NASKAH PUBLIKASI. Disusun Oleh: NAHDATUZ ZAINIAH

dokumen-dokumen yang mirip
HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KADER DENGAN PELAYANAN POSYANDU DI DESA SIDOREJO GODEAN SLEMAN

HUBUNGAN KINERJA PERAWAT DENGAN KEPUASAN KERJA PERAWAT DI RUANG RAWAT INAP RS PKU MUHAMMADIYAH GAMPING NASKAH PUBLIKASI

PENGARUH PENYULUHAN MANFAAT POSYANDU TERHADAP SIKAP IBU BALITA TENTANG POSYANDU DI DUSUN NGANGKRIK SLEMAN TAHUN 2015 NASKAH PUBLIKASI

GAMBARAN PEMANFAATAN KMS OLEH KADER POSYANDU BALITA SEHAT DI DUSUN BEDOYO KIDUL,DESA BEDOYO, KECAMATAN PONJONG, KABUPATEN GUNUNGKIDUL, YOGYAKARTA

HUBUNGAN PENGETAHUAN PEMANFAATAN BUKU KIA DENGAN KEMAMPUAN PERAWATAN BALITA PADA IBU BALITA DI POSYANDU LARAS LESTARI NOGOTIRTO SLEMAN

Selvina Ismalia Assegaf 2, Fitria Siswi Utami 3 INTISARI

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEAKTIFAN IBU BALITA DALAM KEGIATAN POSYANDU DI POSYANDU NUSA INDAH DESA JENAR KECAMATAN JENAR KABUPATEN SRAGEN

HUBUNGAN ANTARA KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN POSYANDU DENGAN FREKUENSI KUNJUNGAN IBU BALITA

HUBUNGAN GAMBARAN DIRI DENGAN KECEMASAN PADA REMAJA CACAT FISIK DI BALAI REHABILITASI TERPADU PENYANDANG DISABILITAS PROVINSI DIY NASKAH PUBLIKASI

LEMBAR PENGESAHAN ARTIKEL ILMIAH FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEAKTIFAN KADER POSYANDU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SLAWI TAHUN 2015

HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG CARA KONSUMSI TABLET Fe DENGAN KADAR HEMOGLOBIN PADA IBU HAMIL TRIMESTER III DI PUSKESMAS PLERET BANTUL YOGYAKARTA

BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PRAKTIK KADER DALAM PENYULUHAN DI MEJA 4 PADA POSYANDU DI KELURAHAN NGALIYAN, KOTA SEMARANG

HUBUNGAN KARAKTERISTIK DENGAN KEAKTIFAN KADER POSYANDU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS NAGARA KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN

NASKAH PUBLIKASI. Disusun Oleh: Ema Anggraeni

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DALAM PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GODEAN II SLEMAN YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN MINAT STUDI LANJUT KE S2 KEBIDANAN PADA MAHASISWA D IV BIDAN PENDIDIK STIKES AISYIYAH YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

ARTIKEL ILMIAH HUBUNGAN PELAKSANAAN TUGAS KADER DENGAN KINERJA POSYANDU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PANDANARAN SEMARANG TAHUN 2016.

HUBUNGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DENGAN PERKEMBANGAN BAYI USIA 9-12 BULAN DI PUSKESMAS GAMPING I SLEMAN NASKAH PUBLIKASI

NASKAH PUBLIKASI. Disusun Oleh: Nixen Rachmawati

HUBUNGAN MOTIVASI DENGAN KINERJA KADER POSYANDU BALITA DI KELURAHAN BAWEN KECAMATAN BAWEN KABUPATEN SEMARANG ABSTRAK

GAMBARAN PELAYANAN KUNJUNGAN BAYI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SUMOWONO KABUPATEN SEMARANG

NASKAH PUBLIKASI. Disusun Oleh: AUFARAHMAN

HUBUNGAN PERILAKU PERAWAT DALAM MEMBERIKAN LAYANAN KESEHATAN DENGAN TINGKAT KEPUASAN PASIEN RAWAT JALAN DI POLI UMUM PUSKESMAS PANJATAN 1 KULON PROGO

HUBUNGAN PENGGUNAAN KONTRASEPSI SUNTIK DMPA DENGAN KEJADIAN PENINGKATAN BERAT BADAN DAN UPAYA PENANGANANNYA NASKAH PUBLIKASI

GAMBARAN PENGETAHUAN IBU TENTANG PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS UNGARAN KABUPATEN SEMARANG ARTIKEL

HUBUNGAN PERILAKU IBU DALAM MEMENUHI KEBUTUHAN GIZI ANAK DENGAN STATUS GIZI ANAK SEKOLAH KELAS I DI SD N KALIGONDANG BANTUL YOGYAKARTA

HUBUNGAN PERSEPSI DENGAN PEMBERIAN ASI EKSLUSIF PADA IBU BEKERJA DI KELURAHAN WIROGUNAN KOTA YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

Oleh : Teti Herawati* *Pegawai Dinas Kesehatan Kabupaten Majalengka ABSTRAK

TINGKAT PENDIDIKAN IBU DENGAN STATUS GIZI BALITA DI PUSKESMAS PLERET

HUBUNGAN PERILAKU IBU DALAM PEMBERIAN MP-ASI DENGAN STATUS GIZI ANAK USIA BULAN DI DESA TAMANMARTANI KALASAN SLEMAN YOGYAKARTA

HUBUNGAN MINAT IBU MENYUSUI DENGAN PERAWATAN PAYUDARA DI RS PKU MUHAMMADIYAH KOTAGEDE

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DALAM PEMENUHAN NUTRISI DENGAN TEKANAN DARAH LANSIA DI MANCINGAN XI PARANGTRITIS KRETEK BANTUL YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN ANTARA BEBAN KERJA PERAWAT DENGAN PENERAPAN KOMPENSASI PERAWAT DI RUANG RAWAT INAP RSUD MUNTILAN NASKAH PUBLIKASI

Petronela Bahi ¹, Herawati ², Devillya Puspita Dewi ³. INTISARI

HUBUNGAN PEMBERIAN KONSELING PADA AKSEPTOR KB TERHADAP KETEPATAN PEMILIHAN ALAT KONTRASEPSI DI PUSKESMAS TEGALREJO YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

