BAB I PENDAHULUAN. suatu badan usaha atau institusi yang kekayaannya terutama dalam bentuk

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. perkembangan pesat. Di Indonesia sendiri perbankan syariah menunjukkan

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan kelembagaan perbankan syariah di Indonesia mengalami

BAB I PENDAHULUAN. penentuan return yang akan diperoleh para depositornya. Bank syariah tidak hanya

BAB I PENDAHULUAN. dengan metode pendekatan syariah Islam yang dapat menjadi alternatif bagi masyarakat,

BAB I PENDAHULUAN. dimulainya industri perbankan syariah di Indonesia. Namun hal ini dapat

BAB I PENDAHULUAN. 7 tahun 1992 tentang Perbankan, yang secara eksplisit menetapkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. harus dipenuhinya, baik kebutuhan primer, sekunder maupun tersier. Ada kalanya

BAB I PENDAHULUAN. penting di dalam perekonomian suatu Negara sebagai lembaga perantara

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan dari waktu ke waktu. Diawali dengan berdirinya bank syariah di

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan salah satu lembaga keuangan yang mempunyai peranan

BAB I PENDAHULUAN. bila dibandingkan dengan negara-negara Muslim lainnya, perbankan syariah di

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan perekonomian mencakup semua sektor, baik sektor industri. (manufaktur), jasa, dan perbankan. Perkembangan perekonomian ini

BAB I PENDAHULUAN. untuk meminjam uang atau kredit bagi masyarakat yang membutuhkannya.

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan lembaga kepercayaan yang berfungsi sebagai lembaga

BAB 1 PENDAHULUAN. Selain memiliki peran penting dalam proses perekonomian, bank juga

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan bunga baik tabungan, deposito, pinjaman, dll.

1. PENDAHULUAN. dimana kegiatan utamanya adalah menerima simpanan giro, tabungan, dan

BAB I PENDAHULUAN. ditawarkan, khususnya dalam pembiayaan, senantiasa menggunakan underlying

BAB 1 PENDAHULUAN. proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya. prinsip bagi hasil dan risiko (profit and loss sharing). Sebagai bagian dari sistem

BAB I PENDAHULUAN. gerakan renaissance Islam Modern: neorevivalis dan modernis. Tujuan utama dari

BAB I PENDAHULUAN. tersisa sepertiga dari modal awal. IDB kemudian memberikan suntikan dana

BAB 1 PENDAHULUAN. Perbankan syariah pada dasamya merupakan suatu industri keuangan yang

BAB I PENDAHULUAN. manufaktur dan jasa. Sedangkan sektor moneter ditumpukan pada sektor

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan bank syariah di dunia, baru dimulai di Mesir pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. debitur. Namun dalam sistem bagi hasil pembayaran tetap selain pokok pinjaman

BAB I PENDAHULUAN. keberlanjutan entitas bisnis dan untuk mengukur kemampuan bersaing dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. nilai-nilai normatif dan rambu-rambu Ilahi (Antonio, 2001).

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. bagi hasil. Balas jasa atas modal diperhitungkan berdasarkan keuntungan atau

BAB I PENDAHULUAN. (riba), serta larangan untuk berinvestasi pada usaha usaha berkategori terlarang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Semakin berkembangnya perekonomian suatu negara, semakin meningkat pula

BAB I PENDAHULUAN. pengaruh besar dalam roda perekonomian masyarakat. Dimana bank adalah

BAB I PENDAHULUAN. tersebut diatur dengan rinci landasan hukum serta jenis jenis usaha yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. Fenomena bank syariah merupakan salah satu fenomena yang tetap hangat

BAB I PENDAHULUAN. adalah department of store, yang merupakan organisasi jasa atau pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. bentuk simpanan giro, tabungan, dan deposito. Biasanya sambil diberikan balas

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian yang berbasis nilai-nilai dan prinsip syariah untuk dapat diterapkan

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan bank sebagai mitra dalam mengembangkan usahanya.

