BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
PENJELASAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 1997 TENTANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Lingkungan hidup dan sumber daya alam merupakan anugerah Tuhan

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 1 TAHUN 2007 TENTANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BENGKAYANG,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1999 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN ATAU PERUSAKAN LAUT PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 1997 TENTANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1999 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN/ATAU PERUSAKAN LAUT

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1999 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN/ATAU PERUSAKAN LAUT PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG UNDANG NO. 23 TAHUN 1997 TENTANG : PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1999 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN/ATAU PERUSAKAN LAUT PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 1997 TENTANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 1997 TENTANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 85 TAHUN 1999 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1999 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN/ATAU PERUSAKAN LAUT

WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

LAMPIRAN 1 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 1997 TENTANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 85 TAHUN 1999 TENTANG

PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP Undang-Undang No. 23 Tahun 1997 Tanggal 19 September 1997 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 1997 TENTANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Undang Undang No. 23 Tahun 1997 Tentang : Pengelolaan Lingkungan Hidup

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 1997 TENTANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 1997 TENTANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN HlDUP

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 1997 TENTANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 68, 1997 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3699)

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 1997 TENTANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

Undang Undang No. 23 Tahun 1997 Tentang : Pengelolaan Lingkungan Hidup

Bentuk: UNDANG-UNDANG (UU) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor: 23 TAHUN 1997 (23/1997) Tanggal: 19 SEPTEMBER 1997 (JAKARTA)

Dengan Persetujuan DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA. MEMUTUSKAN: Menetapkan : UNDANG-UNDANG TENTANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP.

PERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR DI KOTA MALANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan salah satu sumber daya alam yang mutlak diperlukan bagi

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

LEMBARAN-NEGARA REPUBLIK INDONESIA

termasuk manusia dan prilakunya

LEMBARAN-NEGARA REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 1997 TENTANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

BAB III LANDASAN TEORI

Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 1999 Tentang : Pengendalian Pencemaran Dan/Atau Perusakan Laut

NOMOR 23 TAHUN 1997 TENTANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

DASAR HUKUM PENGELOLAAN LIMBAH B3

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

BAB I PENDAHULUAN. adalah pembangunan di bidang perekonomian. Pembangunan ini dilakukan oleh

1.2 Perumusan Masalah Sejalan dengan meningkatnya pertambahan jumlah penduduk dan pertumbuhan ekonomi, maka pemakaian sumberdaya air juga meningkat.

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR 45 TAHUN 2003 SERI C NOMOR 3

LAPORAN KEGIATAN PENGKAJIAN BAKU MUTU KUALITAS UDARA AMBIEN LAMPIRAN. PP No.41 TAHUN 1999

PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. gugus amino yang bersifat basa dan memiliki inti benzen. Rhodamin B termasuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Industri tahu mempunyai dampak positif yaitu sebagai sumber

PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 05 TAHUN 2004 TENTANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DI PROVINSI GORONTALO

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN MOJOKERTO

I. PENDAHULUAN. Manusia dalam menjalani aktivitas hidup sehari-hari tidak terlepas dari

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG

BAB I PENDAHULUAN. menggali dan mengolah sumber daya alam dengan sebaik-baiknya yang meliputi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Air merupakan komponen lingkungan yang penting bagi kehidupan yang

PEMERINTAH KABUPATEN MURUNG RAYA

PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP PADA KEGIATAN USAHA

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan sumber daya alam yang sangat diperlukan oleh semua

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Amartya Sen, peraih Nobel Ekonomi tahun 1998, menyatakan bahwa. bersama akan maksimal, dengan demikian kemakmuran sebuah bangsa dapat

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1999 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN/ATAU PERUSAKAN LAUT PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TABALONG TAHUN 2008 NOMOR

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 21 TAHUN 2001 TENTANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DI KABUPATEN MAGELANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Mata Ajaran : Manajemen Lingkungan Rumah Sakit Topik : Lingkungan Hidup & Sistem Manajemen Lingkungan RS Minggu Ke : II

