BAB I PENDAHULUAN. puluh lima persen seseorang yang terkena diabetes akhirnya meninggal karena. terus bertambah (Price dan Wilson, 2006:1263).

dokumen-dokumen yang mirip
ABSTRAK ABSTRACT KATA PENGANTAR

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Penyakit diabetes mellitus digolongkan menjadi dua yaitu diabetes tipe I dan diabetes tipe II, yang mana pada dasarnya diabetes tipe I disebabkan

Berdasarkan data yang diterbitkan dalam jurnal Diabetes Care oleh

BAB I PENDAHULUAN. darah / hiperglikemia. Secara normal, glukosa yang dibentuk di hepar akan

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada dasarnya penyakit dibagi menjadi dua bagian yaitu penyakit

BAB I PENDAHULUAN. hormon insulin. Insulin merupakan hormon yang mengatur metabolisme. dalam tubuh menimbulkan hiperglikemia yang dapat mengakibatkan

UKDW BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. kelebihan kadar glukosa dalam darah. Pengobatan diabetes melitus dapat

I. PENDAHULUAN. terutama di masyarakat kota-kota besar di Indonesia menjadi penyebab

2016 PENGARUH PEMBERIAN SIMPLISIA DAUN SIMPUR

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pada abad ke-21, Diabetes Melitus menjadi salah satu ancaman utama bagi

BAB I PENDAHULUAN A.LATAR BELAKANG PENELITIAN. dengan defisiensi sekresi dan atau sekresi insulin (Nugroho, 2012). Organisasi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit diabetes melitus (DM) adalah kumpulan gejala yang timbul pada

ditandai oleh poliuria, polidipsia, penurunan berat badan walaupun terjadi polifagia (peningkatan nafsu makan), hiperglikemia, glikosuria, ketosis,

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Diabetes mellitus (DM) merupakan penyakit kronis yang dapat

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. baik sebagai sumber pangan, papan, maupun obat-obatan. Gaya hidup kembali ke

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes melitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik yang

BAB I PENDAHULUAN. demografi, epidemologi dan meningkatnya penyakit degeneratif serta penyakitpenyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. produksi glukosa (1). Terdapat dua kategori utama DM yaitu DM. tipe 1 (DMT1) dan DM tipe 2 (DMT2). DMT1 dulunya disebut

BAB I PENDAHULUAN. mellitus meluas pada suatu kumpulan aspek gejala yang timbul pada seseorang

diteliti untuk melihat kandungan kimia dan khasiat dari tanaman tersebut. Tanaman yang digunakan sebagai antidiabetes diantaranya daun tapak dara

BAB I PENDAHULUAN. utama bagi kesehatan manusia pada abad 21. World Health. Organization (WHO) memprediksi adanya kenaikan jumlah pasien

I. PENDAHULUAN. sebagai akibat insufisiensi fungsi insulin. Insufisiensi fungsi insulin dapat

penglihatan (Sutedjo, 2010). Penyakit ini juga dapat memberikan komplikasi yang mematikan, seperti serangan jantung, stroke, kegagalan ginjal,

BAB I PENDAHULUAN. ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia. Glukosa

BAB 1 PENDAHULUAN. darah disebabkan tubuh tidak dapat melepaskan atau menggunakan insulin secara

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan insulin yang diproduksi dengan efektif ditandai dengan

I. PENDAHULUAN. adekuat untuk mempertahankan glukosa plasma yang normal (Dipiro et al, 2005;

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA Tn. S DENGAN GANGGUAN SISTEM ENDOKRIN DIABETES MELLITUS PADA Ny.T DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PURWOSARI

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, baik secara global, regional, nasional dan lokal (Depkes, 2013).