ABOUT PARTOGRAPH WITH APPLICATION IN DIII STUDY PROGRAM OF MIDWIFERY AT STIKES A. YANI YOGYAKARTA

NASKAH PUBLIKASI. Disusun oleh : Astrid Rusmanindar

Kata Kunci : Pelatihan, Motivasi, Dukungan Keluarga dan Masyarakat, Keaktifan Kader Posyandu

HUBUNGAN PERILAKU IBU TENTANG PEMBERIAN MAKANAN SEIMBANG DENGAN PERUBAHAN BERAT BADAN BALITA DI POSYANDU LOTUS YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

NASKAH PUBLIKASI. Disusun oleh: Rr. Sri Nuriaty Masdiputri NIM:

HUBUNGAN PERILAKU SEKS PRANIKAH DENGAN USIA MENIKAH PADA REMAJA YANG MENIKAH DI TAHUN 2015 DI KECAMATAN PLAYEN KABUPATEN GUNUNGKIDULYOGYAKARTA 2015

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KINERJA KADER POSYANDU FACTORS RELATED TO THE PERFORMANCE CADRE IN POSYANDU

HUBUNGAN PELAYANAN POSYANDU X DENGAN TINGKAT KEPUASAN LANSIA

TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG PEMANFAATAN BUKU KESEHATAN IBU DAN ANAK BERDASARKAN KARAKTERISTIK IBU HAMIL

STUDI D IV KEBIDANAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN NGUDI WALUYO UNGARAN

HUBUNGAN DUKUNGAN ORANGTUA DENGAN PRESTASI BELAJAR MAHASISWA SEMESTER IV PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN STIKES AISYIYAH YOGYAKARTA TAHUN 2013

PUBLIKASI KARYA ILMIAH

BAB I PENDAHULUAN. Program Indonesia Sehat dilaksanakan dengan 3 pilar utama yaitu paradigma

HUBUNGAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN FREKUENSI KUNJUNGAN ULANG NIFAS DI WILAYAH PUSKESMAS PURWOYOSO KOTA SEMARANG

PERSETUJUAN PEMBIMBING JURNAL

HUBUNGAN MOTIVASI DENGAN FREKUENSI KUNJUNGAN KE POSYANDU LARASLESTARI II PADA LANSIA DI DUSUN KARANG TENGAH SLEMAN YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

EFEKTIFITAS PERAN KELOMPOK PENDUKUNG IBU TERHADAP PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA BAYI 0-6 BULAN DI PUSKESMAS PANDAK I BANTUL YOGYAKARTA 2011

PENINGKATAN PERILAKU IBU DALAM PENGATURAN POLA MAKAN BALITA DI POSYANDU MELATI DESA BINTORO KECAMATAN PATRANG KABUPATEN JEMBER Susi Wahyuning Asih*

Mamik R 1, Endang 1 1. Program Studi DIII Keperawatan STIKES Pemkab Jombang ABSTRAK

NASKAH PUBLIKASI. Disusun Oleh: Kartika Dewi Ayusti

HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI KERJA DAN IMBALAN DENGAN KINERJA KADER POSYANDU DI KECAMATAN MODOINDING KABUPATEN MINAHASA SELATAN

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG ISPA DENGAN PENANGANAN BALITA ISPA

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU BAYI TENTANG POSYANDU DENGAN FREKUENSI KUNJUNGAN IBU DAN BAYI DI POSYANDU

Jurnal Darul Azhar Vol 5, No.1 Februari 2018 Juli 2018 : 17-22

imunisasi, Gizi dan Penanggulangan diare (Zulkifli, 2003). Kegiatan posyandu penting untuk bayi dan balita, karena tidak terbatas hanya pemberian

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KECEMASAN PADA LANSIA DI DUSUN BIBIS LUMBUNGREJO TEMPEL SLEMAN YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI (MP-ASI) DENGAN STATUS GIZI PADA ANAK USIA 1-2 TAHUN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MINGGIR SLEMAN YOGYAKARTA

HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN TINGKAT HIPERTENSI LANJUT USIA DI POSYANDU PUCANGANOM RONGKOP GUNUNGKIDUL YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN USIA PENYAPIHAN DENGAN STATUS GIZI BALITA DI DUKUH PUNDONG SRIHARDONO BANTUL YOGYAKARTA TAHUN INTISARI

LEMBAR PENGESAHAN ARTIKEL ILMIAH

HUBUNGAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN KEPATUHAN KONSUMSI TABLET FE PADA IBU HAMIL TRIMESTER III DI PUSKESMAS WIROBRAJAN KOTA YOGYAKARTA

HUBUNGAN MANAJEMEN WAKTU DENGAN PRESTASI BELAJAR MAHASISWA PROGRAM STUDI D IV BIDAN PENDIDIK SEMESTER III DI STIKES AISYIYAH YOGYAKARTA

HUBUNGAN MUTU PELAYANAN KESEHATAN DENGAN KEPUASAN PASIEN RAWAT INAP DI PUSKESMAS TEMON 1 KULON PROGO YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

Nurin Fauziyah Akademi Kebidanan Pamenang Pare Kediri

PERAN KELUARGA DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN ACTIVITY DAILY LIVING PADA ANAK AUTISME DI SLB BINA ANGGITA YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI


HUBUNGAN FAKTOR BUDAYA DENGAN KEBERHASILAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA ANAK USIA 7-36 BULAN DI POSYANDU BINA PUTRA TIRTO TRIHARJO PANDAK BANTUL

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN, TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU BALITA DENGAN KUNJUNGAN KE POSYANDU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BELAWANG.

HUBUNGAN MUTU PELAYANAN KEPERAWATAN DENGAN TINGKAT KEPUASAN PADA KLIEN STROKE DI RSUD WATES

Yelli Yani Rusyani 1 INTISARI

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DENGAN PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING AIR SUSU IBU (MP-ASI) PADA BAYI DI PUSKESMAS BITUNG BARAT KOTA BITUNG.