PENCEMARAN LINGKUNGAN. Purwanti Widhy H, M.Pd

BAB I PENDAHULUAN. Pada era industrialisasi, semakin banyak orang yang menikmati waktu

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN JEPARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEPARA.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 1982 TENTANG KETENTUAN-KETENTUAN POKOK PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH SPESIFIK

I. PENDAHULUAN. Limbah berbahaya adalah limbah yang mempunyai sifat-sifat antara lain

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 2 TAHUN 2006 TENTANG PENGELOLAAN KUALITAS AIR DAN PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENJELASAN ATAS QANUN PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSAALAM NOMOR : 21TAHUN 2002 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA ALAM

PENGELOLAAN LINGKUNGAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMPUNG TIMUR NOMOR 07 TAHUN 2013 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Pemantauan Limbah Cair, Gas dan Padat

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 2 TAHUN 2006 TENTANG PENGELOLAAN KUALITAS AIR DAN PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HALMAHERA TIMUR NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG IZIN PEMBUANGAN LIMBAH CAIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 2001 TENTANG PENGELOLAAN KUALITAS AIR DAN PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR

BAB I PENDAHULUAN. Pertambahan penduduk dan aktivititas masyarakat di daerah perkotaan makin

Departemen Administrasi & Kebijakan Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia

WALIKOTA BATU PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 49 TAHUN 2013 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI KANTOR LINGKUNGAN HIDUP KOTA BATU

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 1982 TENTANG KETENTUAN-KETENTUAN POKOK PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAMBI NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG JASA LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAMBI,

PENDAHULUAN. Persoalan lingkungan hidup disebabkan berbagai hal, salah satunya pertumbuhan penduduk.

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2016 NOMOR 4 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUBANG NOMOR : 4 TAHUN 2006 TENTANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP. Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa BUPATI SUBANG

I. PENDAHULUAN. Pemberlakuan otonomi daerah di Indonesia menuntut Pemerintah Daerah untuk

PEMERINTAH KABUPATEN JOMBANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

I. PENDAHULUAN. penting dalam daur hidrologi dan berfungsi sebagai saluran air bagi daerah

BUPATI SIGI PROVINSI SULAWESI TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIGI NOMOR 17 TAHUN 2014 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

*14730 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 7 TAHUN 2004 (7/2004) TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PARTISIPASI PELAKU USAHA RESTORAN DALAM PELESTARIAN FUNGSI LINGKUNGAN MENURUT UU NO.23 TAHUN 1997

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Transkripsi:

BAB I PEDAHULUA 1.1. Latar Belakang Lingkungan hidup Indonesia yang dianugerahkan Tuhan Yang Maha Esa kepada rakyat dan bangsa Indonesia merupakan karunia dan rahmat-ya yang wajib dilestarikan dan dikembangkan kemampuannya agar dapat tetap menjadi sumber dan penunjang hidup bagi rakyat dan bangsa Indonesia serta makhluk hidup lainnya demi kelangsungan dan peningkatan kualitas hidup itu sendiri. Kewajiban untuk melestarikan dan mengembangkan lingkungan hidup tersebut tercermin di dalam Undang-Undang Dasar 1945 yang mewajibkan agar sumber daya alam dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat serta dapat dinikmati oleh generasi masa kini dan generasi masa depan secara berkelanjutan. Pembangunan sebagai upaya sadar dalam mengolah dan memanfaatkan sumber daya alam untuk meningkatkan kemakmuran rakyat, baik untuk mencapai kemakmuran lahir maupun untuk mencapai kepuasan batin. Oleh karena itu, penggunaan sumber daya alam harus selaras, serasi, dan seimbang dengan fungsi lingkungan hidup. Dalam rangka mendayagunakan sumber daya alam untuk memajukan kesejahteraan umum seperti diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar 1945 dan untuk mencapai kebahagiaan hidup berdasarkan Pancasila seperti tersebut di atas, perlu dilaksanakan pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan hidup berdasarkan kebijaksanaan nasional yang terpadu dan menyeluruh dengan memperhitungkan kebutuhan generasi masa kini dan generasi masa depan. Yang dimaksud dengan pembangunan berkelanjutan yang 1