BAB I PENDAHULUAN. dengan negara Indonesia ini. Sistem keuangan negara Indonesia sendiri terdiri

BAB I PENDAHULUAN. pada kegiatan ekonomi baik di negara maju maupun negara berkembang. Negara

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan Syari ah atau Bank Islam yang secara umum pengertian Bank Islam

BAB I PENDAHULUAN. perbankan di Indonesia secara umum. Sistem perbankan syariah juga diatur dalam Undang-

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini hampir semua kegiatan perekonomian. dilakukan oleh lembaga keuangan, misalnya bank, lembaga keuangan non bank,

BAB 1 PENDAHULUAN. peningkatan adalah mekanisme pembagian keuntungannya. Pada bank syariah,

BAB 1 PENDAHULUAN. mikro maupun makro. Terbukti dari semakin banyak munculnya usaha baru yang

BAB I PENDAHULUAN. konvensional yang tumbuh berkisar 8%. (Otoritas Jasa Keuangan, 2015).

BAB I PENDAHULUAN. memperlancar jalannya pembangunan suatu bangsa. Indonesia, yang

BAB I PENDAHULUAN. dengan prinsip wadiah maupun prinsip mudharabah atau di sebut juga dengan. prinsip bagi hasil, prinsip ujroh, dan akad pelengkap.

BAB I PENDAHULUAN. di dalam perekonomian suatu Negara sebagai perantara lembaga keuangan. Bank dalam pasal 1

BAB I PENDAHULUAN. Bank syariah adalah bank yang beroperasi sesuai dengan prinsip-prinsip syariah

BAB 1 PENDAHULUAN. perbankan, karena perbankan memegang peranan penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. Bank dalam menjalankan usahanya menghimpun dana dari masyarakat dan

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan salah satu lembaga keuangan yang mempunyai peranan penting di dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. yang sehat dan stabil. Sistem keuangan negara Indonesia sendiri terdiri dari tiga

BAB I PENDAHULUAN. bidang perbankan merupakan salah satu bidang yang mendapat perhatian

sejak zaman Rasulullah, seperti pembiayaan, penitipan harta, pinjam-meminjam uang, bahkan pengiriman uang. Akan tetapi, pada saat itu, fungsi-fungsi

BAB I PENDAHULUAN. sebagai perantara (financial intermediary) bagi mereka yang memiliki dana yang

I. PENDAHULUAN. pada dua alasan utama yaitu adanya pandangan bahwa bunga (interest) pada bank

BAB I PENDAHULUAN. sistem perbankan yang lebih adil. Dengan berlandaskan pada Undang-undang

BAB I PENDAHULUAN. juga mengalami penurunan yaitu industri perbankan Indonesia. Dengan mengalami

pengiriman uang. Piter dan Suseno (2003) menyatakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. pihak yang membutuhkan dana (defisit unit). Bank syariah secara resmi

BAB 1 PENDAHULUAN. hasil baru dipraktekan dalam perekonomian di Indonesia. Antara sistem

LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH THALIS NOOR CAHYADI, S.H. M.A., M.H., CLA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masyarakat di negara maju dan berkembang sangat membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Bank merupakan salah satu lembaga keuangan yang berfungsi sebagai financial

BAB I PENDAHULUAN. periode 5 tahun terakhir ini telah muncul bank-bank yang menjalankan kegiatan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan prinsip Islam, yaitu aturan perjanjian (akad) antara bank dengan

BAB I PENDAHULUAN. lembaga intermediasi keuangan (financial intermediary institution), yakni

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

repository.unisba.ac.id 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Perbankan syari ah muncul di Indonesia tahun 1992 yang merupakan hal

BAB 1 PENDAHULUAN. popular bukan hanya di negara-negara Islam tapi bahkan juga di negara-negara

BAB I PENDAHULUAN. keuangan atau Financial Intermediatary antar dua pihak, yaitu pihak yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. ekonominya berlandasan Al-Qur an dan As-Sunnah. dilihat dengan berdirinya lembaga-lembaga keuangan yang berbasis syariah.