ARTIKEL ILMIAH. Karya Tulis Ilmah ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah Diploma III Gizi. Disusun Oleh

HUBUNGAN PERAN KADER DENGAN MOTIVASI KUNJUNGAN IBU BALITA USIA 3-5 TAHUN

HUBUNGAN PEMBERIAN PENDIDIKAN SEKS OLEH ORANG TUA DENGAN PERILAKU SEKS PRANIKAH REMAJA PADA SISWA KELAS X DI SMAN 1 SEDAYU NASKAH PUBLIKASI

NASKAH PUBLIKASI. Disusun Oleh : NANA TRIANA

PENGARUH PROMOSI KESEHATAN TENTANG POSYANDU LANSIA TERHADAP KEAKTIFAN LANSIA DI POSYANDU LANSIA

HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA REMAJA PUTRI KELAS XI DI SMK N 2 YOGYAKARTA

HUBUNGAN PERAN ORANG TUA DENGAN PERILAKU MENJAGA KEBERSIHAN ORGAN GENITAL SISWI KELAS VII SMP MUHAMMADIYAH PLUS GUNUNGPRING MUNTILAN MAGELANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Menurut Profil Kesehatan Indonesia tahun 2012 mengatakan

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN WANITA PEKERJA SEKS DENGAN PERILAKU PEMERIKSAAN PAP SMEAR DI LOKALISASI SUNAN KUNING SEMARANG

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG DIARE TERHADAP PERILAKU IBU DALAM PENCEGAHAN DIARE PADA BALITA DI PUSKESMAS GAMPING 1 SLEMAN YOGYAKARTA

Sudarti 1, Afroh Fauziah 2 INTISARI PENDAHULUAN

HUBUNGAN ANTARA KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN POSYANDU DENGAN FREKUENSI KUNJUNGAN IBU BALITA DI POSYANDU XI SERANGAN SIDOLUHUR GODEAN SLEMAN YOGYAKARTA

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN IBU PRIMIGRAVIDA DENGAN PEMBERIAN ASI PADA BAYI UMUR 6-12 BULAN DI BPM KUSNI SRI MAWARTI DESA TERONG II KEC.

NASKAH PUBLIKASI. Disusun oleh : Nama Mahasiswa : Sri Setiyo Ningrum NIM :

HUBUNGAN ANTARA PELAYANAN KESEHATAN DI PUSKESMAS GAJAHAN SURAKARTA DENGAN KEPUASAN PASIEN PESERTA PKMS (PEMELIHARAAN KESEHATAN MASYARAKAT SURAKARTA)

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KINERJA POSYANDU LANSIA DI WILAYAH PUSKESMAS MIROTO SEMARANG

HUBUNGAN PERILAKU IBU DALAM PENCEGAHAN CEDERA DENGAN KEJADIAN CEDERA BALITA DI SERANGAN YOGYAKARTA

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU KESEHATAN GIGI DAN MULUT IBU HAMIL DI PUSKESMAS MANTRIJERON

HUBUNGAN POLA DIET DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA MAHASISWA KEBIDANAN D IV STIKES AISYIYAH YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

ABSTRAK GAMBARAN PARTISIPASI MASYARAKAT TERHADAP PELAYANAN POSYANDU DI KELURAHAN SAMOJA KECAMATAN BATUNUNGGAL KOTA BANDUNG TAHUN 2007

**) Staf Pengajar Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro Jl Nakula I N Semarang ABSTRACT

KEMAMPUAN KADER DAN PARTISIPASI MASYARAKAT PADA PELAKSANAAN PROGRAM POSYANDU DI KARANGPUCUNG PURWOKERTO SELATAN KABUPATEN BANYUMAS

MOTIVASI DAN PENGETAHUAN KADER MENINGKATKAN KEAKTIFAN KADER DALAM KEGIATAN POSYANDU ABSTRAK

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN IBU TENTANG STIMULASI DENGAN TINGKAT PERKEMBANGAN PADA ANAK USIA 3-5 TAHUN DI KELURAHAN KRANGGAN TEMANGGUNG

Transkripsi:

HUBUNGAN FREKUENSI PELATIHAN YANG DIIKUTI KADER DENGAN TINGKAT KETERAMPILAN KADER DALAM PELAYANAN POSYANDU BALITA DI DESA NOGOTIRTO GAMPING SLEMAN YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh: NAHDATUZ ZAINIAH 201010201053 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN AISYIYAH YOGYAKARTA 2014 1

2

HUBUNGAN FREKUENSI PELATIHAN YANG DIIKUTI KADER DENGAN TINGKAT KETERAMPILAN KADER DALAM PELAYANAN POSYANDU BALITA DI DESA NOGOTIRTO GAMPING SLEMAN YOGYAKARTA 1 Nahdatuz Zainiah 2, Suratini 3 INTISARI Latar Belakang: Persentase kader aktif secara nasional adalah 69,2% dan angka drop-out kader sekitar 30,8% (Adisasmito, 2010). Kenyataannya tidak semua kader telah mendapatkan pelatihan dan kader sering berganti-ganti sehingga menurunkan kualitas kegiatan pelayanan posyandu. Kader juga sering tidak aktif sehingga kegiatan di posyandu tidak terlaksana sesuai yang diharapkan. Kendala tersebut mengakibatkan upaya-upaya promosi kesehatan dan pencegahan gizi buruk atau kurang pada balita menjadi kurang efektif. Tujuan: untuk mengetahui hubungan frekuensi pelatihan yang diikuti kader dengan tingkat keterampilan kader dalam pelayanan posyandu balita di Desa Nogotirto, Gamping, Sleman, Yogyakarta, Tahun 2014. Metode Penelitian : penelitian ini menggunakan metode Deskriptif korelatif dengan pendekatan waktu cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah kader posyandu yang tercatat di Desa Nogotirto yang berjumlah 125 orang. Pengambilan sampel dengan rumus Solvin untuk populasi kecil atau lebih kecil dari 10.000 (Notoatmodjo, 2010), dan diperoleh sebanyak 95 responden. Analisis data dilakukan dengan rumus Kendall-Tau. Hasil Penelitian : menunjukkan bahwa frekuensi pelatihan yang diikuti kader dalam kategori sering sebanyak 20 orang (21%), cukup 39 orang (41%), dan kategori kurang sebanyak 36 orang (38%). Hasil analisis statistik Kendall-Tau menunjukkan bahwa pada level signifikansi α = 0,05 dihasilkan nilai ρ = 0,01 sehingga ρ< 0,05. Simpulan : ada hubungan frekuensi pelatihan yang diikuti kader dengan tingkat keterampilan kader dalam pelayanan posyandu di Desa Nogotirto, Gamping, Sleman, Yogyakarta, Tahun 2014. Saran : disarankan tenaga kesehatan di Puskesmas Gamping agar melaksanakan kegiatan pelatihan bagi kader posyandu secara berkala untuk meningkatkan kemampuan kader dan kader aktif mengikuti pelatihan. Kata kunci kader Kepustakaan Jumlah halaman : frekuensi pelatihan, kader posyandu, keterampilan : 18 buku (2003-2013), 3 artikel internet, 8 skripsi : xiii, 104 halaman, 14 tabel, 3 gambar, 11 lampiran 1 Judul skripsi 2 Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan STIKES Aisyiyah Yogyakarta 3 Dosen Program Studi Ilmu Keperawatan STIKES Aisyiyah Yogyakarta 3