BAB 1 PENDAHULUAN. kelainan pada sekresi insulin, kerja insulin atau bahkan keduanya. Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Keseimbangan dalam fisiologi sangat penting bagi semua mekanisme

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan, termasuk di bidang kedokteran, salah satunya adalah ilmu Anti Aging

BAB I PENDAHULUAN. Pola penyakit yang diderita masyarakat telah bergeser ke arah. penyakit tidak menular seperti penyakit jantung dan pembuluh darah,

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. ketidakmampuan sel tubuh yang memiliki reseptor insulin untuk mengoksidasi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Jumlah penderita diabetes mellitus (DM) di Indonesia menurut World Health

BAB I PENDAHULUAN. diabetes mellitus semakin meningkat. Diabetes mellitus. adanya kadar glukosa darah yang tinggi (hiperglikemia)

setelah India, China, Amerika Serikat. Tercatat pada tahun 2000 jumlah penderita Diabetes Melitus di Indonesia mencapai 8,4 juta.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Diabetes Mellitus (DM) merupakan salah satu penyakit degeneratif yang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Laporan World Health Organization (WHO) bahwa diabetes mellitus

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Diabetes melitus adalah penyakit gangguan metabolik yang terjadi secara

BAB I PENDAHULUAN. sebagai masalah kesehatan global terbesar di dunia. Setiap tahun semakin

BAB 1 PENDAHULUAN. sedangkan daerah pedesaan, DM menduduki ranking keenam yaitu 5,8%. 2

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. terutama di masyarakat kota-kota besar di Indonesia menjadi penyebab

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. WHO (World Health Organization) memperkirakan secara global PTM

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Melitus (DM) merupakan sekelompok kelainan heterogen yang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, berbagai macam penyakit degeneratif semakin berkembang pesat dikalangan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. setelah India, Cina dan Amerika Serikat (PERKENI, 2011). Menurut estimasi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. akibat PTM mengalami peningkatan dari 42% menjadi 60%. 1

BAB 1 PENDAHULUAN. tertentu dalam darah. Insulin adalah suatu hormon yang diproduksi pankreas

BAB I PENDAHULUAN. seperti kurang berolahraga dan pola makan yang tidak sehat dan berlebihan serta

Efek Ekstrak Etanol Biji Rambutan (Nephelium Lappaceum L.) dalam Menurunkan Kadar Glukosa Darah Puasa Mencit Model Diabet

BAB I PENDAHULUAN. pada jutaan orang di dunia (American Diabetes Association/ADA, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) pada tahun 2007, diperoleh bahwa penyebab kematian akibat DM pada kelompok usia tahun di daerah perkotaan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

I. PENDAHULUAN. semakin meningkat. Prevalensi DM global pada tahun 2012 adalah 371 juta dan

BAB I PENDAHULUAN. tanaman sebagai upaya penyembuhan jauh sebelum obat-obatan modern yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Diabetes Mellitus (DM) merupakan penyakit metabolik yang

BAB I PENDAHULUAN. morbiditas dan mortalitas PTM semakin meningkat baik di negara maju maupun

studi populasi diabetes melitus diberbagai negara, Indonesia menempati urutan ke-4 pada tahun 2000 dengan jumlah penderita DM 8,4 juta jiwa setelah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. baik secara mutlak maupun relatif (Schoenfelder, et al., 2006). Terapi insulin dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Secara global, prevalensi penderita diabetes melitus di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes mellitus merupakan penyakit kronis yang ditandai dengan

BAB I. Pendahuluan. diamputasi, penyakit jantung dan stroke (Kemenkes, 2013). sampai 21,3 juta orang di tahun 2030 (Diabetes Care, 2004).

BAB I. Pendahuluan. Diabetes mellitus merupakan salah satu penyakit. kronis yang paling sering dijumpai dan merupakan penyebab

I. PENDAHULUAN. (Nurdiana dkk., 2008). Luka bakar merupakan cedera yang mengakibatkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

putih, pare, kacang panjang serta belimbing wuluh (Ruslianti, 2008). Dalam penelitian ini akan digunakan tanaman alpukat (Persea americana Mill.

