KABUPATEN PURBALINGGA

BUPATI BANYUMAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 13 TAHUN 2000 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA ADAT DAN/ATAU KEMASYARAKATAN DI DESA

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN TENTANG PEMBENTUKAN RUKUN TETANGGA

Himpunan Peraturan Daerah Kabupaten Purbalingga Tahun

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2012 NOMOR 4 SERI E PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN DESA NANGGUNG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA NANGGUNG

PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SERANG,

PEMERINTAH KOTA PROBOLINGGO

PERATURAN DAERAH KABUPATEN ROKAN HILIR NOMOR 39 TAHUN 2002 TENTANG RUKUN TETANGGA DAN RUKUN WARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT,

PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR 05 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN

Transkripsi:

LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 3 TAHUN 2003 SERI E PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 9 TAHUN 2003 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT KELURAHAN (LPMK), RUKUN TETANGGA (RT) DAN RUKUN WARGA (RW) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SEMARANG, Menimbang : a. bahwa dengan berlakunya Keputusan Presiden Nomor 49 Tahun 2001 tentang Penataan Lembaga Ketahanan Masyarahat Desa atau sebutan lain, termasuk Rukun Tetangga (RT) dan Rukun Warga (RW), maka perlu segera menyusun peraturan pelaksanaan sesuai dengan Keputusan Presiden dimaksud; b. bahwa berdasarkan aspirasi masyarakat Kota Semarang telah disepakati nama Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan (LPMK) sebagai pengganti nama Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa (LKMD) di Kota Semarang sedangkan untuk RT dan RW tetap memakai nama tersebut; c. bahwa agar pembentukan lembaga sebagaimana dimaksud huruf b dapat terarah, terpadu dan terkendali, maka perlu mengatur dan menetapkan Peraturan Daerah Kota Semarang tentang Pedoman Pembentukan Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan (LPMK), Rukun Tetangga (RT) dan Rukun Warga (RW). Mengingat : 1. Undang undang Nomor 16 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah daerah Kota Besar Dalam Lingkungan Propinsi Daerah Tingkat I Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat dan Daerah Istimewa Yogyakarta (Himpunan Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1950); 2. Undang undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3839) ; 3. Undang undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 72, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3848); 4. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1976 tentang Perluasan Kotamadya Daerah Tingkat II Semarang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1976 Nomor 25, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3079 ); 5. Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 1992 tentang Pembentukan Kecamatan di Wilayah Kabupaten kabupaten Daerah Tingkat II Purbalingga, Cilacap, Wonogiri, Jepara dan Kendal serta Penataan Kecamatan di Wilayah Kotamadya Daerah Tingkat II Semarang dalam Wilayah Propinsi Daerah Tingkat I Jawa Tengah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 89); 6. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonom (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 54, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia 3952); 7. Keputusan Presiden Nomor 44 Tahun 1999 tentang Tehnik Penyusunan Peraturan Perundang undangan dan bentuk Rancangan Undang undang, Rancangan Peraturan Pemerintah dan Rancangan Keputusan Presiden; 8. Keputusan Presiden Nomor 49 Tahun 2001 tentang Penataan Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa atau Sebutan Lain; 9. Peraturan Daerah kota Semarang Nomor 4 Tahun 2001 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Kecamatan dan Kelurahan Kota Semarang. 1