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan suatu lembaga atau badan usaha yang saat ini mulai

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan prinsip bagi hasil dan menghindari unsur-unsur spekulatif yang

BAB I PENDAHULUAN. prinsip keadilan dan keterbukaan, yaitu Perbankan Syariah. operasional bisnisnya dengan sistem bagi hasil.

III. METODE PENELITIAN. Indonesia ada dua macam yaitu bank konvensional dan bank syariah.

BAB I PENDAHULUAN. Bank adalah lembaga perantara keuangan atau biasa disebut financial

BAB 1 PENDAHULUAN. MUI, yaitu dengan dibentuknya PT. Bank Muamalat Indonesia Tbk (BMI)

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan adalah salah satu lembaga yang melaksanakan tiga fungsi utama

I. PENDAHULUAN. pendapat dikalangan Islam sendiri mengenai apakah bunga yang dipungut oleh

BAB I PENDAHULUAN. perbankan nasional. Bank Islam telah berkembang pesat pada dekade terakhir

BAB I PENDAHULUAN. bank terdiri atas bank konvensional dan bank syariah. Perbedaan yang paling

BAB I PENDAHULUAN. Keseimbangan antara idealisme usaha dan nilai-nilai rohani inilah yang

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan syariah merupakan salah satu representasi aplikasi dari

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan sendiri maupun lembaga. Dengan kata lain, pembiayaan adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. oleh UU No.10 tahun 1998 dan undang-undang terbaru mengenai perbankan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ekonomi Islam saat ini cukup pesat, ditandai dengan berkembangnya

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Bank memiliki peran yang sangat penting dalam masyarakat,

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini kehidupan perekonomian di dunia tidak dapat dipisahkan dengan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi pada saat ini. Bank berfungsi sebagai lembaga

BAB I PENDAHULUAN. perantara jasa keuangan (financial intermediary), memiliki tugas pokok yaitu

BAB I PENDAHULUAN. intermediasi yang menghubungkan antara pihak-pihak yang kelebihan (surplus) dana

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini terlihat dari tindakan bank bank konvensional untuk membuka

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lembaga keuangan syariah (syariah financial institution) merupakan suatu badan usaha atau institusi yang kekayaannya terutama dalam bentuk aset-aset keuangan (financial assets) maupun non-financial asset atau aset riil berlandaskan konsep syariah. Menurut Undang-undang tentang perbankan syariah di Indonesia bahwa lembaga keuangan syariah merupakan badan atau lembaga yang kegiatannya menarik dana dari masyarakat dan menyalurkannya kepada masyarakat berlandaskan prinsip syariah. Hal ini dinyatakan pula bahwa lembaga keuangan syariah adalah semua badan usaha yang kegiatannya di bidang keuangan syariah melakukan penghimpunan dana dan penyaluran dana kepada masyarakat, terutama dalam membiayai investasi pembangunan (Ahmad dan Abdul, 2008). Perkembangan perbankan syariah di dunia sekarang ini mengalami perkembangan pesat. Di indonesia sendiri perbankan syariah menunjukkan perkembangan yang cukup baik dalam dua dekade terakhir. Dimulai dari berdirinya Bank Muamalat indonesia pada tahun 1992 yang kemudian diikuti dengan munculnya bank-bank umum syariah lainnya, BMT (Bait-Al-Mal wa al-tamwil), BPRS (Bank Pembiayaan Rakyat Syariah) bahkan beberapa tahun terakhir lembaga keuangan syariah di Indonesia terus bertambah dan 1