CORRELATION BETWEEN THE FREQUENCY OF TRAINING AND SKILL LEVELS AMONG CADRES IN POSYANDU BALITA SERVICES AT NOGOTIRTO GAMPING SLEMAN YOGYAKARTA 1 Nahdatuz Zainiah 2, Suratini 3 ABSTRACT Background : Nationally, the percentage of active volunteer is 69.2 % and the number of drop - out volunteer approximately 30.8 % (Adisasmito, 2010). In fact, not all of volunteer have been trained, which resulted the decreasing the quality of health services. Inactive volunteer in the Posyandu caused the services was not implemented as expected. That problem impacted an ineffective the health promotion and prevention of malnutrition in children program. Objective: to identify the correlation between the frequency of cadre training and cadre skill level in Posyandu Balita services at Nogotirto, Sleman, Yogyakarta, 2014. Methods: This study used descriptive correlative method with cross-sectional time approach. The population in this study was 125 cadres of posyandu Nogotirto. The samples were 95 respondents, which taken by Solvin formula, since the population smaller than of 10.000 people ( Notoatmodjo, 2010). The statistical data analysis used Kendall Tau test. Results: the result showed that the frequency of volunteer training were 20 respondents (21 %) in a good category, 39 respondents ( 41 % ) in middle category, and 36 respondents ( 38 % ) in a poor category. The Kendall - Tau statistical analysis showed that the level of significance p value = 0.01, which means ρ < 0.05. Conclusion: there is a correlation between the frequency of cadre training and cadre skill levels in Posyandu Balita services at Nogotirto, Sleman, Yogyakarta 2014. Suggestion: Health workers at Puskesmas Gamping should give training for the cadre periodically; in order to improve skills and encourage the cadre to be more active in Puskesmas services. Keywords : training frequency, volunteer of Posyandu, volunteer skills Bibliography : 18 books ( 2003-2013 ), 3 internet articles, 8 thesis Number of pages : xiii, 104 pages, 14 tables, 3 figures, 11 attachment 1. Title of The Thesis 2. Student of School of Nursing, Aisyiyah Health Sciences College of Yogyakarta 3. Lecturer of School of Nursing, Aisyiyah Health Sciences College of Yogyakarta 4

PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Keberadaan posyandu sudah menjadi hal yang penting ada ditengah masyarakat. Menurut Kementerian Kesehatan tahun 2010, posyandu berjumlah 266.827 tersebar di seluruh Indonesia yang berarti ditemukan sekitar 3-4 posyandu di setiap desa. Namun bila ditinjau dari aspek kualitas, masih ditemukan banyak masalah, antara lain kelengkapan sarana dan keterampilan kader yang belum memadai. Jumlah posyandu pada tahun 2006 di Daerah Istimewa Yogyakarta berjumlah 5.572 posyandu, dengan persentase posyandu purnama dan mandiri 50,47%. Angka ini lebih besar dari target standar minimal yang telah ditetapkan yaitu sebesar 25% (Depkes DIY, 2007). Upaya pemerintah dalam mengaktifkan kader posyandu membuat buku saku posyandu yang dikeluarkan oleh Kementerian Kesehatan RI tahun 2012, dalam buku berisi tentang program-program kerja posyandu dan peran kader posyandu dalam masyarakat terutama bagi sarana posyandu yaitu bayi dan balita, ibu hamil, pasangan usia subur dan informasi kesehatan umum lainnya. Pemberian alokasi dana dekonsentrasi dan tugas pembantuan pelaksanaan program pembangunan kesehatan kepada puskesmas kab/kota diseluruh wilayah di Indonesia yang akan disalurkan ke posyandu, berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI No.8 tahun 2012 (Rizqina, 2012). Masalah-masalah kesehatan seperti gizi dipengaruhi oleh rendahnya pemanfaatan dan kualitas posyandu. Kegiatan posyandu hanya terkesan sebagai kegiatan rutinitas penimbangan balita, dan pemberian imunisasi, sementara penggerakan aksi masyarakat dan komunikasi hampir tidak ada. Sehingga masyarakat belum sepenuhnya menjadikan posyandu sebagai pusat kegiatan kesehatan masyarakat (Dinkes Bone 2008). Apabila perilaku berkunjung ke posyandu semakin berkurang maka dapat mengakibatkan tahap tumbuh kembang anak akan terganggu, status gizi anak tidak terpantau dengan baik, dan tujuan dari posyandu itu sendiri juga tidak akan tercapai sehingga sampai menyebabkan angka kecacatan, kematian, serta kesakitan balita akan meningkat (Rahmi, 2012). 5