Dengan Persetujuan DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA SEMARANG Menetapkan MEMUTUSKAN : : PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT KELURAHAN (LPMK), RUKUN TETANGGA (RT) DAN RUKUN WARGA (RW). BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan : a. Daerah adalah Kota Semarang; b. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kota Semarang; c. Walikota adalah Walikota Semarang; d. Kecamatan adalah Wilayah kerja Camat sebagai Perangkat Daerah Kota; e. Camat adalah Kepala Kecamatan; f. Kelurahan adalah Wilayah Kerja Lurah sebagai Perangkat Daerah Kota dibawah Kecamatan. g. Lurah adalah Kepala Kelurahan; h. Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan yang selanjutnya disingkat LPMK adalah wadah yang dibentuk atas prakarsa masyarakat sebagai mitra Pemerintah Kelurahan dalam menampung dan mewujudkan aspirasi dan kebutuhan masyarakat dibidang Pembangunan; i. Rukun Tetangga yang selanjutnya disingkat RT adalah lembaga yang dibentuk melalui musyawarah dalam rangka pelayanan pemerintahan dan kemasyarakatan yang ditetapkan oleh Kelurahan; j. Rukun Warga yang selanjutnya disingkat RW adalah lembaga yang dibentuk melalui musyawarah Pengurus RT di wilayah kerjanya sebagai mitra kerjanya yang ditetapkan oleh Kelurahan. BAB II KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI LPMK Bagian Pertama Kedudukan Pasal 2 (1) LPMK dibentuk disetiap Kelurahan; (2) LPMK berkedudukan sebagai mitra Pemerintah di Bidang Pembangunan; (2) LPMK sebagaimana dimaksud ayat (1) dan (2) mempunyai wilayah kerja di Kelurahan. Bagian Kedua Susunan Organisasi Pasal 3 Susunan Organisasi LPMK adalah sebagai berikut : a. Ketua; b. Wakil Ketua; c. Sekretari ; d. Bendahara; e. Ketua Bidang, terdiri dari : 1) Ketua Bidang Agama; 2) Ketua Bidang Pendidikan dan Penerangan; 3) Ketua Bidang Kesehatan, Kependudukan dan Keluarga Berencana; 4) Ketua Bidang Pemuda, Olah Raga dan Kesenian; 5) Ketua Bidang Pembangunan; 6) Ketua Bidang Kebersihan dan Keindahan; 7) Ketua Bidang Perekonomian, Koperasi dan Kesejahteraan Sosial; 8) Ketua Bidang Keamanan, Ketentraman dan Ketertiban. Bagian Ketiga Tugas dan Fungsi Pasal 4 LPMK mempunyai tugas : a. Menyusun rencana pembangunan yang partisipatif; b. Menggerakkan swadaya gotong royong masyarakat; c. Melaksanakan serta mengendalikan pembangunan. 2

Pasal 5 Dalam melaksanakan tugasnya LPMK mempunyai fungsi : a. Penanaman dan pemupukan rasa persatuan dan kesatuan masyarakat Kelurahan; b. Pengkoordinasian perencanaan pembangunan; c. Pengkoordinasian perencanaan lembaga kemasyarakatan; d. Perencanaan kegiatan pembangunan secara partisipatif dan terpadu; e. Penggalian dan pemanfaatan sumber daya kelembagaan untuk pembangunan di Kelurahan. BAB III KEPENGURUSAN LPMK Bagian Pertama Persyaratan Pasal 6 Pengurus LPMK harus memenuhi persyaratan sebagai berikut : a. Bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa; b. Setia dan Taat kepada Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945; c. Penduduk tetap berdomisili di Kelurahan yang bersangkutan, baik laki laki maupun perempuan; d. Berpendidikan sekurang-kurangnya Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) atau sederajat; e. Berumur sekurang-kurangnya 21 tahun atau pernah kawin; f. Sehat jasmani dan rokhani; g. Berkelakuan baik, jujur, adil, cakap, berwibawa dan penuh pengabdian kepada masyarakat; h. Tidak pernah dihukum penjara karena melakukan tindak pidana; i. Tidak dicabut hak pilihnya berdasarkan putusan pengadilan yang mempunyai kekuatan hukum tetap; j. Mengenal daerahnya dan dikenal oleh masyarakat setempat; k. Mempunyai kemampuan dan kemauan untuk bekerja dan membangun masyarakat; l. Tidak menjabat sebagai penyelenggara pemerintah di tingkat Kelurahan setempat; m. Tidak menjabat sebagai pengurus RT dan RW. Bagian Kedua Tata Cara Pembentukan Pasal 7 Tata cara pembentukan pengurus LPMK adalah : a. Seluruh anggota pengurus dipilih dari calon yang diajukan oleh masing-masing RW yang sebelumnya telah dimusyawarahkan bersama masing-masing RT dengan memperhatikan keadlian dan kesetaraan gender; b. Masing-masing RW wajib mengajukan calon keanggotaan pengurus minimal 2 (dua) orang; c. Pemilihan pengurus dilakukan secara musyawarah dan atau melalui pemungutan suara yang difasilitasi oleh Lurah; d. Pengurus terpilih dituangkan dalam Berita Acara yang selanjutnya ditetapkan dengan Keputusan Camat. Bagian Ketiga Hak dan Kewajiban Pasal 8 (1) Pengurus LPMK mempunyai hak sebagai berikut : a. Menyampaikan saran-saran dan pertimbangan kepada Lurah mengenai hal-hal yang berhubungan dengan proses pembangunan; b. Melakukan pengendalian dan pengawasan terhadap pelaksanan pembangunan di wilayah kerjanya. (2) Pengurus LPMK mempunyai kewajiban sebagai berikut : a. Membantu mewujudkan kerukunan hidup bermasyarakat; b. Melaksanakan tugas pokok LPMK; c. Melaksanakan Keputusan musyawarah anggota; d. Membuat laporan tertulis mengenai kegiatan organisasi paling sedikit 3 (tiga) bulan sekali kepada Camat dengan tembusan Lurah dan Ketua RW; e. Menyampaikan permasalahan yang timbul dalam masyarakat dan menyelesaikan secara bersamasama dengan Lurah. Bagian Keempat Masa Bhakti 3