muncul lembaga-lembaga keuangan syariah lainnya baik bank atau non-bank, seperti, pegadaian syariah, asuransi syariah, leasing syariah dan lain-lain. Secara bersama-sama perbankan syariah dan perbankan konvensional menghasilkan sinergi dalam pembangunan perekonomian di Indonesia. Karakteristik perbankan syariah yang beroperasi berdasarkan prinsip bagi hasil memberikan alternatif sistem yang ideal bagi masyarakat maupun bank, serta menonjolkan aspek keadilan dalam bertransaksi, investasi yang beretika, mengedepankan nilai-nilai kebersamaan, dan menghindari kegiatan spekulatif dalam bertransaksi keuangan. Saat ini pengembangan sistem ekonomi islam adalah sebagai instrumen untuk menghilangkan transaksi ribawi dan menghadirkan nilai dan etika yang sesuai dengan syariah dalam menjalankan kegiatan ekonomi (Marton, 2004). Perbankan syariah menjadi alternatif yang kredibel dan dapat dinikmati bukan hanya bagi masyarakat muslim tapi juga seluruh masyarakat dari berbagai agama maupun budaya, karena Islam sendiri adalah ajaran yang universal. Bank syariah memiliki keunikan tersendiri karena sistem operasionalnya tidak mengenal sistem bunga layaknya bank umum konvensional melainkan sistem perbankan syariah, yaitu sistem yang menawarkan suatu keadilan bagi kreditur, debitur, maupun bank itu sendiri (Muhammad, 2005). Prinsip utama yang dianut oleh bank syariah yaitu larangan riba (bunga) dalam berbagai bentuk transaksi. Keunikan lain, selain sebagai lembaga yang profit oriented, bank syariah juga menjalankan misi sosial antara lain yaitu penyaluran Zakat, Infaq, dan Sadaqah (ZIS). 2

Selanjutnya sebagai pembiayaan qardhul hasan, yaitu pembiayaan dengan tujuan sosial bagi golongan ekonomi lemah, dimana debitur hanya wajib untuk mengembalikan pinjaman sejumlah yang sama dengan yang dipinjamkan (syadeini, 1995 dalam Haryanto, 2010). Keunikan-keunikan tersebut membuat bank syariah mampu menjawab kebutuhan masyarakat yang menginginkan bank dengan layanan jasa keuangan dengan sistem syariah. Sehingga perkembangan bank syariah-pun cukup memuaskan meskipun total bisnisnya masih jauh dari total perbankan nasional. Selain itu, perkembangan perbankan tersebut juga dipengaruhi oleh dikeluarkannya fatwa MUI pada tahun 2004 tentang haramnya bunga bank dan kebijakan BI dalam UU No.10 tahun 1998 yang mengijinkan bank memiliki dual banking system, yaitu bank boleh menggunakan dua sistem, sistem syariah dan sistem konvensional sepanjang operasinya dilakukan terpisah dengan mendirikan unit-unit dan cabang-cabang khusus syariah. Komitmen tinggi dari regulator bank di Indonesia merupakan salah satu usaha pemantapan ketahanan sistem perbankan syariah. Secara historis, perbankan syariah lebih tahan krisis global. Ini terbukti saat perbankan syariah mampu bertahan ditengah krisis global yang sedang melanda Indonesia pada tahun 1997-1998. Bank Indonesia mencatat LDR (Loan to Deposit Ratio) perbankan syariah yang sekitar 113%-117% atau lebih dari 2x bank konvensional, sedangkan ratio NPL (Non Performing Loan) meskipun mencapai 12%, namun tidak sampai separuh NPL bank konvensional (Bank Indonesia, 2002 dalam Haryanto, 2010). Selanjutnya, pada krisis ekonomi 3

pada tahun 2008, dimana IMF memperkirakan terjadinya perlambatan pertumbuhan ekonomi dunia dari 3,9% menjadi 2,2% pada tahun 2009, perbankan syariah yang lebih mengarahkan usahanya pada perekonomian domestik dan belum memiliki tingkat integrasi yang tinggi dengan sistem keuangan global, serta belum memiliki tingkat intensitas transaksi yang tinggi terbukti mampu menambah jaringan kantornya sebanyak 45 pada 2 bulan pertama ditahun 2009. Pada tahun 2009 jumlah cabang bank konvensional yang membuka layanan syariah mencapai 1223 dan pada november 2010 mencapai 1688 yang tersebar di lebih dari 89 kabupaten/kota di 33 propinsi. Perkembangan jaringan kantor perbankan syariah dari 2005 sampai dengan akhir 2010 dapat dilihat dari tabel berikut: Tabel 1.1. Jaringan Kantor Perbankan Syariah 2008 2009 2010 Mar Apr Mei Jun Jul Aug Sep Oct Nov BUS - Jumlah Bank 5 6 8 9 10 10 10 10 10 11 11 - Jumlah Kantor 581 711 934 918 970 33 1,113 1,111 1,151 1,154 1,171 UUS - Jumlah BUK 27 25 25 25 24 23 23 23 23 23 23 yang memiliki UUS - Jumlah Kantor 241 287 299 312 298 1,081 251 236 237 237 239 BPRS - Jumlah Bank 131 138 143 144 144 145 146 146 146 148 149 - Jumlah Kantor 202 225 266 271 271 221 23 277 278 278 278 Total Kantor 1,024 1,223 1,499 1,501 1,539 1,335 1,387 1,624 1,666 1,669 1,688 Sumber : Laporan Statistik Perbankan (www.bi.go.id) 4