Kurangnya pelatihan dan pembinaan untuk meningkatkan keterampilan yang memadai bagi kader menyebabkan kurangnya pemahaman terhadap tugas kader, lemahnya informasi serta kurangnya koordinasi antara petugas dengan kader dalam pelaksanaan kegiatan posyandu. Dapat mengakibatkan rendahnya tingkat kehadiran anak Bawah Lima Tahun (balita) ke posyandu. Hal ini juga akan menyebabkan rendahnya cakupan deteksi dini tumbuh kembang balita (Harisman, 2012). Persentase kader aktif secara nasional adalah 69,2% dan angka drop-out kader sekitar 30,8% (Adisasmito, 2010). Keberadaan kader di posyandu sebagai salah satu sistem penyelenggara pelayanan kebutuhan kesehatan dasar sangat dibutuhkan. kader posyandu sebaiknya mampu mengelola posyandu, karena merekalah yang paling memahami kondisi kebutuhan masyarakat. Namun sejalan dengan berjalannya waktu, muncul permasalahan yang dapat menghambat jalannya penyelenggaraan posyandu. Salah satunya adalah pengetahuan dan keterampilan kader posyandu yang kurang, bahkan ada yang belum memahami hal-hal baru yang berkaitan dengan kegiatan posyandu (Dinas Kesehatan Jawa Timur, 2006). Kenyataannya tidak semua kader telah mendapatkan pelatihan dan kader sering berganti-ganti sehingga menurunkan kualitas kegiatan pemantauan pertumbuhan anak di posyandu. Kader juga sering tidak aktif sehingga kegiatan di posyandu tidak terlaksana sesuai yang diharapkan. Kendala tersebut mengakibatkan upaya-upaya promosi kesehatan dan pencegahan gizi buruk atau kurang pada balita menjadi kurang efektif, sehingga mungkin gizi buruk menjadi tinggi (DepKes RI, 2003). Hasil studi pendahuluan di Desa Nogotirto diperoleh data jumlah kader yang tercatat adalah 135 kader yang tersebar dalam 17 posyandu di 8 padukuhan. Berdasarkan hasil survey tanya jawab salah satu ibu mengatakan kadang-kadang malas ke posyandu karna kegiatannya monoton, tidak menarik dan membosankan jadi lebih memilih kegiatan yang lain. Ibu-ibu kurang begitu merasakan manfaat keberadaan posyandu sehingga menyebabkan penurunan kunjungan masyarakat ke posyandu. Berdasarkan latar belakang masalah peneliti tertarik untuk meniliti masalah tersebut. 6

METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan metode penelitian Deskriptif Korelatif bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pelatihan kader dengan keterampilan kader dalam pelayanan posyandu (Notoatmodjo, 2010). Penelitian ini adalah menggunakan cross sectional, yaitu suatu penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi antara faktor-faktor risiko dengan efek, dengan cara pendekatan, observasi atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat (point time approach). Populasi dalam penelitian ini adalah keseluruhan kader yang tercatat di Desa Nogotirto 8 padukuhan yang tersebar dalam 17 posyandu. Jumlah kader yang tercatat yaitu 125 kader yang sebelumnya sudah dihomogenkan. Berdasarkan rumus Solvin responden yang diambil sebanyak 95 orang responden. Teknik pengambilan sampelnya menggunakan simple random sampling yaitu pengambilan sampel acak sederhana dilakukan dengan cara undian. Alat yang dipakai untuk pengumpulan data yaitu lembar kuesioner atau angket yang berisi identitas kader dan pernyataan. Rumus yang digunakan adalah uji statistik non parametrik koefesien korelasi kendal tau (t) karena skala data yang digunakan adalah ordinal dan ordinal (Sugioyono, 2010). HASIL PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di Desa Nogotirto, Kecamatan Gamping, Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Desa Nogotirto terdiri dari 8 Padukuhan, ada 17 posyandu setiap padukuhan memiliki masing-masing satu sampai dua posyandu, dan memilki kurang lebih 135 kader. Responden dalam penelitian ini adalah para kader posyandu di wilayah Desa Nogotirto yang berjumlah 95 orang, mereka berasal dari 17 posyandu yang tersebar di wilayah Desa Nogotirto. Waktu pengambilan data dilakukan dari tanggal 3 23 Februari 2014 dengan mengunjungi posyandu satu-persatu. Karakteristik responden dalam penelitian ini dapatlah dideskripsikan sebagai berikut : 7

Tabel 4. 1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Kader Posyandu Desa Nogotirto Kecamatan Gamping Sleman Tahun 2014 No. Karakteristik Frekuensi (f) Persentase (%) 1. Usia 20 30 2 2% 31 40 22 23% 41 50 42 44% 51 60 29 30% 2. Status pernikahan Belum menikah 1 1% Menikah 89 94% Janda 5 5% 3. Pendidikan SMP 38 40% SMA 52 55% S1/D3 5 5% 4. Lama menjadi kader 6 bln 1 thn 4 4 % 2-5 thn 36 38% 6-10 thn 11 12% >10thn 44 46% Sumber : data Primer 2014 Berdasarkan tabel 4.1 dapat disimpulkan bahwa karakteristik responden berdasarkan usia terdapat 42 orang (44%) berusia 41-50 tahun dengan jumlah terbanyak, sedangkan ada 2 orang (2%) berusia 20-30 tahun dengan jumlah paling sedikit. Karakteristik responden berdasarkan latar belakang status perkawinan terdapat 90 orang ( 95% ) sudah menikah, sedangkan ada 1 orang yang belum menikah (1%) dengan jumlah paling sedikit. Karakteristik responden berdasarkan latar belakang pendidikan terdapat 53 orang (55%) SMA, sedangkan Sarjana S1 atau D3 sebanyak 5 orang (5%).Karakteristik responden berdasarkan lama menjadi kader terdapat 36 orang (38%) menjadi kader selama 2-5 tahun menempati posisi paling banyak, Sedangkan diposisi paling sedikit ada 5 orang (5%) menjadi kader selama 6 bulan-1 tahun. HASIL PENELITIAN Frekuensi pelatihan yang pernah diikuti Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Pelatihan yang Diikuti Kader Kader Posyandu Desa Nogotirto Kecamatan Gamping Sleman Tahun 2014 Frekuensi pelatihan kader Frekuensi (f) Persentase (%) Sering (>5 kali) 20 21% Cukup ( 3 5 kali ) 39 41% Kurang ( 2 kali) 36 38% Total 95 100% Sumber : data Primer 2014 8