berwawasan lingkungan hidup tersebut adalah upaya sadar dan terencana, yang memadukan lingkungan hidup, termasuk sumber daya, ke dalam proses pembangunan untuk menjamin kemampuan, kesejahteraan, dan mutu hidup generasi masa kini dan generasi masa depan. Adanya kegiatan pembangunan yang makin meningkat sebagai upaya peningkatan kesejahteraan hidup mengandung risiko pencemaran dan perusakan lingkungan sehingga struktur dan fungsi dasar ekosistem yang menjadi penunjang kehidupan dapat rusak. Pencemaran dan perusakan lingkungan hidup merupakan beban sosial, yang pada akhirnya biaya pemulihannya harus ditanggung oleh masyarakat dan pemerintah. Untuk menghindari terjadinya pencemaran dan perusakan lingkungan hidup, maka keberlanjutan fungsi-fungsi lingkungan hidup yang ada harus dijaga dan dipelihara dengan baik. Terpeliharanya keberlanjutan fungsi lingkungan hidup merupakan kepentingan rakyat sehingga menuntut tanggung jawab, keterbukaan, dan peran anggota masyarakat, yang dapat disalurkan melalui orang perseorangan, organisasi lingkungan hidup, seperti lembaga swadaya masyarakat, kelompok masyarakat adat, dan lain-lain untuk memelihara dan meningkatkan daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup yang menjadi tumpuan keberlanjutan pembangunan. Pembangunan yang memadukan lingkungan hidup, termasuk sumber daya alam, menjadi sarana untuk mencapai keberlanjutan pembangunan dan menjadi jaminan bagi kesejahteraan dan mutu hidup generasi masa kini dan generasi masa depan. Oleh karena itu, lingkungan hidup Indonesia harus dikelola dengan prinsip melestarikan fungsi lingkungan hidup yang serasi, selaras, dan seimbang untuk menunjang pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan hidup bagi peningkatan kesejahteraan dan mutu hidup generasi masa kini dan generasi masa depan. 2

Arah pembangunan jangka panjang Indonesia adalah pembangunan ekonomi dengan bertumpukan pada pembangunan industri, yang diantaranya memakai berbagai jenis bahan kimia dan zat radioaktif. Disamping menghasilkan produk yang bermanfaat bagi masyarakat, industrialisasi juga menimbulkan ekses, antara lain dihasilkannya limbah bahan berbahaya dan beracun, yang apabila dibuang ke dalam media lingkungan hidup dapat mengancam lingkungan hidup, kesehatan, dan kelangsungan hidup manusia serta makhluk hidup lain. 1.2. Pencemaran Lingkungan Pencemaran adalah peristiwa adanya penambahan bermacam-macam bahan sebagai hasil dari aktivitas manusia ke dalam lingkungan yang biasanya memberikan pengaruh berbahaya terhadap lingkungan. Menurut Odum (1971), pencemaran adalah perubahan-perubahan sifat fisik, kimia dan biologi yang tidak dikehendaki pada udara, tanah dan air. Perubahan tersebut dapat menimbulkan bahaya bagi kehidupan manusia atau spesies-spesies yang berguna, proses-proses industri, tempat tinggal dan peninggalan-peninggalan kebudayaan, atau dapat merusak sumber bahan mentah. Pencemaaran meliputi pencemaran kimiawi yang dapat berupa bahan-bahan organik, mineral, zat-zat beracun; pencemaran biologis yang dapat disebabkan oleh berkembang biaknya organisme berbahaya. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menghadapi masalah pencemaran lingkungan, yaitu : a. Sampai seberapa jauh bahan pencemar berada pada batas nilai yang bersifat toksik/meracun/merugikan untuk lingkungan. b. Sampai seberapa jauh lingkungan dapat menerima kehadiran bahan pencemar dalam tingkat yang tidak membahayakan. c. Sampai seberapa jauh usaha lingkungan (khususnya manusia) untuk melakukan pengelolaan (khususnya pengolahan), 3