Dari tabel 1.1 terlihat jumlah BUS (Bank Umum Syariah) mengalami peningkatan meskipun agak lambat. Dari data di atas jumlah BUS sampai November 2010 adalah 11 kantor, dimana terjadi penambahan 1 kantor pada Oktober 2010, sehingga Bank Umum Syariah (BUS) menjadi 11 BUS, diantaranya yaitu Bank Muamalat Indonesia (BMI), Bank Syariah Mandiri (BSM), Bank Syariah Mega Indonesia, Bank BRI Syariah, Bank Bukopin Syariah, Bank Panin Syariah dll. Selain itu, tumbuh pula UUS menjadi 23 unit usaha syariah (UUS) serta BPR Syariah menjadi 146 BPRS dengan total jaringan mencapai 1.624 kantor di wilayah nusantara. (data BI November 2010). Pertumbuhan setiap bank juga sangat dipengaruhi oleh pekembangan kemampuannya menghimpun dana masyarakat, baik skala kecil maupun besar dengan masa pengendapan yang memadai. Sebagai lembaga keuangan syariah, masalah bank yang paling utama adalah dana pihak ketiga. Oleh karena itu, bank syariah terdorong untuk lebih meningkatkan penghimpunannya baik dari produk DPK berprinsip wadiah maupun mudharabah. Dalam penghimpunan dana dikenal 2 prinsip, yaitu (Nufus, 2004): 1. Prinsip Wadiah (titipan) yang diterapkan dalam produk giro. 2. Prinsip Mudharabah yang diterapkan pada tabungan dan deposito. Mudharabah merupakan akad kerjasama usaha antara shahibul maal (pemilik dana) dan mudharib (pengelolah dana) dengan nisbah bagi hasil menurut kesepakatan dimuka. Besar kecilnya keuntungan mudharib (bank) 5

dalam mengelola dana nasabah akan berpengaruh terhadap bagi hasil yang akan diberikan pada nasabah. Tingkat bagi hasil yang ditawarkan bank dapat berpengaruh pada keputusan nasabah dalam menginvestasikan dananya pada bank syariah tertentu, sehingga tingkat bagi hasil bisa dikatakan sebagai pengganti tingkat suku bunga pada bank umum konvensional. Penyaluran dana bank syariah nampak dalam kebersamaan bank memperoleh bagi hasil dari usaha nasabahnya yang tentu saja tidak bisa melepaskan dirinya dari pengaruh perekonomian nasional. Nasabah penerimaan pembiayaan mudharabah dan penerima musyarakah tidak dikenakan beban tetap apapun kecuali berbagi hasil sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati. Tentu saja bagi hasil yang dilaksanakan harus sesuai dengan hasil yang benar-benar diperolehnya. Jadi, jumlah bagi hasil yang diserahkan bank kecil pada waktu usahanya lesu dan besar pada waktu usahanya sedang bergairah. Dengan demikian bank syariah dengan sistem bagi hasil pada sisi pengerahan dana mendukung program pemerintah dalam upaya pemerataan pendapatan secara adil, sedangkan pada sisi penyaluran dana dimana bank syariah mampu memperluas daya jangkau dan penetrasi penyaluran dana ke semua lapisan masyarakat, akan mendukung program pemerintah dalam upaya perluasan kesempatan kerja, dan mendukung upaya pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Tingkat keuntungan bersih atau net income, yang dihasilkan oleh bank pada umumnya dipengaruhi oleh faktor-faktor yang dapat 6