Pasal 9 (1) Masa bhakti pengurus LPMK adalah 5 (lima) tahun dan dapat dipilih kembali satu kali masa bhakti berikutnya ; (2) Apabila terdapat pengurus LPMK yang berhenti atau diberhentikan sebelum masa bhaktinya berakhir, maka selambat-lambatnya dalam kurun waktu 3 (tiga) bulan harus diisi Pengurus Antar Waktu. Pasal 10 Pengurus LPMK berhenti atau diberhentikan sebelum habis masa bhaktinya karena : a. Meninggal dunia; b. Mengundurkan diri; c. Pindah tempat tinggal dan menjadi penduduk Kelurahan lain ; d. Tidak memenuhi lagi ketentuan sebagai pengurus; e. Sebab-sebab lain yang bertentangan dengan ketentuan perundang-undangan atau norma-norma kehidupan masyarakat. BAB IV KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI RT DAN RW Bagian Pertama Kedudukan Pasal 11 RT dan RW berkedudukan sebagai mitra kerja Lurah dalam pelayanan kepada masyarakat. Pasal 12 (1) Setiap RT terdiri dari Kepala Keluarga yang jumlahnya ditetapkan sesuai dengan kondisi dan kebutuhan sekurang-kurangnya 20 (dua puluh) Kepala Keluarga dan sebanyak-banyaknya 40 (empat puluh) Kepala Keluarga dan atau sesuai kebutuhan (2) RT dibentuk melalui musyawarah oleh para Kepala Keluarga atau yang mewakili dan dihadiri Ketua RW setempat. (3) Hasil musyawarah sebagaimana dimaksud ayat (2) dituangkan dalam Berita Acara yang selanjutnya ditetapkan dengan Keputusan Lurah. Pasal 13 (1) Setiap RW terdiri sekurung-kurangnya 3 (tiga) RT dan sebanyak-banyaknya 7 (tujuh) RT dan atau sesuai kebutuhan. (2) RW dibentuk melalui musyawarah oleh pengurus RT setempat dan dihadiri oleh Lurah. (3) Hasil musyawarah sebagaimana dimaksud ayat (2) dituangkan dalam Berita Acara yang selanjutnya ditetapkan dengan Keputusan Lurah. Bagian Kedua Susunan Organisasi Pasal 14 Pengurus RT dan RW terdiri dari : a. Ketua; b. Sekretaris; c. Bendahara; d. Seksi-seksi, sesuai dengan kebutuhan. Bagian Ketiga Tugas dan Fungsi Pasal 15 RT mempunyai tugas : a. Membantu menjalankan tugas pelayanan kepada masyarakat yang menjadi tanggungjawab Pemerintah; b. Memelihara kerukunan hidup; c. Menyusun rencana dan melaksanakan pembangunan dengan mengembangkan aspirasi dan swadaya murni masyarakat. Pasal 16 Dalam melaksanakan tugasnya RT mempunyai fungsi : a. Pengkoordinasian antar warga; b. Pelaksanaan dalam menjembatani hubungan antar sesama anggota masyarakat dengan Pemerintah; 4