Berdasarkan tabel 4.2 karakteristik responden berdasarkan frekuensi pelatihan yang diikuti kader terdapat 39 orang (41%) dalam kategori cukup (3-5 kali), sedangkan jumlah yang paling sedikit terdapat 20 orang (21%) dalam kategori sering (>5 kali). Tingkat keterampilan kader dalam pelayanan posyandu balita Tabel 4.3 Distribusi Keterampilan Kader dalam Pelayanan Posyandu Balita Kader Posyandu Desa Nogotirto Kecamatan Gamping Sleman Tahun 2014 Keterampilan kader Frekuensi (f) Persentase (%) Tinggi 81 85% Cukup 13 14% Rendah 1 1% Total 95 100% Sumber : data Primer 2014 Berdasarkan tabel menunjukkan tingkat keterampilan kader dalam mengelola posyandu balita terdapat 81 orang (85%) memiliki keterampilan dalam kategori tinggi dengan jumlah paling banyak, sedangkan jumlah paling sedikit terdapat 1 orang (1%) memiliki keterampilan yang rendah. Hubungan frekuensi pelatihan yang diikuti kader dengan tingkat keterampilan kader dalam mengelola posyandu balita didesa Nogotirto Gamping Sleman Yogyakarta Tahun 2014 Tabel 4.12 Tabulasi Silang Hubungan Frekuensi Pelatihan Yang Diikuti Kader Dengan Keterampilan Kader dalam Pelayanan Posyandu Balita Desa Nogotirto Kecamatan Gamping Sleman Tahun 2014 Frekuensi Pelatihan Kader Yang Diikuti Kader Keterampilan Kader Dalam Pelayanan Posyandu Balita Jumlah Rendah Cukup Tinggi F % f % f % f % Kurang 1 1,1% 8 8,4% 27 28,4% 36 37,9% Cukup 0 0% 5 5,3% 34 35,8% 39 41,1% Sering 0 0% 0 0% 20 21,1% 20 21,1% Total 1 1,1% 13 13,7% 81 85,3% 95 100% Sumber: data Primer 2014 Berdasarkan tabel 4.12 dapat diketahui bahwa sebagian besar responden atau sebanyak 81 orang (85,3%) kader memiliki keterampilan yang tinggi dalam 9

mengelola posyandu, 34 orang diantaranya (35,8%) kader dengan frekuensi pelatihan dalam kategori cukup dan kader dengan frekuensi pelatihan kategori sering ada 20 kader (21,1%) memiliki keterampilan tinggi, sedangkan jumlah yang paling sedikit kader dengan keterampilan rendah sebanyak 1 orang (1%) dengan frekuensi pelatihan kurang. Ha dalam penelitian ini adalah ada hubungan yang signifikan anatara frekuensi pelatihan yang diikuti kader dengan tingkat keterampilan kader dalam mengelola posyandu balita di Desa Nogotirto Gamping Sleman Yogyakarta. Tabel 4.13 Koefisiensi korelasi Kendal Tau Hubungan antar variable Koefisien korelasi (t) Value Frekuensi pelatihan dengan tingkat keterampilan kader 0,250 0,01 Untuk mengetahui hubungan dilakukan uji statistik kendall tau didapatkan nilai t sebesar 0,250 dengan taraf signifikan atau ρ = 0,010 lebih kecil dari nilai α= 0,05 atau ρ<α maka Ho ditolah dan Ha diterima. Akhirnya dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara frekuensi pelatihan yang diikuti kader dengan tingkat keterampilan kader dalam mengelola posyandu balita di desa Nogotirto Gamping Sleman Yogyakarta. Hasil koefisien korelasi dalam penelitian ini didapatkan 0,250 sehingga dapat diinterprestasikan tingkat hubungannya dalam kategori rendah. PEMBAHASAN Frekuensi Pelatihan Yang Diikuti Kader Posyandu Dalam penelitian ini kader dengan usia rata-rata 41-50 tahun lebih aktif mengikuti pelatihan yaitu sebanyak 19 orang (20%) kategori cukup dan 7 orang (7,4%) kategori sering, dan 16 orang dalam kategori kurang. Karena sebagian besar kader memiliki usia yang matang, yaitu sebagian besar berusia 41 50 tahun, sesuai dengan teori yang dinyatakan Rahmat, (2003) bahwa usia berperan dalam upaya pemenuhan kebutuhan kader dalam wawasan dan keterampilan. Pada usia matang, kader berusaha mengembangkan wawasan dengan mengikuti pelatihan, dan lebih antusias dalam mengikuti pelatihan. Pada penelitian ini karakteristik responden berdasarkan status pernikahan sebanyak 36 orang (38%) yang sudah menikah dalam kategori kurang mengikuti 10

pelatihan, sedangkan 1 orang (1%) yang belum menikah mengikuti pelatihan dalam kategori cukup. Surani (2007) menyatakan tentang hubungan status perkawinan dan kinerja menunjukkan bahwa karena perkawinan itu menuntut tanggung jawab keluarga yang lebih besar, sehingga peningkatan posisi dalam pekerjaan menjadi sangat penting, atau mungkin saja karena sudah kawin menjadi rajin bekerja. Begitu pula dengan kader khusunya dalam minat atau motivasi mengikuti pelatihan-pelatihan untuk meningkatkan pengetahuannya, sebagai tanggung jawabnya menjadi kader untuk memberikan pelayanan yang terbaik. Pada penelitian ini distribusi responden berdasarkan latar belakang pendidikan terakhir terdapat 20 orang (21%) SMA dalam kategori cukup mengikuti pelatihan, sedangkan 2 orang (2%) dalam kategori kurang. Kemampuan seseorang akan ditentukan oleh tinggi rendahnya tingkat pendidikan dan pengalaman. Karena kedua unsur inilah pengetahuan dan keterampilan dapat diperoleh. Selain tingkat pendidikan dan pengalaman untuk meningkatkan kemampuan seseorang dapat ditempuh melalui pendidikan dan pelatihan, karena dengan adanya pendidikan dan pelatihan akan menambah pengetahuan seseorang untuk mengerjakan sesuatu bisa menjadi lebih cepat dan lebih baik. Dengan adanya latihan-latihan yang memungkinkan kader mendapatkan keterampilan lain yang lebih banyak, dengan demikian dapat meningkatkan pengetahuan kader. Sedangkan distribusi responden berdasarkan latar belakang lama menjadi kader terdapat 20 orang (20%) menjadi kader selama 1-5 tahun dengan frekuensi pelatihan dalam kategori kurang, sedangkan terdapat 1 orang (1%) yang menjadi kader kurang dari 1 tahun mengikuti pelatihan dalam kategori kurang Tingkat Keterampilan Kader Dalam Mengelola Posyandu Balita Di Desa Nogotirto Gamping Sleman Yogyakarta Hasil penelitian menunjukkan bahwa keterampilan kader dalam mengelola posyandu didesa Nogotirto Gamping Sleman Yogyakarta Tahun 2014, sebagian besar kategori tinggi, yaitu 81 orang (85%). Faktor-faktor yang mempengaruhi keterampilan kader diantara fasilitas, dukungan, pelatihan dan sebagainya, pada penelitian ini kader di Desa Nogotirto memiliki fasilitas yang lengkap, mendapat 11