dikendalikan dan faktor-faktor yang tidak dapat dikendalikan. Faktor yang dapat dikendalikan adalah faktor-faktor yang dapat dipengaruhi oleh manajemen bank sebagai pengambil kebijakan seperti untuk menetapkan segmentasi bisnis untuk pembiayaan dari bank, pengendalian pendapatan (tingkat bagi hasil, keuntungan atas transaksi atas jual beli, pendapatan fee atas layanan yang diberikan) dan pengendalian biaya-biaya. Faktor-faktor yang tidak dapat dikendalikan adalah faktor yang dapat mempengaruhi kinerja bank, seperti kondisi ekonomi secara umum dan situasi persaingan di lingkungan wilayah operasinya, (Arifin, 2005). Bagi nasabah yang rasional, volatilitas tingkat bagi hasil ini cukup sensitif. Apabila suku bunga pasar naik diatas bagi hasil yang diterima nasabah bank syariah, atau tingkat bagi hasil turun sedangkan suku bunga tetap maka kondisi tersebut dikhawatirkan terjadinya pemindahan dana nasabah ke bank konvensional sehingga penghimpunan Dana Pihak Ketiga akan menurun. Risiko bank syariah dimana terjadi penarikan dana yang cukup besar juga akan menimbulkan risiko likuiditas. Selain berpengaruh terhadap meningkatnya risiko tidak bisa membayar kewajiban jangka pendek dengan segera, risiko likuiditas ini dapat mempengaruhi nasabah atau calon nasabah lainnya yang sudah atau akan meginvestasikan dananya. Likuiditas sering menjadi masalah krusial bagi kelangsungan suatu organisasi profit-oriented, dalam hal ini khususnya bank. Pengelolaan likuiditas yang baik sangat diperlukan manajemen bank dan harus mendapat pengawasan yang ketat dari pengawas bank. Jika bank mampu menjaga 7

likuiditas maka kepercayaan masyarakat tetap terjaga sehingga nasabah tetap mempercayakan transaksi keuangan melalui bank dan bank dapat mempertahankan tingkat keuntungan yang optimal. Dari uraian di atas, dapat dikatakan bahwa pertumbuhan bagi hasil adalah salah satu bentuk tindakan yang dilakukan oleh bank dalam menarik hati nasabah dalam menginvestasikan dananya. Sehingga penting bagi peneliti untuk mengkaji faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan bagi hasil kepada nasabah investasi. Sistem bagi hasil merupakan sistem dimana dilakukannya perjanjian atau ikatan bersama di dalam melakukan kegiatan usaha. Di dalam usaha tersebut diperjanjikan adanya pembagian bagi hasil atas keuntungan yang akan di dapat antara kedua belah pihak atau lebih sesuai dengan porsi yang telah disepakati sebelumnya. Penelitian ini telah dilakukan sebelumnya oleh (Rovi, 2006) yang menguji faktor-faktor yang mempengaruhi pemberian bagi hasil nasabah. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yaitu pada penelitian yang dilakukan peneliti sekarang tidak menggunakan variabel deposito rate 12 bulan dan mengganti variabel FDR dengan variabel pertumbuhan pembiayaan. Peneliti mengganti variabel FDR dengan variabel pertumbuhan pembiayaan karena dugaan peneliti variabel pertumbuhan pembiayaan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan bagi hasil. Peneliti menduga jika bank menyalurkan dananya dalam bentuk pembiayaan dengan jumlah yang besar, maka diharapkan jumlah keuntungan yang didapatkan oleh bank semakin besar pula yang tentunya 8