c. Penanganan masalah-masalah kemasyarakatan yang dihadapi warga. Pasal 17 RW mempunyai tugas : a. Menggerakkan swadaya gotong-royong dan partisipasi masyarakat di wilayahnya; b. Membantu kelancaran tugas pokok LPMK dalam bidang pembangunan di Kelurahan. Pasal 18 Dalam melaksankan tugasnya RW mempunyai fungsi : a. Pengkoordinasian pelaksanaan tugas RT di wilayahnya; b. Pelaksanaan dalam menjembatani hubungan antar RT dan antar masyarakat dengan Pemerintah. BAB V KEPENGURUSAN RT DAN RW Bagian Pertama Persyaratan Pasal 19 (1) Pengurus RT dan RW harus memenuhi persyaratan sebagai berikut : a. Bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa; b. Setia dan taat kepada Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945; c. Penduduk tetap baik laki-laki maupun perempuan; d. Berpendidikan sekurang-kurangnya Sekolah Lanjutan Pertama (SLTP) atau sederajat; e. Berumur sekurung-kurangnya 21 tahun atau pernah kawin; f. Sehat Jasmani dan rokhani; g. Berkelakuan baik, jujur, adil, cakap, berwibawa dan penuh pengabdian kepada masyarakat; h. Tidak pernah dihukum penjara karena melakukan tindak pidana; i. Tidak menjabat sebagai penyelenggara pemerintah ditingkat Kelurahan setempat; j. Mengenal daerahnya dan dikenal oleh masyarakat setempat; k. Mempunyai kemampuan dan kemauan untuk bekerja dan membangun masyarakat; l. Tidak menjabat sebagai pengurus LPMK. (2) Dikecualikan dari ayat (1) huruf d, untuk pengurus RT dan RW dapat berpendidikan sekurang-kurangnya Sekolah Dasar (SD) atau sederajat apabila tidak terdapat pengurus yang berpendidikan sekurangkurangnya Sekolah Lanjutan Pertama (SLTP) atau sederajat. Bagian Kedua Tata Cara Pembentukan Pasal 20 Tata cara pembentukan pengurus RT adalah sebagai berikut : a. Pemilihan pengurus dilakukan secara musyawarah dan atau melalui pemungutan suara yang difasilitasi oleh ketua RW; b. Nama nama pengurus terpilih dituangkan dalam berita acara yang selanjutnya ditetapkan dengan Keputusan Lurah. Pasal 21 Tata cara pembentukan pengurus RW adalah sebagai berikut : a. Masing masing RT wajib mengajukan calon keanggotaan pengurus; b. Pemilihan pengurus dilakukan secara musyawarah dan atau melalui pemungutan suara yang difasilitasi oleh Lurah; c. Nama nama pengurus terpilih dituangkan dalam berita acara yang selanjutnya ditetapkan dengan Keputusan Lurah. Bagian Ketiga 5

Hak dan Kewajiban Pasal 22 (1) Pengurus RT mempunyai hak sebagai berikut : a. Menyampaikan saran-saran dan pertimbangan kepada Pengurus RW mengenai hal-hal yang berhubungan dengan kemasyarakatan dan pembangunan; b. Memilih dan dipilih sebagai Pengurus RW. (2) Pengurus RT mempunyai kewajiban sebagai berikut : a. Melaksanakan tugas pokok RT; b. Melaksanakan Keputusan Musyawarah anggota; c Membina kerukunan hidup warga; d. Melaporkan mengenai kegiatan organisasi sekurang-kurangnya 3 (tiga) bulan kepada Ketua RW; e. Menyampaikan permasalahan yang timbul dalam masyarakat kepada Ketua RW untuk mendapatkan penyelesaian. Pasal 23 (4) Pengurus RW mempunyai hak menyampaikan saran saran dan pertimbangan kepada Lurah mengenai hal hal yang berhubungan dengan kelancaran pelaksanaan tugas pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan. (2) Pengurus RW mempunyai kewajiban sebagai berikut : a. Melaksanakan tugas pokok RW; b. Melaksanakan Keputusan Musyawarah anggota; c Membina kerukunan hidup warga; d. Melaporkan mengenai kegiatan organisasi sekurang-kurangnya 3 (tiga) bulan kepada Lurah; e. Menyampaikan permasalahan yang timbul dalam masyarakat kepada Lurah untuk mendaptkan penyelesaian. Bagian Keempat Masa Bhakti Pasal 24 (1) Masa bhakti pengurus RT dan RW adalah 3 (tiga) tahun dan dapat dipilih kembali satu kali masa bhakti berikutnya. (2) Apabila terdapat pengurus RT dan RW yang berhenti atau diberhentikan sebelum masa bhaktinya berakhir, maka selambat lambatnya dalam kurun waktu 1 (satu) bulan harus diisi Pengurus Antar Waktu. Pasal 25 Pengurus RT dan RW berhenti atau diberhentikan sebelum habis masa bhaktinya karena : a. Meninggal dunia; b. Mengundurkan diri; c. Pindah tempat tinggal dan menjadi penduduk diwilayah lain; d. Tidak memenuhi lagi ketentuan persyaratan sebagai anggota pengurus; e. Sebab-sebab lain yang bertentangan dengan ketentuan perundang-undangan atau norma-norma kehidupan masyarakat. BAB VI HUBUNGAN KERJA Pasal 26 (1) Hubungan LPMK dengan Pemerintah Kelurahan dalam bentuk kerja sama menggerakan swadaya gotong-royong masyarakat dalam melaksanakan pembangunan pertisipatif dan berkelanjutan. (2) Hubungan LPMK dengan RT dan RW dan lembaga atau organisasi kemasyarakatan lainnya, bersifat konsultatif dan kerja sama yang saling menguntungkan. (3) Hubungan LPMK antar Kelurahan bersifat kerja sama dan saling membantu setelah mendapat persetujuan dari Pemerintah Kelurahan. BAB VII SUMBER DANA Pasal 27 Sumber dana LPMK, RT dan RW dapat diperoleh dari : a. Swadaya masyarakat; b. Bantuan Pemerintah; c. Bantuan Pemerintah Propinsi; d. Bantuan Pemerintah Daerah; 6