dukungan penuh dari seluruh masyarakat, pelatihan kader yang diadakan secara berkala sehingga rata-rata keterampilan kader di Desa Nogotirto tinggi. Berdasarkan distribusi usia terdapat 36 kader (38%) dengan rentang usia 41-50 tahun memiliki keterampilan tinggi dan 1 orang (1%) usia 20-30 tahun memiliki keterampilan cukup. Ciri-ciri kader yang aktif sebaiknya berumur antara 25-50 tahun, karena pada masa muda kader mempunyai motivasi yang positif, merasa lebih bertanggung jawab dan inovatif. Umur mempunyai kaitan erat dengan tingkat kedewasaan seseorang yang berarti kedewasaan teknis dalam arti keterampilan melaksanakan tugas maupun kedewasaan psikologis. Dikaitkan dengan tingkat kedewasaan teknis, anggapan yang berlaku ialah bahwa makin lama seseorang bekerja, kedewasaan teknisnya pun mestinya meningkat, pengalaman seseorang melaksanakan tugas tertentu secara terus menerus untuk waktu yang lama tingkat pendidikan biasanya meningkatkan kedewasaan teknisnya (Maddalak, 2012). Dari hasil penelitian ini distribusi responden berdasarkan latar belakang status pernikahan terdapat 77 orang (81%) yang sudah menikah memiliki keterampilan dalam kategori tinggi sedangkan 1 orang (1%) yang belum menikah memiliki keterampilan tinggi. Seseorang yang berstatus kawin ternyata lebih sedikit angka absen kerjanya, lebih jarang pindah kerja dan lebih mengekspresikan kepuasan kerja. Hal ini mungkin karena perkawinan itu menuntut tanggung jawab keluarga yang lebih besar, sehingga peningkatan posisi dalam pekerjaan menjadi sangat penting. Perkawinan memaksakan peningkatan tanggung jawab yang dapat membuat suatu pekerjaan yang tetap (steady) menjadi lebih berharga dan penting. (Surani, 2007). Distribusi responden berdasarkan latar belakang pendidikan terdapat 45 orang (47%) berpendidikan SMA memiliki keterampilan yang tinggi, sedangkan 6 orang (6%) berpendidikan terakhir SMP memiliki keterampilan yang cukup. Latar belakang pendidikan kader juga amat berpengaruh terhadap kemampuan kader itu sendiri, jika kader berpendidikan rendah tentu motivasi dan semangat juangnya lebih rendah dibandingkan yang berpendidikan lebih tinggi. Ini dapat terlihat saat penelitian ini dilakukan bahwa kader yang berpendidikan setara 12

SMA lebih kreatif dan inovatif dibanding yang bependidikan SMP. Ada pepatah semakin tinggi pendidikan seseorang maka semakin luas pula cara pandang dan pola berpikir dalam menghadapi sesuatu masalah. (Rizqi, 2012). Berdasarkan hasil penelitian distribusi responden dengan karakteristik lama menjadi kader terdapat 36 orang (38%) menjadi kader lebih dari 10 tahun memiliki keterampilan yang tinggi. Peran serta kader posyandu sangat dipengaruhi oleh lama kerja kader tersebut. Kader posyandu yang sudah lama berkontribusi akan merasa memiliki tanggung jawab terhadap kegiatan tersebut (Melania, 2012). Menurut Widiastuti (2006) yang mengutip pendapat Sondang (2004) bahwa seseorang dalam bekerja akan lebih baik hasilnya bila memiliki keteramapilan dalam melaksanakan tugas dan keterampilan seseorang dapat terlihat pada lamanya seseorang bekerja. Begitu juga dengan kader posyandu semakin lama seseorang bekerja menjadi kader maka keterampilan kader dalam melaksanakan tugas pada saat kegiatan posyandu akan semakin meningkat. Menurut Havigurst dan Robert usia kader adalah termasuk dewasa madaya (usia pertengahan antara 30-60 tahun) dengan tugas pengembangan pada usia ini adalah mengembangkan kegiatan mengisi waktu senggang untuk orang dewasa dengan adanya perubahan minat dalam tanggung jawab warga negara dan sosial serta mengembangkan niat pada waktu luang yang berorientasi pada kedewasaan, pada tempat kegiatan yang berorientasi pada keluarga. Hubungan antara jenis pekerjaan dengan keaktifan kader dicontohkan dengan seorang ibu yang dengan kesibukan tertentu akan mempengaruhi keaktifan posyandu sesuai dengan jadwal yang ditentukan setiap bulannya (Notoatmodjo, 2005). Namun dalam penelitian ini pekerjaan kader dikendalikan dengan hanya mengambil yang kader bekerja sebagai ibu rumah tangga. Hubungan Frekuensi Pelatihan Yang Diikuti Kader Dengan Tingkat Keterampilan Kader Dalam Mengelola Posyandu Didesa Nogotirto Gamping Sleman Yogyakarta 2014 Berdasarkan tabel 4.7 dapat diketahui bahwa sebagian besar responden atau sebanyak 39 orang (41,1%) responden memiliki frekuensi pelatihan dengan kategori cukup, 5 orang (5,3%) diantaranya memiliki keterampilan yang cukup, 34 orang 13