akan berpengaruh terhadap pertumbuhan bagi hasil yang akan diberikan kepada nasabah investasi. Alasan lain yaitu karena variabel FDR merupakan bagian dari variabel DPK dimana variabel FDR ini merupakan rasio untuk melihat bagaimana posisi dana bank apakah bank mengalami short atau long, maksudnya adalah apakah bank mengalami kelebihan dana atau kekurangan dana guna memenuhi kewajibannya, baik untuk memenuhi komitmen kepada nasabah pembiayaan ataupun penyimpan. Pada penelitian ini, peneliti juga mengganti tahun penelitian, dimana pada penelitian sebelumnya menggunakan tahun penelitian Januari 2002 sampai April 2005, sedangkan tahun penelitian sekarang adalah Februari 2008 sampai Desember 2010. Penelitian ini juga menambah objek penelitiannya, dimana pada penelitian terdahulu hanya menggunakan satu obyek penelitian yaitu Bank Muamalat Indonesia (BMI), sedangkan obyek dalam penelitian yang dilakukan peneliti sekarang ini menggunakan tiga objek penelitian dari Bank Umum Syariah (BUS) diantaranya, Bank Muamalat Indonesia (BMI), Bank Syariah Mandiri (BSM), dan Bank Mega Syariah Indonesia. Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti mengajukan judul penelitian FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERTUMBUHAN BAGI HASIL KEPADA NASABAH INVESTASI. 9

B. Batasan Masalah Penelitian Penelitian ini difokuskan pada tiga obyek penelitian pada Bank Umum Syariah (BUS), diantaranya Bank Muamalat Indonesia (BMI), Bank Syariah Mandiri (BSM), dan Bank Mega Syariah Indonesia. Selain itu variabel yang digunakan penulis juga terbatas antara lain, Pertumbuhan pendapatan, Pertumbuhan dana pihak ketiga, BI rate, dan Pertumbuhan pembiayaan. Penelitian ini menggunakan data laporan keuangan publikasi bulanan Bank Muamalat Indonesia (BMI), Bank Syariah Mandiri (BSM), Bank Mega Syariah Indonesia dari Februari 2008 sampai dengan Desember 2010. C. Rumusan Masalah 1. Apakah pertumbuhan pendapatan berpengaruh positif signifikan terhadap pertumbuhan bagi hasil nasabah investasi? 2. Apakah pertumbuhan jumlah dana pihak ketiga (DPK) berpengaruh positif signifikan terhadap pertumbuhan bagi hasil nasabah investasi? 3. Apakah suku bunga Bank Indonesia (BI rate) berpengaruh positif signifikan terhadap pertumbuhan bagi hasil nasabah investasi? 4. Apakah pertumbuhan pembiayaan berpengaruh positif signifikan terhadap pertumbuhan bagi hasil nasabah investasi? 10

D. Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui apakah pertumbuhan pendapatan bank berpengaruh positif signifikan terhadap pertumbuhan bagi hasil nasabah investasi. 2. Untuk mengetahui apakah pertumbuhan jumlah dana pihak ketiga berpengaruh positif signifikan terhadap pertumbuhan bagi hasil nasabah investasi. 3. Untuk mengetahui apakah suku bunga Bank Indonesia (BI rate) berpengaruh signifikan positif terhadap pertumbuhan bagi hasil nasabah investasi. 4. Untuk mengetahui apakah pertumbuhan pembiayaan berpengaruh positif signifikan terhadap pertumbuhan bagi hasil nasabah investasi. E. Manfaat Penelitian 1. Diharapkan dapat memberikan masukan kepada lembaga perbankan syariah, agar bisa mewujudkan keinginan nasabah untuk mendapatkan bagi hasil nasabah yang besar. 2. Bagi akademisi, penelitian ini diharapkan mampu menambah literatur berkaitan dengan perbankan syariah untuk senantiasa memperbaiki kehidupan perekonomian bangsa. 3. Bagi masyarakat, melalui variabel faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan bagi hasil kepada nasabah investasi, diharapkan masyarakat tertarik untuk menaruh dananya di perbankan syariah. 11

4. Bagi penulis, untuk menambah wawasan dan ilmu pengetahuan mengenai perbankan syariah. 12