sehingga kehadiran pencemar tidak merugikan dan membahayakan. Sumber pencemaran yang potensial diantaranya berasal dari industri, pertambangan, rumah tangga (limbah domestik), pertanian dan perkebunan. Bahan pencemar yang dibuang ke lingkungan dapat berupa bahan yang bersifat degradabel dan non-degradabel. Bahanbahan yang degradabel seperti sampah organik dan sisa proses industri makanan dapat didegradasi secara alamiah dengan bantuan mikro organisme, sehingga menjadi bahan yang tidak membahayakan dan sebagian dari itu dapat menyuburkan tanah. Tetapi yang perlu diperhatikan dalam proses degradasi tersebut adalah adanya hasil antara berupa asam-asam organik yang belum stabil. Asam tersebut dapat mempunyai sifat racun, sehingga dapat menimbulkan bahaya bagi kehidupan. Untuk menghindari timbulnya bahaya bahan-bahan yang belum dalam kondisi stabil ini dapat dilakukan dengan membuat suatu sistem pengolahan limbah organik yang tertutup (seperti sistem sanitary landfill). Bahan yang non-degradabel seperti bahan kimia, plastik, keramik dll, keberadaannya dapat terakumulasi. Akumulasi bahan tersebut pada akhirnya dapat terbawa oleh siklus alam yang ada dan dapat masuk ke jaring-jaring makanan. Apabila hal ini terjadi, dengan berjalannya siklus bahan tersebut dapat sampai pada manusia dan dapat membahayakan kesehatan. 1.3. Proses Pengangkutan Bahan Pencemar di Lingkungan Pengangkutan dan perubahan bentuk bahan pencemar di dalam lingkungan dihubungkan dengan : 1. Sifat fisik kimia pencemar, 2. Proses pengangkutan di dalam lingkungan, 3. Proses perubahan bentuk bahan pencemar. 4

Masuknya bahan kimia ke dalam lingkungan akan menyebabkan perpindahan secara antar kompartemen untuk membentuk keseimbangan yang bergantung pada sifat fisika-kimia zat tersebut. Sebagai contoh, dalam pergerakan suatu zat kimia yang melewati batas peralihan air tanah, sifat-sifat kelarutan, koefisien partisi dan temperatur merupakan faktor-faktor yang nyata. Pergerakan suatu zat kimia mula-mula merupakan fungsi dari ciri-ciri proses pengangkutan kompartemen (udara, air, tanah dan biota) tersebut. Selanjutnya pergerakannya mengikuti parameter hidrologi yang tepat (Tinsley, 1979), sehingga terdapat beberapa proses pergerakan zat kimia dari satu bentuk ke bentuk lainnya atau untuk mendegradasi zat kimia tersebut. Sebagai contoh, sistem perairan memindahkan zat-zat sejauh mana air bergerak, baik dalam larutan maupun terserap dalam partikel. Proses ini dapat dilukiskan seperti pada Gambar 1.1 : Penguapan UDARA Reaksi Fotolisis BIOTA Metabolisme Pengeluaran Bioakumulasi AIR Hidrolisis, Fotolisis, Degradasi Mikrobial, Oksidasi Penimbunan Kering dan basah Adsorpsi P E G U A P A P E G E D A P A SUMBER PECEMAR Desorpsi Pencucian aliran SEDIME TAAH Fotolisis, Degradasi Gambar 1.1 : Proses pengangkutan dan perubahan bentuk bahan pencemar, (Haque dkk, 1980) 1.4. Pencemaran Oleh Industri Berbagai jenis limbah industri yang tidak memenuhi standar baku mutu yang dibuang ke lingkungan merupakan sumber pencemaran dan kerusakan lingkungan yang utama. Lingkungan yang telah tercemar dan rusak, akan meningkatkan biaya eksternalitas yang harus ditanggung oleh masyarakat. Kondisi demikian, rawan sekali terhadap 5