(35,8%) memiliki keteramapilan yang tinggi, dan tidak ada yang memiliki keteramapilan yang rendah. Untuk responden yang memiliki frekuensi pelatihan yang sering 20 orang (21,1%) dan tidak ada seorang pun yang memiliki keterampilan yang rendah dan cukup, sedangkan frekuensi pelatihan yang kategori kurang ada 36 orang (37,9%) 1 orang memiliki keterampilan rendah, dan 8 orang (8,4%) memiliki ketermapilan yang cukup dan 27 orang (37,9%) memiliki keterampilan yang tinggi. Kader yang pernah mengikuti pelatihan yang terkait dengan posyandu menyatakan memperoleh manfaat dari pelatihan tersebut. Lindner dan Dooley menyatakan bahwa kinerja yang efektif membutuhkan pengetahuan dan membantu membuat kemungkinan akuisisi pengetahuan baru, dimana pengetahuan ini dapat diperoleh melalui pelatihan-pelatihan. Menurut Sagala (2005) dalam penelitiannya disimpulkan hasil bahwa ada kecendrungan semakin banyak frekuensi memperoleh pembinaan, maka kader semakin teliti dalam melaksanakan kegiatan. Pembinaan kader merupakan sarana penting dalam peningkatan pengetahuan dan keterampilan kader dalam kegiatan posyandu. Kader yang terampil akan sangat membantu dalam pelaksanaan kegiatan Posyandu, sehingga informasi dan pesanpesan gizi akan dapat dengan mudah disampaikan kepada masyarakat (Sukiarko, 2007). Diharapkan apabila seorang kader mendapat pelatihan secara terus menerus maka kader tersebut lebih terampil dalam menilai hasil penimbangan. Namun sebaliknya dengan rendahnya status pelatihan yang didapatkan kader posyandu tentunya akan berdampak pada keterbatasan pengetahuan kader dan juga keterbatasan dalam kemampuan kader untuk melakukan deteksi dini gizi buruk. Kader yang tidak / belum pernah mendapat pendidikan tambahan memiliki keterlambatan wawasan sehingga karena keterbatasan tersebut peran serta kader tidak optimal (Siswanto, 2002). SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Frekuensi pelatihan yang pernah diikuti kader posyandu balita di Desa Nogotirto Gamping Sleman Yogyakarta Tahun 2014 sebagian besar frekuensi pelatihan yang pernah diikuti kader adalah kategori cukup ( 3 5 kali) yaitu sebanyak 39 kader (41,1%). 14

Tingkat keterampilan kader mengelola posyandu di Desa Nogotirto Gamping Sleman Yogyakarta Tahun 2014, sebagian besar kategori keterampilan tinggi yaitu sebanyak 81 kader (85%). Ada hubungan frekuensi pelatihan yang diikuti kader dengan keterampilan kader dalam mengelola posyandu balita didesa Nogotirto Gamping Sleman Yogyakarta Tahun 2014, hal ini ditunjukkan dari hasil koefiesien korelasi Kendall Tau sebesar 0,250 dengan p sebesar 0,010 dangan tingkat hubungan rendah. Saran Kader posyandu di Desa Nogotirto tetap aktif sebagai kader dan selalu menghadiri dalam setiap pelatihan yang diadakan oleh pihak puskesmas atau institusi lainnya untuk meningkatkan keterampilan dalam pengelolaan posyandu. Tenaga kesehatan di Puskesmas di Gamping agar melaksanakan kegiatan pelatihan bagi kader posyandu secara berkala untuk meningkatkan kemampuan kader dan lebih menyeleksi karakteristik kader atau responden yang mengikuti pelatihan, khususnya kader yang belum pernah mengikuti pelatihan. Bagi peneliti lain yang berminat melakukan penelitian tentang kader posyandu diharapkan agar dapat mengembangkan penelitian ini diantaranya dengan mengembangkan variabel-variabelnya misalnya faktor-faktor yang mempengaruhi keaktifan dan motivasi kader dalam mengelola posyandu. DAFTAR PUSTAKA Adisasmito, W. (2008). Sistem Kesehatan, PT. Raja Grafindo Pesada, Jakarta. Arikunto, S. (2002). Prosedur Penelitian (suatu pendekatan praktek) edisi revisi V, PT Rineka Cipta, Jakarta. Budi, R. (2006). Dinas Kesehatan Jawa Timur. Pedoman pelatihan kader posyandu. Surabaya.. Departemen Kesehatan RI. (2005). Profil Kesehatan Indonesia 2003, Jakarta. Depkes RI.(2005). Panduan Penggunaan Kartu Menuju Sehat (KMS) Balita Bagi Petugas Kesehatan, Direktorat Gizi Masyarakat, Jakarta. Dinkes Bone (2008). Peran Kader dalam Kegiatan Posyandu dalam http://dinkesbonebolango.org. Diakses tanggal 17 Oktober 2013. 15

Edysukiarko. (2007). Pengaruh pelatihan dengan metode belajar berdasarkan masalah terhadap pengetahuan dan ketereampilan kader gizi dalam kegiatan posyandu di Kecamatan Tempuran Kabupaten Magelang. Dalam Tesis Pada Program Pascasarjana Gizi Masyarakat Universitas Diponegoro Semarang. Kementerian Kesehatan RI. (2011). Pedoman Umum Pengelolaan Posyandu, Jakarta. Maddalak, V. (2012). Pengaruh Pelatihan Kader Terhadap Tingkat Pengetahuan Dan sikap Kader Tentang Tugas Kader Posyandu Di Wilayah Kerja Puskesmas Desa Awu Kecamatan Luwak Kabupaten Banggai Sulawesi Tengah. Skripsi tidak dipublikasikan, Program Studi Ilmu Keperawatan STIKES Aisyiyah,Yogyakarta.. Sinaga, F. Ari, E. (2010). Hubungan peran serta kader dalam memotivasi keaktifan ibu membawa balita ke posyandu terhadap status kesehatan balita di cibiru kabupaten bandung. Majalah keperawatan nursing journal of padjadjaran university. 12 (1). 27-35. Sitohang, U. (2011). Faktor-faktor yang dapat mendukung upaya revitalisasi posyandu dalam rangka peningkatan fungsi dan kinerja posyandu di wilayah kerja puskesmas lubuk pakam 2011. Jurnal ilmiah pendidikan Tinggi. 4 (1). 95-106. Widiastuti, A. (2006). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Partisipasi Kader Dalam Kegiatan Posyandu Di Kelurahan Gubug Kecamatan Gubug Kabupaten Brobogan. Skripsi Tidak Dipublikasikan, Dalam Karya Ilmiah Akhir Pada Program Strata 1universitas Negeri Semarang. Semarang. Windiyanti. Dinas Kesehatan Jawa Timur. (2006). Pegangan Kader Posyandu. Surabaya. 16