e. Bantuan/sumber lainnya yang syah. BAB VIII FASILITAS Pasal 28 (1) Untuk pemberdayaan masyarakat, Pemerintah, Pemerintah Propinsi dan Pemerintah Daerah menfasilitasi tumbuh dan berkembangnya LPMK. (2) Untuk pelayanan kepada masyarakat, Pemerintah Daerah memfasilitasi RT dan RW. BAB IX KETENTUAN PERALIHAN Pasal 29 Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini, maka Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa (LKMD), RT, dan RW yang telah ada dan bertentangan serta tidak sesuai dengan Peraturan Daerah ini selambat-lambatnya dalam jangka waktu 1 (satu) tahun harus segera menyesuaikan. Bab X KETENTUAN PENUTUP Pasal 30 Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini sepanjang mengenai pelaksanaannya akan diatur lebih lanjut dengan Keputusan Walikota. Pasal 31 Peraturan Daerah ini berlaku sejak tanggal diundangkan. Agar supaya setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah. ditetapkan di Semarang pada tanggal 3 Nopember 2003 WALIKOTA SEMARANG Diundangkan di Semarang Pada tanggal 6 Nopember 2003 SEKRETARIS DAERAH KOTASEMARANG H. SUKAWI SUTARIP SAMAN KADARISMAN LEMBARAN DAERAH KOTASEMARANG TAHUN 2003 SERI E NOMOR 3 PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 9 TAHUN 2003 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT KELURAHAN ( LPMK ), RUKUN TETANGGA ( RT ) DAN RUKUN WARGA( RW ) I. UMUM 7

Dengan berlakunya Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 49 Tahun 2001 tentang Penataan Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa atau dengan sebutan lain maka Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa (LKMD) yang selama ini ada dipandang tidak sesuai lagi dengan semangat Otonomi Daerah. Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa (LKMD) yang dalam Peraturan Daerah ini diganti dengan nama Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan (LPMK) sebagaimana diatur dalam Keppres dimaksud adalah lembaga yang ada di Kelurahan yang merupakan mitra Pemerintah Kelurahan dibidang pembangunan dan bukan merupakan Lembaga Legislasi. Pemberdayaan masyarakat dmaksud adalah semua kegiatan yang ditujukan untuk meningkatkan kemampuan dan kemandirian masyarakat. Sedangkan Rukun Tetangga (RT) dan Rukun Warga (RW) adalah Lembaga yang dibentuk melalui musyawarah masyarakat dalam rangka pelayanan Pemerintahan dan Kemasyarakatan. Sehubungan dengan hal tersebut diatas maka perlu segera mengatur lembaga tersebut dalam Peraturan Daerah Kota Semarang tentang Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan (LPMK), Rukun Tetangga (RT) dan Rukun Warga (RW). II. PASAL DEMI PASAL Pasal 1 Pasal 2 Pasal 3 Pasal 4 Huruf a Yang dimaksud dengan perencanaan pembangunan partisipatif adalah perencanaan pembangunan yang mengikutsertakan seluruh lapisan masyarakat yang proses penyusunannya bersifat bottom up (perencanaan dari bawah) dan sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Huruf b Huruf c Pasal 5 Pasal 6 Pasal 7 Pasal 8 Pasal 9 Pasal 10 Pasal 11 Pasal 12 Pasal 13 Pasal 14 Pasal 15 Pasal 16 Pasal 17 Pasal 18 Pasal 19 8

Pasal 20 Pasal 21 Pasal 22 Pasal 23 Pasal 24 Pasal 25 Pasal 26 Pasal 27 Huruf a Huruf b Huruf c Huruf d Yang dimaksud dengan bantuan dari Pemerintah Daerah adalah bantuan yang diberikan sesuai dengan kemampuan daerah. Huruf e Pasal 28 Ayat (1) Ayat (2) Yang dimaksud dengan Pemerintah Daerah memfasilitasi RT dan RW dapat berupa penyediaan fasilitas yang disesuaikan dengan kemampuan daerah, antara lain : 1. Kelengkapan administrasi; 2. Bantuan operasional. Pasal 29 Pasal 30 Pasal 31 9