I. PENDAHULUAN. usia harapan hidup. Dengan meningkatnya usia harapan hidup, berarti semakin

BAB 1 PENDAHULUAN. disebut gel (Savitri, 2016). Pengobatan diabetes dengan obat antidiabetes

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Diabetes melitus adalah sekelompok gangguan heterogen ditandai dengan naiknya kadar glukosa dalam darah atau sering disebut hiperglikemia yang biasanya terjadi terutama setelah makan (Smeltzer dan Bare, 2002: 1220). Tujuh puluh lima persen seseorang yang terkena diabetes akhirnya meninggal karena penyakit yang menyerang pembuluh darah. Gagal ginjal, serangan jantung, stroke dan gangren merupakan komplikasi yang utama. Selain hal tersebut, kematian janin dalam kandungan pada para ibu penderita diabetes yang tidak terkontrol juga terus bertambah (Price dan Wilson, 2006:1263). Laporan statistik dari International Diabetes Federation (IDF, 2006) menyebutkan bahwa sekarang sudah ada sekitar 230 juta penderita DM di seluruh dunia. Angka ini terus bertambah hingga 3 persen atau sekitar 7 juta orang setiap tahunnya. Dengan demikian, jumlah penderita DM diperkirakan akan mencapai 350 juta pada tahun 2025, diantaranya 80% penderita terpusat di negara yang penghasilannya kecil dan menengah. Dari angka tersebut berada di Asia, terutama India, Cina, Pakistan, dan Indonesia (Wild, 2004). WHO memprediksikan adanya kenaikan jumlah pasien diabetes di Indonesia yang pada mulanya dari 8,4 juta pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta di tahun 2030, bahkan Indonesia menduduki peringkat keempat jumlah penderita diabetes terbanyak di dunia, setelah India, China, dan Amerika (Pratiwi, 2007). 1

2 Penyakit diabetes melitus jika tidak dikelola dengan tepat akan dapat berakibat fatal, sehingga perlu penanganan secara multidisiplin mencakup pelaksanaan terapi farmakologi dan non farmakologi. Pengobatan farmakologi dengan menggunakan insulin dan obat antidiabetes atau sering disebut Obat Hipoglikemik Oral (OHO) pada pasien diabetes melitus dilakukan seumur hidup sehingga membutuhkan biaya yang sangat besar. Di Amerika pada tahun 2007 mencapai total biaya sebesar $174 juta yang meliputi $116 juta biaya medis langsung dan $58 juta biaya medis tidak langsung (Centers for Disease Control, 2011). Dalam pelaksanaan terapi farmakologi, selain memerlukan biaya yang cukup besar juga sering menimbulkan masalah-masalah pada pasien. Penggunaan obat tunggal dan kombinasi dapat menimbulkan efek samping pada pasien seperti gagal ginjal, gagal jantung dan hipoglikemik (Wulandari, 2008). Berdasarkan fakta tersebut di atas, maka perlu dilakukan terobosan pengobatan terbaru yang lebih aman dan efektif bagi pasien salah satunya adalah pemanfaatan herbal atau bahan alami. Salah satu tanaman herbal yang dapat dijadikan sebagai obat anti hiperglikemi adalah ekstrak daun sukun. Daun sukun memiliki kandungan senyawa kimia aktif berupa saponin, polifenol, asam hidrosianat, asetilcolin, tanin, riboflavin, phenol. Selain zat tersebut di atas, daun sukun juga memiliki kandungan komponen zat aktif berupa quercetin yang merupakan kelompok senyawa dari flavanoid (Intanowa, 2012). Penggunaan berbagai tanaman obat herbal yang telah teruji mampu menurunkan kadar glukosa darah ke tingkat normal merupakan cara yang lebih efektif serta menimbulkan efek samping yang minim bahkan tanpa efek samping (Intanowa, 2012).