resiko timbulnya konflik sosial, yang pada akhirnya akan mengancam kelangsungan dari industri tersebut. Jenis limbah industri yang banyak menimbulkan masalah lingkungan dan sulit dalam pengolahannya adalah limbah yang masuk dalam kategori bahan berbahaya dan beracun (B3). Untuk mengolah limbah jenis ini disamping memerlukan teknologi yang cukup tingi, juga memerlukan biaya investasi dan operasional yang cukup mahal. Banyak industri yang belum mampu melakukan pengolahan limbah B3 -nya karena adanya kendala tersebut, sehingga dikawatirkan ada industri yang membuang limbahnya dengan kondisi masih diatas standar baku mutu secara diam-diam. Pengelolaan limbah B3 yang baik, relatif murah dan efisien dapat dilakukan secara kolektif. Cara ini ditempuh dengan membangun Pusat Pengelolaan Limbah B3 (PPL-B3). Limbah B3 yang dihasilkan dari industri terlebih dulu dipisahkan dari limbah lain yang non-b3, kemudian dikirim ke Pusat Pengelolaan Limbah B3. Di PPL-B3, limbah diolah, bahan-bahan yang dapat didaur ulang digunakan kembali dan yang tidak dapat didaur ulang dilakukan pengolahan dengan stabilisasi, kemudian ditempatkan secara terisolasi dari lingkungan luar. Untuk membangun PPL-B3 diperlukan lokasi yang memenuhi persyaratanpersyaratan teknis tertentu yang harus dipenuhi agar resiko dampak pencemaran yang dapat ditimbulkan oleh kegiatan ini dapat diminimalisasikan. 1.5. Permasalahan Pengelolaan Limbah B3 Di Indonesia terdapat ratusan industri yang menghasilkan limbah B3 dan tersebar di berbagai daerah, namun hanya ada satu pusat pengolahan limbah B3, sehingga sangat kurang memadai untuk melakukan pengelolaan semua limbah yang ada. Banyaknya industri yang menghasilkan limbah B3 tersebut dan tersebar di berbagai daerah menimbulkan berbagai kendala dalam pengelolaan limbah B3, antara 6

lain: - biaya transportasi dari sumber ke lokasi PPL-B3 jadi mahal, - tingginya resiko yang ditimbulkan selama di perjalannan, - bahan pengemas harus dibuat lebih kuat karena jauhnya jarak transportasi - biaya pengolahan yang bisa mahal karena tidak adanya pesaing dalam usaha. - mendekatkan resiko pencemaran dari daerah yang jarang penduduknya (luar Jawa) ke daerah yang lebih padat penduduknya (Jawa). - tingginya biaya pengelolaan limbah B3 akan membuat pengusaha tidak mampu/keberatan untuk mengelola limbah B3 nya dengan benar sehingga dikawatirkan akan membuang ke lingkungan secara diam-diam. Adanya berbagai kendala tersebut akan membuka peluang usaha di bidang pengelolaan dan pengolahan limbah B3 secara luas. Adanya usaha pengelolaan limbah B3 sangat membantu dalam upaya menyelamatkan lingkungan, untuk itu diharapkan pemerintah sebaiknya segera memfasilitasi peluang usaha tersebut. Langkah-langkah yang dapat diambil oleh pemerintah (terutama Pemda) untuk menyelamatkan lingkungan dan membantu pengusaha dalam mengelola limbah B3 antara lain: - melakukan pembinaan terhadap industri yang menghasilkan limbah, khususnya limbah B3. - melakukan pengelolaan lingkungan secara terpadu, - menyediakan fasilitas pengolahan limbah B3 yang memadai. - Memfasilitasi berdirinya usaha pengelolaan limbah B3 dll. 7

Berdirinya usaha pengelolaan limbah B3 baru akan banyak memberikan keuntungan kepada Pemda, Pengusaha maupun masyarakat umum disamping terselamatkannya lingkungan dari bahaya pencemaran dan kerusakan akibat pembuangan limbah yang tidak terkendali. 8