3 Daun sukun dapat digunakan sebagai obat anti hiperglikemi karena mengandung senyawa quercetin yang merupakan kelompok senyawa flavanoid. Hal tersebut didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Sandhar (2011) dan E- Baky (2011) yang menyatakan bahwa quercetin telah dilaporkan dalam berbagai penelitian dimana quercetin memiliki kemampuan aktifitas antidiabetik yang bekerja dalam proses regenerasi sel beta pankreas serta meningkatkan pengeluaran insulin. Menurut (Intanowa, 2012), dikatakan bahwa ekstrak ethanol daun sukun dapat mempengaruhi kadar glukosa darah yang diduga disebabkan oleh quercetin yang terkandung di dalam daun sukun. Berbagai pelarut polar dapat digunakan untuk mengaktifkan senyawa dalam daun sukun seperti pelarut air, etanol serta metanol. Namun penggunaan pelarut methanol sangat tidak dianjurkan jika diolah untuk bahan makanan karena sifatnya yang sangat toksik. Pelarut etanol merupakan salah satu perlarut polar yang sering digunakan dalam pembuatan ekstrak mengingat sifatnya yang lebih selektif serta lebih sulit sebagai tempat perkembangbiakan kuman jika dibandingkan dengan menggunakan pelarut air (Merdeka, 2010). Penggunaan pelarut etanol, walaupun bersifat lebih selektif serta dapat berperan positif dalam memisahkan kandungan flavonoid dalam daun sukun, namun pembuatan ekstrak etanol dalam sediaan ekstrak cair maupun kental juga memiliki kekurangan dimana ekstrak tersebut tidak dapat disimpan dalam waktu yang cukup lama. Ekstrak yang memiliki kadar air yang cukup tinggi, akan mudah mengalami kerusakan karena kandungan air dalam ekstrak tersebut merupakan salah satu media perkembangbiakan yang sangat baik untuk jamur. Menurut

4 penelitian Widanjaya (2013), mengatakan bahwa ekstrak kering merupakan salah satu ekstrak yang dapat tahan lebih lama jika dibandingkan dengan penggunaan ekstrak kental ataupun cair. Penggunaan ekstrak kering juga akan dapat meringankan beban dari masyarakat, dimana mereka tidak harus secara terusmenerus membuat sediaan ekstrak mengingat sediaan kering dapat bertahan lebih lama dan akan lebih efisien jika dibandingkan dengan ekstrak kental maupun cair. Berdasarkan fakta tersebut diatas, maka perlu dilakukan terobosan terbaru dalam pengolahan ekstrak daun sukun sehingga didapatkan hasil yang lebih baik dari sebelumnya. Ekstrak kering atau bubuk merupakan salah satu ekstrak yang dapat bertahan lebih lama, namun penggunaannya sebagai obat antihiperglikemik belum pernah dilakukan serta proses pelarutnya belum diketahui secara optimal. Berdasarkan pertimbangan tersebut di atas, maka peneliti tertarik untuk menggunakan ekstrak kering sebagai obat anti hiperglikemik. Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk meneliti tentang pengaruh penggunaan ekstrak kering daun sukun sebagai pengobatan anti hiperglikemik. 1.2 Rumusan Masalah Apakah pemberian ekstrak kering daun sukun (Artocarpus altilis) dapat menurunkan kadar glukosa darah pada tikus putih diabetes melitus?

5 1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Mengetahui Pengaruh pemberian ekstrak kering daun sukun (Artocarpus altilis) terhadap kadar glukosa darah pada tikus putih diabetes melitus. 1.3.2 Tujuan Khusus (1) Mengidentifikasi kadar glukosa darah pada tikus putih diabetes melitus sebelum pemberian ekstrak kering daun sukun pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol. (2) Mengidentifikasi kadar glukosa darah pada tikus putih diabetes melitus setelah diberikan pemberian ekstrak kering daun sukun pada kelompok perlakuan. (3) Mengidentifikasi kadar glukosa darah pada tikus putih diabetes melitus pada kelompok kontrol. (4) Menganalisis perbedaan kadar glukosa darah pada tikus putih diabetes melitus setelah diberikan ekstrak kering daun sukun pada kelompok perlakuan 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Praktis Dapat memberikan informasi dan pengetahuan kepada masyarakat tentang daun sukun dan khasiatnya dalam pemilihan terapi alternatf untuk menurunkan glukosa darah.

6 1.4.2 Teoritis (1) Menambah khasanah ilmu keperawatan khususnya mengenai perawatan pada pasien dengan diabetes. (2) Memberikan gambaran secara teoritis dan ilmiah tentang manfaat daun sukun dalam menurunkan kadar glukosa darah. (3) Memberikan informasi atau gambaran bagi peneliti lain yang ingin meneliti lebih lanjut mengenai khasiat daun sukun dalam dunia pengobatan.